***Waktu yang ditunggu-tunggu telah tiba. Pesta digelar meriah oleh keluarga Handoyo. Putri keduanya itu tampil begitu cantik. Namun, Irfan terlihat tak bahagia. Para tamu undangan sudah hadir sebagian. Bahkan Dev dan Naomi juga dalam perjalanan. Layla pun menguatkan diri untuk bisa menghadiri acara pernihakan Irfan. Ia berdandan sederhana, tapi terlihat sempurna. Ketika sampai di tempat acara, semua mata menatap kagum akan kecantikan Layla. Namun, tak kalah banyak pula, wanita mencibir dirinya.Detik berikutnya pasangan suami istri yang tampak bahagia datang. Yaitu, Dev dan Naomi. Keduanya bergandeng tangan mesra. Layla melihat kehadiran Naomi dan Dev, ia langsung bersembunyi."Terima kasih, karena kalian sudah bersedia hadir," ucap Leni lembut."Ini adalah pesta termeriah tahun ini. Bagaimana mungkin kami tidak akan hadir," sahut Dev.Layla masih memperhatikan dari balik sudut tembok ruangan. Detak jantung Layla berdebar hebat. Wajah Dev kembali ia lihat. "Kuatkan aku ya, Alla
***Hari berganti bulan ....Kehidupan Layla berjalan seperti biasa, walau ada relung hampa di jiwanya.Sedangkan Irfan, sampai saat ini belum bisa mencintai Adelia. Bayangan Layla masih saja menjelma dalam ingatannya. Rumah yang Layla tempati, memang sudah diserahkan sepenuhnya oleh Irfan. Bahkan Leni setuju, itu adalah salah satu permintaan Irfan sebelum menikahi Adelia.Namun, Leni pun mempunyai permintaan. Setelah Irfan memberikan hak penuh atas rumah itu, maka Irfan dan Layla tak boleh bertemu lagi.Janji itu masih Irfan junjung tinggi, walau ia belum bisa mencintai sang istri. Namun, dirinya juga tak pernah menemui Layla lagi.***Di sisi lain, Layla mulai membuka toko kecil-kecilan untuk bertahan hidup. Dirinya sering teringat akan Irfan. Namun, tak kalah sering pula mengingat sosok Dev. Layla bingung, sebenarnya hatinya untuk siapa?Akan tetapi jika teringat Irfan, rasanya tak sesakit saat mengingat Dev. Dari situ Layla mengerti, cintanya pada suami Naomi itu sangatlah dala
***Sejak hari itu, Layla mulai bangkit, dan mengelola toko kecil miliknya. Namun, perjuangan Layla sangat banyak rintangan. Para tetangga enggan berbelanja di tempatnya."Jangan beli di situ, deh Buk. Penjualnya seorang janda, bekas pelakor pula," ucap salah seorang yang lewat di depan toko Layla.Layla hanya beristigfar dalam hatinya. Cobaan yang dihadapi sungguh berat.Di sisi lain, perut Naomi mulai tampak membesar. Walau belum terlalu kelihatan. Namun, Dev sebagai seorang suami, menyadari perubahan fisik Naomi."Sayang, kau tampak lebih cantik saat mengandung. Pipimu tembem, sepertinya enak untuk dicubit," goda Dev."Ah, jangan dicubit dong, Mas!" Naomi bergelayut manja di lengan sang suami.Kehidupan Naomi dan Layla memang sangat bertolak belakang. Bahkan itu terjadi sudah sedari dulu.***Sementara Irfan, masih belajar mencintai Adelia. Ia tak mau pernikahannya ini gagal. Irfan adalah pria yang menjunjung tinggi nilai kesucian sebuah rumah tangga.Sore ini, Irfan pulang ke ruma
Persahabatan yang ternoda.***Hari berganti bulan ....Kehamilan Naomi semakin membesar. Sedangkan kehidupan Layla mulai berjalan normal. Usaha kecilnya membuahkan hasil, berkat rasa sabar yang ia tanam.Tetangga perlahan menerima Layla, dan melupakan pandangan masa lalunya yang kelam."Maafkan saya, Layla! Dulu saya sering menyindirmu ketika ada yang ingin berbelanja di sini," ucap Hani, tetangga Layla."Tidak apa-apa, Mbak. Lupakan saja!"Layla tersenyum senang. Kini penderitaannya sudah berkurang, bahkan setiap hari tokonya ramai pembeli.Di sisi lain, kehidupan Irfan dan Adelia pun semakin membaik. Irfan mulai bisa mencintai Adelia, walau belum sepenuhnya."Mas, aku sudah telat datang bulan," ujar Adelia."Benarkah, sayang? Sebaiknya nanti sore kita periksa ke Dokter Naomi."Adelia mengangguk kegirangan. Takdir memang tak ada yang tahu, kini dua laki-laki yang pernah mencintai Layla sudah bahagia dengan kehidupannya masing-masing.Layla sudah banyak belajar dari kemalangan hidup
***Sebulan setelah melahirkan, Perusahaan milik Dev akhirnya terjual. Ia tak bisa memulai dari awal. Sedangkan uang hasil penjualannya digunakan untuk biaya hidup."Sayang, ada kabar baik," ucap Dev."Kabar baik apa Mas?" tanya Noami sambil memberi asi pada Jelita, putri mereka."Orang yang membeli Perusahaan Mas itu menyerahkan semua tanggung jawabnya pada Mas. Jadi Mas yang mengatur semuanya," papar Dev antusias.Naomi tersenyum bahagia, dan berkata. "Alhamdulillah, Mas. Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hambaNya.""Iya, sayang. Mas juga sangat bersyukur. Akan tetapi Mas belum pernah bertemu langsung dengan si pemilik baru perusahaan itu. Kemarin hanya Asistennya yang memberi kabar baik ini. Bahkan semua urusan pembayaran pun ditangani oleh Asistennya itu."Naomi mengerutkan keningnya, heran. Kira-kira siapa yang berhati malaikat itu?***Di sisi lain, Irfan semakin bisa menerima Adelia. Apa lagi sekarang Adelia tengah mengandung anaknya. Usia kehamilan itu sudah masuk bul
***Hari berganti bulan ....Semakin ke sini, kehidupan keluarga Dev semakin membaik. Namun, Dev ataupun Naomi belum juga bertemu dengan sosok itu.Hingga suatu ketika, Dev sengaja mengikuti Cika. Ia berharap dapat petunjuk dari seorang yang menjabat sebagai asistennya di perusahaan tersebut.Cika pulang menggunakan mobil pribadi. Ia berhenti di sebuah Apartemen mewah. Dev tak menemukan apa-apa. Cika hanya tinggal sendirian di sana. Akhirnya Dev pulang dengan tangan hampa.Sementara di sisi lain, Naomi sedang membawa Jelita jalan-jalan. Tanpa diduga, pertemuan dengan Layla kembali terjadi.Layla sangat senang melihat Naomi mengendong gadis kecil yang mungil.Perlahan langkah Layla mendekat ke arah Naomi."Naomi, ini putrimu?" tanya Layla penuh haru.Naomi bergeming, ia menatap Layla dari ujung rambut hingga ujung kaki. Penampilan Layla sangat berbeda dari saat terakhir ia berjumpa waktu itu.Kini Layla terlihat lebih mempesona, bahkan barang-barang yang digunakannya sangat berkelas se
***Sepanjang perjalanan pulang, Dev dilanda perasaan gelisah serta was-was. Kini ia berada di posisi yang rumit. Jujur salah, tak jujur lebih salah.Dev belum siap jika harus mengundurkan diri dari perusahaan yang berkembang pesat dari sebelumnya itu.Saat Dev Sampai di depan pintu rumahnya, bel pun Dev tekan. Naomi berlari membukakan pintu dengan girang."Mas, bagaimana? Coba ceritakan seperti apa sosok malaikat penolong hidup kita itu?" tanya Naomi antusias.Dev menarik napas panjang. Sang istri tampak begitu senang, hingga tak sadar kalau saat ini mereka masih berdiri di depan pintu."Naomi, sayang! Ajak suamimu masuk dulu!" teriak Lastri menggoda.Naomi jadi menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal sambil berkata. "Maafkan aku, Mas! Aku sangat senang hingga lupa akan kelelahanmu."Dev tersenyum getir. Akhirnya mereka masuk dan segera duduk di sofa.Lastri menyambut dengan perasaan yang bahagia. Bahkan Lastri pun penasaran akan sosok seseorang yang dermawan itu."Sekarang Mas har
***Pedas rasa tamparan itu mengenai pipi Dev, hingga dirinya pun tersadar bahwa sang mertua telah datang melaporkan semua yang dilihatnya."Bu, ini tak seperti yang kalian bayangkan," ujar Dev dengan sorot mata serius.Sebagai seorang ibu, Lastri dapat melihat kesungguhan dari cara Dev memandang. Namun, ia pun berpikir, bagaimana mungkin Melati bisa mengada-ngada."Ibu memberikanmu kesempatan untuk menjelaskan semuanya dari awal!" perintah Lastri.Dev menyiapkan diri, ia menarik nafasnya dalam-dalam. Kemudian menghembuskan dengan kasar. "Pemilik perusahaan yang kini aku kelola, adalah Layla.".Mata Lastri membeliak seakan nyaris keluar."Aku ingin mengatakan yang sejujurnya, Bu. Akan tetapi nyaliku ciut, hingga aku terpaksa harus menutupinya. Aku berpikir akan mencari waktu yang tepat. Lalu hari ini, Mama mertua melihat Layla keluar dari dalam ruanganku. Aku ingin menjelaskan, tapi beliau tak mau mendengarkan. Aku tak mengkhianati Naomi lagi, Bu. Aku tak mungkin mengulangi kesalahan
BonusJudul: Ayah terhebatku.Di tahun 2000 silam, Ayahku mengalami kerugian besar pada usahanya, hingga bisnis yang sedang ia kelola itu harus ditutup.Aku pada masa itu masih sangat kecil, tapi aku dapat mengingatnya. Sejak kejadian itu, Ayah kembali banting tulang demi bisa menghidupi kami anak-anaknya.Dia bekerja apa saja asal menghasilkan uang dan masih halal. Sekarang, usiaku sudah 27 tahun, aku belum menikah. Akan tetapi, aku sudah memiliki kekasih, walau kami hanya berhubungan dari jarak jauh. Namanya, Riyan. Dia tinggal di kota Aceh, dan berkerja di kota Medan sebagai salah staf Bank swasta. Sedangkan aku tinggal di kota Jambi.Riyan menelponku. "Halo, Lyanna! Tadi aku sudah bicara pada Bunda. Beliau bilang, keluarga akan siap datang ke kotamu Minggu depan. Bagaimana? Apa kamu juga siap menerima kehadiran kami?" Aku menarik lekuk bibirku tersenyum. Tentu saja aku siap dan senang mendengar kabar bahagia ini."Aku InsyaAllah, siap. Hem, tapi aku harus bicara dulu pada Ayah
***POV Syarla.Malam ini aku merasa gelisah. Mungkin karena tak ada suamiku di rumah. Mas Roy ke luar kota memenuhi undangan dari rekan bisnisnya.Akan tetapi, perasaanku kali ini semakin tak enak. Aku merasa was-was dan seperti ada yang memperhatikan setiap langkahku.Brak!Aku terperanjat saat mendengar suara pecahan sesuatu di ruangan depan.Dengan langkah yang ragu, aku memberanikan diri keluar untuk memastikan."Bik Atun," lirihku sambil berjalan.Asisten rumah tangga yang baru bekerja tadi pagi itu tak terlihat. Aku semakin gemetar ketika derap kaki dari luar terdengar begitu jelas.Kaca depan rumah ini pecah berkeping-keping. Aku ketakutan hingga melakukan panggilan suara ke nomor Mas Roy.Suamiku tak menjawab telepon dariku. Aku terus mengulang-ngulangnya. Namun, tetap saja tak ada jawaban.Kini, aku kembali berlari ke dalam kamar. Aku memeluk lututku sendiri menahan getar yang semakin mengguncang tubuhku.Sebuah pesan aku kirimkan pada Mas Roy, berharap ia membacanya dan seg
***Aku pulang dengan melaporkan tentang apa yang aku lihat tadi. Kini, pihak kepolisian langsung bergegas menuju tempat yang aku ceritakan.Aku tak mau tinggal diam. Aku memilih untuk ikut memastikan.Perjalanan yang cukup jauh menyita banyak waktu. Saat ini terik matahari semakin tinggi, dan akhirnya aku kembali sampai di depan bangunan tua itu.Dua lelaki yang sempat menghalangi langkahku sebelumnya, kini sudah tak terlihat batang hidungnya. "Tuan Roy, apa benar ini tempatnya?" tanya penyidik."Benar, Pak. Tadi saya sempat melihat mobil Papa mertua saya berhenti di depan sini. Kemudian saya tidak tahu lagi karena ada dua preman yang menghadang saya," paparku."Baiklah. Kita akan mengecek ke dalam bersama-sama."Aku mengangguk setuju dan segera melangkah mengimbangi team penyidik..Sampai di dalam, bangunan tua itu sangat kotor dan penuh debu. Sepertinya memang sudah lama tak berpenghuni. Seluruh ruangan kami telusuri. Hasilnya sungguh mengecewakan, karena tak ada siapa-siapa yan
***Semalam aku tak tidur karena memikirkan masalah ini. Hingga pagi tiba, aku langsung bergegas ke kantor untuk menanyakan pada Melodi tentang undangan seminar kemarin."Mel, siapa yang memberikan undangan atas nama Wily Group itu?" tanyaku serius."Saya tidak kenal, Tuan. Namun, ia mengaku disuruh mengantarkan amanah undangan itu saja," ujar Melodi."Kalau begitu beri kabar pada Pak Wily, katakan padanya saya ingin bertemu!" titahku."Baik, Tuan."Melodi berlalu dari hadapanku. Detik berikutnya aku juga pergi ke kantor polisi untuk memastikan perkembangan tentang kasus hilangnya istriku..Sampai di sana."Sepertinya asisten rumah tanggamu terlibat, Tuan Roy. Semua cctv di area rumahmu mati dan tak berfungsi, bukan? Sekarang kita bisa memulai penyelidikan dari kediaman ART Tuan Roy itu," terang penyidik.Aku menelan ludah getir. Sungguh tak disangka kalau Bik Atun juga terlibat dalam masalah ini."Saya tidak tahu di mana tempat tinggalnya, Pak. Bahkan saya juga tak tahu apa-apa tent
***POV Roy.Aku pulang ke rumah setelah semua urusan kantor selesai, pun urusan dengan Broto. Syarla menyambutku dengan senyum terindah di wajahnya. Sungguh, saat ini hanya Syarla yang mampu mendamaikan hatiku yang sedang kepanasan karena dendam membara yang semakin menyala."Syarla, besok saya ada tugas ke luar kota. Apa kamu tidak masalah jika saya tinggal di rumah?" tanyaku dengan berat hati.Ya, besok aku akan menghadiri seminar penting. Sejujurnya aku tak mau meninggalkan Syarla, tapi aku juga tak ingin membuat citra perusahaanku buruk hanya karena satu kali ketidak hadiranku di sana."Hm, berapa lama, Mas? Aku takut Mas merindukanku nantinya," goda istri cantikku itu.Aku tersenyum sambil mencolek hidung mancungnya. Syarla tampak menggemaskan. Aku pastinya memang merindukan dirinya ketika berjauhan."Cuma dua hari, Syarla. Saya akan mempekerjakan asisten rumah tangga untuk membantumu di rumah, sekaligus untuk menemanimu agar tak sendirian," ujarku."Baiklah, Mas. Kalau begitu
***POV Roy.Malam ini aku merasa begitu bahagia. Ternyata dicintai dan mencintai begini syahdunya.Hatiku telah bertaut sepenuhnya pada hati Syarla. Ketulusannya mampu melunakkan kerasnya egoku yang selama ini membara..Dan pagi harinya, aku melangkah menuju pintu saat kudengar suara bel berbunyi.Seperti biasa, si pengganggu datang tanpa rasa malu."Tuan, saya nggak terima dengan perbuatan Tuan terhadap saya!" hardik Bianca yang langsung menyerangku.Di sampingnya, ada Mama Mia yang ikut serta mengantarkan putri tercintanya melabrakku."Benar, Nak Roy! Harusnya Nak Roy tak melakukan itu pada Bianca. Kesalahan apa pun yang dibuat Papanya di masa lalu, tak sama sekali berhubungan dengan Bianca," sambung Mama Mia.Aku mengukir senyum miris melihat Ibu dan Anak yang tak tahu diri ini."Lalu? Apa peduli saya?" ujarku tenang."Tuan Roy jahat! Saya nggak mau menanggung malu. Pokoknya Tuan Roy harus tanggung jawab!" Bianca meninggikan intonasi suaranya.Sepagi ini suasana rumahku sudah dib
***POV Syarla.Hari ini aku mengikuti semua kemauan suamiku. Termasuk menemaninya ke rumah orang tuaku.Acara sudah digelar meriah di sana. Pernikahan Mas Roy dengan Kak Bianca akan segera terlaksana. Namun, aku sudah tahu, bukan pernikahan yang dilandasi rasa cinta.Melainkan hanya untuk membalas dendam. Sama seperti ia menikahiku. Begitu pula niatnya menikahi Kak Bianca.Sampai di rumah Papa, aku kembali terpaku melihat sikapnya yang meminta penghulu untuk pergi. Entah apa yang sedang direncanakannya. Aku sendiri sudah lelah untuk berpikir bahkan untuk berontak."Tuan, jawab! Kenapa Tuan diam saja!" Kak Bianca mulai berteriak dengan panik. Aku yang berada di samping Mas Roy hanya bisa menyaksikan tanpa berani membuka suara."Baiklah, Bianca. Saya akan menjawab semua pertanyaanmu, juga pertanyaan kedua orang tuamu," papar Mas Roy.Semua tamu yang hadir ikut menyimak dan menatap serius ke arah kami. Mereka juga tentunya sudah tahu kalau aku adalah istri Mas Roy. Namun, dengan terb
***POV Roy.Pagi ini aku singgah ke rumah Broto. Sengaja aku memenuhi permintaan Bianca yang mengajak aku untuk membicarakan perihal pernikahan.Tak disangka di tengah pembahasan kami, tiba-tiba Syarla datang. Ia histeris mengatakan bahwa aku hanyalah ingin membalas dendam.Aku terdiam. Dari mana dia tahu akan rencanaku?Beruntungnya Bianca tak percaya dan hal itu membuat Syarla bertambah histeris.Istriku yang malang tersungkur ke lantai dengan kondisi yang tampak melemah."Syarla!" teriakku berlari ke arahnya.Namun, Syarla memberi isyarat agar aku tak mendekat."Cukup, Tuan Roy yang terhormat! Jangan berpura-pura lagi! Aku sudah muak!" hardiknya.Aku menelan ludah getir. Syarla tidak memanggilku dengan sebutan 'Mas' kali ini."Baguslah kalau kau sadar diri," sambung Bianca.Sekilas aku menoleh ke arah Broto yang tampak menunduk. Ia terlihat serba salah. Dasar lelaki tak berguna. Padahal jelas-jelas Syarla juga putri kandungnya. Kebencianku bertambah menjadi berlipat ganda pada l
***POV Syarla.Hatiku sakit sekali ketika pedas kalimat suamiku mengatakan bahwa aku terlalu percaya diri.Ya, aku memang beranggapan kalau Mas Roy sudah mulai mencintaiku. Namun ternyata aku salah.Aku masih tak mengerti kenapa ia mempertahankan pernikahan ini sedangkan di hatinya ada Kak Bianca.Rasanya aku ingin menyerah. Takdir selalu saja mempermainkan hidupku.Sebagai seorang anak, Papa membedakan aku dengan Kak Bianca. Sedangkan Mama, beliau selalu berkata aku adalah duri dalam hidupnya. Kehadiranku dianggap menambah luka hati Mama, sebab Ibuku adalah istri kedua Papa.Begitu cerita yang aku dengar dari mereka. Untuk kejelasannya aku tak tahu pasti. Karena Ibu pergi sewaktu aku masih bayi. Cantik parasnya hanya dapat aku kenali lewat gambar saja..Waktu berjalan, bel rumah berbunyi. Aku berlari membukakan pintu dengan cepat."Kenapa matamu sembab?" tanya Mas Roy menatapku dengan sedikit heran.Aku menggeleng dan berlalu ke dalam."Syarla, tunggu!" Langkahku terhenti. Sesak