Home / Romansa / Unconditional Love / Kepergian Amanda

Share

Unconditional Love
Unconditional Love
Author: DCasya

Kepergian Amanda

Author: DCasya
last update Last Updated: 2021-04-22 15:39:20

“Kenapa kaki ku tidak bisa digerakkan?” gerutu Nico. Pria tampan berusia 29 tahun itu tampak kebinggungan saat ia tidak dapat merasakan kedua kakinya.

“Suster…suster!” teriaknya memanggil perawat sambil menekan tombol yang berada disamping ranjangnya.  

Almira yang saat itu akan kembali ke ruang perawat segera berlari begitu mengetahui ruang VVIP menyalakan tombol. “Pak Nico, Anda tidak apa-apa?” tanya Almira yang melihat pasiennya sedang kebinggungan.

“Suster, apa yang terjadi pada kaki saya? Kenapa saya tidak bisa merasakan apa-apa?”

“Pak Nico, tenang dulu. Akan saya panggilkan Dokter Yacob segera.”

Almira segera menghubungi Dokter Yacob yang saat itu sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit.

Tidak lama berselang, Dokter Yacob dan seorang wanita paruh baya datang dan langsung menghampiri ruang VVIP.

Wanita paruh baya itu terkejut melihat kondisi putranya yang kebinggungan sambil berusaha mengerak-gerakkan kakinya. “Sayang, kamu kenapa?” tanya Ratna.

“Dokter, putra saya kenapa?”

“Sepertinya terjadi sesuatu dengan kondisi kaki putra Anda, untuk mengetahui hal itu saya akan segera melakukan pemeriksaan segera.” Ujar dokter Yacob, dan memerintahkan Almira untuk segera melakukan rontgen pada Nico.

***

“Suster Almira, tolong ambilkan hasil pemeriksaan dan laporan medisnya.”

Almira memberikan hasil pemeriksaan tersebut pada dokter Yacob. “Ini, dok. Hasil pemeriksaan dan laporannya, Pak Nico.”

“Berdasarkan dari hasil pemeriksaan, kaki anda mengalami...kelumpuhan.”

Nico begitu frustasi mendengar kabar yang diberikan oleh dokter Yacob tentang kondisinya. Ia seperti merasa terperosok di dalam sebuah jurang yang dalam. Kini ia hanya bisa berharap calon istrinya tidak meninggalkannya.

Almira memberikan obat penenang pada pasien atas saran dokter Yacob agar pasien bisa sedikit lebih tenang dan bisa beristirahat.

Dari balik pintu seorang wanita muda yang menggunakan kursi roda itu tidak sengaja mendengarkan percakapan mereka ketika akan masuk keruangan tersebut. Ia mendengarkan penjelasan dokter tentang kondisi pasien yang berada didalam.

“Apa! Nico lumpuh. Dia tidak akan bisa berjalan lagi.” Gerutunya dari luar balik pintu.

Saat wanita yang berada dibalik pintu kamar perawatan, sedang sibuk dengan pikirannya sendiri, tiba-tiba pintu kamar pasien terbuka, menampakkan dokter Yacob dan ibu Nico.

“Amanda!” seru Ratna. “Sedang apa kamu didepan pintu kamar Nico? Kenapa kamu tidak langsung masuk menemui Nico? Saat ini dia sedang sangat membutuhkanmu, nak. Masuklah.”

“Eee…anu…itu, tante, maaf tadinya saya ingin masuk tapi mendadak kepala saya sakit, mungkin efek benturan dikepala saya masih terasa!” ucapnya beralasan dengan memandang dokter Yacob.

“Lebih baik kamu kembali ke kamar dan beristirahat, aku akan memeriksa keadaan mu.” Ucap Dokter Yacob yang mengerti dengan pandangan Amanda.

“Baiklah, beristirahatlah. Tante harap jika kamu sudah tidak apa-apa kamu bisa menemui Nico, karena dia benar-benar membutuhkan dukunganmu saat ini.”

***

“Pa, apa benar yang aku dengar barusan, kalau Nico lumpuh?” ucap Amanda setelah berada dikamar perawatannya.

Dokter Yacob hanya menjawab dengan anggukan. “Yang kamu dengar memang benar.”

‘Ini tidak boleh terjadi, aku tidak mau menikah dengan orang lumpuh.’ seru batinnya

“Apa yang sedang kamu pikirkan, Amanda? Kenapa wajahmu seperti itu.”

“Tidak ada, pa.” jawab Amanda cepat

“Pa, apa aku sudah boleh pulang? Aku sudah baik-baik saja sekarang.”

“Tadi kamu bilang masih merasakan sakit dikepala mu, kenapa sekarang tiba-tiba kamu sudah merasa sehat?” dokter Yacob memicingkan matanya menatap Amanda.

“Baiklah, aku hanya memberikan alasan pada Tante Ratna tadi, karena aku butuh waktu untuk berfikir jadi aku beralasan kepalaku masih sakit!”

“Jangan coba-coba berfikir untuk meninggalkan Nico, Amanda!” ucapnya dengan tegas. “Pernikahan kalian hanya tinggal dua minggu lagi.”

“Tidak, pa. Tapi ijinkan aku pulang hari ini, ya. Ku mohon….” pinta Amanda yang merengek pada dokter Yacob.

“Baiklah, papa mengijinkan mu pulang hari ini, tapi kamu harus menemui Nico dulu sebelum pulang.” Perintahnya

“Terima kasih, pa.”

“Almira akan membantumu membereskan barang-barangmu dan mengurus semuanya.” Ucap dokter Yacob dengan dijawab anggukan dan senyuman dari Amanda.

***

Almira membantu mengurus segala administrasi yang diminta oleh Dokter Yacob untuk kepulangan Amanda saat ini. Ia menghampiri kamar Amanda, “Aman..da..?” panggil Almira saat membuka pintu kamar Amanda, dilihatnya kamar tersebut sudah tidak berpenghuni.

Almira mencoba menghubungi Amanda namun tak kunjung ada jawaban, lalu ia mencoba menghubungi Dokter Yacob melalui pesan singkat yang berisi jika Amanda sudah meninggalkan rumah sakit tanpa memberitahunya.

Dokter Yacob meminta Almira untuk segera menyusul Amanda ke rumahnya untuk menghentikan kepergian Amanda. Namun saat Almira sampai di rumah, ia melihat ada sebuah mobil Pajero sport telah terparkir dihalaman rumah Dokter Yacob.

Almira bergegas masuk kerumah dan ia melihat Amanda sudah mengemasi barang-barangnya. “Amanda, apa yang kamu lakukan? Kamu mau kemana, membawa semua koper-kopermu?”

“Itu bukan urusanmu, Al!”

“Tapi, Amanda….”

“Tutup mulutmu dan urus urusanmu sendiri!” ucapnya sarkas. “Dan satu lagi, jangan katakan apapun pada papa jika aku pergi bersama Kevin, mengerti.”

“Ayo, Kev. Kita pergi sebelum dia mengatakan lebih banyak lagi.” Ucap Amanda pergi meninggalkan Almira, namun sebelum Amanda keluar dari pintu Almira memanggilnya.

“Tunggu, Amanda.” Ucapnya dengan berlari mengejar Amanda yang sudah berada di depan pintu. “Kamu tidak bisa pergi seperti ini, apa kamu lupa jika sebentar lagi kamu akan menikah.”

“Lalu…,”

“Kalau kamu pergi, bagaimana dengan pernikahan mu?”

“Ya ampun, Almira! Bisakah kau diam dan membiarkan aku pergi. Lagipula itu bukan urusanmu!” seru Amanda kesal.

Almira menatap Amanda dengan mengerutkan dahi, ingin rasanya Almira membenturkan kepala Amanda karena mendengar kata-kata yang keluar dari mulutnya, entah mengapa setiap kali berurusan dengan Amanda ia selalu saja merasa akan terjadi sesuatu dalam hidupnya. Almira dan Amanda memang bersaudara namun berbeda ayah, itulah sebabnya mereka mempunyai kepribadian sangat berbeda, tiap kali Amanda melakukan sesuatu selalu Almira yang akan merasakan akibat perbuatan Amanda.

Tidak ada yang tahu jika Almira adalah anak tiri dari Dokter Yacob Lucero, directur rumah sakit Karya Bakti tempatnya bekerja. Karena memang Dokter Yacob tidak pernah suka dan menganggap Almira sebagai anaknya sendiri, berbeda dengan Amanda yang memang darah dagingnya.

Setelah kematian ibunya, Almira memutuskan pindah dan tinggal bersama neneknya di Surabaya. Namun, karena sesuatu hal akhirnya Almira harus kembali ke Jakarta. Dan, disinilah ia saat ini dihadapkan dengan Amanda yang selalu membuat masalah.

“Sudahlah, aku harus pergi, jadi jangan cemaskan yang bukan urusanmu, adik tiriku yang cantik!” kata Amanda dengan sedikit penekanan, lalu pergi meninggalkannya dan bergegas naik ke dalam mobil. Almira yang melihat kelakuan Amanda hanya bisa menggelengkan kepala. ‘Semoga saja, apa yang kamu lakukan saat ini tidak memberikan dampak buruk pada hidupku lagi, Amanda.’ Ucap Almira dalam hati.  

Bersambung…

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Charlotte Lee
menarik sih ceritanya.. mau follow akun sosmed nya dong kalo boleh?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Unconditional Love   Harapan Baru Sirna

    Almira berjalan menyusuri gang kecil menuju rumahnya. Suasana mendung membuat ia mempercepat langkahnya sebelum hujan turun membasahi tubuhnya. Ia ingin segera sampai dirumah untuk mengistirahatkan tubuhnya setelah seharian bekerja dan berurusan dengan Amanda.Almira menghentikan langkahnya ketika mendekati rumahnya sudah ada seseorang yang menunggunya di teras. Ia cukup heran dengan kedatangan Benny yang datang tiba-tiba tanpa memberi kabar.“Ben…,!” panggil Almira.Benny tersenyum menatapku. “Hai….”“Sedang apa kamu disini? Bukankah hari ini kamu masih ada jadwal praktik?”“Maaf, aku datang tanpa memberi tahumu dulu. Sebenarnya aku datang kemari, hanya ingin memberi tahumu kabar gembira, coba tebaklah Al?”“Apa beasiswamu diterima?” tebak Almira spontan.Benny mengangguk dan tersenyum. “Pintar sekali,”“Tebakkan mu benar, sayang. Beasi

    Last Updated : 2021-04-22
  • Unconditional Love   Penawaran Untuk Almira

    Pagi masih belum menampakkan sinarnya. Namun, tampak seorang pria sedang duduk diatas kursi roda menghadap kearah jendela. Nico menghembuskan nafas frustasi, kepalanya mendadak pening semenjak menerima pesan dari Amanda.“Jon!” panggil Nico dari dalam pada Jon—asisten pribadinya.“Ya, Tuan?” jawab Jon. Ia dengan cepat menghampiri tuannya.“Cari tahu keberadaan Amanda saat ini dan cari tahu semua tentang Amanda. Aku ingin buat perhitungan dengannya.” Ucapnya dengan kesal, “berikan infonya sebelum aku keluar dari rumah sakit sialan ini!”“Baik, Tuan,” jawab Jon patuh. Ia pun segera keluar dari kamar tuannya dan memerintahkan anak buahnya sesuai yang diperintahkan tuannya.Ia masih menatap keluar jendela, tangannya mengepal hingga buku-buku jarinya terlihat memutih. Ia hanya tidak menyangka jika wanita yang dicintainya pergi meninggalkannya karena dia lumpuh sedangkan hari pernikahan ha

    Last Updated : 2021-04-23
  • Unconditional Love   Perjanjian

    Satu jam yang lalu…“Apa yang akan kau lakukan pada mereka sekarang, Nic?” tanya Dokter Nando.“Aku? Aku tidak akan melakukan apa-apa, Nan. Aku hanya akan jadi penonton drama dalam keluarga Lucero!” Ucap Nico dengan seringai licik disudut bibirnya.“Aku berharap kamu tidak melibatkan Suster Almira dalam rencana mu. Dia tidak ada hubungannya dengan masalah ini.”“Kenapa? Kenapa kau begitu peduli dengannya, Nan?” Nico mengerutkan keningnya menatap kakaknya heran. “Apa kau tertarik padanya?”“Auw…,” spontan Dokter Nando memukul kepala Nico. “Jaga bicaramu. Dia gadis yang baik dan berbeda, lagipula dia sudah punya kekasih, jadi mana mungkin aku tertarik padanya.”Tiba-tiba pintu kamar terbuka, tampak ibunya yang datang dengan wajah cemberut, membuat mereka memalingkan pandangannya pada sosok yang mereka sayangi.“Kenapa kau meminta mama datang kemari, Nico? Ada apa?,” ujarnya. “Mama jadi harus menitipkan Hanif pada pengasuhnya, kau tahu sendiri

    Last Updated : 2021-05-01
  • Unconditional Love   Kunjungan Pertama

    Almira menghembuskan nafas kecewa begitu keluar dari ruangan ayah tirinya. Ia melangkahkan kakinya sambil melamun menjauh dari ruangan Dokter Yacob dan berjalan menuju lift. Dalam lamunannya ia berfikir, mengapa ayah tirinya tega melimpahkan kesalahan yang dilakukan Amanda dengan menyetujui perjanjian gila yang diberikan Nico padanya. Menikah dengan orang yang tidak dikenal dan tidak ia cintai bukanlah daftar dari rencana masa depan Almira, apalagi dengan seorang CEO yang temperamental dan arogan. Tujuannya kembali ke Jakarta bukan sekedar bekerja tapi demi meminta kembali rumah panti peninggalan ibunya, tapi kenyataan yang terjadi saat ini justru diluar bayangannya. Dan sialnya, Almira tidak bisa menolak pernikahan ini karena nenek dan rumah panti yang masih ada dalam genggaman ayah tirinya. Ia hanya bisa berharap setelah menjalani pernikahan ini, kaki Nico dapat segera sembuh dan bisa berjalan kembali seperti semula. Semakin cepat kesembuhan kaki Nico

    Last Updated : 2021-05-24
  • Unconditional Love   Fitting Dress

    Hari ini Almira terpaksa harus meminta ijin untuk tidak masuk, karena Nico mengajaknya ke butik langganan keluarga Brahmantyo untuk mencari gaun pengantin.Sepanjang perjalanan menuju butik, Almira lebih banyak melamun, sedangkan Nico sibuk dengan laptop yang berada dipangkuannya. Ia harus menyelesaikan pekerjaannya yang menumpuk akibat kecelakaan yang dialaminya.Meski Nico merupakan pria yang temperamen dan arogan tapi ia tetap memperlakukan Almira dengan baik, mungkin tidak semanis pasangan yang akan menikah pada umumnya. Tapi bersikap tidak temperamen dan arogan serta menahan emosi untuk sementara waktu sudah merupakan sebuah kemajuan untuk seorang Nicolas.“Apa yang sedang kau pikirkan?”Almira sedikit terkejut saat Nico membuyarkan lamunannya—tiba-tiba pria itu sudah menutup laptopnya. Almira berpikir sejak kapan pria itu menyelesaikan pekerjaannya?Almira heran dengan dirinya sendiri, ia menjadi sering malamunkan hal-hal ya

    Last Updated : 2021-05-24
  • Unconditional Love   Kesepakatan

    Mereka tiba di sebuah restauran mewah di Jakarta, pelayan wanita mendatangi mereka. Nico memesan makanan begitu juga Almira, meskipun ia tidak tahu jenis makanan seperti apa yang ia pesan.“Apa kau yakin tidak ingin merubah konsep pernikahan yang kau inginkan, Al?” tanya Nico memecahkan keheningan.“Tidak,” jawab Almira singkat.“Kenapa? Setiap wanita yang akan menikah pasti menginginkan pesta yang mewah dan meriah. Lagipula aku tidak keberatan jika harus mengeluarkan ratusan juta.”Almira tercengang—ratusan juta katanya? Pria ini memang benar-benar sudah gila.“Saya bukan gadis yang tidak tahu malu, Pak? Dengan mengadakan pesta meriah dan sebesar itu yang disaksikan semua orang, lalu berita perceraian muncul dua atau satu tahun kemudian?!” ucap Almira kesal.“Baiklah. Terserah padamu. Mungkin aku bisa melakukannya saat menikah dengan wanita lain nanti.” Nico menyesap minuman

    Last Updated : 2021-05-27
  • Unconditional Love   Hukuman Untuk Pengkhianat

    Sejenak Nico terdiam dalam tenang—belum merespon ucapan yang di katakan Almira.“Ditolak. Aku tidak bisa menyetujui yang aku sendiri tidak bisa melakukannya.” Nico memutar kursi rodanya—menuju pintu keluar kamar Almira.“Tidurlah, Almira. Sudah larut, besok pagi kau masih harus membeli keperluan untuk pernikahan bersama Mama.”***Almira sudah bersiap sejak pagi, ia hanya tidur empat jam sejak obrolan dengan Nico berakhir. Mulai hari ini dan seterusnya ia tidak perlu kembali ke rumah sakit untuk bekerja karena semalam Nico sudah memberi tahunya bahwa ia sudah tidak lagi bekerja di sana.‘Jika aku tidak lagi bekerja di sana lalu bagaimana aku bisa mengawasi kesehatan nenek di sana’ batin Almira.Tok…Tok…Almira terhenyak dari lamunannya saat mendengar pintu kamarnya diketuk.“Maaf, Non. Non Almira di tunggu Nyonya besar di bawah untuk sarapan be

    Last Updated : 2021-05-31
  • Unconditional Love   Pernikahan

    Nico merebahkan diri di atas ranjang dalam kamar hotel, sejenak ia memejamkan mata melepas penat dalam pikirannya. Meski saat ini kakinya belum bisa bergerak namun ia sudah membiasakan diri untuk mengerjakan segalanya sendiri dengan bantuan kursi roda.Ia harap menjadikan Almira untuk menggantikan Amanda adalah suatu keputusan yang benar untuk membalas Amanda dan keluarganya. Tok…Tok…“Tuan,” panggil Joni dari luar pintu.“Masuk.”“Maaf Tuan, Ibu Anda menghubungi saya, beliau tanya mengapa ponsel Anda tidak bisa dihubungi?”Nico merubah posisinya, ia duduk di pinggiran ranjang dan mengambil ponselnya yang berada di atas nakas. “Ah…pantas saja. Ponsel ku mati, aku belum sempat mengisi baterainya,” ucap Nico—memberikan ponselnya pada Joni untuk di charge.“Hubungkan aku dengan ibu ku, Jon!” PerintahnyaTidak perlu menunggu lama u

    Last Updated : 2021-06-02

Latest chapter

  • Unconditional Love   Pertemuan

    Tok!Tok!Tok!“Almira, Sayang?” panggil Ratna. Ia mengetuk pintu kamar menantunya karena merasa khawatir dengan keadaan Almira yang mengurung diri dalam kamar setelah pertengkaran dengan putranya.Tanpa sengaja Ratna mendengar pertengkaran mereka saat ia kembali dari berbelanja bersama koleganya. Ia pun sempat berpapasan dengan putranya yang saat itu sedang terlihat sedang marah.“Sayang, ini mama. Boleh mama masuk, Nak?” rayunya.Almira beranjak dari tempat tidurnya, berjalan ke arah pintu sambil menghapus sisa air matanya sebelum membuka kunci kamarnya.Ia tersenyum dan mempersilahkan Ratna masuk. Mereka duduk di sofa ruang tamu dalam kamar milik Almira.Ratna yang duduk di samping kanan Almira membelai lembut rambut menantunya dengan menatap wajah yang terlihat sembab bekas menangis, “kau kenapa, Sayang?” tanya Ratna.“Aku baik-baik saja, Ma.”“Tadi … mama tid

  • Unconditional Love   Rahasia Terbongkar

    “Katakan apa yang kau inginkan?” tanyanya saat ia melihat ada keraguan dalam raut wajah Almira. “Aku ingin … mengakhiri pernikahan ini!” jawab Almira. Raut wajah Nico seketika menjadi datar. Rahangnya mengeras. ‘Jadi ini yang kau inginkan! Jangan bermimpi sampai kapanpun aku tidak akan melepaskanmu. Kau adalah milikku dan akan selamanya menjadi milikku!’ batin Nico. “Ditolak!” jawab Nico dingin dan datar. Kini Nico kembali pada sifatnya yang arogan, dingin dan egois seperti dulu. “Kenapa?” balasnya—datar. Nico tidak menjawab pertanyaan Almira dan berlalu pergi meninggalkannya. Ia sudah jatuh cinta teramat dalam pada wanita yang sekarang menjadi istrinya. Bagi Nico melepaskan Almira sama juga dengan membunuh separuh dirinya. Almira bergegas bangkit dari duduknya dan berlari mencekal tangan Nico. “Nico, tunggu!” panggilnya. Langkah Nico terhenti dan menatap dingin Almira. Ia tidak menyangka perjanjian pranikah yang ia buat sebelu

  • Unconditional Love   Ungkapan Hati

    Bali- 01:30PM Almira menghela nafas, lalu memijit pangkal hidungnya karena merasa binggung dengan sikap Nico. Ia menolak permintaan dokter Nando untuk ikut bersamanya ke Bali. Namun, siapa yang mengira jika saat ini ia sendiri yang mengajaknya untuk menyusul kakak dan keponakannya. Benar-benar tipe manusia yang nomaden, batin Almira. “Nico,” panggil Almira. “Hem …,” jawabnya singkat tanpa mengalihkan padangannya dari ponsel. “Mengapa kau mengajakku kemari?” tanyanya. “Mengapa kau tiba-tiba berubah pikiran? Bukankah kau bilang tidak ingin pergi?” sambungnya. “Karena mama memintaku untuk mengajakmu ke Bali,” jawabnya. “Jadi karena mama yang memintamu untuk mengajakku, kau tidak bisa menolak seperti yang kau lakukan pada dokter Nando, begitu?!” ucap Almira. “Tapi untuk apa mama memintamu mengajakku ke sini?” tanyanya penasaran. “Aku tidak tahu! Kau bisa tanyakan sendiri pada mama nanti!” jawabnya.

  • Unconditional Love   Executive Lounge

    Nando dan Hanif pergi meninggalkan Almira untuk masuk ke dalam pesawat. Ia melangkahkan kakinya untuk kembali ke parkiran mobil karena Johni telah menunggunya. Namun, saat akan kembali tiba-tiba sesuatu mengejutkan Almira. Brugh!! “Auw…,” ucapnya kesakitan. Seolah-olah ia sudah menabrak dinding yang sangat keras. “Apa Anda tidak punya mata?” ucap Almira kesal dengan mengusap-usap dahinya tanpa melihat siapa yang telah ia tabrak. “Tidak bisakah kau berjalan dengan benar?” balas Nico yang berdiri dihadapan Almira menggunakan tongkat penyangga. Almira yang hafal dengan suara Nico, buru-buru menengadah menatap Nico. “Kau …!” “Makanya kalau jalan itu lihat ke depan jangan lihat ke bawah! Untung aku yang kau tabrak, bagaimana jika orang lain!?” ucapnya ketus. “Maaf,” balas Almira. Tiba-tiba Almira menatap Nico penasaran, “Sedang apa kau di sini? Aa … jangan-jangan kau sudah berada di sini dan memperhatikan kami sedari tadi?”

  • Unconditional Love   Hanif

    Dering alarm ponsel Almira berbunyi, menunjukkan hari sudah pagi. Cepat-cepat Almira meraih ponselnya di atas nakas dan mematikkannya. Almira duduk sejenak untuk mengumpulkan kembali nyawanya, ia melihat ke samping tempat tidur yang masih rapi. Sekilas Almira teringat jika semalam ketika ia akan menghampiri Nico di ruang kerjanya, nampak keadaanya sangat kacau hingga ia membatalkan niatnya untuk menghampiri Nico. “Sepertinya semalam ia tidak tidur di sini. Apa ia ketiduran di ruang kerjanya?” batin Almira. Ia pun bergegas bangun dan membersihkan diri di kamar mandi. Selang beberapa menit menyelesaikan mandinya, Almira dikejutkan dengan Nico yang sudah duduk di tepi tempat tidur dengan memegang sebuah kotak miliknya. “Ish … kamu ngagetin aja! Sejak kapan kamu duduk di sana?” tanya Almira yang masih menggunakan handuk melilit di tubuhnya. Nico menatap Almira tanpa berkedip melihat wanita yang baru saja keluar dari kamar dengan menggunak

  • Unconditional Love   Nico VS Benny

    Almira duduk di kursi balkon teras kamarnya, ia menyadarkan tubuhnya pada sandaran kursi dengan memegang sebuah kotak yang terbuat dari kayu jati. Ia membuka kotak itu dan mengambil sebuah kotak kecil berisi sebuah cincin pemberian Benny, tunangannya. Sudah beberapa bulan ini ia tidak mendapatkan kabar dari Benny, tidak ada pesan, tidak ada email atau surat sekalipun. Tanpa sepengetahuan Almira semua pesan yang dikirimkan Benny padanya selama ini telah di sabotase oleh Nico, hingga komunikasi antara Benny dan Almira terputus dan hubungan keduanya berakhir. “Huft … Begitu sibuknya kah? Sampai kamu tidak bisa menghubungiku meski hanya sebentar atau mungkin sudah ada seseorang yang menggantikan ku di sana?” pikir Almira. “Jika aku tidak bisa menghubungimu lalu bagaimana aku bisa mengatakan yang sebenarnya padamu,” gerutunya. “Siapa yang sedang ingin kau hubungi? Dan apa yang sedang kamu pegang? Kotak apa itu?” tanya Nico tiba-tiba

  • Unconditional Love   Bangun Dari Koma

    “Kita sudah sampai. Masuklah dulu, aku masih harus mengurus sesuatu,” ucap Nando.Almira menganggukan kepalanya dan turun dari mobil. Baru beberapa langkah, gadis itu menghentikan langkahnya—berbalik menatap Nando dan menghampirinya. “Apa kau akan kembali kemari?” tanyanya.“Tentu. Aku tidak akan lama, tunggulah. Aku akan segera kembali,” ucapnya dengan tersenyum.“Baiklah.”Almira kembali melangkahkan kakinya masuk ke rumah perawatan itu, ia sudah tidak sabar ingin segera menemui neneknya.Gadis itu membuka pintu kamar neneknya, “Kesya ….” Ucap Almira“Hai … kau sudah sampai rupanya. Senang rasanya bisa bertemu dengan mu lagi setelah beberapa bulan kamu menghilang. Bagaimana kabarmu, Al?” tanya Kesya—menghampiri Almira dan memeluknya.“Aku baik. Maaf, aku sudah membuatmu khawatir dan merepotkanmu untuk menjaga Nenekku,&rdq

  • Unconditional Love   Masalah Baru

    Beberapa bulan kemudian … “Kesembuhan kaki Anda mengalami kemajuan yang sangat baik, Tuan. Dan Anda akan dapat berjalan kembali namun untuk sementara waktu harus menggunakan tongkat hingga kaki Anda benar-benar bisa berjalan seperti semula,” ucap dokter. “Apakah Tuan Nico masih harus menjalani terapi, Dok?” tanya Almira. “Tentu saja. Tuan Nico tetap harus menjalani terapi hanya saja jadwal terapi yang seminggu dua kali bisa dijadwalkan menjadi seminggu sekali dan sering latihan dirumah, selain itu tetap harus mengkonsumsi obat dan vitamin yang sudah saya berikan,” jelas dokter. ‘Terima kasih, Tuhan. Semoga Nico bisa segera bisa berjalan kembali,’ batin Almira. “Terima kasih, Dok. Kalau begitu kami permisi,” ucap Almira—berpamitan. Almira membantu Nico mendorong kursi rodanya keluar dari ruangan terapi dan menuju ke lobi rumah sakit. Sepanjang perjalanan menuju lobi, Almira dan Nico sama-sama terdiam. Semenjak p

  • Unconditional Love   Curahan Hati Almira

    “Hey …,” sapa Almira pada Hanif saat memasuki kamarnya. “Aunty, Al?” jawab Hanif denga tersenyum. “Apa aunty menganggumu, Sayang?” Hanif menggelengkan kepala. “Aku senang aunty kemari. Aku tidak bisa tidur, bisakah aunty menceritakan sebuah dongeng untukku?” Almira menghampiri Hanif—ke tempat tidurnya. “Kemarilah,” ucap Almira. Hanif sedikit mengeser badannya dan menyandarkan kepalanya pada lengan Almira sebagai bantal. “Berdoalah dulu sebelum aunty membacakan dongeng untukmu,” kata Almira yang dijawab anggukkan oleh Hanif. Almira membacakan dongeng Pinokio pada Hanif. Belum habis dongeng yang dibacakan, Hanif sudah tertidur pulas di atas lengannya. Ia lalu meletakkan kepala Hanif di atas batal agar lebih nyaman dan membetulkan posisi selimut agar Hanif lebih merasa hangat. Dari balik pintu, Nando menatap interaksi antara Almira dan putra semata wayangnya. Ada sebuah rasa bahagia yan

DMCA.com Protection Status