***Sebulan setelah melahirkan, Perusahaan milik Dev akhirnya terjual. Ia tak bisa memulai dari awal. Sedangkan uang hasil penjualannya digunakan untuk biaya hidup."Sayang, ada kabar baik," ucap Dev."Kabar baik apa Mas?" tanya Noami sambil memberi asi pada Jelita, putri mereka."Orang yang membeli Perusahaan Mas itu menyerahkan semua tanggung jawabnya pada Mas. Jadi Mas yang mengatur semuanya," papar Dev antusias.Naomi tersenyum bahagia, dan berkata. "Alhamdulillah, Mas. Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hambaNya.""Iya, sayang. Mas juga sangat bersyukur. Akan tetapi Mas belum pernah bertemu langsung dengan si pemilik baru perusahaan itu. Kemarin hanya Asistennya yang memberi kabar baik ini. Bahkan semua urusan pembayaran pun ditangani oleh Asistennya itu."Naomi mengerutkan keningnya, heran. Kira-kira siapa yang berhati malaikat itu?***Di sisi lain, Irfan semakin bisa menerima Adelia. Apa lagi sekarang Adelia tengah mengandung anaknya. Usia kehamilan itu sudah masuk bul
***Hari berganti bulan ....Semakin ke sini, kehidupan keluarga Dev semakin membaik. Namun, Dev ataupun Naomi belum juga bertemu dengan sosok itu.Hingga suatu ketika, Dev sengaja mengikuti Cika. Ia berharap dapat petunjuk dari seorang yang menjabat sebagai asistennya di perusahaan tersebut.Cika pulang menggunakan mobil pribadi. Ia berhenti di sebuah Apartemen mewah. Dev tak menemukan apa-apa. Cika hanya tinggal sendirian di sana. Akhirnya Dev pulang dengan tangan hampa.Sementara di sisi lain, Naomi sedang membawa Jelita jalan-jalan. Tanpa diduga, pertemuan dengan Layla kembali terjadi.Layla sangat senang melihat Naomi mengendong gadis kecil yang mungil.Perlahan langkah Layla mendekat ke arah Naomi."Naomi, ini putrimu?" tanya Layla penuh haru.Naomi bergeming, ia menatap Layla dari ujung rambut hingga ujung kaki. Penampilan Layla sangat berbeda dari saat terakhir ia berjumpa waktu itu.Kini Layla terlihat lebih mempesona, bahkan barang-barang yang digunakannya sangat berkelas se
***Sepanjang perjalanan pulang, Dev dilanda perasaan gelisah serta was-was. Kini ia berada di posisi yang rumit. Jujur salah, tak jujur lebih salah.Dev belum siap jika harus mengundurkan diri dari perusahaan yang berkembang pesat dari sebelumnya itu.Saat Dev Sampai di depan pintu rumahnya, bel pun Dev tekan. Naomi berlari membukakan pintu dengan girang."Mas, bagaimana? Coba ceritakan seperti apa sosok malaikat penolong hidup kita itu?" tanya Naomi antusias.Dev menarik napas panjang. Sang istri tampak begitu senang, hingga tak sadar kalau saat ini mereka masih berdiri di depan pintu."Naomi, sayang! Ajak suamimu masuk dulu!" teriak Lastri menggoda.Naomi jadi menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal sambil berkata. "Maafkan aku, Mas! Aku sangat senang hingga lupa akan kelelahanmu."Dev tersenyum getir. Akhirnya mereka masuk dan segera duduk di sofa.Lastri menyambut dengan perasaan yang bahagia. Bahkan Lastri pun penasaran akan sosok seseorang yang dermawan itu."Sekarang Mas har
***Pedas rasa tamparan itu mengenai pipi Dev, hingga dirinya pun tersadar bahwa sang mertua telah datang melaporkan semua yang dilihatnya."Bu, ini tak seperti yang kalian bayangkan," ujar Dev dengan sorot mata serius.Sebagai seorang ibu, Lastri dapat melihat kesungguhan dari cara Dev memandang. Namun, ia pun berpikir, bagaimana mungkin Melati bisa mengada-ngada."Ibu memberikanmu kesempatan untuk menjelaskan semuanya dari awal!" perintah Lastri.Dev menyiapkan diri, ia menarik nafasnya dalam-dalam. Kemudian menghembuskan dengan kasar. "Pemilik perusahaan yang kini aku kelola, adalah Layla.".Mata Lastri membeliak seakan nyaris keluar."Aku ingin mengatakan yang sejujurnya, Bu. Akan tetapi nyaliku ciut, hingga aku terpaksa harus menutupinya. Aku berpikir akan mencari waktu yang tepat. Lalu hari ini, Mama mertua melihat Layla keluar dari dalam ruanganku. Aku ingin menjelaskan, tapi beliau tak mau mendengarkan. Aku tak mengkhianati Naomi lagi, Bu. Aku tak mungkin mengulangi kesalahan
***Layla menarik nafasnya panjang, sembari menetralkan perasaan. Cukup lama ia berpikir, akhirnya muncul satu ide di kepalanya."Setelah saya mencabut tuntutan. Saya mau Dokter menemani saya ke luar kota untuk seminggu ke depan," ujar Layla."Cuma itu?" tanya Dev dengan rona wajah berseri.Layla mengangguk pelan. Namun, di hati tersirat satu keinginan untuk membuat cinta Dev tumbuh lagi selama waktu seminggu nanti.***Di sisi lain, Naomi dan Melati dibebaskan. Cika suda memberi surat pernyataan berdamai atas perintah Layla.Waktu berjalan ....Naomi mengambil Jelita dari pelukan Dev. "Aku tak tahu kenapa Layla bisa mencabut tuntutannya. Tapi apa pun itu, aku tetap tidak akan berterima kasih, atau pun minta maaf padanya," ujar Naomi.Dev berdehem pelan, sambil menyerahkan Jelita."Mama yakin, perempuan jalang itu punya tujuan lain," sahut Melati."Sudahlah, Ma. Mama selalu memperkeruh suasana. Layla melakukan ini karena Jelita. Harusnya kalian bersyukur," ucap Dev.Naomi tersenyum g
***Ketika pagi menyapa, Layla dan Dev bersiap untuk pulang ke Jakarta. Tampak cerah raut wajah Layla, rencananya telah berhasil. Ia berpikir, setelah ini Dev tentu akan jatuh ke dalam pelukannya lagi.Waktu berjalan ....Suasana hening tanpa ada yang membuka obrolan. Ketika keduanya sudah sampai, Layla sengaja mengulur waktu untuk tetap bisa bersama Dev."Dokter Dev, saya ingin meminta waktumu sebentar saja untuk menemani saya mengambil sesuatu di agen barang perlengkapan toko milik saya itu," ucap Layla."Baiklah, tapi saya tak bisa lama," sahut Dev.Layla mengangguk. Dev masih tak tahu, jika dirinya sudah masuk dalam perangkap Layla.Saat Layla sampai di tempat tujuannya. Dev diminta untuk mengangkatkan beberapa barang ringan. Kemudian Layla mengabadikan lagi gambar Dev itu. Tentunya untuk memanasi situasi.Detik berikutnya, Layla langsung mengunggah ke sosial media miliknya. Seperti biasa, Melati yang gemar mengecek akun Layla itu pun melihat.Bukan Melati namanya, jika ia tak m
***Di dalam mobil, Naomi tak berkata apa-apa. Hanya air matanya yang mengalir begitu saja."Mas tak menyangka, bisa-bisanya kau bersama pria lain membawa Jelita. Sekarang Mas mengerti, kenapa dirimu menolak diajak pulang ke rumah," ujar Dev yang masih gemetar menahan emosinya."Terserah apa yang mau Mas katakan tentangku. Namun, satu hal yang pasti. Aku bukan dirimu, Mas. Aku masih tahu dengan batasan-batasan itu. Mas Abraham memang tadi bersamaku. Akan tetapi kami tak sengaja bertemu. Lagi pula, dia hanyalah anak teman Mama. Aku malu dengan tindakanmu yang semena-mena. Bahkan Mas lupa, bahwa Mas sendiri sedang bermain gila dengan Layla. Turunkan aku di sini! Aku tak sudi satu mobil dengan Mas lagi," papar Naomi panjang lebar.Setelah cukup lama Naomi berdiam diri menahan segala gejolak hati. Akhinya semua tertumpah. Dev terpaku mendengar penuturan Naomi. Ia semakin merasa bersalah karena telah memukul Abraham tanpa mendengarkan penjelasannya."Maafkan Mas, Naomi. Mas khilaf. Jangan
***Sebisa mungkin Cika membuat Naomi mau bertemu dengan Layla. Hingga akhirnya pertemuan sudah diatur di sebuah restoran ternama.Naomi penasaran kenapa Layla ingin berjumpa dengannya lagi. Emosi Naomi yang sudah menumpuk, ingin segera ia luahkan pada tempatnya.Tepat pukul 14: 30 Layla dan Naomi bertemu.Berdebar dada Layla saat menatap kembali mata sendu Naomi. Mata yang dulu meneduhkannya, mata yang dulu memandangnya penuh cinta."Naomi," lirih Layla dengan suara yang gemetar."Apa maumu? Apa ingin membanggakan diri atas kemenanganmu menghancurkan kebahagianku?" tanya Naomi."Tidak, Naomi. Saya ingin meminta maaf."Tersungging bibir Naomi saat mendengar ucapan Layla. "Dulu kau pun pernah berkata demikian."Jatuh bulir bening itu membasahi pipi yang sudah tak berhias seperti sebelumnya. Layla memang kehilangan Naomi sejak ia menjalin asmara dengan Dev.Layla ingin meraih cinta dari sang pujaan, malah kehilangan cinta dari sahabat terbaiknya."Saya benar-benar menyesal, Naomi. Ter