Adora menghembuskan napas kesal berkali-kali. Sambil melirik laki-laki di sampingnya. Ia kesal pada Harry-kelewat kesal.
Harry harus merepotkan dirinya, membuat ia harus terlambat ke kampus. Padahal ini hari pertama perkenalan mahasiswa baru. Adora yakin, jika hari pertama sudah sial seperti ini, maka hari-hari selanjutnya harinya akan berakhir buruk.
Apalagi ia rela menunda kuliahnya selama satu tahun. Dan sekarang, masanya untuk kembali mengenyam pendidikan. Adora suka sekolah, dengan sekolah ia banyak teman dan bebas dari kukungan Harry. Harry terlalu berlebihan padanya. Padahal, jika laki-laki itu mengerti, Adora hanya ingin mereka menjaga privasi masing-masing. Adora sudah cukup umur-lebih umur. Tapi Harry memperlakukan dirinya, seperti anak TK. Sikap protektif Harry padanya membuat Adora risih, ia tak nyaman tapi Adora tak bisa membantah semua kata Harry.
"Pulang jam berapa?" Adora pura-pura tuli, dan tak mendengarkan seruan jelek di sampingya. Ia masih kesal, jangan harap ia mau menjawab, walau Harry lebih keras kepala dan takkan menyerah secepat itu.
"Dora ... Hey. Pulang jam berapa?" Suara tegas tadi, dibuat selembut mungkin. Jika Adora tak menjawab, maka Harry makin murka. Jadinya Adora menarik napas panjang dan harus melayani si gorila sialan ini. Bulu Harry banyak jadi sebut saja gorila.
"Apa bang?" tanya Adora pura-pura baru mendengar. Padahal dalam hatinya, sudah banyak binatang di hutan belantara ia sebut.
"Pulang jam berapa?"
"Nggak tahu."
"Saya jemput! Jangan pulang sendiri. Tunggu sampai saya datang." Adora berusah mati-matian untuk tidak memutar bola matanya di depan Harry.
"Hm." guman Adora malas, dan sengaja memilih ke luar. Kota mereka cantik, tepat berada di pinggir laut membuat Adora betah jika ia terus berjalan dan melihat banyak kapal di laut.
"Udah pulang beritahu saya." Adora diam. Harusnya ia pura-pura pakai headset agar tak terus diteror barang tak penting seperti ini.
Adora melihat banyak anak mahasiswa baru seperti dirinya yang memakai pakaian khas ospek kemeja putih polos dan rok hitam. Beruntung tidak ada acara rambut ikat dua dengan pita warna-warni.
Adora langsung mengambil botol air minum yang telah ia isi air, karena ia yakin nanti tak sempat untuk membeli air karena padatnya jadwal mereka hari ini.
"Saya jemput!" Adora langsung melongos pergi, tak mendengar teriakan abangnya. Gadis itu mulai berbaur dengan yang lain, karena ia juga tak punya teman. Apalagi ia sempat gap year satu tahun.
Walau tak memiliki banyak teman dan tak terlalu pandai bergaul, Adora bisa berkenalan dengan beberapa orang agar hidupnya tak begitu sepi dan terlihat menyedihkan.
___________________________Ilana sudah mengenal Harry dari lama. Mungkin saat mereka remaja, jika Ilana tak salah ingat. Harry adalah laki-laki luar biasa yang sangat perhatian dan bertanggung jawab. Orang tua keduanya meninggal saat Harry masih kuliah, beruntung masih ada harta warisan, serta Harry anak yang sangat ulet membuat ia bisa sukses seperti sekarang.
Dennis adalah role mode bagi hidup Ilana, dan gadis itu ingin mencari pasangan seperti abangnya. Bagaimana perhatian abagnya, abanganya yang dewasa, abangnya yang pendiam dan kaku. Dan Ilana bisa melihat sosok itu ada pada diri Harry, membuat Ilana tak ragu untuk menempatkan hatinya pada laki-laki itu.
Dulu, Harry begitu perhatian dan sangat lembut. Tapi setahun belakangan, Harry berubah, fokus Harry hanya pada adiknya. Awalnya Ilana mengerti, jika perhatian Harry adalah rasa peduli sebagai adik-kakak seperti ia dan saudara-saudaranya atau seperti ia dan abangnya. Ilana dan Dennis begitu dekat, hingga mereka dewasa dan saat mereka memutuskan untuk membeli rumah masing-masing.
Semakin kesini, Ilana sadar perhatian Harry terlalu berlebihan. Ia juga berada di posisi Boots, tapi tidak sampai separah Harry. Bahkan, Harry harus mengucapkan goodnight untuk Adora.
Walau dekat, Ilana merasa geli jika ia harus ber-goodnight ria bersama abangnya.
Tapi hubungan Adora dan Harry sampai sejauh itu. Ilana bisa maklum, jika mereka tak mempunyai orang tua, membuat Harry langsung turun sebagai orang tua untuk adiknya, tapi sikap protektif itu berlebihan.
Ilana medesah lelah, sambil melihat ke luar cafe. Di luar hujan, sedikit deras. Wanita cantik itu hanya duduk disana sambil melamun tentang hubungannya yang tak mempunyai titik terang. Padahal, Ilana pura-pura memanasi abangnya untuk menikah segera tapi dirinya mempunyai hubungan di ujung tanduk. Ilana mendesah pasrah, hubungannya terasa begitu hambar.
Dengan menyesap perlahan, Ilana meletakan lagi coklat panas di hadapannya sambil memutar cangkir tak jelas. Harry juga seperti berlari dari kenyataan tak ingin membahas masalah ini bersama, membuat Ilene berada di posisi serba salah.
Ilana melihat ponselnya. Dengan cat kuku berwarna maroon hari ini. Ia sudah begitu cantik sekarang, lagi-lagi Harry menghindari dirinya. Ada apa dengan lelaki itu?
Ilana mengetuk-ngetuk meja, ia mencoba menelpon Harry panggila masuk tapi sengaja tidak diangkat. Ilana meletakan lagi ponselnya, ia tahu Harry sibuk. Dan sekarang juga hujan, laki-laki itu tak mungkin langsung menerobos hujan demi menjumpai dirinya. Memangnya, Ilana putri tidur?
"Harry sialan!" desis Ilana kesal, hampir membanting ponselnya. Harry seperti lelaki pengecut, yang berlindung di balik ketiak ibunya. Kenapa tak sekalian laki-laki itu pakai pampers?
Ilana menghentak-hentak kakinya lagi kesal. Ilene memang tak sesibuk orang-orang kantor yang punya jam kerja. Ilene hanya seorang influencer yang dibayar perjam dan tak ada ikatan jam kerja. Dan pekerjaan seperti inilah yang ia cari dulu. Ilana benci harus pakai baju seragam tiap hari, berangkat pagi-pulang sore. Itu adalah list pekerjaan yang sangat ia hindari. Beruntung ia lahir dengan keadaan goodlooking, membuat tubuhnya selalu terlihat shining, shimerring, dan spelendid.
Ilana tahu, Harry adalah laki-laki baik dan bertanggung jawab seperti abangnya.
Tapi jika Harry terus-terusan menghindari dirinya, Ilana bisa menduga atau takkan segan untuk melabrak Adora dan membuat hidup gadis di neraka. Ilana benci berbagi dan mengalah. Sejak kecil ia selalu dimanja, apalagi ia anak kesayangan papahnya yang membuat abangnya selalu mengalah dengan dirinya. Hal ini yang membuat Ilana begitu respek pada abangnya setelah melihat abangnya banyak berkorban demi adik-adiknya.
Hufh ... Memikirkan ini memang tak ada habisnya.
Saat hujan sudah reda, Harry juga tak kunjung datang. Ilana bisa memaafkan jika laki-laki itu beralasan kerja tapi Harry sengaja mengabaikan semua pesan dan panggilan masuk. Harry berubah! Harry gila! Harry sialan!
Ilana hanya beri kesempatan satu kali, jika tidak ia akan turun tangan menghadapi si boots-monyet kesayangan Harry.
"Dua-duanya sama seperti monyet!"
________________________Adora tahu, jika jam istirahat seperti ini Harry akan meneror dirinya berkali-kali dan menanyakan sudah makan, sudah minum, bahkan sudah boker. Tak lupa memberitahu Adora untuk minum vitamin setiap saat, semua hal sepele diperhatikan Harry, membuat Adora muak.
Gadis itu memilih untuk mensilent ponselnya. Sebenarnya diam-diam, Adora berencana ingin dijemput Syden. Namun ia tahu, takkan semudah itu Harry membiarkan dirinya berkeliaran bebas, padahal Syden hanya mengantarkan dirinya ke rumah tak ada pergi ke tempat lain.
Adora sedang makan siang bersama temannya-Meta. Gadis yang dulu, tentangga saat SMA. Adora banyak menjumpai teman alumni satu sekolah, tapi kebanyakan adik tingkat. Keduanya sedang makan nasi kotak yang telah disediakan pihak kampus selama tiga hari makan free, karena mereka mengikuti kegiatan kampus.
Sebenarnya bukan kekesalan karena Harry begitu berlebihan tapi karena jurusan yang Adora ambil adalah pilihan Harry. Padahal gadis itu menginginkan jurusan psikologi. Tapi, Harry mendaftarkan jurusan Sastra Inggris. Alasan Harry, Adora tak boleh kuliah di luar kota, karena jurusan psikologi di kotanya tidak ada. Harry takkan pernah mengizinkan Adora jauh darinya, karena ia tak bisa mengontrol dari jauh. Adora masih harus dalam pengawasan dirinya.
Adora dan Meta selesai makan. Waktu mereka masih banyak, jadi mereka memutuskan untuk berkeliling auditorium yang luas sambil melihat, lautan manusia dari berbagai fakultas sebelum mereka dikumpulkan kembali. Hal pertama saat materi adalah dikenalkan berbagai organisasi ada yang begerak secara universitas ada yang hanya organisasi di dalam fakultas. Meta bertanya pada Adora ingin ikut organisasi apa, Adora hanya menggeleng. Harry takkan mengizinkan dirinya untuk mengikuti organisasi apalagi sampai pulang larut karena sidang, Adora takkan pernah mendapatkan kesempatan begitu.
"Demi apa. Aku minat bangat sama mahapala." Adora hanya manggut-manggut. Jika boleh memilih ia akan memilih organisasi apa? Ia tak punya visi dan misi ke depan untuk masa depan sendiri. Yang utama adalah, bagaimana agar ia bisa bebas dari cengkeraman Harry. Adora tak ingin terus bergantung pada Harry. Tapi Harry juga takkan mengizinkan dirinya bekerja. Bahkan, di rumah saja Adora tak boleh cuci piring biar Harry yang melayani semuanya. Tapi Adora bukan gadis manja, ia gadis yang mandiri.
"Ayo ikut sama aku." Meta mengikut tubuh Adora membuat gadis itu meringis. Demi apa, colekan Meta lumayan sadis. Keduanya hanya berjalan dalam diam. Auditorium yang berada di lantai dua, kini keduanya turun ke bawah, tepat di bawah auditorium terdapat perpustakaan.
Bagaimana mungkin ia mengikuti organisasi jadi mahasiswa pecinta alam. Mereka pasti akan sering berkunjung ke luar entah naik gunung atau berkemah. Dan itu tidak ada daftar Harry. Berbelanja saja harus Harry yang menemani. Bahkan, saat Adora sakit perut keram karena tamu bulanan Harry yang sanggup dan menahan malu membeli pembalut untuk adinya. Terkadang Adora curiga, Harry tak punya malu. Bayangakn seorang lelaki berbadan tegap, dengan banyak bulu di tangannya bisa membeli pembalut dengan yang mode bersayap. Tapi Harry rutin. Bahkan, Harry tahu jadwal haid Adora. Jika menuju hari H, Harry sudah membelikan beberapa bungkus. Terkadang Adora tersentuh, jarang sekali abang lelaki yang terlampau peduli seperti Harry. Tapi saat Adora memikirkan semuanya terasa creepy. Terkadang ia berpikir apa Harry psikopat? Tapi jika psikopat Harry sudah membunuhnya dari dulu. Tapi, dari dulu hingga sekarang Harry sangat perhatian bahkan terlampaui perhatian.
Merasa tak tega, Adora membuka ponselnya. Namun, nama Syden lebih muncul terlebih dahulu, membuat Adora tersenyum tanpa sadar.
Syden Sedang Tersenyum : Hey, bagaimana hari pertama kuliah?
Typikal laki-laki yang Adora suka. Lembut. Adora mengenal Syden karena beberapa kali, Harry harus mengundang Syden untuk mengerjakan lembur di rumah, karena Harry tak bisa membiarkan Adora sendiri di rumah. Pikiran Harry terlalu porno, seperti Adora diterkam binatang buas, atau vampire haus darah yang menjadikan Adora sebagai mate.
Adora Berharap Bahagia : Hey abang😊😊. Everything okay. Don't worry😊😊.
Syden Sedang Tersenyum : Syukurlah. Takut kamu tidak betah. Btw, mau dijemput?
Senyum Adora makin mengembang. Laki-laki yang sangat Adora kagumi. Laki-laki favoritnya.
Saat Syden sering ke rumahnya, Syden diam-diam memperhatikan adik Harry yang terlihat sangat kesepian dan tertekan. Semua rumah Harry kunci, Adora hanya boleh keluar saat pergi sekolah, selebihnya ia dikurung dalam rumah. Awalnya murni, Syden ingin menghibur Adora diam-diam tanpa sepengetahuan Harry. Tapi siapa sangka, tanpa sepengetahuannya juga, ia jatuh cinta pada Adora dan gayung bersambut, Adora juga menyimpan perasaan yang sama. Dan sudah beberapa bulan mereka backstreet di belakang semua orang, terutama Harry. Karena jika tahu, Harry akan murka dan bisa jadi menyita ponsel Adora. Memangnya Adora akan hidup kembali ke jaman batu?
Adora Berharap Bahagia : Hey, terima kasih tawarannya. But I'm afraid😢😢. Dia sudah memperingatiku berkali-kali dan pesannya belum kubalas.
Syden Sedang Tersenyum : Well, I understand that. Jaga diri baik-baik. Mungkin lain kali.
Adora Berharap Bahagia : Terima kasih pengertiannua😭😭. Saya selalu merasa jadi pacar yang buruk, yang selalu tak bisa diandalkan.
Syden Sedang Tersenyum : Hey, no need to feel sorry. I'm understand. Itulah gunanya partner, selalu mendukung. Saya tidak masalah, asal kamu baik-baik saja.
Adora Berharap Bahagia : Terima kasih😭😭😭.
Syden Sedang Tersenyum : Sudah ya sayang. Jangan bersedih, dan tetap semangat 🔥🔥.
Adora menarik napas panjang. Apa Harry bisa disebut merebut masa mudanya? Karena Adora tak boleh pacaran. Padahal Adora takkan melakukan hal gila dan nekat jika Harry mengizinkan dirinya untuk berpacaran. Adora tahu, Syden adalah lelaki bertanggung jawab yang takkan merusak dirinya seperti yang Harry khawatirkan.
Adora mulai membuka pesan yang berisi puluhan dari Harry serta belasan misscall. Mungkin, jika tidak menghubungi Adora, prosesor otak Harry akan rusak hingga membuatnya begitu risau.
Harry-hari Yang Baik : Dora.
Harry-hari Yang Baik : Dora.
Harry-hari Yang Baik : Dora jangan pergi.
Harry-hari Yang Baik : Dora jangan pulang dulu.
Harry-hari Yang Baik : Dora tunggui saya.
Harry-hari Yang Baik : Jangan lupa banyak minum air.
Harry-hari Yang Baik : Jangan lupa minum vitamin.
Harry-hari Yang Baik : Makan yang banyak.
Harry-hari Yang Baik : Nanti saya jemput.
Adora tak sanggup untuk meneruskan lagi. Bisa gila jika ia membaca sampai habis. Karena typikal isi pesan yang sama. Jangan pulang sendiri, banyak minum air, banyak makan, minum vitamin.
Bahkan mata Adora hampir buta karena ia sering memutar bola matanya karena sifat Harry yang berlebihan. Mau tak mau, suka tak suka Adora masih bergantung pada Harry.
Ponsel Adora berbunyi. Ia mengira dari Harry, tapi bukan nomor asing.
+6283184780006 : Eh boots norak! Kenapa kau tak mati aja sekalian sama abang kau sialan itu! Kau selalu jadi parasit di hidup Harry. Menjauh kau anak monyet! You bitch!
Air mata Adora mengalir deras. Segitu hinanya menjadi anak yatim?
__________________________Welcome to Bab 1. Bagaimana? Sudah tergambar bagaimana neraka hidup Adora?
Bagaimana dengan mulut Ilana yang begitu pedas, yang bisa membuat hubungannya hancur. Karena Harry pasti membela Adora daripada Ilana.
Rumit ya? Ikutin aja, entar semua kebingungan kalian akan terurai.
Ini temanya memang berat dan sedikit dark. Bukan type aku menulis, tapi aku akan coba. Dan sudah banyak konflik yang aku rancang di otakku.
See you💋💋💋
Suara piring bergaduh menandakan sang pemilik sedang mengisi lambungnya dengan makanan. Adora makan malam dalam diam. Rasanya malas untuk menatap Harry. Ia sudah kesal pada laki-laki itu."Kalau ada tugas dikerjakan. Kalau tidak, langsung tidur." See? Adora merasa Harry mengatakan untuk anak 5 tahun. Padahal umurnya nyaris 20 tahun. Harus berapa lama lagi, Harry melihat dirinya seperti anak kecil?Adora memilih diam dan memasukan capcay dalam mulutnya-lebih tepatnya bunga kol putih. Walau sudah penat, Harry yang akan memasak untuk makan malam daripada menyuruh Adora yang melakukan semuanya. Karena malas satu ruangan bersama Harry, Adora lebih memilih mengurung diri di kamar. Dan menunggu Harry memanggilnya untuk makan malam. Padahal Adora sudah bilang, ia bisa masak tapi Harry tetap tidak mengizinkan dirinya. Terkadang Adora kasihan pada Harry tapi sifat laki-laki itu juga yang buat jengkel.Adora pura-pura menunduk dan me
"Ini rekomended sekali. Lihat, bagaimana spons begitu empuk dan merata sempurna di wajah aku. Tinggal totol sedikit dan langsung merata krim yang tadi. Bagi yang mau pesan link di bio. Kebetulan sekarang ada diskon sebesar 30% bagi pembeli pertama. Kalian beli banyak semakin banyak diskon."Ilana tersenyum ke arah kamera dan melambai. Rekaman hasil endors yang sudah mengantre beberapa minggu yang lalu. Ilana mendesah lelah, apa hidupnya seperti ini? Terus monoton? Tapi bukankah perkerjaan seperti ini yang ia inginkan dari dulu? Tapi kenapa sekarang ia mengeluh?Ilana melihat ke bawah, masih banyak produk yang siap untuk menanti dirinya. Mungkin Ilana perlu menghire seseorang yang bisa membantu dirinya mengurus semua ini. Dalam sehari, Ilana bisa merekam 20-an produk dan masih saja banyak mengantre dan menghubungi dirinya untuk endors pada dirinya. Harusnya Ilana bersyukur ia tak perlu bekerja terlalu susah seperti yang lain, bekerja dengan
"What the fuck?!" pekik Ilana. Saat membuka pintu unit apartemen dan menemukan psikopat Barry berdiri di sana sambil tersenyum mesum. Nih cowok emang cari mati."Malam manis!"Buk!Ilana menutup pintu lagi dengan keras. Ia hanya memakai handuk dan juga handuk kecil kepalanya karena baru selesai mandi, setelah hampir tiga jam ia menghabiskan waktu untuk berendam. Kepala Ilana rasanya mau pecah, karena terlalu overthinking tentang hubungannya bersama Harry yang rasanya seperti tak bisa diselamatkan. Sayang saja, Ilana tak punya cadangan laki-laki idaman hingga ia tetap mempertahankan Harry hingga sekarang. Jika tidak, Ilana sudah membuang Harry ke semak-semak.Ilana membuka kulkas mininya dan makan apel. Persetan dengan psikopat itu. Untuk apa ia menganggu dirinya. Ilana khawatir, persahabatannya bersama Alena kandas karena si psikopat tak tahu malu ini. Ilana duduk di sofa, mengambil hairdryer dan mengeringkan rambutnya, ia berencana me
"Abang berangkat dua hari, mau survei lapangan. Ada proyek di sana. Sudah abang telpon restoran untuk mengantarkan makanan saat makan malam. Makanan di kulkas juga sudah diisi penuh. Jaga diri baik-baik, biar abang nelpon diangkat."Adora diam, padahal dalam hatinya ia ingin menari zumba saking senangnya. Dalam 19 tahun hidupnya akhirnya Harry meninggalkan dirinya walau dalam dua hari. Tentu ini proyek yang besar, mana mau Harry meninggalkan dirinya."Karena proyek ini bonusnya besar. Abang usahakan dapat, biar nanti kita bisa liburan." Adora tersenyum, walau hanya terpaksa. Ia memang jadi manusia paling munafik di dunia ini."Oh iya hati-hati." Basa-basi. Padahal dalam hati Adora berharap Harry mati dalam perjalanan entah kecelakaan pesawat atau mobil masuk jurang. Gadis itu menggeleng, jangan dulu ia belum kerja dan belum punya tabungan yang cukup untuk masa depannya."Sebenarnya Abang mau minta orang temanin kami tidur."
"Serius Bar, aku merasa kayak pelihara kambing." ujar Ilana tanpa peduli lawannya tersinggung. Barry yang sedang bermain PS di layar plasma lebar Ilana hanya diam dan melanjutkan makan popcorn.Barry adalah keturunan manusia yang urat malunya putus. Saat pembagian urat malu, Barry datang telat jadi ia tak dapat. Sehingga terjadilah manusia tak tahu malu seperti sekarang.Rasanya Ilana ingin melemparkan remote ke kepala Barry agar laki-laki ini sadar dan segera minggat dari unitnya. Selain psikopat, tak punya malu, Barry juga tak peka. Padahal sudah terang-terangan Ilana mengusirnya."Serius deh aku betah bangat di sini. Kayaknya kita nikah aja."Ilana merenggut kesal. Barry sudah bisa bergerak kesana kemari, walau ia masih memakai sarung dan dokter belum mengizinkan laki-laki ini untuk kembali beraktivitas normal. Barry beralasan tytyd miliknya masih bengkak, walau Ilana merasa semuanya hanya akal-akalan Barry
Yang Adora ingat, Harry selalu lembut padanya. Jarang sekali laki-laki itu membentak dirinya. Dan kali ini, Adora tak mau Harry muka padanya. Walau bagaimanapun Harry, Adora masih membutuhkan Harry. Laki-laki itulah tempatnya bergantung selama ini.Rasanya benci, tapi Adora membutuhkan Harry. Jadi, memang Adora tak bisa memendam lama-lama perasaan itu. Walau ada rasa kesal yang membuatnya ingin mengeluh, ingin mengadu, atau ingin berteriak sekuat yang ia bisa atas hidup yang ia terima.Adora langsung naik ojek pulang, khawatir Harry mengetahui dirinya. Bahkan Adora meminta tukang ojek untuk terbang saja.Adora tahu, Harry pasti tahu bagaimana penampilan Adora sekarang dan Harry pasti curiga karena Adora beralasan mereka kerja kelompok. Kerja kelompok di mana sampai larut malam? Makanan mahal yang masuk dalam perutnya rasanya mau dimuntahkan semuanya."Pak please pak! Cepat!" Adora mendesak tukang ojek. Syd
Malam ini, Ilana bisa melihat sebagai seorang laki-laki. Laki-laki yang bisa membuat dirinya terlindungi, laki-laki yang membuat dirinya sebagai seorang wanita seutuhnya, bukan dirinya yang dikenal sebagai wanita judes anti laki-laki.Udara malam yang dingin menusuk, tak menyurutkan keduanya untuk berbagi kebersamaan setelah sekian lama mereka saling merasa asing. Ilana selalu yakin, ia tak pernah salah memilih laki-laki ini. Bagaimana malam ini Ilana melihat diri Dennis—abangnya ada dalam diri Harry. Semoga Harry terus seperti ini."Saya pinjamkan jaket?" Ilana mengangguk, ia mencium bau tubuh Harry. Segalak apapun wanita, mau semandiri apapun, ia tetap makhluk lemah yang bergantung pada laki-laki, apalagi laki-lakinya itu yang menawarkan.Harry tahu, Ilana adalah wanita galak yang kurang belaian. Jika diberi perhatian sedikit saja maka ia akan begitu menurut seperti anjing pada majikannya. Harry tidak memanfaatkan Ilana, tapi ia sedang belajar u
"Gils! Akhirnya, kita berpesta. Ajak pacarmu juga Nana."Ilana yang sedang sibuk mengoles di bibirnya menoleh pada Alena. Well, pacarnya bukan seperti manusia normal hal itu tak semudah itu ia mengundang Harry ikut bersama mereka."Dia sibuk jaga kandang babi." jawab Ilana asal, sebelum ia mendengar barang yang dilemparkan tapi tak tepat sasaran. Ilana hanya memandang Alena malas, lebih malas lagi ia tahu fakta jika psikopat Barry akan ada di sana. Sepertinya Ilana harus menyiapkannya pisau lipat kecil di tasnya, jika Barry macam-macam padanya, Ilana langsung mengembiri milik laki-laki itu."Nana babinya." gurau Alena sambil tertawa begitu kencang. Ilana tak perlu tersinggung, karena ia juga sering berbicara seperti itu dan berharap lawannya tidak tersinggung, lagian persetan dengan tersinggung, Ilana melakukan apa yang menurutnya benar."Ke cafe pacarmu lagi?" tanya Ilana. Terlihat pancaran bahagia dia mata Alena. Andai sahabatnya tah
Layaknya sebuah keluarga bahagia, Ilana dan keluarga kecilnya akan melaksanakan kegiatan outdoor yang menyenangkan. Mereka berusaha untuk mengenalkan banyak hal pada putri mereka. Hari ini, akan diadakan camping di belakang rumah. Usia Elena sudah tiga tahun, sudah belajar banyak hal, dan mencoba-coba banyak hal, serta memiliki rasa penasaran yang begitu tinggi. Tapi, Ilana tahu putrinya cuek dan lebih suka melakukan banyak hal sendiri. "Elena, kita akan bercamping di belakang rumah. Apa yang perlu dibawa?" Elena menatap ibunya, tidak banyak bicara dan langsung menuju kamarnya, bocah itu membawa buku dongeng dengan campuran warna pink dan biru. "Bantuin Mami dan Daddy bawa barang ke belakang?" tawar Ilana, Elena mengangguk dan mencoba membantu barang-barang kecil yang sekiranya bisa dia bawa. Ilana dan Barry sudah merencanakan hal ini lama, jadi, mereka akan bersenang-senang. Di belakang rumah, sengaja dibuat bany
Ilana melihat pantulannya di cermin, masih dengan perut yang belum kempes, dia mengangkat sedikit kaosnya dan mengelus-elus perutnya.Dia berbalik dan melihat sebuah kedamaian berada di depannya, Elena.Bayi berumur dua minggu, 13 hari lebih tepatnya.Hari ini, Ilana akan sibuk, karena pemotretan Baby Elena. Seperti orang tua kebanyakan, mereka ingin mengambil banyak moment-moment indah dan pertumbuhan putrinya.Dengan persiapan yang hampir rampung, mereka menyewa sang fotografer untuk datang ke rumah. Tak lupa, Ilene dengan segala kerempongan yang dia punya. Ilene juga akan melakukan pemotretan bayi kembarnya yang sudah berusia dua bulan, ibu-ibu rempong itu memotret bayinya setiap bulan, dengan kostum yang beda-beda."Jangan lupa bawa tisu, popok, baju-baju kalian. Jangan sampai, tiba di sini baru sibuk." Ilana langsung menelpon Ilene dan mengingatkan, dia tahu Ilene itu berisik, Ilana tak suka, jika Ilene bertamu ke
Kebanyakan menonton film yang megah, modern, dan kehidupan yang dinamis, membuat Ilana selalu membayangkan Hawaii sebagai salah satu kota yang layak dikunjungi, dream country, yang wajib dikunjungi selama kamu hidup.Tapi, apa yang terpampang di depan matanya membuat dia terdiam dan bisa melihat dunia dalam pandangan yang lebih luas. Ilana berjalan pelan, sambil memperhatikan banyak homeless yang memeluk tubuhnya kepanasan atau kedinginan dengan perut kosong yang luar biasa.Dia melihat seorang wanita berusia sekitar 40 tahun sedang menikmati mie dengan lahap, dan Ilana bisa menduga, itu adalah salah hidangan terenak yang masuk dalam mulutnya.Ilana masih terdiam, ketika merasakan tubuhnya ditarik oleh Barry, karena mereka sedang melintasi zebra cross.Ilana menggengam tangan suaminya, niat awal bulan madu dan bersenang-senang, dan banyak hal yang dipaparkan di wajahnya, bahwa beginilah kehidupan yang sesungguhnya.Ilana
Kalau kamu mendengar kata Hawaii atau membaca kata Hawaii, apa yang pertama terlintas dipikiranmu? Pantai, pohon kelapa, ombaknya, masyarakatnya yang ramah, gunung berapi, atau hula-hula?Dalam benak Ilana, Hawaii itu sebuah pulau dengan banyak pantai cantik seperti kartun Moana. Dan benar adanya, walau mereka tetap disambut banyak gedung-gedung tinggi."Aku tahu ini sensitif, tapi, Ayah kamu ke mana?""Aku nggak yakin, pernah diceritakan, tapi, hanya sekilas. Banyak anak-anak kurang beruntung seperti aku yang tidak punya orang tua lengkap, Nana. Bahkan, aku kurang dekat sama ibu sendiri karena keadaan yang memaksa seperti itu."Ilana alihkan pandanganya keluar dari bus, dan merenungi kata-kata tadi. Barry benar, tidak semua anak-anak beruntung untuk punya keluarga utuh yang harmonis seperti keluarganya. Bahkan, ada anak yang punya keluarga utuh tapi mempunyai orang tua yang abusive.Dia mencoba mengingat-ingat masa ke
"Hahaha. Malam pertama, tapi, udah unboxing duluan. Nggak seru ah!" Ilana harusnya tahu, dia mempunyai keluarga ember bocor. Dia memang tidak tersinggung, dan memang begitu faktanya. Tapi, mendengar ejekan itu, kenapa rasanya mengesalkan? Itu adalah ejekan Ilene padanya. Resmi satu minggu menikah dan dia pulang ke rumah tuanya, Ilana sedang mempersiapkan bulan madu ke Hawaii. Tempat tinggal Ibu Barry. Hari ini, mereka akan ada bakar-bakar. Bakar ikan, bakar ayam, bakar jagung, bakar sampah. Bundanya sedang sibuk, di saat para menantu lelaki sibuk membantu ibu mertua mereka yang cantik. Sebagai seorang koki handal, Barry sedang mengipas-ngipas makanan di atas tungku arang tersebut. Sebenarnya Ilene ingin membantu, tapi disuruh duduk oleh suami, dua ibu hamil itu tidak diizinkan untuk bekerja. Mereka hanya boleh mencicipi. "Ahhh! Bosan bangat hidupku, Tuhan!" Ilana dan Ilene sama-sama menoleh ke sumber suara
Pita pink dengan tatanan dekorasi meja bundar. Hiasan lentera kertas yang menggantung di atap tenda warna-warni.Sudah tidak ada konsep pernikahan, jika yang ditampilkan adalah seluruh konsep dipadu-padankan.Awalnya, Ilana tidak begitu antusias menyambut pernikahannya sendiri, tapi, dia tidak bisa bohong, jika, sekarang dia merasa gugup luar biasa.Venue yang mereka pilih adalah di halaman belakang, karena Ilana hanya ingin sederhana, walau sudah disulap bundanya menjadi lebih baik. Bahkan, Ilana sampai terdiam, bagaimana mungkin pernikahan yang dia impikan sederhana terjadi begitu mewah di matanya. Dia senang, dia punya keluarga yang luar biasa bisa diandalkan.Ilana menarik sedikit long laces veil yang panjang hingga bokongnya. Sedikit mahkota kecil mewah di atas kepalanya walau dia sudah protes karena kebanyakan aksesoris.Dia mematut dirinya di cermin sekitar tiga menit, melihat wajahnya yang berubah total dan jug
"Menurut kamu, konsep foto prewedding gimana?"Ilana menatap Barry yang sedang mengupas mangga, turun dan mendekati laki-laki itu."Aku nggak punya bayangan. Sebenarnya aku gak terlalu mengkhayal hal seperti itu, yang penting cepat melewati hal itu, dan yang utama adalah kehidupan setelah menikah itu." Ilana mengambil satu potong satu mangga dan memasukan dalam mulutnya. Manis.Tak puas. Ilana mengambil lagi."Aku sebenarnya paham maksud kamu. Aku sebenarnya lagi tidak pernah banyak permintaan, Bar. Serius, cukup melewati hal ini."Barry hanya memandang wanita cantik di hadapannya."Okay-okay. Besok nikah aja lah, biar cepat.""Ye. Bukan begitu ibu pejabat, sebagai laki-laki aku merasa ingin memberi kamu yang terbaik. Kamu memang ingin sederhana, aku mau kamu mengenang ini sebagai kenangan yang takkan kamu lupakan karena ini seumur hidup, Nana." Ilana hanya mengangkat alisnya dan mengambil lagi poto
Telapak tangannya terasa hangat, dari cangkir kecil yang tengah mengeluarkan asap. Ilana menunduk, melihat minuman miliknya dan kembali meniup sedikit dan menyeruput minuman itu.Masih terlalu dini, untuk manusia seperti dirinya yang bangun di atas jam delapan pagi.Ilana mengintip, masih jam 6.30, dan Barry masih terlalu pagi, tapi, dia tidak bisa tidur dengan tenang, memikirkan nasibnya dan juga masa depan."Aku kira kamu kabur lagi. Bangun-bangun di sebelah udah dingin." Ilana memutar tubuhnya, mendapati Barry yang menguap, menggaruk kepalanya dan mengucek matanya sebentar.Ilana melihat ke atas meja makan, roti gosong yang dia buat. Entah kenapa, pagi-pagi dia sudah berinisiatif melakukan hal ini. Rasanya seperti kamu merasakan air asin berubah jadi sirup merah."Waoh. Apa ini? Apa aku sedang bermimpi berada dalam dunia para layang?" seru Barry norak, yang membuat Ilana berdecak sebal. Mau menolak atau keras sepert
"Bunda juga dulu nggak pande masak. Tapi, akhirnya bisa masak juga. Kamu juga bisa gitu, Nana. Memasak bersih-bersih itu basic skill semua gender, kenapa Bunda nggak nyuruh kalian masak? Karena, Bunda mau kalian sadar memasak dan mengurus rumah itu harus kesadaran kalian dan kalian harus bisa. Perempuan atau laki-laki harus bisa masak." Dengan gaya kedua tangan berlipat di dada, Ilana memperhatikan Bundanya memasak pisang goreng, dengan membolak-balik pisang di atas minyak panas. Dia suka menonton orang memasak, tapi, jangan menyuruh dirinya untuk memasak. Ilona mengambil piring dan juga tisu untuk alas agar pisang goreng tak terlalu banyak minyak. "Ini, isinya kolestrol jahat semua." Komentar Ilona ketika mencubit sedikit pisang goreng yang masih panas tersebut. "Hisang hoheng. Hasih hanas." Ilona meniru pembicaraan orang-orang ketika makan pisang goreng dalam keadaan panas. Ilana hanya menatap malas ke arah Bundanya.