Home / Romansa / UNSPOKEN PAIN / Bagian 2 : Psikopat Barry

Share

Bagian 2 : Psikopat Barry

Author: Rose Marberry
last update Last Updated: 2020-12-12 11:57:19

Suara piring bergaduh menandakan sang pemilik sedang mengisi lambungnya dengan makanan. Adora makan malam dalam diam. Rasanya malas untuk menatap Harry. Ia sudah kesal pada laki-laki itu.

"Kalau ada tugas dikerjakan. Kalau tidak, langsung tidur." See? Adora merasa Harry mengatakan untuk anak 5 tahun. Padahal umurnya nyaris 20 tahun. Harus berapa lama lagi, Harry melihat dirinya seperti anak kecil?

Adora memilih diam dan memasukan capcay dalam mulutnya-lebih tepatnya bunga kol putih. Walau sudah penat, Harry yang akan memasak untuk makan malam daripada menyuruh Adora yang melakukan semuanya. Karena malas satu ruangan bersama Harry, Adora lebih memilih mengurung diri di kamar. Dan menunggu Harry memanggilnya untuk makan malam. Padahal Adora sudah bilang, ia bisa masak tapi Harry tetap tidak mengizinkan dirinya. Terkadang Adora kasihan pada Harry tapi sifat laki-laki itu juga yang buat jengkel.

Adora pura-pura menunduk dan mengaduk makanannya, setelah ini ia harus minum susu. Kata Harry minum susu sebelum tidur membuat tidurnya jadi nyenyak. Padahal Adora tak bisa tidur tenang, hidupnya banyak masalah yang membuat ia terus berpikiran.

"Udah?" Adora mengangkat wajahnya dan menatap Harry diam. Separuh jengkel, separuh kasihan. Jadi apa yang sebenarnya ia rasakan pada laki-laki ini? Coba saja laki-laki ini tidak berlebihan Adora yakin ia akan sangat menghormati Harry. Sikap berlebihan Harry yang membuat dirinya tak nyaman.

"Langsung mau ke kamar."

"Minum susu dulu, sekalian minum vitamin." Adora memilih diam dan menghempaskan kembali belakangnya ke bangku. Harry langsung berdiri, setelah ini laki-laki itu membuatkan susu untuk dirinya dan juga obat setelah itu Adora masuk ke kamar dan Harry menyusul mengucapkan goodnight dan mengecup kepala Adora. Jangan-jangan Adora anak kandung Harry? Laki-laki itu menikah muda atau menghamili wanita lain begitu muda hingga Harry yang bertanggung jawab. Adora selalu bertanya-tanya tentang sikap Harry dan banyak spekulasi yang muncul dalam kepalanya tapi ia hanya bisa diam.

Adora memandang tangan Harry yang memegang segelas susu. Harry langsung membereskan semua piring kotor mereka, Adora langsung meminum susu tersebut dan dengan cepat meninggalkan kamar, karena setelah ini Harry akan mengambil ponselnya dan meletakan jauh dari Adora. Terkadang, Adora jengkel mengambil kembali ponselnya dan bermain hingga larut tapi Harry itu seperti cenayang yang tahu apa saja yang Adora lakukan. Beruntung, Harry belum mengendus kisahnya bersama Syden.

Adora terkadang merasa hubungannya bersama Syden bisa cepat kandas karena sikap Harry. Lama-lama Syden bosan padanya dan meninggalkan dirinya karena sikap otoriter abangnya.

Adora dengan cepat mengirim pesan ke Syden. Dan langsung menghapus pesan itu.

Adora : Hey, selamat malam πŸ™ƒπŸ™ƒ. Hubungi saya besok πŸ™ƒπŸ™ƒ.

Hambar dan begitu kaku. Syden  adalah pacar pertama Adora jadi Adora tak punya pengelaman dalam menjalin hubungan dan mereka harus backsrreet. Backstreet itu sangat menyiksa, rasanya seperti cinta tak berbalas. Saling merindu tapi tak bisa berjumpa, saling suka tapi seolah tak bisa memiliki seutuhnya. Bahkan kalau boleh, Syden membolongkan kepala Harry sebelum laki-laki itu sadar dengan sifatnya yang terlalu berlebihan.

Adora langsung menghapus pesan dan melihat status teman-teman yang rasanya membosankan. Gadis itu berbaring sebelum matanya tertutup atau lebih tepatnya menunggu Harry masuk dan tugas laki-laki hari ini selesai.

Benar saja, tak lama Harry masuk. Jantung Adora berdetak lebih kencang gadis itu memeluk dirinya saat Harry mendekat dan melakukan rutinitasnya.

🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯

Ilana makan malam sendirian di unit apartemen miliknya. Menurut Ilana apartemen keamanan lebih terjamin hingga ia menabung dan berhasil membeli unit ini, walau saat menikah nanti mungkin bisa ia pertimbangkan untuk menjualnya kembali.

Gadis itu sedang memakan cereal miliknya sambil bermain ponsel. Tak ada hal berarti yang ia lakukan, sebelum ia kembali membongkar endors yang dikirim dan Ilana mulai mengiklankan barang-barang itu. Inilah rutinitasnya sehari-hari yang membuat Ilana tak perlu capek kerja. Walau pekerjaan apapun pasti memiliki resiko.

AlenaN : Girls, maen ke cafe Daun nanti malam. Lagi opening dan ada menu baru, Barry juga live musik disana.

Barry adalah kekasih Alena. Ilana tak tahu pasti, kapan tahun dua sejoli itu menjalin kisah tapi rasanya sudah lama sekali. Tapi satu hal yang selalu Ilana sembunyikan dari Alena adalah, Barry diam-diam sering flirting ke arahnya. Ilana bukan geer tapi ia tahu, laki-laki itu menyukai dirinya. Ilana tak pernah menanggapi Barry karena ia punya kekasih—walau hubungan mereka di ujung tanduk dan Ilana tak mau berbuat konyol putus persahabatan hanya karena masalah cinta. Padahal Barry yang menunjukkan ketertarikannya makin jelas, jadi sebisa mungkin Ilana menghindari pertemuan yang ada Barry di dalamnya.

Ilana mendesah kasar, ia sebenarnya butuh hiburan. Harry seperti sudah tak peduli padanya, dan Ilana mungkin bisa mencari cara lain. Atau diam-diam Ilana mencari laki-laki lain jika Harry terus bersikap seperti ini.

IlanaN : πŸ¦‹πŸ¦‹πŸ¦‹πŸ¦‹πŸ¦‹πŸ¦‹. Cu.

Ilana membalas dan mulai mandi dan berdandan yang cantik. Ilana bisa memastikan Harry akan menyesal tujuh turunan karena ia mengabaikan gadis secantik dirinya. Ilana tahu, banyak laki-laki yang tertarik padanya tapi Ilana mencari laki-laki yang seperti abangnya dan ia menemukan Harry mungkin sekarang ia akan mencari kandidat lain.

Ilana berendam di bathtub begitu lama sambil memikirkan semua kemungkinan yang terjadi di hidupnya dan bagaimanapun ia harus survive.

40 menit kemudian Ilana keluar dari berendam dan memakai bathrobe berwarna pink dan sibuk memilih baju. Terkadang Ilana malas keluar karena para wanita jika keluar rasanya begitu repot. Menyiapkan segala kebutuhan, tetek bengek yang begitu ribet. Sekitar satu jam Ilana dan bersiap dan akhirnya ia selesai. Wanita cantik itu bernapas lega.

Ia mulai turun dan menuju cafe Daun yang ia yakini Barry akan menganggunya di sana.

🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯

Ketika tiba, Ilana tak tahu jika Alena belum tiba. Sial sekali rasanya. Dan hanya si mesum Barry. Laki-laki itu tanpa malu memeluk Ilana seperti seorang kekasih, membuat Ilana ingin menendang masa depan Barry.

"Kamu datang sayang." bisik Barry memeluk Ilana dan mencium pipi wanita itu. Ilana langsung melotot pada Barry yang tersenyum tanpa malu. Jika duduk bersama dalam satu meja, diam-diam Barry akan memegang tangan Ilana di bawah walau di sampingnya ada kekasihnya. Barry memang gila!

Ilana langsung mencari bangku kosong dan Barry terus mengekori seperti anak anjing. Ilana ingin berbalik dan menghantamkan tas mahal ke kepala Barry tapi saat itu, Alena terlihat menaiki tangga.

Barry langsung mendekati kekasihnya memeluknya bahkan Barry tidak mencium Alena seperti yang ia lakukan pada Ilana. Barry berbalik dan mengedipkan matanya pada Ilana. Kepala Barry memang minta dibelah.

"Kamu nggak tahu, kalau cafe ini sekarang milik Barry." Ilana mengangkat wajahnya dan Alena duduk di depannya menampakkan raut wajah bangga. Ilana pura-pura tersenyum, tapi kalau boleh ia ingin berlari sejauh mungkin. Kenapa para lelaki selalu membuat kepalanya mau pecah? Kecuali laki-laki di keluarganya.

Para undangan datang, cafe ini sudah lama dibangun dan memang lumayan terkenal di kalangan anak muda yang ingin bersantai atau berkencan. Cafe yang berada di atas puncak dan cafenya tepat berada di rooftop membuat para pengunjung sering dimanjakan matanya.

"Dia awalnya bagi dua gitu usahanya. Trus, Pak Aldi yang punya pindah kota dan Barry tinggal bayar modal awal jadinya sekarang punya dia. Makanya dia mau rayain, jadi dia juga mau nyanyi nanti."

Mata Ilana langsung tertuju pada alat-alat musik di sampingnya. Setiap malam ada live musik, siapa saja bisa menyumbang lagu atau ada penyanyi freelance seorang mahasiswa yang memang suaranya bikin telinga nyaman. Ilana tahu, Barry bisa bermain semua alat musik, Barry bisa bermain piano, gitar, dan drum. Kalau boleh jujur, Ilana suka dengan laki-laki yang bisa bermain alat musik. Tapi bukan berarti sia suka Barry. Bagi Ilana, Barry itu lelaki kurang ajar, mata keranjang, otak mesum—laki-laki yang sangat ia hindari.

"Aku lagi sibuk, kalian bisa pesan makanan apa aja. Sebagai peresmian owner hari ini gratis." Barry hanya memakai kaos berwarna lembayung dan menurut Ilana pas untuk laki-laki itu. Ouch, bahkan Ilana hampir melupakan ia punya kekasih sekarang.

"Mau pesan apa?" Alena begitu bersemangat, kekasihnya sebagai owner suatu kebanggaan tersendiri baginya. Usia Barry masih muda untuk bisa sukses seperti sekarang, tapi laki-laki itu sudah memiliki segalanya, mungkin mereka hanya tinggal melangkah menuju pelaminan bersama.

Ilana tak semangat melihat menu-menu yang ada, bahkan menu baru yang dibilang juga tak menarik antusias Ilana.

"Jus mangga aja. Aku juga udah makan tadi."

"Aelah, jauh-jauh datang jus mangga doang. Lagian mumpung gratis." Ilana menutup buku menu dan menggeleng. Alena memanggil waitress dan memberitahu pesanan mereka.

"Selamat malam semuanya. Terima kasih atas kehadiran teman-teman, bukti dukungannya. Sejak seminggu yang lalu Pak Aldi owner sebelumnya yang memang kita kerja sama, beliau ingin menghabiskan masa tua di kampung halaman dan hanya minta modal awal bangun cafe ini, kebetulan ada tabungan. Sebenarnya itu tabungan buat nikah, tapi bisa dicari lagi lah ya. Sayang, maaf kita harus menunda pernikahan kita. Dan malam ini saya akan bernyanyi khusus buat seorang wanita cantik yang selalu membuatku tak bisa mengalihkan perhatianku darinya. Calon ibu dari anak-anakku."

Ilana tidak bohong, sepanjang berbicara mata Barry terus menatapnya. Sebenarnya apa mau laki-laki ini. Barry mulai memetik senar gitar. Alena sudah sesenggukan menangis terharu.

I wait on you

Forever

Any day

Hand and foot

Your world

Is my world

Yeah

Ain't no way

You ever

Gonna get any

Less than you should

'Cause baby

You smile

I smile

Whoa

'Cause whenever

You smile

I smile

Hey, hey, hey

Your lips

My biggest weakness

Shouldn't have let you know

I'm always gonna do what they say

If you need me

I come runnin'

From a thousand miles away

Ilana langsung menggeleng, ketika ia sadar diam-diam larut dengan lagu yang Barry bawakan. Wanita itu menarik napas panjang. Bagaimana mungkin.

Mata Ilana menabrak mata Barry laki-laki itu langsung tersenyum hangat padanya. Ilana langsung membuang wajahnya. Dasar tak tahu malu!

Alena masih berkali-kali menyeka air matanya dengan tisu. Ilana terkadang merasa kasihan dengan sahabatnya, jika mempunyai pacar seorang buaya seperti Barry. Wait, tapi bukankah Harry lebih kurang? Nama Harry dan Barry seperti membawa sial dalam hidup Ilana. Mungkin ia bisa menghindari list nama ini berikutnya.

"Ah gila! Pacar aku romantis kali, mana dia udah nabung buat nikah. Pasti tahun depan kami udah nikah." Ilana memandang Alena malas saat melihat mata sahabatnya memerah, bahkan mascaranya ikut luruh. Padahal mascara mahal tidak cepat luntur walau terkena air. 

Sekitar lima lagu, Barry menyanyikan. Dan Ilana tahu, semua lagu itu seolah ditunjukan pada dirinya bukan mau geer mata Barry tak pernah melepaskan darinya. Membuat Ilana makin tak nyaman, dan sekarang laki-laki itu menuju ke meja mereka. Ilana pura-pura menggeser menu di ponselnya. Harry sialan itu benar tak membalas pesannya. Terkadang Ilana ingin memblokir nomor Harry, tapi itu kedengarannya sangat kekanakan.

Alena masih menangis dan Barry duduk di sampingnya menenangkan. Satu tangan laki-laki itu menepuk pundak kekasihnya, tapi diam-diam tangan Barry mencari tangan Ilana setelah mendapati, laki-laki itu meremas dengan kuat. Membuat Ilana melotot tapi Barry cuek. Laki-laki buaya memang.

"Udah dong sayang. Kan mau buat senang bukan buat nangis." Tangan Barry mengelus tangan Ilana. Ilana menarik tangannya, tapi Barry tak ingin melepaskannya.

Tiba-tiba ada yang memanggil Barry. Ilana bernapas lega, gila memang laki-laki itu selalu berbuat nekat. Ilana tak tahu, hal kotor ini yang Barry lakukan padanya tapi ia tak bisa bilang pada Alena, ia takut sahabatnya salah paham. Padahal Barry yang gatal padanya.

"Aku duluan lah ya. Kok tiba-tiba sakit perut." Ilana beralasan dan menyambar tasnya. Sebelum Barry kembali dan terjadi bencana.

"Pamit ke Barry."

"Oh tolong bilangin ya. Oh iya, titip kasih selamat buat cafenya. Semoga cafenya lancar." Ilana langsung turun tangga. Cafe daun berada di tiga lantai. Di rooftop khusus untuk anak muda yang ingin minum walau para keluarga juga boleh dan disediakan live musik. Di lantai dua, khusus yang ingin makan, dan lantai bawah hanya kosong.

Ilana dengan cepat turun dan berharap bisa cepat bermanja dengan kasurnya.

"Kamu takkan pernah bisa lari dariku."

"What the fu." umpat Ilana sambil mengelus dadanya. Tiba-tiba Harry sudah meloncat di depannya.

"Minggir aku mau pulang." Ilana mendorong Barry. Laki-laki itu berdiri disana. Sekarang tinggi mereka sejajar. Ilana bisa melihat wajah Barry dari dekat.

Barry menunduk dan melihat Ilana yang memegang kunci mobilnya. Laki-laki itu langsung merampasnya dan berjalan cepat ke mobil Ilana yang berbunyi.

"What the. Kamu ngapain?" Ilana mendekati Barry. Laki-laki itu sudah duduk di kursi kemudi. Memang psikopat nih laki-laki.

"Aku antarin." tukas Barry tanpa malu.

"Aku mau pulang! Kamu punya acara, dan pacar kamu sedang di atas. Kamu gila!"

"Aku gila karena kamu."

"Psikopat!" umpat Ilana. Barry tertawa. Ilana makin merinding, sebenarnya ia ingin teriak tapi jika Barry tidak berbuat macam-macam padanya mungkin bisa ia tahan.

Kepala Ilana makin pecah saat Barry sudah keluar dari parkiran dan keluar. Mungkin Ilana bisa menyarankan Alena mencari kekasih lain karena Barry memang psikopat.

Ilana hanya diam, malas untuk berdebar dengan Barry dan ia juga tal tahu bagaimana laki-laki ini pulang nanti. Ilana memilih menutup matanya, biar saja Barry kesulitan mencari unit apartemen.

"Aku tahu unit kamu. Bahkan nomornya." Ilana langsung membuka matanya, menegakan tubuhnya dan menatap Barry horor.

"Fiks kau psikopat!"

"Bodo amat sama psikopat sebelum aku mendapatkan kamu."

"Kau gila!"

"Sudah kubilang, aku gila karena kamu sayang." Ilana hanya memegang seluruh tubuhnya merinding. Memang tak waras nih laki-laki.

Tanpa sadar, mereka sudah sampai di unit apartemen Ilana. Barry hanya memarkirkan di pinggir jalan.

"Okay turun. Dan jalan kaki pulang ke cafemu."

"Nggak segampang itu manis. Sebelum aku pergi beri aku ciuman, sudah lama aku ingin merasakan."

"Kau gila!"

"Kamu mau ciumana lembut atau dipaksa." Ilana memandang Barry. Bodohnya ia menelan ludah, ia tak mau dicium tapi ia juga tak mau dicium paksa. Nih laki-laki memang gila! Setelah ini, semoga Ilana bisa terbebas dari psikopat Barry.

Dengan pasrah setengah ikhlas Ilana memajukan wajahnya. Ilana langsung merasakan napas Barry, laki-laki itu mengecup bibirnya terlebih dahulu, sebelum Ilana menyambutnya saat lidah Barry menyeruak masuk ke dalam.

Ilana tak mengira jika Barry adalah good kisser. Ciuman bersama Harry seperti laki-laki itu setengah ikhlas melakukannya. Ilana tahu, ciuman Barry adalah ciuman penuh pujaan. Laki-laki ini memuja dirinya. Tangan nakal Barry masuk melalui dressnya dari bawah dan mulai mencari payudaranya. Ilana mendorong, mungkin Barry tahu balasan. Laki-laki itu berhenti dan semakin memperdalam ciuman mereka.

Ilana bahkan tak ingat, jika laki-laki yang ia cium ini adalah kekasih sahabatnya bukan kekasihnya. Ilana bahkan tak pernah berpikir bagaimana perassan Alena saat tahu ia seperti ini di belakang.

"Eumh.." Ilana mengeluh saat Barry menggigit lehernya. Ilana yakin, pasti bertanda dasar lelaki psikopat!

"Selamat malam cantik. Tunggu aku, aku akan membereskan semuanya sebelum kita bersama." ujar Barry memegang wajah Ilana yang ia yakin rambutnya sudah berantakan. Ilana masih mengatur napasnya.

Ilana tidak munafik ciuman Barry lebih baik daripada Harry.

🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯

Kayaknya ini cerita terumit yang pernah aku bikin. Karena melibatkan semua tokoh dan tak ada satupun tokoh yang bisa dipercaya. Ikutin aja keseruan mereka.

Makasih udah bacaπŸ€—πŸ€—πŸ€—πŸ€—πŸ€—

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Mega
pusing bc nya hahhaa mirip2 namanya astaga
goodnovel comment avatar
Sri Ningsih
rumir mit mit mit kayak nya min
goodnovel comment avatar
Rizka Ahmed Syukri
nahan nafas baca novel ini,, masih penasaran alesan Harry membayikan si butbut masih penasaran alesan Nana bertahan sama Harry, belum ada ikatan juga harusnya lepas aja daripada makan ati terus seperti biasa, pasti uda banyak clue yang tersirat disini
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • UNSPOKEN PAINΒ Β Β Bagian 3 : Alasan Bertahan Hidup

    "Ini rekomended sekali. Lihat, bagaimana spons begitu empuk dan merata sempurna di wajah aku. Tinggal totol sedikit dan langsung merata krim yang tadi. Bagi yang mau pesan link di bio. Kebetulan sekarang ada diskon sebesar 30% bagi pembeli pertama. Kalian beli banyak semakin banyak diskon."Ilana tersenyum ke arah kamera dan melambai. Rekaman hasil endors yang sudah mengantre beberapa minggu yang lalu. Ilana mendesah lelah, apa hidupnya seperti ini? Terus monoton? Tapi bukankah perkerjaan seperti ini yang ia inginkan dari dulu? Tapi kenapa sekarang ia mengeluh?Ilana melihat ke bawah, masih banyak produk yang siap untuk menanti dirinya. Mungkin Ilana perlu menghire seseorang yang bisa membantu dirinya mengurus semua ini. Dalam sehari, Ilana bisa merekam 20-an produk dan masih saja banyak mengantre dan menghubungi dirinya untuk endors pada dirinya. Harusnya Ilana bersyukur ia tak perlu bekerja terlalu susah seperti yang lain, bekerja dengan

    Last Updated : 2020-12-16
  • UNSPOKEN PAINΒ Β Β Bagian 4 : Tytyd Ngambek

    "What the fuck?!" pekik Ilana. Saat membuka pintu unit apartemen dan menemukan psikopat Barry berdiri di sana sambil tersenyum mesum. Nih cowok emang cari mati."Malam manis!"Buk!Ilana menutup pintu lagi dengan keras. Ia hanya memakai handuk dan juga handuk kecil kepalanya karena baru selesai mandi, setelah hampir tiga jam ia menghabiskan waktu untuk berendam. Kepala Ilana rasanya mau pecah, karena terlalu overthinking tentang hubungannya bersama Harry yang rasanya seperti tak bisa diselamatkan. Sayang saja, Ilana tak punya cadangan laki-laki idaman hingga ia tetap mempertahankan Harry hingga sekarang. Jika tidak, Ilana sudah membuang Harry ke semak-semak.Ilana membuka kulkas mininya dan makan apel. Persetan dengan psikopat itu. Untuk apa ia menganggu dirinya. Ilana khawatir, persahabatannya bersama Alena kandas karena si psikopat tak tahu malu ini. Ilana duduk di sofa, mengambil hairdryer dan mengeringkan rambutnya, ia berencana me

    Last Updated : 2020-12-20
  • UNSPOKEN PAINΒ Β Β Bagian 5 : Tips Sembuh Ala Barry

    "Abang berangkat dua hari, mau survei lapangan. Ada proyek di sana. Sudah abang telpon restoran untuk mengantarkan makanan saat makan malam. Makanan di kulkas juga sudah diisi penuh. Jaga diri baik-baik, biar abang nelpon diangkat."Adora diam, padahal dalam hatinya ia ingin menari zumba saking senangnya. Dalam 19 tahun hidupnya akhirnya Harry meninggalkan dirinya walau dalam dua hari. Tentu ini proyek yang besar, mana mau Harry meninggalkan dirinya."Karena proyek ini bonusnya besar. Abang usahakan dapat, biar nanti kita bisa liburan." Adora tersenyum, walau hanya terpaksa. Ia memang jadi manusia paling munafik di dunia ini."Oh iya hati-hati." Basa-basi. Padahal dalam hati Adora berharap Harry mati dalam perjalanan entah kecelakaan pesawat atau mobil masuk jurang. Gadis itu menggeleng, jangan dulu ia belum kerja dan belum punya tabungan yang cukup untuk masa depannya."Sebenarnya Abang mau minta orang temanin kami tidur."

    Last Updated : 2020-12-26
  • UNSPOKEN PAINΒ Β Β Bagian 6 : Rumitnya Hidup Adora

    "Serius Bar, aku merasa kayak pelihara kambing." ujar Ilana tanpa peduli lawannya tersinggung. Barry yang sedang bermain PS di layar plasma lebar Ilana hanya diam dan melanjutkan makan popcorn.Barry adalah keturunan manusia yang urat malunya putus. Saat pembagian urat malu, Barry datang telat jadi ia tak dapat. Sehingga terjadilah manusia tak tahu malu seperti sekarang.Rasanya Ilana ingin melemparkan remote ke kepala Barry agar laki-laki ini sadar dan segera minggat dari unitnya. Selain psikopat, tak punya malu, Barry juga tak peka. Padahal sudah terang-terangan Ilana mengusirnya."Serius deh aku betah bangat di sini. Kayaknya kita nikah aja."Ilana merenggut kesal. Barry sudah bisa bergerak kesana kemari, walau ia masih memakai sarung dan dokter belum mengizinkan laki-laki ini untuk kembali beraktivitas normal. Barry beralasan tytyd miliknya masih bengkak, walau Ilana merasa semuanya hanya akal-akalan Barry

    Last Updated : 2020-12-29
  • UNSPOKEN PAINΒ Β Β Bagian 7 : Unspoken Pain

    Yang Adora ingat, Harry selalu lembut padanya. Jarang sekali laki-laki itu membentak dirinya. Dan kali ini, Adora tak mau Harry muka padanya. Walau bagaimanapun Harry, Adora masih membutuhkan Harry. Laki-laki itulah tempatnya bergantung selama ini.Rasanya benci, tapi Adora membutuhkan Harry. Jadi, memang Adora tak bisa memendam lama-lama perasaan itu. Walau ada rasa kesal yang membuatnya ingin mengeluh, ingin mengadu, atau ingin berteriak sekuat yang ia bisa atas hidup yang ia terima.Adora langsung naik ojek pulang, khawatir Harry mengetahui dirinya. Bahkan Adora meminta tukang ojek untuk terbang saja.Adora tahu, Harry pasti tahu bagaimana penampilan Adora sekarang dan Harry pasti curiga karena Adora beralasan mereka kerja kelompok. Kerja kelompok di mana sampai larut malam? Makanan mahal yang masuk dalam perutnya rasanya mau dimuntahkan semuanya."Pak please pak! Cepat!" Adora mendesak tukang ojek. Syd

    Last Updated : 2020-12-30
  • UNSPOKEN PAINΒ Β Β Bagian 8 : Sampai Kapan?

    Malam ini, Ilana bisa melihat sebagai seorang laki-laki. Laki-laki yang bisa membuat dirinya terlindungi, laki-laki yang membuat dirinya sebagai seorang wanita seutuhnya, bukan dirinya yang dikenal sebagai wanita judes anti laki-laki.Udara malam yang dingin menusuk, tak menyurutkan keduanya untuk berbagi kebersamaan setelah sekian lama mereka saling merasa asing. Ilana selalu yakin, ia tak pernah salah memilih laki-laki ini. Bagaimana malam ini Ilana melihat diri Dennisβ€”abangnya ada dalam diri Harry. Semoga Harry terus seperti ini."Saya pinjamkan jaket?" Ilana mengangguk, ia mencium bau tubuh Harry. Segalak apapun wanita, mau semandiri apapun, ia tetap makhluk lemah yang bergantung pada laki-laki, apalagi laki-lakinya itu yang menawarkan.Harry tahu, Ilana adalah wanita galak yang kurang belaian. Jika diberi perhatian sedikit saja maka ia akan begitu menurut seperti anjing pada majikannya. Harry tidak memanfaatkan Ilana, tapi ia sedang belajar u

    Last Updated : 2021-01-11
  • UNSPOKEN PAINΒ Β Β Bagian 9 : Permintaan Maaf

    "Gils! Akhirnya, kita berpesta. Ajak pacarmu juga Nana."Ilana yang sedang sibuk mengoles di bibirnya menoleh pada Alena. Well, pacarnya bukan seperti manusia normal hal itu tak semudah itu ia mengundang Harry ikut bersama mereka."Dia sibuk jaga kandang babi." jawab Ilana asal, sebelum ia mendengar barang yang dilemparkan tapi tak tepat sasaran. Ilana hanya memandang Alena malas, lebih malas lagi ia tahu fakta jika psikopat Barry akan ada di sana. Sepertinya Ilana harus menyiapkannya pisau lipat kecil di tasnya, jika Barry macam-macam padanya, Ilana langsung mengembiri milik laki-laki itu."Nana babinya." gurau Alena sambil tertawa begitu kencang. Ilana tak perlu tersinggung, karena ia juga sering berbicara seperti itu dan berharap lawannya tidak tersinggung, lagian persetan dengan tersinggung, Ilana melakukan apa yang menurutnya benar."Ke cafe pacarmu lagi?" tanya Ilana. Terlihat pancaran bahagia dia mata Alena. Andai sahabatnya tah

    Last Updated : 2021-01-18
  • UNSPOKEN PAINΒ Β Β Bagian 10 : Mempertahankan Kewarasan

    Ilana memegang kepalanya yang terasa sangat berat, tapi di satu sisi kepalanya seperti kopong jadi saat ia menggerakkan ke kiri atau kanan rasanya seperti ada batu di dalamnya.Kepala masih berat, mata juga masih mengantuk, tapi ia berusaha membuka matanya, sekarang jam berapa.Ilana meraba-raba ponselnya, seperti yang biasa ia lakukan karena ia selalu meletakan ponsel di atas kepalanya atau di bawah bantal. Padahal menurut penelitian, saat kamu tertidur jauhi ponsel karena terkena radiasi ke otak. Bagi Ilana, selama otaknya masih bisa berpikir waras atau menjadi otak mendadak, ia akan terus melakukan kebiasaan tersebut.Ilana meraba-raba ponsel yang sudah menemani dirinya selama 2 tahun. Walau perkejaannya menuntut tentang penampilan, tapi Ilana tak pernah ganti ponsel sesuai trend sekarang, ganti ponsel tiap bulan. Bagi Ilana selama ponsel itu masih menyala dan berfungsi dengan baik, akan terus ia gunakan. Pemikiran dia memang sedikit beda dari

    Last Updated : 2021-01-24

Latest chapter

  • UNSPOKEN PAINΒ Β Β LAST: STAY WITH YOU

    Layaknya sebuah keluarga bahagia, Ilana dan keluarga kecilnya akan melaksanakan kegiatan outdoor yang menyenangkan. Mereka berusaha untuk mengenalkan banyak hal pada putri mereka. Hari ini, akan diadakan camping di belakang rumah. Usia Elena sudah tiga tahun, sudah belajar banyak hal, dan mencoba-coba banyak hal, serta memiliki rasa penasaran yang begitu tinggi. Tapi, Ilana tahu putrinya cuek dan lebih suka melakukan banyak hal sendiri. "Elena, kita akan bercamping di belakang rumah. Apa yang perlu dibawa?" Elena menatap ibunya, tidak banyak bicara dan langsung menuju kamarnya, bocah itu membawa buku dongeng dengan campuran warna pink dan biru. "Bantuin Mami dan Daddy bawa barang ke belakang?" tawar Ilana, Elena mengangguk dan mencoba membantu barang-barang kecil yang sekiranya bisa dia bawa. Ilana dan Barry sudah merencanakan hal ini lama, jadi, mereka akan bersenang-senang. Di belakang rumah, sengaja dibuat bany

  • UNSPOKEN PAINΒ Β Β Bagian 50: Rempongnya Punya Bayi

    Ilana melihat pantulannya di cermin, masih dengan perut yang belum kempes, dia mengangkat sedikit kaosnya dan mengelus-elus perutnya.Dia berbalik dan melihat sebuah kedamaian berada di depannya, Elena.Bayi berumur dua minggu, 13 hari lebih tepatnya.Hari ini, Ilana akan sibuk, karena pemotretan Baby Elena. Seperti orang tua kebanyakan, mereka ingin mengambil banyak moment-moment indah dan pertumbuhan putrinya.Dengan persiapan yang hampir rampung, mereka menyewa sang fotografer untuk datang ke rumah. Tak lupa, Ilene dengan segala kerempongan yang dia punya. Ilene juga akan melakukan pemotretan bayi kembarnya yang sudah berusia dua bulan, ibu-ibu rempong itu memotret bayinya setiap bulan, dengan kostum yang beda-beda."Jangan lupa bawa tisu, popok, baju-baju kalian. Jangan sampai, tiba di sini baru sibuk." Ilana langsung menelpon Ilene dan mengingatkan, dia tahu Ilene itu berisik, Ilana tak suka, jika Ilene bertamu ke

  • UNSPOKEN PAINΒ Β Β Bagian 49: Barry, Suami yang Teraniaya

    Kebanyakan menonton film yang megah, modern, dan kehidupan yang dinamis, membuat Ilana selalu membayangkan Hawaii sebagai salah satu kota yang layak dikunjungi, dream country, yang wajib dikunjungi selama kamu hidup.Tapi, apa yang terpampang di depan matanya membuat dia terdiam dan bisa melihat dunia dalam pandangan yang lebih luas. Ilana berjalan pelan, sambil memperhatikan banyak homeless yang memeluk tubuhnya kepanasan atau kedinginan dengan perut kosong yang luar biasa.Dia melihat seorang wanita berusia sekitar 40 tahun sedang menikmati mie dengan lahap, dan Ilana bisa menduga, itu adalah salah hidangan terenak yang masuk dalam mulutnya.Ilana masih terdiam, ketika merasakan tubuhnya ditarik oleh Barry, karena mereka sedang melintasi zebra cross.Ilana menggengam tangan suaminya, niat awal bulan madu dan bersenang-senang, dan banyak hal yang dipaparkan di wajahnya, bahwa beginilah kehidupan yang sesungguhnya.Ilana

  • UNSPOKEN PAINΒ Β Β Bagian 48: Ujian Cinta

    Kalau kamu mendengar kata Hawaii atau membaca kata Hawaii, apa yang pertama terlintas dipikiranmu? Pantai, pohon kelapa, ombaknya, masyarakatnya yang ramah, gunung berapi, atau hula-hula?Dalam benak Ilana, Hawaii itu sebuah pulau dengan banyak pantai cantik seperti kartun Moana. Dan benar adanya, walau mereka tetap disambut banyak gedung-gedung tinggi."Aku tahu ini sensitif, tapi, Ayah kamu ke mana?""Aku nggak yakin, pernah diceritakan, tapi, hanya sekilas. Banyak anak-anak kurang beruntung seperti aku yang tidak punya orang tua lengkap, Nana. Bahkan, aku kurang dekat sama ibu sendiri karena keadaan yang memaksa seperti itu."Ilana alihkan pandanganya keluar dari bus, dan merenungi kata-kata tadi. Barry benar, tidak semua anak-anak beruntung untuk punya keluarga utuh yang harmonis seperti keluarganya. Bahkan, ada anak yang punya keluarga utuh tapi mempunyai orang tua yang abusive.Dia mencoba mengingat-ingat masa ke

  • UNSPOKEN PAINΒ Β Β Bagian 47: Honeymoon Rombongan

    "Hahaha. Malam pertama, tapi, udah unboxing duluan. Nggak seru ah!" Ilana harusnya tahu, dia mempunyai keluarga ember bocor. Dia memang tidak tersinggung, dan memang begitu faktanya. Tapi, mendengar ejekan itu, kenapa rasanya mengesalkan? Itu adalah ejekan Ilene padanya. Resmi satu minggu menikah dan dia pulang ke rumah tuanya, Ilana sedang mempersiapkan bulan madu ke Hawaii. Tempat tinggal Ibu Barry. Hari ini, mereka akan ada bakar-bakar. Bakar ikan, bakar ayam, bakar jagung, bakar sampah. Bundanya sedang sibuk, di saat para menantu lelaki sibuk membantu ibu mertua mereka yang cantik. Sebagai seorang koki handal, Barry sedang mengipas-ngipas makanan di atas tungku arang tersebut. Sebenarnya Ilene ingin membantu, tapi disuruh duduk oleh suami, dua ibu hamil itu tidak diizinkan untuk bekerja. Mereka hanya boleh mencicipi. "Ahhh! Bosan bangat hidupku, Tuhan!" Ilana dan Ilene sama-sama menoleh ke sumber suara

  • UNSPOKEN PAINΒ Β Β Bagian 46: You Owe Me A Dance

    Pita pink dengan tatanan dekorasi meja bundar. Hiasan lentera kertas yang menggantung di atap tenda warna-warni.Sudah tidak ada konsep pernikahan, jika yang ditampilkan adalah seluruh konsep dipadu-padankan.Awalnya, Ilana tidak begitu antusias menyambut pernikahannya sendiri, tapi, dia tidak bisa bohong, jika, sekarang dia merasa gugup luar biasa.Venue yang mereka pilih adalah di halaman belakang, karena Ilana hanya ingin sederhana, walau sudah disulap bundanya menjadi lebih baik. Bahkan, Ilana sampai terdiam, bagaimana mungkin pernikahan yang dia impikan sederhana terjadi begitu mewah di matanya. Dia senang, dia punya keluarga yang luar biasa bisa diandalkan.Ilana menarik sedikit long laces veil yang panjang hingga bokongnya. Sedikit mahkota kecil mewah di atas kepalanya walau dia sudah protes karena kebanyakan aksesoris.Dia mematut dirinya di cermin sekitar tiga menit, melihat wajahnya yang berubah total dan jug

  • UNSPOKEN PAINΒ Β Β Bagian 45: Harry Ibarat Novel

    "Menurut kamu, konsep foto prewedding gimana?"Ilana menatap Barry yang sedang mengupas mangga, turun dan mendekati laki-laki itu."Aku nggak punya bayangan. Sebenarnya aku gak terlalu mengkhayal hal seperti itu, yang penting cepat melewati hal itu, dan yang utama adalah kehidupan setelah menikah itu." Ilana mengambil satu potong satu mangga dan memasukan dalam mulutnya. Manis.Tak puas. Ilana mengambil lagi."Aku sebenarnya paham maksud kamu. Aku sebenarnya lagi tidak pernah banyak permintaan, Bar. Serius, cukup melewati hal ini."Barry hanya memandang wanita cantik di hadapannya."Okay-okay. Besok nikah aja lah, biar cepat.""Ye. Bukan begitu ibu pejabat, sebagai laki-laki aku merasa ingin memberi kamu yang terbaik. Kamu memang ingin sederhana, aku mau kamu mengenang ini sebagai kenangan yang takkan kamu lupakan karena ini seumur hidup, Nana." Ilana hanya mengangkat alisnya dan mengambil lagi poto

  • UNSPOKEN PAINΒ Β Β Bagian 44 : Wedding Dress

    Telapak tangannya terasa hangat, dari cangkir kecil yang tengah mengeluarkan asap. Ilana menunduk, melihat minuman miliknya dan kembali meniup sedikit dan menyeruput minuman itu.Masih terlalu dini, untuk manusia seperti dirinya yang bangun di atas jam delapan pagi.Ilana mengintip, masih jam 6.30, dan Barry masih terlalu pagi, tapi, dia tidak bisa tidur dengan tenang, memikirkan nasibnya dan juga masa depan."Aku kira kamu kabur lagi. Bangun-bangun di sebelah udah dingin." Ilana memutar tubuhnya, mendapati Barry yang menguap, menggaruk kepalanya dan mengucek matanya sebentar.Ilana melihat ke atas meja makan, roti gosong yang dia buat. Entah kenapa, pagi-pagi dia sudah berinisiatif melakukan hal ini. Rasanya seperti kamu merasakan air asin berubah jadi sirup merah."Waoh. Apa ini? Apa aku sedang bermimpi berada dalam dunia para layang?" seru Barry norak, yang membuat Ilana berdecak sebal. Mau menolak atau keras sepert

  • UNSPOKEN PAINΒ Β Β Bagian 43 : Garis Takdir

    "Bunda juga dulu nggak pande masak. Tapi, akhirnya bisa masak juga. Kamu juga bisa gitu, Nana. Memasak bersih-bersih itu basic skill semua gender, kenapa Bunda nggak nyuruh kalian masak? Karena, Bunda mau kalian sadar memasak dan mengurus rumah itu harus kesadaran kalian dan kalian harus bisa. Perempuan atau laki-laki harus bisa masak." Dengan gaya kedua tangan berlipat di dada, Ilana memperhatikan Bundanya memasak pisang goreng, dengan membolak-balik pisang di atas minyak panas. Dia suka menonton orang memasak, tapi, jangan menyuruh dirinya untuk memasak. Ilona mengambil piring dan juga tisu untuk alas agar pisang goreng tak terlalu banyak minyak. "Ini, isinya kolestrol jahat semua." Komentar Ilona ketika mencubit sedikit pisang goreng yang masih panas tersebut. "Hisang hoheng. Hasih hanas." Ilona meniru pembicaraan orang-orang ketika makan pisang goreng dalam keadaan panas. Ilana hanya menatap malas ke arah Bundanya.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status