***Hari berganti bulan ....Kehidupan Layla berjalan seperti biasa, walau ada relung hampa di jiwanya.Sedangkan Irfan, sampai saat ini belum bisa mencintai Adelia. Bayangan Layla masih saja menjelma dalam ingatannya. Rumah yang Layla tempati, memang sudah diserahkan sepenuhnya oleh Irfan. Bahkan Leni setuju, itu adalah salah satu permintaan Irfan sebelum menikahi Adelia.Namun, Leni pun mempunyai permintaan. Setelah Irfan memberikan hak penuh atas rumah itu, maka Irfan dan Layla tak boleh bertemu lagi.Janji itu masih Irfan junjung tinggi, walau ia belum bisa mencintai sang istri. Namun, dirinya juga tak pernah menemui Layla lagi.***Di sisi lain, Layla mulai membuka toko kecil-kecilan untuk bertahan hidup. Dirinya sering teringat akan Irfan. Namun, tak kalah sering pula mengingat sosok Dev. Layla bingung, sebenarnya hatinya untuk siapa?Akan tetapi jika teringat Irfan, rasanya tak sesakit saat mengingat Dev. Dari situ Layla mengerti, cintanya pada suami Naomi itu sangatlah dala
***Sejak hari itu, Layla mulai bangkit, dan mengelola toko kecil miliknya. Namun, perjuangan Layla sangat banyak rintangan. Para tetangga enggan berbelanja di tempatnya."Jangan beli di situ, deh Buk. Penjualnya seorang janda, bekas pelakor pula," ucap salah seorang yang lewat di depan toko Layla.Layla hanya beristigfar dalam hatinya. Cobaan yang dihadapi sungguh berat.Di sisi lain, perut Naomi mulai tampak membesar. Walau belum terlalu kelihatan. Namun, Dev sebagai seorang suami, menyadari perubahan fisik Naomi."Sayang, kau tampak lebih cantik saat mengandung. Pipimu tembem, sepertinya enak untuk dicubit," goda Dev."Ah, jangan dicubit dong, Mas!" Naomi bergelayut manja di lengan sang suami.Kehidupan Naomi dan Layla memang sangat bertolak belakang. Bahkan itu terjadi sudah sedari dulu.***Sementara Irfan, masih belajar mencintai Adelia. Ia tak mau pernikahannya ini gagal. Irfan adalah pria yang menjunjung tinggi nilai kesucian sebuah rumah tangga.Sore ini, Irfan pulang ke ruma
Persahabatan yang ternoda.***Hari berganti bulan ....Kehamilan Naomi semakin membesar. Sedangkan kehidupan Layla mulai berjalan normal. Usaha kecilnya membuahkan hasil, berkat rasa sabar yang ia tanam.Tetangga perlahan menerima Layla, dan melupakan pandangan masa lalunya yang kelam."Maafkan saya, Layla! Dulu saya sering menyindirmu ketika ada yang ingin berbelanja di sini," ucap Hani, tetangga Layla."Tidak apa-apa, Mbak. Lupakan saja!"Layla tersenyum senang. Kini penderitaannya sudah berkurang, bahkan setiap hari tokonya ramai pembeli.Di sisi lain, kehidupan Irfan dan Adelia pun semakin membaik. Irfan mulai bisa mencintai Adelia, walau belum sepenuhnya."Mas, aku sudah telat datang bulan," ujar Adelia."Benarkah, sayang? Sebaiknya nanti sore kita periksa ke Dokter Naomi."Adelia mengangguk kegirangan. Takdir memang tak ada yang tahu, kini dua laki-laki yang pernah mencintai Layla sudah bahagia dengan kehidupannya masing-masing.Layla sudah banyak belajar dari kemalangan hidup
***Sebulan setelah melahirkan, Perusahaan milik Dev akhirnya terjual. Ia tak bisa memulai dari awal. Sedangkan uang hasil penjualannya digunakan untuk biaya hidup."Sayang, ada kabar baik," ucap Dev."Kabar baik apa Mas?" tanya Noami sambil memberi asi pada Jelita, putri mereka."Orang yang membeli Perusahaan Mas itu menyerahkan semua tanggung jawabnya pada Mas. Jadi Mas yang mengatur semuanya," papar Dev antusias.Naomi tersenyum bahagia, dan berkata. "Alhamdulillah, Mas. Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hambaNya.""Iya, sayang. Mas juga sangat bersyukur. Akan tetapi Mas belum pernah bertemu langsung dengan si pemilik baru perusahaan itu. Kemarin hanya Asistennya yang memberi kabar baik ini. Bahkan semua urusan pembayaran pun ditangani oleh Asistennya itu."Naomi mengerutkan keningnya, heran. Kira-kira siapa yang berhati malaikat itu?***Di sisi lain, Irfan semakin bisa menerima Adelia. Apa lagi sekarang Adelia tengah mengandung anaknya. Usia kehamilan itu sudah masuk bul
***Hari berganti bulan ....Semakin ke sini, kehidupan keluarga Dev semakin membaik. Namun, Dev ataupun Naomi belum juga bertemu dengan sosok itu.Hingga suatu ketika, Dev sengaja mengikuti Cika. Ia berharap dapat petunjuk dari seorang yang menjabat sebagai asistennya di perusahaan tersebut.Cika pulang menggunakan mobil pribadi. Ia berhenti di sebuah Apartemen mewah. Dev tak menemukan apa-apa. Cika hanya tinggal sendirian di sana. Akhirnya Dev pulang dengan tangan hampa.Sementara di sisi lain, Naomi sedang membawa Jelita jalan-jalan. Tanpa diduga, pertemuan dengan Layla kembali terjadi.Layla sangat senang melihat Naomi mengendong gadis kecil yang mungil.Perlahan langkah Layla mendekat ke arah Naomi."Naomi, ini putrimu?" tanya Layla penuh haru.Naomi bergeming, ia menatap Layla dari ujung rambut hingga ujung kaki. Penampilan Layla sangat berbeda dari saat terakhir ia berjumpa waktu itu.Kini Layla terlihat lebih mempesona, bahkan barang-barang yang digunakannya sangat berkelas se
***Sepanjang perjalanan pulang, Dev dilanda perasaan gelisah serta was-was. Kini ia berada di posisi yang rumit. Jujur salah, tak jujur lebih salah.Dev belum siap jika harus mengundurkan diri dari perusahaan yang berkembang pesat dari sebelumnya itu.Saat Dev Sampai di depan pintu rumahnya, bel pun Dev tekan. Naomi berlari membukakan pintu dengan girang."Mas, bagaimana? Coba ceritakan seperti apa sosok malaikat penolong hidup kita itu?" tanya Naomi antusias.Dev menarik napas panjang. Sang istri tampak begitu senang, hingga tak sadar kalau saat ini mereka masih berdiri di depan pintu."Naomi, sayang! Ajak suamimu masuk dulu!" teriak Lastri menggoda.Naomi jadi menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal sambil berkata. "Maafkan aku, Mas! Aku sangat senang hingga lupa akan kelelahanmu."Dev tersenyum getir. Akhirnya mereka masuk dan segera duduk di sofa.Lastri menyambut dengan perasaan yang bahagia. Bahkan Lastri pun penasaran akan sosok seseorang yang dermawan itu."Sekarang Mas har
***Pedas rasa tamparan itu mengenai pipi Dev, hingga dirinya pun tersadar bahwa sang mertua telah datang melaporkan semua yang dilihatnya."Bu, ini tak seperti yang kalian bayangkan," ujar Dev dengan sorot mata serius.Sebagai seorang ibu, Lastri dapat melihat kesungguhan dari cara Dev memandang. Namun, ia pun berpikir, bagaimana mungkin Melati bisa mengada-ngada."Ibu memberikanmu kesempatan untuk menjelaskan semuanya dari awal!" perintah Lastri.Dev menyiapkan diri, ia menarik nafasnya dalam-dalam. Kemudian menghembuskan dengan kasar. "Pemilik perusahaan yang kini aku kelola, adalah Layla.".Mata Lastri membeliak seakan nyaris keluar."Aku ingin mengatakan yang sejujurnya, Bu. Akan tetapi nyaliku ciut, hingga aku terpaksa harus menutupinya. Aku berpikir akan mencari waktu yang tepat. Lalu hari ini, Mama mertua melihat Layla keluar dari dalam ruanganku. Aku ingin menjelaskan, tapi beliau tak mau mendengarkan. Aku tak mengkhianati Naomi lagi, Bu. Aku tak mungkin mengulangi kesalahan
***Layla menarik nafasnya panjang, sembari menetralkan perasaan. Cukup lama ia berpikir, akhirnya muncul satu ide di kepalanya."Setelah saya mencabut tuntutan. Saya mau Dokter menemani saya ke luar kota untuk seminggu ke depan," ujar Layla."Cuma itu?" tanya Dev dengan rona wajah berseri.Layla mengangguk pelan. Namun, di hati tersirat satu keinginan untuk membuat cinta Dev tumbuh lagi selama waktu seminggu nanti.***Di sisi lain, Naomi dan Melati dibebaskan. Cika suda memberi surat pernyataan berdamai atas perintah Layla.Waktu berjalan ....Naomi mengambil Jelita dari pelukan Dev. "Aku tak tahu kenapa Layla bisa mencabut tuntutannya. Tapi apa pun itu, aku tetap tidak akan berterima kasih, atau pun minta maaf padanya," ujar Naomi.Dev berdehem pelan, sambil menyerahkan Jelita."Mama yakin, perempuan jalang itu punya tujuan lain," sahut Melati."Sudahlah, Ma. Mama selalu memperkeruh suasana. Layla melakukan ini karena Jelita. Harusnya kalian bersyukur," ucap Dev.Naomi tersenyum g