Beranda / Romansa / UNSPOKEN PAIN / Bagian 3 : Alasan Bertahan Hidup

Share

Bagian 3 : Alasan Bertahan Hidup

Penulis: Rose Marberry
last update Terakhir Diperbarui: 2020-12-16 13:01:30

"Ini rekomended sekali. Lihat, bagaimana spons begitu empuk dan merata sempurna di wajah aku. Tinggal totol sedikit dan langsung merata krim yang tadi. Bagi yang mau pesan link di bio. Kebetulan sekarang ada diskon sebesar 30% bagi pembeli pertama. Kalian beli banyak semakin banyak diskon."

Ilana tersenyum ke arah kamera dan melambai. Rekaman hasil endors yang sudah mengantre beberapa minggu yang lalu. Ilana mendesah lelah, apa hidupnya seperti ini? Terus monoton? Tapi bukankah perkerjaan seperti ini yang ia inginkan dari dulu? Tapi kenapa sekarang ia mengeluh?

Ilana melihat ke bawah, masih banyak produk yang siap untuk menanti dirinya. Mungkin Ilana perlu menghire seseorang yang bisa membantu dirinya mengurus semua ini. Dalam sehari, Ilana bisa merekam 20-an produk dan masih saja banyak mengantre dan menghubungi dirinya untuk endors pada dirinya. Harusnya Ilana bersyukur ia tak perlu bekerja terlalu susah seperti yang lain, bekerja dengan atasan yang galak, rekan kerja yang penjilat, atau lembur yang tak mengingat rasa kemanusian.

Ilana turun dari sofa dan melihat produk apalagi. Kali ini, produk pemutih. Terkadang Ilana merasa berdosa mengiklankan produk pemutih yang berubah dalam hitungan hari tapi mengancam kesehatan yang memakainya. Percayalah, kulit Ilana sudah kinclong dari lahir, wajahnya tidak butuh skinker tapi skinker yang butuh dirinya.

Jika diibaratkan wajah Ilana seperti Dasha Taran. Ia tak perlu memakai makeup agar terlihat cantik. Karena sejak jadi zigot Ilana sudah mendapatkan anugerah itu.

Sekitar satu jam Ilana mulai meriview produk dan akhirnya ia bisa bernapas lega. Walau masih banyak season selanjutnya.

Wanita cantik itu duduk di barstool miliknya yang berwarna merah dan meminum yogurt mendingkan hatinya. Ilana diam, jika begini ia akan mengunjungi ibunya atau hang out bersama teman-teman sosialita. Tapi Ilana akan sangsi jika ada Alena dan psikopat Barry ada disana.

Ilana menggeleng, saat mengingat bisa-bisanya ia berciuman dengan panas dengan si psikopat yang sialnya tampan dan juga begitu menggoda. Mungkin Ilana sudah kena guna-guna Barry.

Ilana membuka ponselnya. Harry sialan benar-benar menghilang. Laki-laki itu memang mau mati sepertinya.

Ilana iseng menelpon dan Harry menjawab ponselnya. Benar-benar keajaiban ke 10 terjadi di matanya sekarang.

"Waoh, Lord kita baru bangkit dari alam kubur." sindir Ilana pada Harry.

"Ya maaf saya sibuk." Ilana memutar bola matanya. Sibuk, semua orang akan sok sibuk jika memang bukan prioritasnya. Ilana sadar dirinya bukan prioritas Harry tapi si boots. Ilana masih menyimpan dendam pada boots. Jika Harry macam-macam atau meninggalkan dirinya atau terus-menerus seperti ini, Ilana bisa langsung turun tangan dan melihat bagaimana Boots ketakutan ketika ia menunjukkan taringnya sebagai Ilana Nakasia. Seorang wanita cantik yang tak takut pada apapun. Apalagi, ini masih menyangkut kebahagiaan hidupnya.

"Baiklah-baiklah. Saya yang memang seorang pengganguran ini tak pernah sibuk dan selalu menunggu pesan dari kamu."

"Nanti siang saya jemput." putus Harry.

"Ngapain?"

"Makan siang."

"Okay."

"Di cafe Daun." Harry langsung menutuskan sambungan telpon. Wait; cafe daun? Jadi Ilana akan ketemu si psikopat? Semoga memang Barry psikopat sok sibuk seperti Harry sialan agar ia tak perlu menjumpai laki-laki itu. Ilana tak tahu bagaimana bentuk mukanya jika ia berhadapan dengan Barry.

Ilana ingat, saat ciuman panas mereka yang rasanya tak ingin menyudahi, saat mereka hampir kehabisan napas keduanya saling melepas terdiam dan merenungi apa saja yang terjadi dan apa yang mereka lakukan. Dan akhirnya, Barry pulang. Barry pulang jalan kaki, entah di mana laki-laki itu menumpang kendaraan tapi Ilana sudah tak peduli. Karena Barry sendiri yang membuat hidupnya susah.

Ilana juga tak tahu, bagaimana reaksi Alena maupun Harry. Baiklah Harry tak perlu dilibatkan laki-laki itu memang selalu sok sibuk dengan dunianya. Bagaimana jika Alena mendapati kenyataan sahabatnya dan kekasihnya bermain di belakang, bukankah itu sangat menyakitkan?

Ilana take season ke dua, rekaman untuk hari ini. Walau ia capek, setiap produk harus ia ganti baju, dan sesuaikan dengan produk dan tema yang diminta. Benar, Ilana membutuhkan asisten.

Ilana mulai mandi dengan benar-benar menyiapkan dirinya untuk makan siang bersama kekasihnya, yang mungkin bisa dihitung jari berapa kali mereka makan bersama. Ilana memang tak membutuhkan laki-laki romantis, yang memberinya bunga setiap saat yang membuatnya merasa seperti mayat atau diberi coklat setiap waktu yang membuat dirinya terkena diabetes. Ilana hanya ingin mencari pasangan yang dewasa dan saling terbuka, saling mendukung terutama komunikasi di antara mereka lancar. Karena kunci dari sebuah hubungan adalah komunikasi.

🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯

Ilana tak perlu berbasa-basi di depan Harry seperti mencium pipi laki-laki itu atau memeluknya seperti pasangan kekasih yang normal. Harry takkan melakukan itu, dan entalah apa yang Ilana pertahankan lagi dengan laki-laki ini.

"Sudah lama kita tidak keluar bersama." Ilana ingin menceramahi Harry. Tapi lelaki ini lagi berbaik hati untuk menjemputnya, dan bisa bersama. Jika tidak, banyak sekali alasan yang akan Harry beri atau lebih parahnya laki-laki itu mengabaikan dirinya. Harusnya Harry bersyukur dapat kekasih cantik, mandiri, cerdas dan tak banyak menuntut, tapi pusat dunia Harry bukan Ilana tapi Adora. Bahkan Harry rela menukar nyawa demi Adora.

Ilana hanya menggesar menu. Tak ada hal seru bersama Harry.

"Oh iya, mungkin kamu punya kenalan. Aku seperti butuh seorang asisten untuk bantu bongkar barang dan juga jadwal. Jadwalku sepertinya sangat kacau."

"Okay, nanti saya kabari." Tipikal laki-laki seperti abangnya, ini alasan utama Ilana mempertahankan hubungannya bersama Harry, Dennis role mode bagi hidup Ilana. Abanganya yang manusia kaku itu jadi sumber inspirasi Ilana untuk mencari pasangan seperti Dennis. Ilana tahu, Dennis sangat menghargai wanita, ia tahu bagaimana mewanitai wanita dan juga Dennis tak pernah berbuat kekerasan fisik. Walau papahnya juga seperti itu. Ilana dan Ilene sama, menjadikan keluarga Dennis sebagai acuan mereka untuk mencari pasangan. Jika Ilene iri dan ingin punya keluarga kecil seperti keluarga Dennis, maka Ilana ingin mendapatkan pasangan seperti Dennis—abangnya memang selalu bisa diandalkan. Walau hidup Dennis sendiri banyak masalah.

"Sebenarnya jika kamu mau serius dan terus seperti ini, mungkin kita bisa bicarakan pernikahan. Minimal kita bertunangan, ayolah saya bukan anak kecil atau remaja yang terus digantung seperti ini. Semua wanita butuh kepastian bukan butuh janji manis." Harry menarik napas panjang. Menikah? Jika boleh, ia akan menikah setelah Adora menikah. Dan mungkin minimal 5 tahun ke depan. Ilana sudah pasti tidak akan mau. Kebahagiaan Adora adalah prioritas Harry. Adora akan berbahagia maka ia juga berbahagia walau Harry akan mengorbankan banyak hal. Itulah esensi bahagia menurut Harry.

"Saya sudah berjanji dari dulu. Menikah hanya sekali seumur hidup. Dan juga, menikah itu butuh banyak persiapan. Ya usia kita sudah matang, tapi saya belum siap. Saya masih punya tanggung jawab." Inilah yang membuat Ilana membahas sesuatu dengan Harry. Ia selalu bersembunyi di balik adiknya. Jadi sebenarnya Harry pelindung Adora atau malah sebaliknya?

Ilana diam. Mungkin diam-diam ia bisa mencari cadangan lain dan saat Harry masih saja bacot mungkin lebih baik—jika saja Dennis bisa hidup seperti manusia normal dab punya banyak teman, Ilana takkan segan untuk meminta kenalan dengan teman abangnya. Sayangnya, Dennis benar-benar tak punya teman kecuali Jasmine yang telah berpisah alam sekarang. Ilana berharap abangnya melupakan Jasmine dan bisa hidup normal bersama keluarga kecilnya.

Keduanya tiba di cafe, Ilana langsung turun dan melihat keberadaan Barry. Ilana malas sekali menemui laki-laki psikopat mesum tersebut. Ilana dan Harry berjalan sendiri, tak perlu bergandengan tangan seperti pasangan kekasih normal. Hubungan mereka memang tak pernah normal.

Ilana pura-pura menunduk dan melihat menu, rupanya ada menu baru.

"Selamat siang, ingin memesan apa?" Wajah Ilana langsung mengeras, saat melihat wajah mesum Barry tersenyum padanya. Barry berdiri di sebelah Ilana dan diam-diam ia memegang tangan Ilana beruntung tangan mereka dihalangi oleh kain. Jika tidak, Harry akan melihat kelakuan kurang ajar Barry walau Ilana sangsi Harry akan murka. Laki-laki itu mungkin hanya lempeng saja.

"Ikan asam manis. Kamu mau apa?" Ilana yang sedang mencubit Barry langsung gelagapan dan melihat Harry.

"Hah? Samain aja."

"Aduh..." Ilana mencubit dan menekan dengan kuat heels tajam miliknya ke sepatu Barry. Biar laki-laki ini tahu diri.

Dan sialnya, harusnya Barry tak sok akrab pada Harry tapi laki-laki itu memperkenalkan diri sebagai teman Ilana, duduk di samping Ilana modus dan menggerayangi tubuh Ilana. Barry memang psikopat. Dia tidak takut pada apapun.

🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯

Adora tak tahan untuk tersenyum. Setelah sekian abad penantiannya, akhirnya ia bisa berkencan bersama Syden seperti pasangan normal.

Di kampusnya hanya perkenalan awal, jadi Adora bisa bolos.

Tiba-tiba, Syden menghubungi dirinya dan mengajak makan siang. Awalnya Adora ingin menolak, ia tentu tahu tabiat abangnya. Tapi, Syden mengatakan jika Harry makan juga di luar. Ini kesempatan yang bagus, dan membuat Adora bebas berduaan bersama Syden tanpa khawatir.

Adora menunduk dengan wajah memerah saat Syden menggenggam tangannya. Syden lelaki dewasa, dan sangat mengerti dirinya yang terkadang membuat Adora berpikir kenapa laki-laki ini bisa nemiliki hati seperti ini dan juga kesabaran yang begitu besar.

"Kita belum pesan makanan." Wajah Adora makin memerah, dengan malu-malu ia menarik tangannya.

"Udah biar aja." Adora hanya bisa menunduk, saat Syden memesankan makanan untuk mereka. Harusnya Syden bisa mencari gadis yang cantik, populer, dan juga bisa diandalkan. Bukan seperti dirinya si anak rumahan yang terikat oleh abangnya yang sangat ditaktor. Jika diibaratkan Harry seperti pemerintahan Korea Utara. Jika semua hal diatur, dan kemiskinan semakin menggerogoti negara itu. Begitu juga dengan hati Adora yang makin tersiksa dengan kebijakan Harry yang semena-mena menekan dirinya di hidup dalam kendali Harry. Hufh, Adora benci hidupnya jika boleh jujur. Bahkan, Adora pernah berpikiran untuk bunuh karena terlalu putus asa menghadapi Harry—abangnya. Harry juga seperti tak bisa menerima semua masukan atau Adora yang berontak, lagian Harry ingin jadi anak manis. Seperti anjing yang selalu patuh pada tuannya. Jadi, selama ini Adora jqdi budak Harry?

"Hey melamun terus." tegur Syden. Adora menggeleng, membersihkan tenggorkannya dan melihat jus semangka segar di hdapannya. Tangan keduanya terlepas dan mulai merasakan makan siang bersama. Moment yang mungkin akan sangat berkenang bagi Adora.

"Sebenarnya Harry itu baik. Lelaki yang sangat bertanggung jawab. Hanya saja ia berlebihan." Adora diam, dan menunduk. Ya, Harry memang sangat bertanggung jawab tapi ia tersiksa dengan semua ini.

"Ya, dia perhatian." jawab Adora. Harry memang selalu memperhatikan semua hal kecil yang akan Adora lakukan, semua hal Harry lakukan. Terkadang Adora berpikir apa Harry memiliki kelainan syndrom atau apa laki-laki ini tidak capek memperlakukan dirinya seperti bayi? Adora bukan anak kecil yang terus dikekang. Membicarakan Harry memang tak ada habisnya.

"Sebenarnya Harry punya kekasih 'kan?" Adora mengangguk. Adora kenal kelasih Harry. Sangat cantik, elegant, dan juga glamor di saat bersamaan walau Ilana hanya memakai pakaian sederhana.

"Kak Ilana, aku kenal. Cuman kakaknya kayak nggak ramah, atau mungkin sama aku aja. Kakaknya cantik, tapi sinis juga." Adora bicara jujur. Satu kali Harry pernah memperkenalkan dirinya dengan Ilana, tapi Ilana seperti tak menyukai kehadiran dirinya. Jika memang berniat serius, Harry akhirnya menikah dan ia akan bebas melakukan apa yang ia mau terutama bebas dari cengkraman Harry. Tapi, Adora bisa melihat Harry seperti tak ada niat untuk memikirkan ke jenjang sana, Harry masih sibuk baby sitting Adora. Kedengarannya sangat memuakan.

"Mungkin belum kenal kali. Semua orang yang mengenalmu pasti akan jatuh cinta. Kamu tulus." puji Syden. Adora menggeleng, ia tidak setulus dan sebaik yang orang lihat. Ia punya aib dan juga punya dosa, hanya saja Tuhan tidak ingin menunjukan aib Adora pada orang lain, biarkan menjadi urusannya dengan Tuhan.

"Terima kasih." timpal Adora. Terkadang ia ketakutan jika Syden menmukan dirinya yang sesungguhnya bukan manusia penuh topeng seperti ini. Dari 100 persen, Adora hanya punya satu keyakinan Syden akan menerima dirinya apa adanya. Karena, Adora bisa melihat ketulusan yang Syden berikan. Mungkin Syden juga alasan Adora masih bertahan hidup sampai sekarang, karena seperti punya secercah harapan.

"Maaf jika kamu jika ikut menanggung semua masalah aku. Awalnya aku sudah bilang, aku bukan gadis seperti gadis normal lainnya."

"Aku mengerti, aku suka kejujuran dan ketulusan kamu." Adora terseyum paksa. Bahkan sudah berada di sekeliling Syden ia masih memikirkan rumitnya hidup yang ia jalani.

"Terima kasih buat semuanya. Oernah ingat, aju pernah bilang jika suatu hari—"

"Sssst! Jangan membicarakan hal itu, fokus ke masa depan okay. Seperti yang orang-orang bilang, masa lalu tetap menjadi masa lalu. Jadikan sebagai pelajaran untuk hidup dan berusahan meminimalisir semoga tidak mengalami hal yang sama."

Adora menarik napas panjang. Mungkin memang begitu adanya. Ia berusaha untuk hidup lebih baik, walau ia tak bisa melepaskan kuasa Harry di hidupnya, setidaknya ada orang yang selalu berada di belakangnya untuk terus beri sokongan, dan menggengam tangannya kala ia merasa sendiri atau datang menawarkan kehangatan di sata hidupnya terasa hampa dan sia-sia.

Adora menatap Syden dan tersenyum. Laki-laki ini alasannya untuk bertahan hidup!

🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯

Cerita mereka rumit atau gak, aku gak tau😅😅😅.

Hanya saja aku berharap kalian bisa enjoy dengan segala riwehnya hidup Ilana maupun Adora hanya karena satu laki-laki.

Sudah banyak clue hanya saja rasanya belum pas, soalnya ini baru perkenalan belum masuk konflik.

Demi apa, aku suka karakter Barry😅😅😅😅. Mesum-mesum gemesin minta sembelih😅😅😅.

See you💋💋💋💋💋💋

Bab terkait

  • UNSPOKEN PAIN   Bagian 4 : Tytyd Ngambek

    "What the fuck?!" pekik Ilana. Saat membuka pintu unit apartemen dan menemukan psikopat Barry berdiri di sana sambil tersenyum mesum. Nih cowok emang cari mati."Malam manis!"Buk!Ilana menutup pintu lagi dengan keras. Ia hanya memakai handuk dan juga handuk kecil kepalanya karena baru selesai mandi, setelah hampir tiga jam ia menghabiskan waktu untuk berendam. Kepala Ilana rasanya mau pecah, karena terlalu overthinking tentang hubungannya bersama Harry yang rasanya seperti tak bisa diselamatkan. Sayang saja, Ilana tak punya cadangan laki-laki idaman hingga ia tetap mempertahankan Harry hingga sekarang. Jika tidak, Ilana sudah membuang Harry ke semak-semak.Ilana membuka kulkas mininya dan makan apel. Persetan dengan psikopat itu. Untuk apa ia menganggu dirinya. Ilana khawatir, persahabatannya bersama Alena kandas karena si psikopat tak tahu malu ini. Ilana duduk di sofa, mengambil hairdryer dan mengeringkan rambutnya, ia berencana me

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-20
  • UNSPOKEN PAIN   Bagian 5 : Tips Sembuh Ala Barry

    "Abang berangkat dua hari, mau survei lapangan. Ada proyek di sana. Sudah abang telpon restoran untuk mengantarkan makanan saat makan malam. Makanan di kulkas juga sudah diisi penuh. Jaga diri baik-baik, biar abang nelpon diangkat."Adora diam, padahal dalam hatinya ia ingin menari zumba saking senangnya. Dalam 19 tahun hidupnya akhirnya Harry meninggalkan dirinya walau dalam dua hari. Tentu ini proyek yang besar, mana mau Harry meninggalkan dirinya."Karena proyek ini bonusnya besar. Abang usahakan dapat, biar nanti kita bisa liburan." Adora tersenyum, walau hanya terpaksa. Ia memang jadi manusia paling munafik di dunia ini."Oh iya hati-hati." Basa-basi. Padahal dalam hati Adora berharap Harry mati dalam perjalanan entah kecelakaan pesawat atau mobil masuk jurang. Gadis itu menggeleng, jangan dulu ia belum kerja dan belum punya tabungan yang cukup untuk masa depannya."Sebenarnya Abang mau minta orang temanin kami tidur."

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-26
  • UNSPOKEN PAIN   Bagian 6 : Rumitnya Hidup Adora

    "Serius Bar, aku merasa kayak pelihara kambing." ujar Ilana tanpa peduli lawannya tersinggung. Barry yang sedang bermain PS di layar plasma lebar Ilana hanya diam dan melanjutkan makan popcorn.Barry adalah keturunan manusia yang urat malunya putus. Saat pembagian urat malu, Barry datang telat jadi ia tak dapat. Sehingga terjadilah manusia tak tahu malu seperti sekarang.Rasanya Ilana ingin melemparkan remote ke kepala Barry agar laki-laki ini sadar dan segera minggat dari unitnya. Selain psikopat, tak punya malu, Barry juga tak peka. Padahal sudah terang-terangan Ilana mengusirnya."Serius deh aku betah bangat di sini. Kayaknya kita nikah aja."Ilana merenggut kesal. Barry sudah bisa bergerak kesana kemari, walau ia masih memakai sarung dan dokter belum mengizinkan laki-laki ini untuk kembali beraktivitas normal. Barry beralasan tytyd miliknya masih bengkak, walau Ilana merasa semuanya hanya akal-akalan Barry

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-29
  • UNSPOKEN PAIN   Bagian 7 : Unspoken Pain

    Yang Adora ingat, Harry selalu lembut padanya. Jarang sekali laki-laki itu membentak dirinya. Dan kali ini, Adora tak mau Harry muka padanya. Walau bagaimanapun Harry, Adora masih membutuhkan Harry. Laki-laki itulah tempatnya bergantung selama ini.Rasanya benci, tapi Adora membutuhkan Harry. Jadi, memang Adora tak bisa memendam lama-lama perasaan itu. Walau ada rasa kesal yang membuatnya ingin mengeluh, ingin mengadu, atau ingin berteriak sekuat yang ia bisa atas hidup yang ia terima.Adora langsung naik ojek pulang, khawatir Harry mengetahui dirinya. Bahkan Adora meminta tukang ojek untuk terbang saja.Adora tahu, Harry pasti tahu bagaimana penampilan Adora sekarang dan Harry pasti curiga karena Adora beralasan mereka kerja kelompok. Kerja kelompok di mana sampai larut malam? Makanan mahal yang masuk dalam perutnya rasanya mau dimuntahkan semuanya."Pak please pak! Cepat!" Adora mendesak tukang ojek. Syd

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-30
  • UNSPOKEN PAIN   Bagian 8 : Sampai Kapan?

    Malam ini, Ilana bisa melihat sebagai seorang laki-laki. Laki-laki yang bisa membuat dirinya terlindungi, laki-laki yang membuat dirinya sebagai seorang wanita seutuhnya, bukan dirinya yang dikenal sebagai wanita judes anti laki-laki.Udara malam yang dingin menusuk, tak menyurutkan keduanya untuk berbagi kebersamaan setelah sekian lama mereka saling merasa asing. Ilana selalu yakin, ia tak pernah salah memilih laki-laki ini. Bagaimana malam ini Ilana melihat diri Dennis—abangnya ada dalam diri Harry. Semoga Harry terus seperti ini."Saya pinjamkan jaket?" Ilana mengangguk, ia mencium bau tubuh Harry. Segalak apapun wanita, mau semandiri apapun, ia tetap makhluk lemah yang bergantung pada laki-laki, apalagi laki-lakinya itu yang menawarkan.Harry tahu, Ilana adalah wanita galak yang kurang belaian. Jika diberi perhatian sedikit saja maka ia akan begitu menurut seperti anjing pada majikannya. Harry tidak memanfaatkan Ilana, tapi ia sedang belajar u

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-11
  • UNSPOKEN PAIN   Bagian 9 : Permintaan Maaf

    "Gils! Akhirnya, kita berpesta. Ajak pacarmu juga Nana."Ilana yang sedang sibuk mengoles di bibirnya menoleh pada Alena. Well, pacarnya bukan seperti manusia normal hal itu tak semudah itu ia mengundang Harry ikut bersama mereka."Dia sibuk jaga kandang babi." jawab Ilana asal, sebelum ia mendengar barang yang dilemparkan tapi tak tepat sasaran. Ilana hanya memandang Alena malas, lebih malas lagi ia tahu fakta jika psikopat Barry akan ada di sana. Sepertinya Ilana harus menyiapkannya pisau lipat kecil di tasnya, jika Barry macam-macam padanya, Ilana langsung mengembiri milik laki-laki itu."Nana babinya." gurau Alena sambil tertawa begitu kencang. Ilana tak perlu tersinggung, karena ia juga sering berbicara seperti itu dan berharap lawannya tidak tersinggung, lagian persetan dengan tersinggung, Ilana melakukan apa yang menurutnya benar."Ke cafe pacarmu lagi?" tanya Ilana. Terlihat pancaran bahagia dia mata Alena. Andai sahabatnya tah

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-18
  • UNSPOKEN PAIN   Bagian 10 : Mempertahankan Kewarasan

    Ilana memegang kepalanya yang terasa sangat berat, tapi di satu sisi kepalanya seperti kopong jadi saat ia menggerakkan ke kiri atau kanan rasanya seperti ada batu di dalamnya.Kepala masih berat, mata juga masih mengantuk, tapi ia berusaha membuka matanya, sekarang jam berapa.Ilana meraba-raba ponselnya, seperti yang biasa ia lakukan karena ia selalu meletakan ponsel di atas kepalanya atau di bawah bantal. Padahal menurut penelitian, saat kamu tertidur jauhi ponsel karena terkena radiasi ke otak. Bagi Ilana, selama otaknya masih bisa berpikir waras atau menjadi otak mendadak, ia akan terus melakukan kebiasaan tersebut.Ilana meraba-raba ponsel yang sudah menemani dirinya selama 2 tahun. Walau perkejaannya menuntut tentang penampilan, tapi Ilana tak pernah ganti ponsel sesuai trend sekarang, ganti ponsel tiap bulan. Bagi Ilana selama ponsel itu masih menyala dan berfungsi dengan baik, akan terus ia gunakan. Pemikiran dia memang sedikit beda dari

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-24
  • UNSPOKEN PAIN   Bagian 11 : Apa Yang Salah Dengan Hati?

    Walau sempat bersitegang, tapi akhirnya Barry mengantarkan juga semua aset-aset milik Ilana, walau wanita galak itu tak mau menyambutnya dan Melati yang menerima kedatangan Barry.Ilana sudah mandi dan merasa lebih ringan sekarang, ia akhirnya menyuruh melati memesan es buah, butuh yang segar-segar agar bisa mengusir setan-setan Barry dari otaknya.Ilana sedang duduk di barstool dengan nyaman hanya memakai bathrobe dan tak berniat untuk berganti baju. Ilana ingin beristirahat total hari ini, dan menghilangkan racun Barry dari hidupnya. Bisa gila!"Melati makan sini." ajak Ilana. Melati yang seorang pemalu, dengan ragu duduk di samping Ilana. Ilana yang menuangkan es itu dalam mangkok."Melati berapa umurnya?""21 Kak." Ilana mengangguk, berarti beda satu tahun dengan dua adik kembarnya."Melati kuliah?""Nggak Kak. Saya sudah lama keluar sekolah, SMP bahkan cuman sampai kelas 8.""Oh ya?

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-31

Bab terbaru

  • UNSPOKEN PAIN   LAST: STAY WITH YOU

    Layaknya sebuah keluarga bahagia, Ilana dan keluarga kecilnya akan melaksanakan kegiatan outdoor yang menyenangkan. Mereka berusaha untuk mengenalkan banyak hal pada putri mereka. Hari ini, akan diadakan camping di belakang rumah. Usia Elena sudah tiga tahun, sudah belajar banyak hal, dan mencoba-coba banyak hal, serta memiliki rasa penasaran yang begitu tinggi. Tapi, Ilana tahu putrinya cuek dan lebih suka melakukan banyak hal sendiri. "Elena, kita akan bercamping di belakang rumah. Apa yang perlu dibawa?" Elena menatap ibunya, tidak banyak bicara dan langsung menuju kamarnya, bocah itu membawa buku dongeng dengan campuran warna pink dan biru. "Bantuin Mami dan Daddy bawa barang ke belakang?" tawar Ilana, Elena mengangguk dan mencoba membantu barang-barang kecil yang sekiranya bisa dia bawa. Ilana dan Barry sudah merencanakan hal ini lama, jadi, mereka akan bersenang-senang. Di belakang rumah, sengaja dibuat bany

  • UNSPOKEN PAIN   Bagian 50: Rempongnya Punya Bayi

    Ilana melihat pantulannya di cermin, masih dengan perut yang belum kempes, dia mengangkat sedikit kaosnya dan mengelus-elus perutnya.Dia berbalik dan melihat sebuah kedamaian berada di depannya, Elena.Bayi berumur dua minggu, 13 hari lebih tepatnya.Hari ini, Ilana akan sibuk, karena pemotretan Baby Elena. Seperti orang tua kebanyakan, mereka ingin mengambil banyak moment-moment indah dan pertumbuhan putrinya.Dengan persiapan yang hampir rampung, mereka menyewa sang fotografer untuk datang ke rumah. Tak lupa, Ilene dengan segala kerempongan yang dia punya. Ilene juga akan melakukan pemotretan bayi kembarnya yang sudah berusia dua bulan, ibu-ibu rempong itu memotret bayinya setiap bulan, dengan kostum yang beda-beda."Jangan lupa bawa tisu, popok, baju-baju kalian. Jangan sampai, tiba di sini baru sibuk." Ilana langsung menelpon Ilene dan mengingatkan, dia tahu Ilene itu berisik, Ilana tak suka, jika Ilene bertamu ke

  • UNSPOKEN PAIN   Bagian 49: Barry, Suami yang Teraniaya

    Kebanyakan menonton film yang megah, modern, dan kehidupan yang dinamis, membuat Ilana selalu membayangkan Hawaii sebagai salah satu kota yang layak dikunjungi, dream country, yang wajib dikunjungi selama kamu hidup.Tapi, apa yang terpampang di depan matanya membuat dia terdiam dan bisa melihat dunia dalam pandangan yang lebih luas. Ilana berjalan pelan, sambil memperhatikan banyak homeless yang memeluk tubuhnya kepanasan atau kedinginan dengan perut kosong yang luar biasa.Dia melihat seorang wanita berusia sekitar 40 tahun sedang menikmati mie dengan lahap, dan Ilana bisa menduga, itu adalah salah hidangan terenak yang masuk dalam mulutnya.Ilana masih terdiam, ketika merasakan tubuhnya ditarik oleh Barry, karena mereka sedang melintasi zebra cross.Ilana menggengam tangan suaminya, niat awal bulan madu dan bersenang-senang, dan banyak hal yang dipaparkan di wajahnya, bahwa beginilah kehidupan yang sesungguhnya.Ilana

  • UNSPOKEN PAIN   Bagian 48: Ujian Cinta

    Kalau kamu mendengar kata Hawaii atau membaca kata Hawaii, apa yang pertama terlintas dipikiranmu? Pantai, pohon kelapa, ombaknya, masyarakatnya yang ramah, gunung berapi, atau hula-hula?Dalam benak Ilana, Hawaii itu sebuah pulau dengan banyak pantai cantik seperti kartun Moana. Dan benar adanya, walau mereka tetap disambut banyak gedung-gedung tinggi."Aku tahu ini sensitif, tapi, Ayah kamu ke mana?""Aku nggak yakin, pernah diceritakan, tapi, hanya sekilas. Banyak anak-anak kurang beruntung seperti aku yang tidak punya orang tua lengkap, Nana. Bahkan, aku kurang dekat sama ibu sendiri karena keadaan yang memaksa seperti itu."Ilana alihkan pandanganya keluar dari bus, dan merenungi kata-kata tadi. Barry benar, tidak semua anak-anak beruntung untuk punya keluarga utuh yang harmonis seperti keluarganya. Bahkan, ada anak yang punya keluarga utuh tapi mempunyai orang tua yang abusive.Dia mencoba mengingat-ingat masa ke

  • UNSPOKEN PAIN   Bagian 47: Honeymoon Rombongan

    "Hahaha. Malam pertama, tapi, udah unboxing duluan. Nggak seru ah!" Ilana harusnya tahu, dia mempunyai keluarga ember bocor. Dia memang tidak tersinggung, dan memang begitu faktanya. Tapi, mendengar ejekan itu, kenapa rasanya mengesalkan? Itu adalah ejekan Ilene padanya. Resmi satu minggu menikah dan dia pulang ke rumah tuanya, Ilana sedang mempersiapkan bulan madu ke Hawaii. Tempat tinggal Ibu Barry. Hari ini, mereka akan ada bakar-bakar. Bakar ikan, bakar ayam, bakar jagung, bakar sampah. Bundanya sedang sibuk, di saat para menantu lelaki sibuk membantu ibu mertua mereka yang cantik. Sebagai seorang koki handal, Barry sedang mengipas-ngipas makanan di atas tungku arang tersebut. Sebenarnya Ilene ingin membantu, tapi disuruh duduk oleh suami, dua ibu hamil itu tidak diizinkan untuk bekerja. Mereka hanya boleh mencicipi. "Ahhh! Bosan bangat hidupku, Tuhan!" Ilana dan Ilene sama-sama menoleh ke sumber suara

  • UNSPOKEN PAIN   Bagian 46: You Owe Me A Dance

    Pita pink dengan tatanan dekorasi meja bundar. Hiasan lentera kertas yang menggantung di atap tenda warna-warni.Sudah tidak ada konsep pernikahan, jika yang ditampilkan adalah seluruh konsep dipadu-padankan.Awalnya, Ilana tidak begitu antusias menyambut pernikahannya sendiri, tapi, dia tidak bisa bohong, jika, sekarang dia merasa gugup luar biasa.Venue yang mereka pilih adalah di halaman belakang, karena Ilana hanya ingin sederhana, walau sudah disulap bundanya menjadi lebih baik. Bahkan, Ilana sampai terdiam, bagaimana mungkin pernikahan yang dia impikan sederhana terjadi begitu mewah di matanya. Dia senang, dia punya keluarga yang luar biasa bisa diandalkan.Ilana menarik sedikit long laces veil yang panjang hingga bokongnya. Sedikit mahkota kecil mewah di atas kepalanya walau dia sudah protes karena kebanyakan aksesoris.Dia mematut dirinya di cermin sekitar tiga menit, melihat wajahnya yang berubah total dan jug

  • UNSPOKEN PAIN   Bagian 45: Harry Ibarat Novel

    "Menurut kamu, konsep foto prewedding gimana?"Ilana menatap Barry yang sedang mengupas mangga, turun dan mendekati laki-laki itu."Aku nggak punya bayangan. Sebenarnya aku gak terlalu mengkhayal hal seperti itu, yang penting cepat melewati hal itu, dan yang utama adalah kehidupan setelah menikah itu." Ilana mengambil satu potong satu mangga dan memasukan dalam mulutnya. Manis.Tak puas. Ilana mengambil lagi."Aku sebenarnya paham maksud kamu. Aku sebenarnya lagi tidak pernah banyak permintaan, Bar. Serius, cukup melewati hal ini."Barry hanya memandang wanita cantik di hadapannya."Okay-okay. Besok nikah aja lah, biar cepat.""Ye. Bukan begitu ibu pejabat, sebagai laki-laki aku merasa ingin memberi kamu yang terbaik. Kamu memang ingin sederhana, aku mau kamu mengenang ini sebagai kenangan yang takkan kamu lupakan karena ini seumur hidup, Nana." Ilana hanya mengangkat alisnya dan mengambil lagi poto

  • UNSPOKEN PAIN   Bagian 44 : Wedding Dress

    Telapak tangannya terasa hangat, dari cangkir kecil yang tengah mengeluarkan asap. Ilana menunduk, melihat minuman miliknya dan kembali meniup sedikit dan menyeruput minuman itu.Masih terlalu dini, untuk manusia seperti dirinya yang bangun di atas jam delapan pagi.Ilana mengintip, masih jam 6.30, dan Barry masih terlalu pagi, tapi, dia tidak bisa tidur dengan tenang, memikirkan nasibnya dan juga masa depan."Aku kira kamu kabur lagi. Bangun-bangun di sebelah udah dingin." Ilana memutar tubuhnya, mendapati Barry yang menguap, menggaruk kepalanya dan mengucek matanya sebentar.Ilana melihat ke atas meja makan, roti gosong yang dia buat. Entah kenapa, pagi-pagi dia sudah berinisiatif melakukan hal ini. Rasanya seperti kamu merasakan air asin berubah jadi sirup merah."Waoh. Apa ini? Apa aku sedang bermimpi berada dalam dunia para layang?" seru Barry norak, yang membuat Ilana berdecak sebal. Mau menolak atau keras sepert

  • UNSPOKEN PAIN   Bagian 43 : Garis Takdir

    "Bunda juga dulu nggak pande masak. Tapi, akhirnya bisa masak juga. Kamu juga bisa gitu, Nana. Memasak bersih-bersih itu basic skill semua gender, kenapa Bunda nggak nyuruh kalian masak? Karena, Bunda mau kalian sadar memasak dan mengurus rumah itu harus kesadaran kalian dan kalian harus bisa. Perempuan atau laki-laki harus bisa masak." Dengan gaya kedua tangan berlipat di dada, Ilana memperhatikan Bundanya memasak pisang goreng, dengan membolak-balik pisang di atas minyak panas. Dia suka menonton orang memasak, tapi, jangan menyuruh dirinya untuk memasak. Ilona mengambil piring dan juga tisu untuk alas agar pisang goreng tak terlalu banyak minyak. "Ini, isinya kolestrol jahat semua." Komentar Ilona ketika mencubit sedikit pisang goreng yang masih panas tersebut. "Hisang hoheng. Hasih hanas." Ilona meniru pembicaraan orang-orang ketika makan pisang goreng dalam keadaan panas. Ilana hanya menatap malas ke arah Bundanya.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status