Pita pink dengan tatanan dekorasi meja bundar. Hiasan lentera kertas yang menggantung di atap tenda warna-warni.
Sudah tidak ada konsep pernikahan, jika yang ditampilkan adalah seluruh konsep dipadu-padankan.
Awalnya, Ilana tidak begitu antusias menyambut pernikahannya sendiri, tapi, dia tidak bisa bohong, jika, sekarang dia merasa gugup luar biasa.
Venue yang mereka pilih adalah di halaman belakang, karena Ilana hanya ingin sederhana, walau sudah disulap bundanya menjadi lebih baik. Bahkan, Ilana sampai terdiam, bagaimana mungkin pernikahan yang dia impikan sederhana terjadi begitu mewah di matanya. Dia senang, dia punya keluarga yang luar biasa bisa diandalkan.
Ilana menarik sedikit long laces veil yang panjang hingga bokongnya. Sedikit mahkota kecil mewah di atas kepalanya walau dia sudah protes karena kebanyakan aksesoris.
Dia mematut dirinya di cermin sekitar tiga menit, melihat wajahnya yang berubah total dan jug
"Hahaha. Malam pertama, tapi, udah unboxing duluan. Nggak seru ah!" Ilana harusnya tahu, dia mempunyai keluarga ember bocor. Dia memang tidak tersinggung, dan memang begitu faktanya. Tapi, mendengar ejekan itu, kenapa rasanya mengesalkan? Itu adalah ejekan Ilene padanya. Resmi satu minggu menikah dan dia pulang ke rumah tuanya, Ilana sedang mempersiapkan bulan madu ke Hawaii. Tempat tinggal Ibu Barry. Hari ini, mereka akan ada bakar-bakar. Bakar ikan, bakar ayam, bakar jagung, bakar sampah. Bundanya sedang sibuk, di saat para menantu lelaki sibuk membantu ibu mertua mereka yang cantik. Sebagai seorang koki handal, Barry sedang mengipas-ngipas makanan di atas tungku arang tersebut. Sebenarnya Ilene ingin membantu, tapi disuruh duduk oleh suami, dua ibu hamil itu tidak diizinkan untuk bekerja. Mereka hanya boleh mencicipi. "Ahhh! Bosan bangat hidupku, Tuhan!" Ilana dan Ilene sama-sama menoleh ke sumber suara
Kalau kamu mendengar kata Hawaii atau membaca kata Hawaii, apa yang pertama terlintas dipikiranmu? Pantai, pohon kelapa, ombaknya, masyarakatnya yang ramah, gunung berapi, atau hula-hula?Dalam benak Ilana, Hawaii itu sebuah pulau dengan banyak pantai cantik seperti kartun Moana. Dan benar adanya, walau mereka tetap disambut banyak gedung-gedung tinggi."Aku tahu ini sensitif, tapi, Ayah kamu ke mana?""Aku nggak yakin, pernah diceritakan, tapi, hanya sekilas. Banyak anak-anak kurang beruntung seperti aku yang tidak punya orang tua lengkap, Nana. Bahkan, aku kurang dekat sama ibu sendiri karena keadaan yang memaksa seperti itu."Ilana alihkan pandanganya keluar dari bus, dan merenungi kata-kata tadi. Barry benar, tidak semua anak-anak beruntung untuk punya keluarga utuh yang harmonis seperti keluarganya. Bahkan, ada anak yang punya keluarga utuh tapi mempunyai orang tua yang abusive.Dia mencoba mengingat-ingat masa ke
Kebanyakan menonton film yang megah, modern, dan kehidupan yang dinamis, membuat Ilana selalu membayangkan Hawaii sebagai salah satu kota yang layak dikunjungi, dream country, yang wajib dikunjungi selama kamu hidup.Tapi, apa yang terpampang di depan matanya membuat dia terdiam dan bisa melihat dunia dalam pandangan yang lebih luas. Ilana berjalan pelan, sambil memperhatikan banyak homeless yang memeluk tubuhnya kepanasan atau kedinginan dengan perut kosong yang luar biasa.Dia melihat seorang wanita berusia sekitar 40 tahun sedang menikmati mie dengan lahap, dan Ilana bisa menduga, itu adalah salah hidangan terenak yang masuk dalam mulutnya.Ilana masih terdiam, ketika merasakan tubuhnya ditarik oleh Barry, karena mereka sedang melintasi zebra cross.Ilana menggengam tangan suaminya, niat awal bulan madu dan bersenang-senang, dan banyak hal yang dipaparkan di wajahnya, bahwa beginilah kehidupan yang sesungguhnya.Ilana
Ilana melihat pantulannya di cermin, masih dengan perut yang belum kempes, dia mengangkat sedikit kaosnya dan mengelus-elus perutnya.Dia berbalik dan melihat sebuah kedamaian berada di depannya, Elena.Bayi berumur dua minggu, 13 hari lebih tepatnya.Hari ini, Ilana akan sibuk, karena pemotretan Baby Elena. Seperti orang tua kebanyakan, mereka ingin mengambil banyak moment-moment indah dan pertumbuhan putrinya.Dengan persiapan yang hampir rampung, mereka menyewa sang fotografer untuk datang ke rumah. Tak lupa, Ilene dengan segala kerempongan yang dia punya. Ilene juga akan melakukan pemotretan bayi kembarnya yang sudah berusia dua bulan, ibu-ibu rempong itu memotret bayinya setiap bulan, dengan kostum yang beda-beda."Jangan lupa bawa tisu, popok, baju-baju kalian. Jangan sampai, tiba di sini baru sibuk." Ilana langsung menelpon Ilene dan mengingatkan, dia tahu Ilene itu berisik, Ilana tak suka, jika Ilene bertamu ke
Layaknya sebuah keluarga bahagia, Ilana dan keluarga kecilnya akan melaksanakan kegiatan outdoor yang menyenangkan. Mereka berusaha untuk mengenalkan banyak hal pada putri mereka. Hari ini, akan diadakan camping di belakang rumah. Usia Elena sudah tiga tahun, sudah belajar banyak hal, dan mencoba-coba banyak hal, serta memiliki rasa penasaran yang begitu tinggi. Tapi, Ilana tahu putrinya cuek dan lebih suka melakukan banyak hal sendiri. "Elena, kita akan bercamping di belakang rumah. Apa yang perlu dibawa?" Elena menatap ibunya, tidak banyak bicara dan langsung menuju kamarnya, bocah itu membawa buku dongeng dengan campuran warna pink dan biru. "Bantuin Mami dan Daddy bawa barang ke belakang?" tawar Ilana, Elena mengangguk dan mencoba membantu barang-barang kecil yang sekiranya bisa dia bawa. Ilana dan Barry sudah merencanakan hal ini lama, jadi, mereka akan bersenang-senang. Di belakang rumah, sengaja dibuat bany
"Dan untuk kesekian kalinya, kamu beralasan ini yang! Lagi-lagi si boots. Aku muak! Jangan hubungin aku dulu!""Dia punya nama!" bentak Harry tak terima.Ilana membuang ponselnya, sambil berbaring di kasur. Setiap kali ingin berjumpa, Harry pasti beralasan."Dora sakit, Dora sendiri di rumah. Dora nggak boleh ditinggalkan, Dora belum makan. Aku akan datang, sebelum Dora tidur. Aku harus mengucapkan goodnight untuk Dora."Padahal Adora sudah berumur 20 tahun. Bukan lagi anak usia dua tahun.Adora adalah prioritas. Apalagi mereka hanya tinggal berduaan. Tanpa orang tua.________________________________Adora jatuh cinta pada Syden, nama yang memiliki arti senyum yang indah. dan memang senyum Syden sangat menawan. membuat Adora tidak pernah melepaskan pandangannya dari sahabat kakaknya tersebut.namun sayang, Adora memiliki seorang kakak yang over protektif. semua hal tidak boleh dilakukan sendiri. dan
Adora menghembuskan napas kesal berkali-kali. Sambil melirik laki-laki di sampingnya. Ia kesal pada Harry-kelewat kesal.Harry harus merepotkan dirinya, membuat ia harus terlambat ke kampus. Padahal ini hari pertama perkenalan mahasiswa baru. Adora yakin, jika hari pertama sudah sial seperti ini, maka hari-hari selanjutnya harinya akan berakhir buruk.Apalagi ia rela menunda kuliahnya selama satu tahun. Dan sekarang, masanya untuk kembali mengenyam pendidikan. Adora suka sekolah, dengan sekolah ia banyak teman dan bebas dari kukungan Harry. Harry terlalu berlebihan padanya. Padahal, jika laki-laki itu mengerti, Adora hanya ingin mereka menjaga privasi masing-masing. Adora sudah cukup umur-lebih umur. Tapi Harry memperlakukan dirinya, seperti anak TK. Sikap protektif Harry padanya membuat Adora risih, ia tak nyaman tapi Adora tak bisa membantah semua kata Harry."Pulang jam berapa?" Adora pura-pura tuli, dan tak mendengarka
Suara piring bergaduh menandakan sang pemilik sedang mengisi lambungnya dengan makanan. Adora makan malam dalam diam. Rasanya malas untuk menatap Harry. Ia sudah kesal pada laki-laki itu."Kalau ada tugas dikerjakan. Kalau tidak, langsung tidur." See? Adora merasa Harry mengatakan untuk anak 5 tahun. Padahal umurnya nyaris 20 tahun. Harus berapa lama lagi, Harry melihat dirinya seperti anak kecil?Adora memilih diam dan memasukan capcay dalam mulutnya-lebih tepatnya bunga kol putih. Walau sudah penat, Harry yang akan memasak untuk makan malam daripada menyuruh Adora yang melakukan semuanya. Karena malas satu ruangan bersama Harry, Adora lebih memilih mengurung diri di kamar. Dan menunggu Harry memanggilnya untuk makan malam. Padahal Adora sudah bilang, ia bisa masak tapi Harry tetap tidak mengizinkan dirinya. Terkadang Adora kasihan pada Harry tapi sifat laki-laki itu juga yang buat jengkel.Adora pura-pura menunduk dan me
Layaknya sebuah keluarga bahagia, Ilana dan keluarga kecilnya akan melaksanakan kegiatan outdoor yang menyenangkan. Mereka berusaha untuk mengenalkan banyak hal pada putri mereka. Hari ini, akan diadakan camping di belakang rumah. Usia Elena sudah tiga tahun, sudah belajar banyak hal, dan mencoba-coba banyak hal, serta memiliki rasa penasaran yang begitu tinggi. Tapi, Ilana tahu putrinya cuek dan lebih suka melakukan banyak hal sendiri. "Elena, kita akan bercamping di belakang rumah. Apa yang perlu dibawa?" Elena menatap ibunya, tidak banyak bicara dan langsung menuju kamarnya, bocah itu membawa buku dongeng dengan campuran warna pink dan biru. "Bantuin Mami dan Daddy bawa barang ke belakang?" tawar Ilana, Elena mengangguk dan mencoba membantu barang-barang kecil yang sekiranya bisa dia bawa. Ilana dan Barry sudah merencanakan hal ini lama, jadi, mereka akan bersenang-senang. Di belakang rumah, sengaja dibuat bany
Ilana melihat pantulannya di cermin, masih dengan perut yang belum kempes, dia mengangkat sedikit kaosnya dan mengelus-elus perutnya.Dia berbalik dan melihat sebuah kedamaian berada di depannya, Elena.Bayi berumur dua minggu, 13 hari lebih tepatnya.Hari ini, Ilana akan sibuk, karena pemotretan Baby Elena. Seperti orang tua kebanyakan, mereka ingin mengambil banyak moment-moment indah dan pertumbuhan putrinya.Dengan persiapan yang hampir rampung, mereka menyewa sang fotografer untuk datang ke rumah. Tak lupa, Ilene dengan segala kerempongan yang dia punya. Ilene juga akan melakukan pemotretan bayi kembarnya yang sudah berusia dua bulan, ibu-ibu rempong itu memotret bayinya setiap bulan, dengan kostum yang beda-beda."Jangan lupa bawa tisu, popok, baju-baju kalian. Jangan sampai, tiba di sini baru sibuk." Ilana langsung menelpon Ilene dan mengingatkan, dia tahu Ilene itu berisik, Ilana tak suka, jika Ilene bertamu ke
Kebanyakan menonton film yang megah, modern, dan kehidupan yang dinamis, membuat Ilana selalu membayangkan Hawaii sebagai salah satu kota yang layak dikunjungi, dream country, yang wajib dikunjungi selama kamu hidup.Tapi, apa yang terpampang di depan matanya membuat dia terdiam dan bisa melihat dunia dalam pandangan yang lebih luas. Ilana berjalan pelan, sambil memperhatikan banyak homeless yang memeluk tubuhnya kepanasan atau kedinginan dengan perut kosong yang luar biasa.Dia melihat seorang wanita berusia sekitar 40 tahun sedang menikmati mie dengan lahap, dan Ilana bisa menduga, itu adalah salah hidangan terenak yang masuk dalam mulutnya.Ilana masih terdiam, ketika merasakan tubuhnya ditarik oleh Barry, karena mereka sedang melintasi zebra cross.Ilana menggengam tangan suaminya, niat awal bulan madu dan bersenang-senang, dan banyak hal yang dipaparkan di wajahnya, bahwa beginilah kehidupan yang sesungguhnya.Ilana
Kalau kamu mendengar kata Hawaii atau membaca kata Hawaii, apa yang pertama terlintas dipikiranmu? Pantai, pohon kelapa, ombaknya, masyarakatnya yang ramah, gunung berapi, atau hula-hula?Dalam benak Ilana, Hawaii itu sebuah pulau dengan banyak pantai cantik seperti kartun Moana. Dan benar adanya, walau mereka tetap disambut banyak gedung-gedung tinggi."Aku tahu ini sensitif, tapi, Ayah kamu ke mana?""Aku nggak yakin, pernah diceritakan, tapi, hanya sekilas. Banyak anak-anak kurang beruntung seperti aku yang tidak punya orang tua lengkap, Nana. Bahkan, aku kurang dekat sama ibu sendiri karena keadaan yang memaksa seperti itu."Ilana alihkan pandanganya keluar dari bus, dan merenungi kata-kata tadi. Barry benar, tidak semua anak-anak beruntung untuk punya keluarga utuh yang harmonis seperti keluarganya. Bahkan, ada anak yang punya keluarga utuh tapi mempunyai orang tua yang abusive.Dia mencoba mengingat-ingat masa ke
"Hahaha. Malam pertama, tapi, udah unboxing duluan. Nggak seru ah!" Ilana harusnya tahu, dia mempunyai keluarga ember bocor. Dia memang tidak tersinggung, dan memang begitu faktanya. Tapi, mendengar ejekan itu, kenapa rasanya mengesalkan? Itu adalah ejekan Ilene padanya. Resmi satu minggu menikah dan dia pulang ke rumah tuanya, Ilana sedang mempersiapkan bulan madu ke Hawaii. Tempat tinggal Ibu Barry. Hari ini, mereka akan ada bakar-bakar. Bakar ikan, bakar ayam, bakar jagung, bakar sampah. Bundanya sedang sibuk, di saat para menantu lelaki sibuk membantu ibu mertua mereka yang cantik. Sebagai seorang koki handal, Barry sedang mengipas-ngipas makanan di atas tungku arang tersebut. Sebenarnya Ilene ingin membantu, tapi disuruh duduk oleh suami, dua ibu hamil itu tidak diizinkan untuk bekerja. Mereka hanya boleh mencicipi. "Ahhh! Bosan bangat hidupku, Tuhan!" Ilana dan Ilene sama-sama menoleh ke sumber suara
Pita pink dengan tatanan dekorasi meja bundar. Hiasan lentera kertas yang menggantung di atap tenda warna-warni.Sudah tidak ada konsep pernikahan, jika yang ditampilkan adalah seluruh konsep dipadu-padankan.Awalnya, Ilana tidak begitu antusias menyambut pernikahannya sendiri, tapi, dia tidak bisa bohong, jika, sekarang dia merasa gugup luar biasa.Venue yang mereka pilih adalah di halaman belakang, karena Ilana hanya ingin sederhana, walau sudah disulap bundanya menjadi lebih baik. Bahkan, Ilana sampai terdiam, bagaimana mungkin pernikahan yang dia impikan sederhana terjadi begitu mewah di matanya. Dia senang, dia punya keluarga yang luar biasa bisa diandalkan.Ilana menarik sedikit long laces veil yang panjang hingga bokongnya. Sedikit mahkota kecil mewah di atas kepalanya walau dia sudah protes karena kebanyakan aksesoris.Dia mematut dirinya di cermin sekitar tiga menit, melihat wajahnya yang berubah total dan jug
"Menurut kamu, konsep foto prewedding gimana?"Ilana menatap Barry yang sedang mengupas mangga, turun dan mendekati laki-laki itu."Aku nggak punya bayangan. Sebenarnya aku gak terlalu mengkhayal hal seperti itu, yang penting cepat melewati hal itu, dan yang utama adalah kehidupan setelah menikah itu." Ilana mengambil satu potong satu mangga dan memasukan dalam mulutnya. Manis.Tak puas. Ilana mengambil lagi."Aku sebenarnya paham maksud kamu. Aku sebenarnya lagi tidak pernah banyak permintaan, Bar. Serius, cukup melewati hal ini."Barry hanya memandang wanita cantik di hadapannya."Okay-okay. Besok nikah aja lah, biar cepat.""Ye. Bukan begitu ibu pejabat, sebagai laki-laki aku merasa ingin memberi kamu yang terbaik. Kamu memang ingin sederhana, aku mau kamu mengenang ini sebagai kenangan yang takkan kamu lupakan karena ini seumur hidup, Nana." Ilana hanya mengangkat alisnya dan mengambil lagi poto
Telapak tangannya terasa hangat, dari cangkir kecil yang tengah mengeluarkan asap. Ilana menunduk, melihat minuman miliknya dan kembali meniup sedikit dan menyeruput minuman itu.Masih terlalu dini, untuk manusia seperti dirinya yang bangun di atas jam delapan pagi.Ilana mengintip, masih jam 6.30, dan Barry masih terlalu pagi, tapi, dia tidak bisa tidur dengan tenang, memikirkan nasibnya dan juga masa depan."Aku kira kamu kabur lagi. Bangun-bangun di sebelah udah dingin." Ilana memutar tubuhnya, mendapati Barry yang menguap, menggaruk kepalanya dan mengucek matanya sebentar.Ilana melihat ke atas meja makan, roti gosong yang dia buat. Entah kenapa, pagi-pagi dia sudah berinisiatif melakukan hal ini. Rasanya seperti kamu merasakan air asin berubah jadi sirup merah."Waoh. Apa ini? Apa aku sedang bermimpi berada dalam dunia para layang?" seru Barry norak, yang membuat Ilana berdecak sebal. Mau menolak atau keras sepert
"Bunda juga dulu nggak pande masak. Tapi, akhirnya bisa masak juga. Kamu juga bisa gitu, Nana. Memasak bersih-bersih itu basic skill semua gender, kenapa Bunda nggak nyuruh kalian masak? Karena, Bunda mau kalian sadar memasak dan mengurus rumah itu harus kesadaran kalian dan kalian harus bisa. Perempuan atau laki-laki harus bisa masak." Dengan gaya kedua tangan berlipat di dada, Ilana memperhatikan Bundanya memasak pisang goreng, dengan membolak-balik pisang di atas minyak panas. Dia suka menonton orang memasak, tapi, jangan menyuruh dirinya untuk memasak. Ilona mengambil piring dan juga tisu untuk alas agar pisang goreng tak terlalu banyak minyak. "Ini, isinya kolestrol jahat semua." Komentar Ilona ketika mencubit sedikit pisang goreng yang masih panas tersebut. "Hisang hoheng. Hasih hanas." Ilona meniru pembicaraan orang-orang ketika makan pisang goreng dalam keadaan panas. Ilana hanya menatap malas ke arah Bundanya.