***POV Roy.Sore ini aku dibuat terkejut dengan sikap Syarla. Ia berani melawan Bianca dengan begitu tegasnya.Dan aku malah menyukai sikapnya itu. Entahlah, bagiku itu menunjukkan dia tidak lemah.Walau pun aku tetap harus berpura-pura membela Bianca. Aku terus tersenyum sepanjang jalan menuju pulang setelah mengantarkan Bianca.Tak lama lagi Broto akan segera hancur. Bukan cuma perusahaannya yang bangkrut, tapi kedua putrinya pun akan terluka.Maka, bersiaplah untuk menempati rumah sakit jiwa, Broto!.Sampai di rumah aku kembali dikejutkan dengan sikap Syarla.Ia menatapku dengan tatapan tak biasa. Bahkan tak ada senyum yang biasa ia suguhkan itu."Kenapa memandang saya begitu?" tanyaku."Aku ingin bicara serius, dan kali ini sangat serius, Mas Roy.""Mas? Sekarang tak ada siapa-siapa di sini, jadi bersikaplah seperti biasanya!" "Mulai detik ini, aku akan bersikap selayaknya seorang istri. Suka tidak suka, Mas harus terima."Aku terdiam menyaksikan perubahan Syarla. Sebelum aku
***POV Roy.Debar di dadaku semakin kencang. Entah kenapa rasanya aku sangat tak rela melihat Syarla teraniaya."Apa benar yang Mama katakan, Syarla? tanyaku menatap ke arahnya.Syarla menunduk dengan menyembunyikan sisa isakan tangisnya. Oh, sungguh hatiku semakin pilu."Lihat sendiri kan, Nak Roy? Syarla tak mampu menjawab pertanyaan Nak Roy," ujar Mama mertua."Kenapa Syarla? Kenapa kau melakukan hal itu?"Aku sengaja seolah-olah mempercayai semua kata-kata wanita licik ini."Karena aku juga manusia biasa, Mas. Sama sepertimu dan yang lain. Aku memiliki batas kesabaran. Jika memang Mas tak menginginkan aku, mari berpisah, Mas! Silakan pilih kehidupan yang Mas mau!"Bagaikan dentuman peluru menembak jantungku. Sakit sekali mendengar ucapan Syarla. Bahkan, aku melihat keseriusan dari tatap matanya.Detik berikutnya Syarla berlalu menuju ke dalam kamar.Sedangkan aku hanya terdiam dengan gejolak hati yang berbeda.Sebelumnya aku tak pernah merasakan takut akan kehilangan sesuatu se
***POV Mia (Mama Mertua Roy)Setelah Roy berangkat ke kantor, aku hanya tinggal berdua saja dengan Syarla.Aku ingin memberinya pelajaran karena telah berani mengusir Bianca. Anak sialan itu sudah lupa akan asal usulnya. Aku akan mengingatkan kembali padanya."Syarla! Sini kamu!" "Iya, Ma. Ada apa?" tanya-nya bersikap polos."Saya perhatikan semenjak kamu menikah dengan Roy sikapmu jauh berubah. Kau terlihat sombong dan kurangajar. Apa kau lupa siapa dirimu itu?""Jelas berubah dong, Ma. Dulu aku masih Anak gadis di rumah Papa dan Mama, sekarang aku sudah menjadi istri dari Mas Roy."Aku sudah geram menyaksikan sikap sombong Syarla."Dasar Anak tak sadar diri. Nak Roy itu tidak menginginkan dirimu. Sebentar lagi kau akan ditendang dari rumah ini. Bianca lebih pantas berada di sini ketimbang dirimu," ujarku meninggikan intonasi suara.Syarla mengukir senyum. Rasanya darahku sudah naik ke ubun-ubun."Terserahlah, Ma. Selama aku masih menjadi istri Mas Roy, maka aku tidak akan membiar
***POV Roy.Pagi sekali aku dikejutkan dengan kehadiran Bianca. Ia datang ke rumah karena pesan-pesan yang ia kirim tak aku respon.Sebenarnya aku sedang tak mau diganggu. Hatiku kini tengah gundah. Perasaan yang tumbuh terhadap Syarla aku takut menjadi cinta.Sungguh aku tak mau jatuh dalam dekapan putri Broto walau apa pun alasannya. Namun, terkahir ini senyum Syarla begitu menggoyahkan pertahananku."Tuan ... Kenapa Tuan nggak balas chat saya? Telepon juga nggak diangkat." Bianca menyerangku dengan pertanyaan yang bertubi-tubi.Aku menarik napas malas. Jika bukan karena sebuah misi, maka sudah pasti Bianca akan aku seret keluar."Saya lelah dan ketiduran. Kamu tolong ngertiin saya! Seharian saya sudah bergelut dengan urusan bisnis," sahutku dengan nada sedikit ketus.Bianca bertingkah manja, ia menarik tanganku dan mengajak duduk ke dalam. Karena saat ini posisi kami tengah di depan pintu.Seketika Syarla keluar dan ikut bergabung. Istri yang kunikahi tanpa berdasarkan cinta itu t
***POV Syarla.Hatiku sakit sekali ketika pedas kalimat suamiku mengatakan bahwa aku terlalu percaya diri.Ya, aku memang beranggapan kalau Mas Roy sudah mulai mencintaiku. Namun ternyata aku salah.Aku masih tak mengerti kenapa ia mempertahankan pernikahan ini sedangkan di hatinya ada Kak Bianca.Rasanya aku ingin menyerah. Takdir selalu saja mempermainkan hidupku.Sebagai seorang anak, Papa membedakan aku dengan Kak Bianca. Sedangkan Mama, beliau selalu berkata aku adalah duri dalam hidupnya. Kehadiranku dianggap menambah luka hati Mama, sebab Ibuku adalah istri kedua Papa.Begitu cerita yang aku dengar dari mereka. Untuk kejelasannya aku tak tahu pasti. Karena Ibu pergi sewaktu aku masih bayi. Cantik parasnya hanya dapat aku kenali lewat gambar saja..Waktu berjalan, bel rumah berbunyi. Aku berlari membukakan pintu dengan cepat."Kenapa matamu sembab?" tanya Mas Roy menatapku dengan sedikit heran.Aku menggeleng dan berlalu ke dalam."Syarla, tunggu!" Langkahku terhenti. Sesak
***POV Roy.Pagi ini aku singgah ke rumah Broto. Sengaja aku memenuhi permintaan Bianca yang mengajak aku untuk membicarakan perihal pernikahan.Tak disangka di tengah pembahasan kami, tiba-tiba Syarla datang. Ia histeris mengatakan bahwa aku hanyalah ingin membalas dendam.Aku terdiam. Dari mana dia tahu akan rencanaku?Beruntungnya Bianca tak percaya dan hal itu membuat Syarla bertambah histeris.Istriku yang malang tersungkur ke lantai dengan kondisi yang tampak melemah."Syarla!" teriakku berlari ke arahnya.Namun, Syarla memberi isyarat agar aku tak mendekat."Cukup, Tuan Roy yang terhormat! Jangan berpura-pura lagi! Aku sudah muak!" hardiknya.Aku menelan ludah getir. Syarla tidak memanggilku dengan sebutan 'Mas' kali ini."Baguslah kalau kau sadar diri," sambung Bianca.Sekilas aku menoleh ke arah Broto yang tampak menunduk. Ia terlihat serba salah. Dasar lelaki tak berguna. Padahal jelas-jelas Syarla juga putri kandungnya. Kebencianku bertambah menjadi berlipat ganda pada l
***POV Syarla.Hari ini aku mengikuti semua kemauan suamiku. Termasuk menemaninya ke rumah orang tuaku.Acara sudah digelar meriah di sana. Pernikahan Mas Roy dengan Kak Bianca akan segera terlaksana. Namun, aku sudah tahu, bukan pernikahan yang dilandasi rasa cinta.Melainkan hanya untuk membalas dendam. Sama seperti ia menikahiku. Begitu pula niatnya menikahi Kak Bianca.Sampai di rumah Papa, aku kembali terpaku melihat sikapnya yang meminta penghulu untuk pergi. Entah apa yang sedang direncanakannya. Aku sendiri sudah lelah untuk berpikir bahkan untuk berontak."Tuan, jawab! Kenapa Tuan diam saja!" Kak Bianca mulai berteriak dengan panik. Aku yang berada di samping Mas Roy hanya bisa menyaksikan tanpa berani membuka suara."Baiklah, Bianca. Saya akan menjawab semua pertanyaanmu, juga pertanyaan kedua orang tuamu," papar Mas Roy.Semua tamu yang hadir ikut menyimak dan menatap serius ke arah kami. Mereka juga tentunya sudah tahu kalau aku adalah istri Mas Roy. Namun, dengan terb
***POV Roy.Malam ini aku merasa begitu bahagia. Ternyata dicintai dan mencintai begini syahdunya.Hatiku telah bertaut sepenuhnya pada hati Syarla. Ketulusannya mampu melunakkan kerasnya egoku yang selama ini membara..Dan pagi harinya, aku melangkah menuju pintu saat kudengar suara bel berbunyi.Seperti biasa, si pengganggu datang tanpa rasa malu."Tuan, saya nggak terima dengan perbuatan Tuan terhadap saya!" hardik Bianca yang langsung menyerangku.Di sampingnya, ada Mama Mia yang ikut serta mengantarkan putri tercintanya melabrakku."Benar, Nak Roy! Harusnya Nak Roy tak melakukan itu pada Bianca. Kesalahan apa pun yang dibuat Papanya di masa lalu, tak sama sekali berhubungan dengan Bianca," sambung Mama Mia.Aku mengukir senyum miris melihat Ibu dan Anak yang tak tahu diri ini."Lalu? Apa peduli saya?" ujarku tenang."Tuan Roy jahat! Saya nggak mau menanggung malu. Pokoknya Tuan Roy harus tanggung jawab!" Bianca meninggikan intonasi suaranya.Sepagi ini suasana rumahku sudah dib