"Serius Bar, aku merasa kayak pelihara kambing." ujar Ilana tanpa peduli lawannya tersinggung. Barry yang sedang bermain PS di layar plasma lebar Ilana hanya diam dan melanjutkan makan popcorn.
Barry adalah keturunan manusia yang urat malunya putus. Saat pembagian urat malu, Barry datang telat jadi ia tak dapat. Sehingga terjadilah manusia tak tahu malu seperti sekarang.
Rasanya Ilana ingin melemparkan remote ke kepala Barry agar laki-laki ini sadar dan segera minggat dari unitnya. Selain psikopat, tak punya malu, Barry juga tak peka. Padahal sudah terang-terangan Ilana mengusirnya.
"Serius deh aku betah bangat di sini. Kayaknya kita nikah aja."
Ilana merenggut kesal. Barry sudah bisa bergerak kesana kemari, walau ia masih memakai sarung dan dokter belum mengizinkan laki-laki ini untuk kembali beraktivitas normal. Barry beralasan tytyd miliknya masih bengkak, walau Ilana merasa semuanya hanya akal-akalan Barry. Terbukti, laki-laki ini bisa buat popcorn sendiri, bahkan berjingkrak-jingkrak seperti orang sehat. Mungkin Ilana perlu mencoba dengan menendang sekali lagi memastikan, jika milik Barry sudah sembuh atau belum.
"Calon bini kalau lagi merenggut makin cantik aja." Ilana memutar bola matanya malas.
"Oh iya Bar. Aku butuh orang untuk mengurus barang-barang banyak ini, mungkin kamu punya kenalan." Ilana mencoba untuk menerima Barry menjadi temannya, siapa tahu si parasit ini bisa membantunya saat kesusahan. Harry tak guna tak bisa diharapkan.
"Bantu apa nih?"
"Bantu kemas lah. Kan kalau endors sesuai tema. Sekalian dia atur jadwal aku, kayaknya berantakan bangat."
"Wait!" Ilana tak menyangka jika Barry langsung mengambil ponselnya dan menelpon orang. Berguna juga di psikopat ini. Ilana mencuri popcorn itu, padahal saat Barry menawarkan di awal, Ilana sengaja tak mau ia ingin menandakan marah dan mengusir secara halus, tapi sekarang Ilana tak bisa menyindir karena Barry tak punya malu.
"Eh Bar. Sebenarnya kalian lagi bertengkar sama Alena? Kamu betah bangat di sini. Aku nggak nyaman. Bagaimana kalau Alena tahu."
"Bagus kalau dia tahu. Jadi bisa kita percepat waktu kita menikah. Aku tahu, kamu sebenarnya udah ngebet mau nikah tapi pacarmu seperti tak peduli padamu."
"Oh well. Dan kamu juga tak peduli pada pacarmu. Jadi para laki-laki seperti ini bisa disebut apa?" tanya Ilana. Apa bisa disebut laki-laki tak guna? Bencong? Atau mereka dipakaikan mukenah pink karena tidak menunjukan sikap gentle sama sekali.
"Sayang, tuduhanmu tidak terbukti. Aku tentu peduli pada Alena. Tapi aku lebih-lebih peduli pada kamu, masa depanku. Aku ramal, 5 tahun lagi kita akan punya anak. Aku mau anaknya cewek biar cantik kayak mamanya." Ilana mengepalkan tangannya mengode pada Barry agar berhenti mengoceh. Barry tertawa. Satu-satunya hal positif yang si psikopat ini punya adalah ia suka tertawa dan hal itu menular kabar baiknya. Jadi Ilana tak terlalu merasa kesepian dan suntuk dengan aktivitasnya sehari-hari.
"Aku jadi lupa mau nelpon tadi." Barry memainkan lagi ponsel mahal berwana putih tersebut. Walau terlihat sembrono, Ilana yakin tabungan Barry untuk masa depan sudah banyak. Apalagi ia sudah memiliki usaha sendiri, tinggal bagaimana manajemen pengelolaan yang baik hingga cafenya tetap eksis di antara cafe-cafe yang sedang berjamuran sekarang.
"Woi bro. Ahahaha, iya nih sibuk. Oh iya, Melati masih rebahan terus dia? Ada yang butuh teman nih. Melati bisa kesini. Kerjanya nggak berat, buka barang endorsan sama videoin, atau ngatur jadwal aja. Okay, ditunggu Melati ke sini. Yap, sore aja jam lima gitu."
Barry berbicara begitu lancar dan akrab, hingga Ilana bisa menduga jika laki-laki ini sudah akrab dan bisa terlihat Barry adalah type orang yang gampang bergaul dengan orang. Terbukti saat peresmian pindah pemilik cafe Daun-Daun banyak yang hadir, membuat Alena makin bangga karena punya pacar yang dikenal banyak orang. Walau bagi Ilana Barry itu psikopat!
"Melati sore datang. Jadi, jadwal menginap di sini nambah seminggu." ujar Barry tanpa malu. See? Bahkan jika membelah kepala Barry juga isinya kosong karena otaknya telah berpindah ke dengkul.
"Dih!" Ilana mencibir. Bukannya tersinggung melihat ekspresi Ilana yang seperti orang jijik, Barry malah tertawa lagi. Orang psikopat dan orang normal pasti beda sumber tertawa. Barry suka tertawa pada hal-hal yang Ilana anggap menyebalkan. Dari dulu Ilana memang selalu sinis pada apapun, hal itu yang membuatnya punya sedikit teman, walau banyak yang mengakuinya sebagai teman karena Ilana cantik. Jika ada yang berteman dengan Ilana maka para laki-laki bisa melirik teman-teman Ilana juga setelah melihat Ilana yang begitu judes dan sinis pada siapapun.
Dan Barry adalah salah satu dari jutaan laki-laki yang langsung tertarik begitu melihat Ilana. Begitu cantik dan wajahnya tak pernah bosan dipandang selalu bersinar walau tubuh Ilana terbakar.
"Udah makan sini. Masih banyak nih popcorn." Barry yang duduk di bawah lesehan dengan Ilana yang duduk di sofa langsung ditarik Barry. Keduanya duduk berdampingan dengan makan popcorn dingin itu bersama bahkan bergurau bersama. Jika sudah kenal dekat, maka orang akan tahu bagaimana Ilana. Sinis tapi begitu peduli, judes tapi memiliki hati yang begitu luas.
๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ
Atasan basic dipadukan dengan rok bermotif. Kostum yang sudah Adora siapkan sedari semalam, bahkan ia setrika berkali-kali, memastikan tidak kusut. Ini pertama kalinya Adora akan dinner date yang sesungguhnya bersama orang tercinta, dan ia harus tampil meyakinkan walau tetap memilih yang simple.
Sekarang baru pukul 05.48. tapi Adora sudah bersiap-siap, padahal acaranya malam. Rencananya, Adora akan menambahkan sedikit aksesoris bahkan ia tampil berani dengan memakai heels. Padahal Adora tak benar-benar memakai heels kemana-mana. Ia masih norak, jadi bisa dipastikan ujung heels bisa patah karena terjatuh berkali-kali.
Sambil menunggu Syden nanti jam 7. Mulut Adora terus mengunyah sambil membaca novel. Membaca novel bisa membuat Adora merasa memiliki dunia sendiri, bagaimana ia merasa tak pernah bahagia dengan hidupnya, dan mungkin ia bisa bersimpati pada hidup orang lain yang lebih kejam. Dan membuat Adora bersyukur.
Adora membaca kisah seorang anak ceria, yang seusia dirinyaโ19 tahun. Punya crush dan mengejar-ngejar crush dan ternyata sahabatnya juga menyukai orang yang sama. Rumit sekali hidup mereka.
Adora bersyukur ia tak perlu punya drama rebutan pacar bersama sahabat karena hampir ia tak punya sahabat sama sekali. Sumber neraka bagi Adora adalah Harry.
Adora membaca kisah orang lain untuk merefleksikan hidupnya sendiri dan merenungi bagaimana perjalanan hidupnya selama 19 tahun. Ia harusnya sudah bisa menganggap dirinya dewasa tapi Harry selalu melihat Adora seperti anak kecil usia balita.
Adora sampai pada cerita yang membuatnya lumayan bikin sesak dada. Saat si tokoh utama tak sengaja membaca diary sahabatnya dan bagaimana perasaan sahabatnya pada laki-laki yang sama. Laki-laki yang tiap hari ia sebut, dan sekarang pertemanan mereka hancur karena seorang laki-laki. Seumur hidup, Adora selalu berdoa drama murahan seperti ini jangan menganggu hidupnya. Walau tanpa drama seperti itu hidupnya sudah rumit sendirian.
Besok Harry pulang, walau laki-laki itu tak bilang jam berapa pulang namun Adora bisa memastikan siang hari atau sore. Memikirkan Harry kembali membuat seluruh tubuh Adora lemas. Bisakah malaikat maut menjemput Harry sekarang? Tidak ada yang mengerti perasaan Adora. Harry itu perhatian tapi juga seperti menyiksa dirinya sekaligus.
"Tersiksa lagi kau besok?" Adora tertawa miris dengan nasibnya. Ia masih betah membaca novel walau isi kepalanya sudah berjalan kemana-mana terutama memikirkan Harry. Benci dan sayang sekaligus. Adora sayang pada Harry sebagai abang yang sangat peduli padanya, tapi sikap yang berlebihan membuatnya ingin mengakhiri hidupnya.
Adora menutup matanya, memori itu menari-nari di kepalanya. Tidak! Jangan!
Hanya itu yang bisa Adora lakukan. Gadis itu langsung bangun dan menghidupkan kipas angin, gila! Ia langsung keringat dingin, entah sampai kapan hal sial ini terus menghantui dirinya!
๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ
"Eyke Melati jeng." Ilana melotot pada Barry yang menahan tawanya. Yang benar saja Melati adalah bencong.
"Kukira bunga bangkai tadi." jawab Ilana sinis tak ada keramahan, menandakan ekspektasi Melati adalah seorang perempuan bukan manusia jadi-jadian.
"Ulalala. Banyak betol barang-barang. Eyke, bisa coba bikini kalau gitu." Ilana hanya bisa memijit kepalanya. Barry memang sengaja agar mengantarkan dirinya ke rumah sakit jiwa.
"Bar. You fucking kidding me?!" tanya Ilana saat Melati mulai membuka barang-barang itu.
"Dia baik. Pekerja keras."
"Pekerja keras gimana? Dia punya nafsu walau belok. Bisa aja aku tidur dia masuk kamar." Melihat tubuh tinggi Melati membuat otak Ilana sudah waspada kesana. Kalau nafsu sudah mendesak, mana kenal dia setengah manusia atau setengah siluman. Bahkan ada orang waras yang memperkosa pantat ayam.
"Well. Bahkan aku udah beberapa hari di sini, kamu nggak merasa terancam. Apa sebenarnya, kamu ngarap aku tidurin?" tuduh Barry tak tahu malu. Ilana mengepalkan tangannya.
"Aku usir kalian berdua!"
"Tytyd aku masih sakit."
"Persetan dengan tytyd!" jawab Ilana keras.
"Kenapa kau orang suka tytyd? Tytyd melati lagi malu-malu ngintip di bawah, dia pasti lagi senyum. Eyke malu." Dengan suara khas dan tangan yang melambai-lambai membuat Ilana makin bergidik ngeri.
"Bar serius. Ya kadang mereka sungguh-sungguh mau kerja, tapi aku sedang tidak menerima manusia setengah siluman. Aku mau yang kerjanya nurut. Jangan menambah pusing, kepala aku udah mau pecah ada kamu di sini."
"Kamu bisa tidur dan aku dengan senang memijit seluruh tubuh kamu. Gratis kok." goda Barry.
Ilana langsung berdiri dan masuk dalam kamarnya, membanting pintu sekuat mungkin. Hah! Kehadiran si psikopat mesum ini membuatnya hampir mati berdiri.
"Aduh jeng... Cantik-cantik kok galak."
Ilana tertidur dan ia terbangun karena merasa lapar. Saat itu sudah hampir pukul 10 malam.
Dengan mata yang masih mengantuk Ilana membuka pintunya dan melihat seorang gadis duduk di sana.
"Kamu siapa?" tanya Ilana. Melihat seorang gadis yang masih sangat belia. Bahkan lebih muda gadis ini daripada Ilene adiknya.
"Melati kak."
"Udah lama datang?" Melati menganggukkan. Jadi si bencong siapa?
"Trus yang tadi siang Melati itu siapa?"
"Buat menghibur kamu aja." Ilana berbalik melihat Barry yang baru selesai mandi. Demi apa si psikopat sudah pakai celana. Ilana mengode dengan matanya menunjuk celana Barry. Laki-laki itu malah menunjuk tytyd-nya. Ilana menggeleng.
"Mau pegang?" tanya Barry tak merasa bersalah. Ilana berbalik pada Melati yang pura-pura tak mendengar.
Tiba-tiba bau sabun yang begitu segar mendekati dirinya. Barry tanpa malu memeluk Ilana dari belakang dan mengecup leher gadis itu. Ilana langsung menginjak kaki Barry membuat laki-laki itu mengadu kesakitan.
"Melati udah makan? Kita makan dulu ya. Nanti aku jelasin Melati buat apa." Melati mengangguk.
Ilana ke belakang, mengisi air dari dispenser dan meminum karena tenggorkannya kering. Ilana masih duduk di barstool dan menelpon restoran langganan, untuk makan tiga orang.
"Aku udah pesan makanan." Ilana melihat Barry sudah memakai kaos warna putih. Perasaan laki-laki ini bisa berganti baju tiap hari. Ilana curiga, Barry memang berniat tinggal di sini selamanya. Dasar tak tahu malu.
"Oh ya?" Barry langsung memeluk Ilana. Gadis itu bergerak tak nyaman disaat ia masih memegang gelas berisi air.
"Kamu harus menciumku karena buat tytyd aku bengkak." Barry menempelkan wajahnya di wajah Ilana. Ilana mendorong laki-laki itu, tapi pelukan Barry begitu ketat.
Barry langsung mendekatkan wajah Ilana dan mengecup bibirnya.
Ilana menangkap dengan ekor matanya, jika Melati melihat mereka di ujung.
๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ
Senyum tak pernah lepas dari wajahnya. Adora tersenyum pada Syden yang terlihat begitu tampan dan rapi. Inilah kencan mereka yang sebenarnya, setelah beberapa bulan menjalin hubungan.
Syden juga mengajak Adora makan di restoran yang mewah dan hanya ada beberapa orang di sana. Ia benar-benar merasa sebagai wanita dan dihargai. Keduanya sedang menunggu pesanan datang.
Rambut Syden disisir rambut bahkan saking rapinya, Adora bisa melihat rambut Syden terlalu mengkilap karena kebanyakan memakai minyak rambut. Syden memakai jas berwarna maroon. Pas sekali dengan rok motif berwarna maroon yang ia pakai, padahal mereka tak janjian.
Wagyu beef brochete. Inilah yang berhasil Adora pesan, sebenarnya Adora sadar harganya menyamai uang jajan bulanan tapi ia ingin merasakan ini seumur hidupnya dan mungkin juga Syden sudah menyiapkan cash untuk makan malam mereka ini. Walau ujungnya Adora merasa bersalah karena memilih makanan yang terlalu mahal. Terkadang Harry mengajaknya makan lama di luar, tapi tak terlalu semewah ini dan harganya bisa dijangkau keuangan Harry. Walau tak bilang, tapi Adora tahu Syden adalah orang yang membeli makanan tak perlu melihat harga atau tak pernah mendengar bunyi token listrik di rumahnya.
Syden adalah lulusan luar negri yang gajinya sudah mencapai dua digit.
Bahkan ingin menambah rasa bersalah. Syden memesan lagi Baked seabass in sult crust. Namanya saja yang ribet tapi sebenarnya ini adalah seekor ikan kakap besar berwarna putih yang dipanggang dalam balutan garam. Rasanya memang gurih. Harganya selangit, tapi rasanya Adora bisa menjamin enakan seblak yang ia buat. Bahkan semalaman Adora hanya makan seblak. Seblak itu masih bersisa, tapi Adora sudah membuangnya karena basi. Mubazir tapi karena sudah basi ia tak jadi berbuat banyak.
"Puas?" tanya Syden. Laki-laki itu memesan cocktail. Dan Adora lebih memilih air putih. Karena sudah terbiasa makan minum air putih bukan air berasa dan berwarna.
Syden adalah sosok calon suami idaman yang sangat bertanggung jawab dalam rumahnya. Rasanya seperti Adora ingin memiliki laki-laki ini. Mungkin bisa pelan-pelan sambil meyakinkan Harry, karena Adora juga baru masuk kuliah. Harry pasti akan mengizinkan ketika ia lulus kuliah, atau malah Harry membiarkan dirinya hanya di rumah saja. Padahal, laki-laki itu juga butuh pendamping. Usia Harry adalah usia yang sudah pantas untuk memiliki pasangan sekarang.
"Jangan terlalu berpikiran yang tidak-tidak. Stay positive. Agar energi-energi positif membuat hidup kamu bahagia. Jangan biarkan kamu terus tergerus dengan nasib kelam. Jangan." Adora hanya mampu tersenyum. Selain pacar-able, sangat pengertian, Syden juga seorang penasihat yang baik. Ia seperti bisa membaca semua isi hati Adora. Laki-laki ini begitu positif. Terkadang Adora selalu berpikiran jika ia tak pantas bersama Syden. Tapi berkali-kali Syden meyakinkan dirinya.
Ponsel Adora berbunyi. Adora tahu pasti itu Harry. Mungkin laki-laki itu menanyakan, apa ia sudah tidur dan mengucapkan goodnight.
Harry : Dora. Kamu nggak di rumah? Abang udah pulang. Kamu di mana? Pergi sama siapa?
Mampus!
Adora hanya mampu menggigit bibirnya, dan menunjukan pesan itu pada Syden.
Keduanya hanya mampu terdiam.
๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ
Buahahaha, menurut kalian apa yg akan Harry lakukan kalau tahu hubungan Adora dan Syden?
Masih betah bacanya? Awalnya aku mau buat cerita ini tema dark. Tapi kayaknya aku akan selipkan humor di sini, biar kalian gak tegang-tegang amat bacanya.
Tytyd Barry aja gak tegang๐คช๐คช๐คฃ๐คฃ๐คฃ
See youโค๏ธโค๏ธโค๏ธ.Kasih rate dan komen yaโค๏ธโค๏ธโค๏ธโค๏ธ๐๐๐.
Yang Adora ingat, Harry selalu lembut padanya. Jarang sekali laki-laki itu membentak dirinya. Dan kali ini, Adora tak mau Harry muka padanya. Walau bagaimanapun Harry, Adora masih membutuhkan Harry. Laki-laki itulah tempatnya bergantung selama ini.Rasanya benci, tapi Adora membutuhkan Harry. Jadi, memang Adora tak bisa memendam lama-lama perasaan itu. Walau ada rasa kesal yang membuatnya ingin mengeluh, ingin mengadu, atau ingin berteriak sekuat yang ia bisa atas hidup yang ia terima.Adora langsung naik ojek pulang, khawatir Harry mengetahui dirinya. Bahkan Adora meminta tukang ojek untuk terbang saja.Adora tahu, Harry pasti tahu bagaimana penampilan Adora sekarang dan Harry pasti curiga karena Adora beralasan mereka kerja kelompok. Kerja kelompok di mana sampai larut malam? Makanan mahal yang masuk dalam perutnya rasanya mau dimuntahkan semuanya."Pak please pak! Cepat!" Adora mendesak tukang ojek. Syd
Malam ini, Ilana bisa melihat sebagai seorang laki-laki. Laki-laki yang bisa membuat dirinya terlindungi, laki-laki yang membuat dirinya sebagai seorang wanita seutuhnya, bukan dirinya yang dikenal sebagai wanita judes anti laki-laki.Udara malam yang dingin menusuk, tak menyurutkan keduanya untuk berbagi kebersamaan setelah sekian lama mereka saling merasa asing. Ilana selalu yakin, ia tak pernah salah memilih laki-laki ini. Bagaimana malam ini Ilana melihat diri Dennisโabangnya ada dalam diri Harry. Semoga Harry terus seperti ini."Saya pinjamkan jaket?" Ilana mengangguk, ia mencium bau tubuh Harry. Segalak apapun wanita, mau semandiri apapun, ia tetap makhluk lemah yang bergantung pada laki-laki, apalagi laki-lakinya itu yang menawarkan.Harry tahu, Ilana adalah wanita galak yang kurang belaian. Jika diberi perhatian sedikit saja maka ia akan begitu menurut seperti anjing pada majikannya. Harry tidak memanfaatkan Ilana, tapi ia sedang belajar u
"Gils! Akhirnya, kita berpesta. Ajak pacarmu juga Nana."Ilana yang sedang sibuk mengoles di bibirnya menoleh pada Alena. Well, pacarnya bukan seperti manusia normal hal itu tak semudah itu ia mengundang Harry ikut bersama mereka."Dia sibuk jaga kandang babi." jawab Ilana asal, sebelum ia mendengar barang yang dilemparkan tapi tak tepat sasaran. Ilana hanya memandang Alena malas, lebih malas lagi ia tahu fakta jika psikopat Barry akan ada di sana. Sepertinya Ilana harus menyiapkannya pisau lipat kecil di tasnya, jika Barry macam-macam padanya, Ilana langsung mengembiri milik laki-laki itu."Nana babinya." gurau Alena sambil tertawa begitu kencang. Ilana tak perlu tersinggung, karena ia juga sering berbicara seperti itu dan berharap lawannya tidak tersinggung, lagian persetan dengan tersinggung, Ilana melakukan apa yang menurutnya benar."Ke cafe pacarmu lagi?" tanya Ilana. Terlihat pancaran bahagia dia mata Alena. Andai sahabatnya tah
Ilana memegang kepalanya yang terasa sangat berat, tapi di satu sisi kepalanya seperti kopong jadi saat ia menggerakkan ke kiri atau kanan rasanya seperti ada batu di dalamnya.Kepala masih berat, mata juga masih mengantuk, tapi ia berusaha membuka matanya, sekarang jam berapa.Ilana meraba-raba ponselnya, seperti yang biasa ia lakukan karena ia selalu meletakan ponsel di atas kepalanya atau di bawah bantal. Padahal menurut penelitian, saat kamu tertidur jauhi ponsel karena terkena radiasi ke otak. Bagi Ilana, selama otaknya masih bisa berpikir waras atau menjadi otak mendadak, ia akan terus melakukan kebiasaan tersebut.Ilana meraba-raba ponsel yang sudah menemani dirinya selama 2 tahun. Walau perkejaannya menuntut tentang penampilan, tapi Ilana tak pernah ganti ponsel sesuai trend sekarang, ganti ponsel tiap bulan. Bagi Ilana selama ponsel itu masih menyala dan berfungsi dengan baik, akan terus ia gunakan. Pemikiran dia memang sedikit beda dari
Walau sempat bersitegang, tapi akhirnya Barry mengantarkan juga semua aset-aset milik Ilana, walau wanita galak itu tak mau menyambutnya dan Melati yang menerima kedatangan Barry.Ilana sudah mandi dan merasa lebih ringan sekarang, ia akhirnya menyuruh melati memesan es buah, butuh yang segar-segar agar bisa mengusir setan-setan Barry dari otaknya.Ilana sedang duduk di barstool dengan nyaman hanya memakai bathrobe dan tak berniat untuk berganti baju. Ilana ingin beristirahat total hari ini, dan menghilangkan racun Barry dari hidupnya. Bisa gila!"Melati makan sini." ajak Ilana. Melati yang seorang pemalu, dengan ragu duduk di samping Ilana. Ilana yang menuangkan es itu dalam mangkok."Melati berapa umurnya?""21 Kak." Ilana mengangguk, berarti beda satu tahun dengan dua adik kembarnya."Melati kuliah?""Nggak Kak. Saya sudah lama keluar sekolah, SMP bahkan cuman sampai kelas 8.""Oh ya?
Dalam hidupnya Ilana tahu akan ada laki-laki yang datang menyunting dirinya dan meminta izin pada orang tuanya, jika sudah waktunya ada laki-laki yang mengambil alih tugas ayahnya, menjaganya, menyanyangi dirinya, dan menjadi tempat ia berkeluh kesah.Kalau boleh jujur Ilana merasa hatinya kosong. Ada apa? Wanita cantik itu duduk dan menarik napas panjang. Kamu akan jadi perawan tua jika terlalu banyak milih, lagian Harry sudah mengerti sifat burukmu."Jadi, dengan itu maksud kedatangan saya di sini adalah untuk membicarakan keseriusan bersama Ilana. Usia kami sudah sama-sama dewasa, dan saya sedikit menempati posisi atas dalam kerjaan.""Papa apapun yang terbaik buat anak-anak pasti setuju. Selama Nana merasa aman, Nana tidak akan mengeluh dan menceritakan keburukan yang lain. Sebisa mungkin saat menikah nanti selesaikan dulu masalahnya sebelum orang lain tahu. Sebelum naik ke ranjang masalah hari ini harus beres."Ilana mem
Ilana melirik Barry dengan kesal, dan memakan sarapan seolah ingin menelan laki-laki itu. Kesal tentu saja, dia benar-benar seorang penguntit yang meresahkan."Sarapan gini memang nikmat, di tengah hutan, ada wanita cantik dari masa depan." goda Barry, membuat Ilana membanting sendoknya dengan kuat, mulut Barry perlu diberi cabe agar berhenti berbicara tak jelas."Diam deh Bar. Aku jadi hilang selera makan!" sungut Ilana. Barry terkekeh, laki-laki ini seperti orang yang benar-benar kurang kerjaan. Kerjanya hanya membuat dirinya kesal dan Barry layak dapat penghargaan piala Citra sebagai manusia paling menyebalkan versi Ilana."Eits! Jangan kabur. Sarapan cepat!" cegat Barry saat Ilana berdiri dan menarik tangan wanita itu agar duduk kembali. Ilana semakin bersungut dengan wajah yang siap menyemburkan api naga. Andai dia naga wajah Barry sudah hangus sekarang.Ilana menarik lagi sarapannya dan makan. Jadi teringat semalam ada
Adora tahu, cepat atau lambat dirinya akan diabaikan dan Harry akan berfokus pada keluarga kecilnya. Dulu sekali, Adora ingin agar Harry menikah secepatnya agar tidak menganggu hubungannya bersama Syden, tapi kali ini rasanya begitu berat.Adora ingin Harry tetap jadi Abang yang peduli padanya, seorang abang yang juga berperan sebagai orang tua. Adora akan selalu membutuhkan Harry di sampingnya.Chocolate roll cake dengan hiasan krim dan buah ceri di atasnya memberi kesan menggoda pada kue kukus tersebut. Adora sengaja memasak khusus untuk Harry hari ini, semenjak laki-laki itu mengizinkan dirinya untuk memasak. Semua menu sudah Adora coba dan tak pernah gagal untuk memanjakan lidah Harry."Semoga istri Abang, pandai masak." ujar Adora, separuh berharap penuh doa separuhnya adalah sindiran karena Harry takkan menemukan seseorang yang pandai memasak seperti dirinya, sosok Adora takkan tergantikan walau oleh istri Harry sekalipun."A
Layaknya sebuah keluarga bahagia, Ilana dan keluarga kecilnya akan melaksanakan kegiatan outdoor yang menyenangkan. Mereka berusaha untuk mengenalkan banyak hal pada putri mereka. Hari ini, akan diadakan camping di belakang rumah. Usia Elena sudah tiga tahun, sudah belajar banyak hal, dan mencoba-coba banyak hal, serta memiliki rasa penasaran yang begitu tinggi. Tapi, Ilana tahu putrinya cuek dan lebih suka melakukan banyak hal sendiri. "Elena, kita akan bercamping di belakang rumah. Apa yang perlu dibawa?" Elena menatap ibunya, tidak banyak bicara dan langsung menuju kamarnya, bocah itu membawa buku dongeng dengan campuran warna pink dan biru. "Bantuin Mami dan Daddy bawa barang ke belakang?" tawar Ilana, Elena mengangguk dan mencoba membantu barang-barang kecil yang sekiranya bisa dia bawa. Ilana dan Barry sudah merencanakan hal ini lama, jadi, mereka akan bersenang-senang. Di belakang rumah, sengaja dibuat bany
Ilana melihat pantulannya di cermin, masih dengan perut yang belum kempes, dia mengangkat sedikit kaosnya dan mengelus-elus perutnya.Dia berbalik dan melihat sebuah kedamaian berada di depannya, Elena.Bayi berumur dua minggu, 13 hari lebih tepatnya.Hari ini, Ilana akan sibuk, karena pemotretan Baby Elena. Seperti orang tua kebanyakan, mereka ingin mengambil banyak moment-moment indah dan pertumbuhan putrinya.Dengan persiapan yang hampir rampung, mereka menyewa sang fotografer untuk datang ke rumah. Tak lupa, Ilene dengan segala kerempongan yang dia punya. Ilene juga akan melakukan pemotretan bayi kembarnya yang sudah berusia dua bulan, ibu-ibu rempong itu memotret bayinya setiap bulan, dengan kostum yang beda-beda."Jangan lupa bawa tisu, popok, baju-baju kalian. Jangan sampai, tiba di sini baru sibuk." Ilana langsung menelpon Ilene dan mengingatkan, dia tahu Ilene itu berisik, Ilana tak suka, jika Ilene bertamu ke
Kebanyakan menonton film yang megah, modern, dan kehidupan yang dinamis, membuat Ilana selalu membayangkan Hawaii sebagai salah satu kota yang layak dikunjungi, dream country, yang wajib dikunjungi selama kamu hidup.Tapi, apa yang terpampang di depan matanya membuat dia terdiam dan bisa melihat dunia dalam pandangan yang lebih luas. Ilana berjalan pelan, sambil memperhatikan banyak homeless yang memeluk tubuhnya kepanasan atau kedinginan dengan perut kosong yang luar biasa.Dia melihat seorang wanita berusia sekitar 40 tahun sedang menikmati mie dengan lahap, dan Ilana bisa menduga, itu adalah salah hidangan terenak yang masuk dalam mulutnya.Ilana masih terdiam, ketika merasakan tubuhnya ditarik oleh Barry, karena mereka sedang melintasi zebra cross.Ilana menggengam tangan suaminya, niat awal bulan madu dan bersenang-senang, dan banyak hal yang dipaparkan di wajahnya, bahwa beginilah kehidupan yang sesungguhnya.Ilana
Kalau kamu mendengar kata Hawaii atau membaca kata Hawaii, apa yang pertama terlintas dipikiranmu? Pantai, pohon kelapa, ombaknya, masyarakatnya yang ramah, gunung berapi, atau hula-hula?Dalam benak Ilana, Hawaii itu sebuah pulau dengan banyak pantai cantik seperti kartun Moana. Dan benar adanya, walau mereka tetap disambut banyak gedung-gedung tinggi."Aku tahu ini sensitif, tapi, Ayah kamu ke mana?""Aku nggak yakin, pernah diceritakan, tapi, hanya sekilas. Banyak anak-anak kurang beruntung seperti aku yang tidak punya orang tua lengkap, Nana. Bahkan, aku kurang dekat sama ibu sendiri karena keadaan yang memaksa seperti itu."Ilana alihkan pandanganya keluar dari bus, dan merenungi kata-kata tadi. Barry benar, tidak semua anak-anak beruntung untuk punya keluarga utuh yang harmonis seperti keluarganya. Bahkan, ada anak yang punya keluarga utuh tapi mempunyai orang tua yang abusive.Dia mencoba mengingat-ingat masa ke
"Hahaha. Malam pertama, tapi, udah unboxing duluan. Nggak seru ah!" Ilana harusnya tahu, dia mempunyai keluarga ember bocor. Dia memang tidak tersinggung, dan memang begitu faktanya. Tapi, mendengar ejekan itu, kenapa rasanya mengesalkan? Itu adalah ejekan Ilene padanya. Resmi satu minggu menikah dan dia pulang ke rumah tuanya, Ilana sedang mempersiapkan bulan madu ke Hawaii. Tempat tinggal Ibu Barry. Hari ini, mereka akan ada bakar-bakar. Bakar ikan, bakar ayam, bakar jagung, bakar sampah. Bundanya sedang sibuk, di saat para menantu lelaki sibuk membantu ibu mertua mereka yang cantik. Sebagai seorang koki handal, Barry sedang mengipas-ngipas makanan di atas tungku arang tersebut. Sebenarnya Ilene ingin membantu, tapi disuruh duduk oleh suami, dua ibu hamil itu tidak diizinkan untuk bekerja. Mereka hanya boleh mencicipi. "Ahhh! Bosan bangat hidupku, Tuhan!" Ilana dan Ilene sama-sama menoleh ke sumber suara
Pita pink dengan tatanan dekorasi meja bundar. Hiasan lentera kertas yang menggantung di atap tenda warna-warni.Sudah tidak ada konsep pernikahan, jika yang ditampilkan adalah seluruh konsep dipadu-padankan.Awalnya, Ilana tidak begitu antusias menyambut pernikahannya sendiri, tapi, dia tidak bisa bohong, jika, sekarang dia merasa gugup luar biasa.Venue yang mereka pilih adalah di halaman belakang, karena Ilana hanya ingin sederhana, walau sudah disulap bundanya menjadi lebih baik. Bahkan, Ilana sampai terdiam, bagaimana mungkin pernikahan yang dia impikan sederhana terjadi begitu mewah di matanya. Dia senang, dia punya keluarga yang luar biasa bisa diandalkan.Ilana menarik sedikit long laces veil yang panjang hingga bokongnya. Sedikit mahkota kecil mewah di atas kepalanya walau dia sudah protes karena kebanyakan aksesoris.Dia mematut dirinya di cermin sekitar tiga menit, melihat wajahnya yang berubah total dan jug
"Menurut kamu, konsep foto prewedding gimana?"Ilana menatap Barry yang sedang mengupas mangga, turun dan mendekati laki-laki itu."Aku nggak punya bayangan. Sebenarnya aku gak terlalu mengkhayal hal seperti itu, yang penting cepat melewati hal itu, dan yang utama adalah kehidupan setelah menikah itu." Ilana mengambil satu potong satu mangga dan memasukan dalam mulutnya. Manis.Tak puas. Ilana mengambil lagi."Aku sebenarnya paham maksud kamu. Aku sebenarnya lagi tidak pernah banyak permintaan, Bar. Serius, cukup melewati hal ini."Barry hanya memandang wanita cantik di hadapannya."Okay-okay. Besok nikah aja lah, biar cepat.""Ye. Bukan begitu ibu pejabat, sebagai laki-laki aku merasa ingin memberi kamu yang terbaik. Kamu memang ingin sederhana, aku mau kamu mengenang ini sebagai kenangan yang takkan kamu lupakan karena ini seumur hidup, Nana." Ilana hanya mengangkat alisnya dan mengambil lagi poto
Telapak tangannya terasa hangat, dari cangkir kecil yang tengah mengeluarkan asap. Ilana menunduk, melihat minuman miliknya dan kembali meniup sedikit dan menyeruput minuman itu.Masih terlalu dini, untuk manusia seperti dirinya yang bangun di atas jam delapan pagi.Ilana mengintip, masih jam 6.30, dan Barry masih terlalu pagi, tapi, dia tidak bisa tidur dengan tenang, memikirkan nasibnya dan juga masa depan."Aku kira kamu kabur lagi. Bangun-bangun di sebelah udah dingin." Ilana memutar tubuhnya, mendapati Barry yang menguap, menggaruk kepalanya dan mengucek matanya sebentar.Ilana melihat ke atas meja makan, roti gosong yang dia buat. Entah kenapa, pagi-pagi dia sudah berinisiatif melakukan hal ini. Rasanya seperti kamu merasakan air asin berubah jadi sirup merah."Waoh. Apa ini? Apa aku sedang bermimpi berada dalam dunia para layang?" seru Barry norak, yang membuat Ilana berdecak sebal. Mau menolak atau keras sepert
"Bunda juga dulu nggak pande masak. Tapi, akhirnya bisa masak juga. Kamu juga bisa gitu, Nana. Memasak bersih-bersih itu basic skill semua gender, kenapa Bunda nggak nyuruh kalian masak? Karena, Bunda mau kalian sadar memasak dan mengurus rumah itu harus kesadaran kalian dan kalian harus bisa. Perempuan atau laki-laki harus bisa masak." Dengan gaya kedua tangan berlipat di dada, Ilana memperhatikan Bundanya memasak pisang goreng, dengan membolak-balik pisang di atas minyak panas. Dia suka menonton orang memasak, tapi, jangan menyuruh dirinya untuk memasak. Ilona mengambil piring dan juga tisu untuk alas agar pisang goreng tak terlalu banyak minyak. "Ini, isinya kolestrol jahat semua." Komentar Ilona ketika mencubit sedikit pisang goreng yang masih panas tersebut. "Hisang hoheng. Hasih hanas." Ilona meniru pembicaraan orang-orang ketika makan pisang goreng dalam keadaan panas. Ilana hanya menatap malas ke arah Bundanya.