"What the fuck?!" pekik Ilana. Saat membuka pintu unit apartemen dan menemukan psikopat Barry berdiri di sana sambil tersenyum mesum. Nih cowok emang cari mati.
"Malam manis!"
Buk!
Ilana menutup pintu lagi dengan keras. Ia hanya memakai handuk dan juga handuk kecil kepalanya karena baru selesai mandi, setelah hampir tiga jam ia menghabiskan waktu untuk berendam. Kepala Ilana rasanya mau pecah, karena terlalu overthinking tentang hubungannya bersama Harry yang rasanya seperti tak bisa diselamatkan. Sayang saja, Ilana tak punya cadangan laki-laki idaman hingga ia tetap mempertahankan Harry hingga sekarang. Jika tidak, Ilana sudah membuang Harry ke semak-semak.
Ilana membuka kulkas mininya dan makan apel. Persetan dengan psikopat itu. Untuk apa ia menganggu dirinya. Ilana khawatir, persahabatannya bersama Alena kandas karena si psikopat tak tahu malu ini. Ilana duduk di sofa, mengambil hairdryer dan mengeringkan rambutnya, ia berencana menghabiskan malam dengan membaca majalah dan menunggu kabar besok, Harry mencari asisten untuk dirinya.
Bunyi apartemen semakin berdenging. Mungkin Ilana perlu menyiapkan telur busuk dan dalam sekali ayunan telur busuk itu mengenai wajah Barry. Laki-laki itu tak punya malu, penguntit asli. Ilana jadi merinding, apa Alena tak tahu jika pacarnya seorang Psikopat? Mungkin nanti ada saatnya Ilana akan membongkar kebobrokan Barry.
Ilana membuang dengan asal kepala apel hijau. Wanita itu mengering rambutnya, sambil bernyanyi tak jelas dan menghibur dirinya.
"Mungkin aku harus fokus dengan diriku. Peduli setan dengan anggapan orang padaku." Ilana masuk ke dalam mengambil baju tidur satin lembut berwarna ungu untuk menemaninya tidur malam ini.
Bunyi bel semakin berdenging dengan cepat. Ilana mengambil sapu, siap mematahkan di kepala Barry.
"Pulang atau nggak aku pukul!" ancam Ilana dengan menunjuk ganggang sapu tersebut di depan wajah Barry. Si psikopat makin tersenyum. Mungkin bagi orang lain, manis tapi Ilana melihatnya makin muntah Ilana begitu muak melihat Barry.
"Duh, makin galak makin cantik. Udah nggak sabar bawa ke KUA. Pake gendong kayaknya boleh juga." Ilana semakin menunjuk. Saat dengan santai, Barry mematahkan ganggang sapu tersebut dan masuk dalam unit apartemen seperti miliknya. Fiks di psikopat dan tak punya hati.
"Siapin minum dong. Atau ada wine lebih direkomendasikan." Barry tersenyum lagi. Tapi Ilana mengabaikan laki-laki itu, dan berlalu ke kamarnya. Dia tak punya malu, jadi tak perlu merasa sungkan padanya.
Ilana membaca majalah walau hatinya merasa tak tenang, karena ada laki-laki itu di dalam sini. Barry memang gila.
Ilana menarik napas panjang dan keluar dari kamar, saat Barry dengan santai membongkar kulkasnya. Nih laki-laki otaknya bergeser.
Ilana berdiri tepat di belakang Harry dengan siap melahap laki-laki tak tahu malu ini.
"Aku lapar dan aku butuh makan malam. Kurasa ada sesuatu yang bisa dimakan di sini." Ilana memandang Barry dengan rasa jengkel yang begitu kentara.
"Sayangnya aku tidak menampung kaum fakir miskin di sini. Kamu salah alamat." Barry sudah menunjuk telur dua butir. Ilana mengatupkan mulutnya.
"Buat french toast enak. Walau bukan menu makan malam, mau juga?" Ilana masih memandang Barry jengkel, saat laki-laki itu sudah berada di dapurnya. Sepertinya lebih baik laki-laki seperti ini tidak dilayan. Dengan begitu Barry merasa kehadirannya tidak diharapkan, tapi bukankah laki-laki ini urat malu di otaknya putus?
Ilana menunggu di barstool sambil memakan anggur dan memandang Barry memasak dengan cekatan seperti para chef handal. Ilana lupa kalau laki-laki ini punya rumah makan. Salahkan saja Barry yang tak tahu malu.
Dua french toast tersaji di depannya ada potongan pisang dan siraman madu di atasnya. Ilana bukan orang yang diet atau terlalu menjaga pola makan, ia makan sembarangan dan bersyukur tubuhnya tidak pernah kelebihan lemak.
Ilana makan dalam diam, saat melihat Barry begitu lahap. Laki-laki ini seperti tak pernah makan selama sebulan.
"Sebenarnya kamu buat kayak gini, Alena nggak curiga atau bahkan tahu?" Ilana mencoba berdamai dan menanyakan maksud di psikopat ini. Mana tahu, Barry punya alasan yang sedikit diterima otaknya.
"Justru bagus dia tahu. Dengan begitu, aku secepatnya meminang kamu." jawab Barry santai dengan mencolek sedikit madu dan potongan pisang.
"Sinting!"
Bukannya tersingung Barry malah tertawa, mungkin Ilana harus menanyakan kewarasan laki-laki ini. Bagaimana bisa ia bisa seenteng ini.
"Aku ingin kita deeptalk sambil mengetahui pribadi masing-masing lebih baik lagi. Biar menikah nanti nggak canggung. Usiaku sudah tak lagi muda, 27 tahun." Ilana menggeleng. Fiks, Barry masuk dalam daftar orang yang harus ia hindari di dunia ini.
Ilana menghabiskan french toast terakhir. Ia akhirnya memilih air putih. Karena Ilana membiasakan dirinya meminum air putih daripada meminum yang ada rasanya atau yang berwarna. Walau sesekali ia tergoda untuk mencicipi wine seperti orang-orang yang lain. Tapi Ilana tak pernah kecanduan, air putih tetap menjadi minuman paling murah dan sehat.
"Mungkin kamu punya rekomendasi film seru di Netflat bisa kita tonton sekarang."
"Aku mau tidur!" Ilana berdiri dari barstool dan menuju sink mencuci piring kotor dan juga bekas masak yang Barry gunakan. Biasanya ia memang menyewa pembersih seminggu sekali membersihkan unit miliknya.
"Ayolah. Bukankah tadi kamu mengajak untuk kita deeptalk bersama?" Ilana berbalik dan rasanya ingin mencolek mata Barry dan memotong lidah laki-laki itu. Bisanya ia berbicara seenteng itu. Wait! Tapi bukankah Ilana kedengarannya seperti seorang psikopat juga? Kebayankan bersama Barry memang bisa membuat dirinya jadi psikopat.
"Aku serius. Aku mau ngusir kamu, aku mau tidur. Banyak pekerjaan menanti."
"Aku tahu cantik, kerja kamu hanya di rumah. Kamu tak punya jam kerja, bahkan kamu bisa begadang semalaman dan bangun siang tapi tidak ada yang memarahi kamu. How lucky you're dapat pekerjaan seperti ini. Makanya jangan galak-galak biar rezeki lancar."
"Selain psikopat otak kamu kurang satu ons rupanya." Barry tertawa lagi. Ilana memang mengemaskan.
"Ayolah cantik. Tahu gitu, aku tadi bawa wine. Aku punya beberapa koleksi wine."
"Oh itu yang kamu mau, saat aku udah mabuk dan kamu bebas perkosa aku?" tuduh Ilana. Barry malah tertawa makin lebar.
"Pikiranmu terlalu jauh cantik. Tapi itu yang kamu inginkan. Your wish is my command." bisik Barry di belakang telinga Ilana dan meniupnya. Tubuh Ilana mendadak merinding dan menyikut Barry di belakangnya.
Barry menahan tubuh Ilana. Sedari tadi ia menahan dirinya saat melihat Ilana hanya memakai baju tidur satin tipis sialan yang terlihat begitu menggiurkan. Ilana seperti sengaja untuk menggoda dirinya.
"Apakah kamu sengaja pakai baju ini?" bisik Barry. Ilana bergerak saat tangan Barry sudah menangkup kedua payudaranya. Ilana memang terbiasa tak memakai bra saat malam hari.
"Fuck off!" Barry makin terkekeh. Cacian dan makian Ilana terdengar seperti godaan untuk dirinya. Seolah Ilana mengundang dirinya untuk berbuat lebih jauh.
"Bagaimana cantik?" Ilana menggigit bibirnya, saat merasakan lidah Barry sengaja menggoda lehernya dan naik ke telinganya. Barry menggigit kecil dan menyerang dengan meniup telinga dan lehernya.
Dengan emosi, Ilana langsung mendorong Barry menuju sofa dan menelanjangi laki-laki itu.
🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯
Di antara semua pergantian siang dan malam. Adora benci malam hari apalagi saat-saat ia sebelum tidur. Karena, waktu Harry begitu rese padanya. Bagaimana mereka harus makan bersama dalam satu meja. Bahkan saat Adora sudah mati kelaparan, tapi ia harus menahan demi menunggu Harry menyiapkan makanan atau laki-laki itu berusaha menyelesaikan beberapa pekerjaan.
Dan sekarang Adora harus menurut saat Harry mengajaknya menonton. Cerita berlatar kerajaan tahun 70-an.
Harry sudah menyiapkan banyak makanan ringan dan juga minuman untuk menemani mereka malam ini. Padahal, Adora tak sabar naik ke kamarnya dan mengirim pesan pada Syden. Walau laki-laki itu mengerti hanya saja setiap kali Adora merasa menjadi pacar yang buruk.
"Kayaknya enak jadi raja seperti itu dengan banyak dayang di samping. Mau mandi disiapkan bahkan ada dayang khusus untuk memijat tubuh." Adora tersenyum paksa saat memakan jajanan ringan. Pikirannya sudah tak fokus pada jalan cerita karena ia memikirkan bagaimana Syden. Apa yang laki-laki itu lakukan atau bisa saja Syden bersenang-senang dengan wanita lain karena sesungguhnya ia hanya cadangan. Terkadang Adora sampai punya pikiran buruk seperti ini. Syden bukan malaikat, yang bisa tahan model pacaran seperti ini. Jaman sekarang orang yang LDR saja bisa menjalin dua-tiga hubungan yang lain. Apalagi dirinya yang rasanya sulit sekali untuk bermain ponsel kecuali lima menit sebelum tidur, sekedar mengucapkan goodnight dan tidur.
Paginya Adora tak punya waktu untuk mengirim pesan pada Syden takut Harry mengetahui dirinya mengirim pesan pada orang lain atau bahkan berhubungan dengan Syden. Bisa-bisa kaki Adora langsung diikat.
Adora memeluk dirinya saat Harry mematikan lampu dan lebih khusyuk untuk menonton kerajaan tentang perebutan tahta dan para pengkhianat yang kepalanya langsung dipenggal tanpa ampun.
"Ini filmnya ngeri juga. Jangan dilihat." Adora juga tak minat menonton film tersebut. Dan ia tak bisa berdiri sebelum film ini selesai. Adora tak mau tertidur di sofa ini, karena ia yakin Harry akan mengendong dirinya ke kamar. Ugh, Adora benci semua perhatian Harry yang berlebihan seperti ini. Jadinya ia seperti burung yang terkurung dalam sangkar emas Harry. Mungkin banyak gadis di luar sana yang menginginkan posisi seperti dirinya, mendapatkan abang yang serba bisa tapi bagi Adora memiliki abang seperti Harry adalah musibah.
"Jangan terlalu minum yang manis. Tunggu saya ambil air putih." Saat Harry berdiri Adora ingin berteriak pada dunia untuk menyelamatkan dirinya, tapi rasanya seperti semuanya tertahan dan hanya bisa teriak dalam hati. Ya Tuhan, begitu banyak Adora menahan dirinya. Sampai kapan?
Harry kembali dengan air putih satu gelas besar. Adora mengambilnya dan meminum hampir habis dengan begini, ia bisa sedikit bebas ingin buang air kecil, walau ia tak bisa lama-lama karena Harry akan mencarinya. Adora bisa lari secepatnya dan mengirim pesan pada Syden. Tapi kecepatan Harry lebih cepat dari cahaya. Kecepatan Harry dalam menemukan dirinya tak tertandingi.
Adora minuman manis lagi, demi kabur dari Harry walau hanya satu menit. Benar saja, tak berselang lama kantung kemihnya terasa penuh.
Adora langsung berlari, saat melihat Harry masih serius menonton. Dengan kecepatan kilat, Adora menabrak pintunya dan langsung melihat ponselnya. Benar saja, Syden memberinya pesan dua jam yang lalu. Ya sedari tadi, Adora terlalu dimonopoli Harry. Laki-laki itu memintanya untuk menemani dirinya membuat ayam panggang hari ini. Adora suka memasak, ia tak keberatan memasak tapi saat ada Harry rasanya seperti memasak batu.
Syden Sedang Tersenyum : Hey, makan apa malam ini? Jangan terus bersedih. Ingatlah saat kamu merasa sendiri, saat kamu merasa terpuruk ada orang di sebrang sana yang menantimu. Ada orang benar-benar tulus mencintai kamu.
Apa Adora tidak meleleh ketika laki-laki ini selalu mengirim pesan manis seperti ini pada dirinya. Semakin hari Adora makin jatuh pada kebaikan Syden walau ia belum tahu asli topeng Syden seperti apa.
Adora Berharap Bahagia : Hello terima kasih 🥺🥺🥺. Lagi-lagi saya merasa tak berguna sama sekali. Terima kasih. Malam ini saya makan ayam panggang. Oh iya goodnight kamu 🙂🙂🙂.
"Dora!" Dengan cepat Adora menghapus asal pesan itu dan melemparnya di kasur. Ponsel itu terpelanting di kasur dan jatuh ke lantai. Tapi Adora langsung berlari ke kamar mandi dengan pura-pura menghidupkan air keran agar Harry tidak curiga. Adora bilang juga apa. Padahal, hanya ke kamar mandi bukan Adora mau bunuh diri. Adora menggeleng, ingin berteriak di depan Harry dan melempar laki-laki itu agar jangan bersikap berlebihan, tapi Adora tahu ia kaum lemah yang hanya bisa menurut pada tuannya. Ia adalah seorang budak.
Adora keluar dengan membanting pintu kamar mandi sekuat mungkin, saat melihat Harry memungut ponselnya. Mungkin ponsel itu sudah retak, Adora yakin Harry berusaha untuk memperbaikinya atau bahkan laki-laki itu bisa membelikan yang baru. Harry memang loyal tapi sikap protektif yang berlebihan membuat Adora muak—terlampau muak.
"Ponsel kamu retak. Saya bawa, nanti saya perbaiki." Adora langsung menggigit bibirnya saat Harry mengantongi ponsel miliknya dalam saku celaan laki-laki itu. Semoga, Harry tak berani mengecek karena Syden rajin memberinya pesan walau ia membalas kapan-kapan.
"Ayo nonton lagi. Film penggal-penggal kepala udah nggak ada lagi, sekarang lebih ke merebut kekuasaan."
Adora hanya menatap kasurnya iba, karena Harry sudah menyeret dirinya keluar kamar. Padahal Adora ingin ditemani guling busuk miliknya dan tidur. Mencoba melupakan semua beban yang ada dalam hidupnya.
🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯
"Auh sayang kau begitu sadis." parau Barry sambil memegang miliknya.
Ilana berdiri di ujung sambil melipat dadanya melihat Barry terkapar tak berdaya di lantai sambil memegang pusaka masa depan miliknya. Karena Ilana menendang senjata Barry.
Awalnya Barry kira Ilana sudah pasrah saat wanita itu membalas ciumannya dan Ilana juga tak ragu, untuk menggoda dada laki-laki itu. Bahkan tangan Ilana sengaja menggoda milik Barry. Barry sudah kewalahan.
Keduanya berciuman panas. Saat Ilana berdiri di sofa dan Barry berbaring di bawah tak menyangka, hari ini akan tiba ia akan menancapkan miliknya ke milik Ilana yang sempit. Barry berani bertaruh milik Ilana begitu sempit atau masih perawan dan ia orang pertama. Bukankah itu suatu prestasi bagi laki-laki?
Ilana sengaja menggoda Barry bahkan menaikan ujung baju tidurnya tersingkap hingga Barry bisa melihat warna panties yang Ilana pakai malam ini. Hanya g-string tak berperilelakian yang hanya beberapa helai, membuat milik Barry nyaris keluar dari sangkarnya.
"Ini yang kamu mau bukan?" tanya Ilana dengan nada sensual. Barry susah payah menelan ludahnya. Saat ia merasakan seperti petir menyambar dirinya dan sampai sekarang ia masih mengadu kesakitan. Ilana tanpa ampun, menendang miliknya hingga tytydnya ngambek dan tak mau berdiri sampai sekarang. Ilana harus menikahi dirinya, jika sampai ia impoten. Harry harus pastikan itu.
Ilana melihat dengan senyum puas. Laki-laki mesum seperti ini enaknya memang dikebiri saja miliknya.
Mungkin ada saat giliran Harry bisa Ilana buat tak berdaya.
🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯
Aku suka bangat nulis adegan Barry dan Ilana😝😝😝😝😝. Sian bg Babar, senjata doi udah tak berfungsi. Ilana memang keturunan Ilona aseli gak perlu diragukan pake boraks ya 😆😆😆😆.
Semoga kalian terhibur dengan tingkah mereka 🥰🥰🥰.
Makasih udah baca🥰🥰🥰🥰.
See you 💋💋💋💋💋💋
"Abang berangkat dua hari, mau survei lapangan. Ada proyek di sana. Sudah abang telpon restoran untuk mengantarkan makanan saat makan malam. Makanan di kulkas juga sudah diisi penuh. Jaga diri baik-baik, biar abang nelpon diangkat."Adora diam, padahal dalam hatinya ia ingin menari zumba saking senangnya. Dalam 19 tahun hidupnya akhirnya Harry meninggalkan dirinya walau dalam dua hari. Tentu ini proyek yang besar, mana mau Harry meninggalkan dirinya."Karena proyek ini bonusnya besar. Abang usahakan dapat, biar nanti kita bisa liburan." Adora tersenyum, walau hanya terpaksa. Ia memang jadi manusia paling munafik di dunia ini."Oh iya hati-hati." Basa-basi. Padahal dalam hati Adora berharap Harry mati dalam perjalanan entah kecelakaan pesawat atau mobil masuk jurang. Gadis itu menggeleng, jangan dulu ia belum kerja dan belum punya tabungan yang cukup untuk masa depannya."Sebenarnya Abang mau minta orang temanin kami tidur."
"Serius Bar, aku merasa kayak pelihara kambing." ujar Ilana tanpa peduli lawannya tersinggung. Barry yang sedang bermain PS di layar plasma lebar Ilana hanya diam dan melanjutkan makan popcorn.Barry adalah keturunan manusia yang urat malunya putus. Saat pembagian urat malu, Barry datang telat jadi ia tak dapat. Sehingga terjadilah manusia tak tahu malu seperti sekarang.Rasanya Ilana ingin melemparkan remote ke kepala Barry agar laki-laki ini sadar dan segera minggat dari unitnya. Selain psikopat, tak punya malu, Barry juga tak peka. Padahal sudah terang-terangan Ilana mengusirnya."Serius deh aku betah bangat di sini. Kayaknya kita nikah aja."Ilana merenggut kesal. Barry sudah bisa bergerak kesana kemari, walau ia masih memakai sarung dan dokter belum mengizinkan laki-laki ini untuk kembali beraktivitas normal. Barry beralasan tytyd miliknya masih bengkak, walau Ilana merasa semuanya hanya akal-akalan Barry
Yang Adora ingat, Harry selalu lembut padanya. Jarang sekali laki-laki itu membentak dirinya. Dan kali ini, Adora tak mau Harry muka padanya. Walau bagaimanapun Harry, Adora masih membutuhkan Harry. Laki-laki itulah tempatnya bergantung selama ini.Rasanya benci, tapi Adora membutuhkan Harry. Jadi, memang Adora tak bisa memendam lama-lama perasaan itu. Walau ada rasa kesal yang membuatnya ingin mengeluh, ingin mengadu, atau ingin berteriak sekuat yang ia bisa atas hidup yang ia terima.Adora langsung naik ojek pulang, khawatir Harry mengetahui dirinya. Bahkan Adora meminta tukang ojek untuk terbang saja.Adora tahu, Harry pasti tahu bagaimana penampilan Adora sekarang dan Harry pasti curiga karena Adora beralasan mereka kerja kelompok. Kerja kelompok di mana sampai larut malam? Makanan mahal yang masuk dalam perutnya rasanya mau dimuntahkan semuanya."Pak please pak! Cepat!" Adora mendesak tukang ojek. Syd
Malam ini, Ilana bisa melihat sebagai seorang laki-laki. Laki-laki yang bisa membuat dirinya terlindungi, laki-laki yang membuat dirinya sebagai seorang wanita seutuhnya, bukan dirinya yang dikenal sebagai wanita judes anti laki-laki.Udara malam yang dingin menusuk, tak menyurutkan keduanya untuk berbagi kebersamaan setelah sekian lama mereka saling merasa asing. Ilana selalu yakin, ia tak pernah salah memilih laki-laki ini. Bagaimana malam ini Ilana melihat diri Dennis—abangnya ada dalam diri Harry. Semoga Harry terus seperti ini."Saya pinjamkan jaket?" Ilana mengangguk, ia mencium bau tubuh Harry. Segalak apapun wanita, mau semandiri apapun, ia tetap makhluk lemah yang bergantung pada laki-laki, apalagi laki-lakinya itu yang menawarkan.Harry tahu, Ilana adalah wanita galak yang kurang belaian. Jika diberi perhatian sedikit saja maka ia akan begitu menurut seperti anjing pada majikannya. Harry tidak memanfaatkan Ilana, tapi ia sedang belajar u
"Gils! Akhirnya, kita berpesta. Ajak pacarmu juga Nana."Ilana yang sedang sibuk mengoles di bibirnya menoleh pada Alena. Well, pacarnya bukan seperti manusia normal hal itu tak semudah itu ia mengundang Harry ikut bersama mereka."Dia sibuk jaga kandang babi." jawab Ilana asal, sebelum ia mendengar barang yang dilemparkan tapi tak tepat sasaran. Ilana hanya memandang Alena malas, lebih malas lagi ia tahu fakta jika psikopat Barry akan ada di sana. Sepertinya Ilana harus menyiapkannya pisau lipat kecil di tasnya, jika Barry macam-macam padanya, Ilana langsung mengembiri milik laki-laki itu."Nana babinya." gurau Alena sambil tertawa begitu kencang. Ilana tak perlu tersinggung, karena ia juga sering berbicara seperti itu dan berharap lawannya tidak tersinggung, lagian persetan dengan tersinggung, Ilana melakukan apa yang menurutnya benar."Ke cafe pacarmu lagi?" tanya Ilana. Terlihat pancaran bahagia dia mata Alena. Andai sahabatnya tah
Ilana memegang kepalanya yang terasa sangat berat, tapi di satu sisi kepalanya seperti kopong jadi saat ia menggerakkan ke kiri atau kanan rasanya seperti ada batu di dalamnya.Kepala masih berat, mata juga masih mengantuk, tapi ia berusaha membuka matanya, sekarang jam berapa.Ilana meraba-raba ponselnya, seperti yang biasa ia lakukan karena ia selalu meletakan ponsel di atas kepalanya atau di bawah bantal. Padahal menurut penelitian, saat kamu tertidur jauhi ponsel karena terkena radiasi ke otak. Bagi Ilana, selama otaknya masih bisa berpikir waras atau menjadi otak mendadak, ia akan terus melakukan kebiasaan tersebut.Ilana meraba-raba ponsel yang sudah menemani dirinya selama 2 tahun. Walau perkejaannya menuntut tentang penampilan, tapi Ilana tak pernah ganti ponsel sesuai trend sekarang, ganti ponsel tiap bulan. Bagi Ilana selama ponsel itu masih menyala dan berfungsi dengan baik, akan terus ia gunakan. Pemikiran dia memang sedikit beda dari
Walau sempat bersitegang, tapi akhirnya Barry mengantarkan juga semua aset-aset milik Ilana, walau wanita galak itu tak mau menyambutnya dan Melati yang menerima kedatangan Barry.Ilana sudah mandi dan merasa lebih ringan sekarang, ia akhirnya menyuruh melati memesan es buah, butuh yang segar-segar agar bisa mengusir setan-setan Barry dari otaknya.Ilana sedang duduk di barstool dengan nyaman hanya memakai bathrobe dan tak berniat untuk berganti baju. Ilana ingin beristirahat total hari ini, dan menghilangkan racun Barry dari hidupnya. Bisa gila!"Melati makan sini." ajak Ilana. Melati yang seorang pemalu, dengan ragu duduk di samping Ilana. Ilana yang menuangkan es itu dalam mangkok."Melati berapa umurnya?""21 Kak." Ilana mengangguk, berarti beda satu tahun dengan dua adik kembarnya."Melati kuliah?""Nggak Kak. Saya sudah lama keluar sekolah, SMP bahkan cuman sampai kelas 8.""Oh ya?
Dalam hidupnya Ilana tahu akan ada laki-laki yang datang menyunting dirinya dan meminta izin pada orang tuanya, jika sudah waktunya ada laki-laki yang mengambil alih tugas ayahnya, menjaganya, menyanyangi dirinya, dan menjadi tempat ia berkeluh kesah.Kalau boleh jujur Ilana merasa hatinya kosong. Ada apa? Wanita cantik itu duduk dan menarik napas panjang. Kamu akan jadi perawan tua jika terlalu banyak milih, lagian Harry sudah mengerti sifat burukmu."Jadi, dengan itu maksud kedatangan saya di sini adalah untuk membicarakan keseriusan bersama Ilana. Usia kami sudah sama-sama dewasa, dan saya sedikit menempati posisi atas dalam kerjaan.""Papa apapun yang terbaik buat anak-anak pasti setuju. Selama Nana merasa aman, Nana tidak akan mengeluh dan menceritakan keburukan yang lain. Sebisa mungkin saat menikah nanti selesaikan dulu masalahnya sebelum orang lain tahu. Sebelum naik ke ranjang masalah hari ini harus beres."Ilana mem
Layaknya sebuah keluarga bahagia, Ilana dan keluarga kecilnya akan melaksanakan kegiatan outdoor yang menyenangkan. Mereka berusaha untuk mengenalkan banyak hal pada putri mereka. Hari ini, akan diadakan camping di belakang rumah. Usia Elena sudah tiga tahun, sudah belajar banyak hal, dan mencoba-coba banyak hal, serta memiliki rasa penasaran yang begitu tinggi. Tapi, Ilana tahu putrinya cuek dan lebih suka melakukan banyak hal sendiri. "Elena, kita akan bercamping di belakang rumah. Apa yang perlu dibawa?" Elena menatap ibunya, tidak banyak bicara dan langsung menuju kamarnya, bocah itu membawa buku dongeng dengan campuran warna pink dan biru. "Bantuin Mami dan Daddy bawa barang ke belakang?" tawar Ilana, Elena mengangguk dan mencoba membantu barang-barang kecil yang sekiranya bisa dia bawa. Ilana dan Barry sudah merencanakan hal ini lama, jadi, mereka akan bersenang-senang. Di belakang rumah, sengaja dibuat bany
Ilana melihat pantulannya di cermin, masih dengan perut yang belum kempes, dia mengangkat sedikit kaosnya dan mengelus-elus perutnya.Dia berbalik dan melihat sebuah kedamaian berada di depannya, Elena.Bayi berumur dua minggu, 13 hari lebih tepatnya.Hari ini, Ilana akan sibuk, karena pemotretan Baby Elena. Seperti orang tua kebanyakan, mereka ingin mengambil banyak moment-moment indah dan pertumbuhan putrinya.Dengan persiapan yang hampir rampung, mereka menyewa sang fotografer untuk datang ke rumah. Tak lupa, Ilene dengan segala kerempongan yang dia punya. Ilene juga akan melakukan pemotretan bayi kembarnya yang sudah berusia dua bulan, ibu-ibu rempong itu memotret bayinya setiap bulan, dengan kostum yang beda-beda."Jangan lupa bawa tisu, popok, baju-baju kalian. Jangan sampai, tiba di sini baru sibuk." Ilana langsung menelpon Ilene dan mengingatkan, dia tahu Ilene itu berisik, Ilana tak suka, jika Ilene bertamu ke
Kebanyakan menonton film yang megah, modern, dan kehidupan yang dinamis, membuat Ilana selalu membayangkan Hawaii sebagai salah satu kota yang layak dikunjungi, dream country, yang wajib dikunjungi selama kamu hidup.Tapi, apa yang terpampang di depan matanya membuat dia terdiam dan bisa melihat dunia dalam pandangan yang lebih luas. Ilana berjalan pelan, sambil memperhatikan banyak homeless yang memeluk tubuhnya kepanasan atau kedinginan dengan perut kosong yang luar biasa.Dia melihat seorang wanita berusia sekitar 40 tahun sedang menikmati mie dengan lahap, dan Ilana bisa menduga, itu adalah salah hidangan terenak yang masuk dalam mulutnya.Ilana masih terdiam, ketika merasakan tubuhnya ditarik oleh Barry, karena mereka sedang melintasi zebra cross.Ilana menggengam tangan suaminya, niat awal bulan madu dan bersenang-senang, dan banyak hal yang dipaparkan di wajahnya, bahwa beginilah kehidupan yang sesungguhnya.Ilana
Kalau kamu mendengar kata Hawaii atau membaca kata Hawaii, apa yang pertama terlintas dipikiranmu? Pantai, pohon kelapa, ombaknya, masyarakatnya yang ramah, gunung berapi, atau hula-hula?Dalam benak Ilana, Hawaii itu sebuah pulau dengan banyak pantai cantik seperti kartun Moana. Dan benar adanya, walau mereka tetap disambut banyak gedung-gedung tinggi."Aku tahu ini sensitif, tapi, Ayah kamu ke mana?""Aku nggak yakin, pernah diceritakan, tapi, hanya sekilas. Banyak anak-anak kurang beruntung seperti aku yang tidak punya orang tua lengkap, Nana. Bahkan, aku kurang dekat sama ibu sendiri karena keadaan yang memaksa seperti itu."Ilana alihkan pandanganya keluar dari bus, dan merenungi kata-kata tadi. Barry benar, tidak semua anak-anak beruntung untuk punya keluarga utuh yang harmonis seperti keluarganya. Bahkan, ada anak yang punya keluarga utuh tapi mempunyai orang tua yang abusive.Dia mencoba mengingat-ingat masa ke
"Hahaha. Malam pertama, tapi, udah unboxing duluan. Nggak seru ah!" Ilana harusnya tahu, dia mempunyai keluarga ember bocor. Dia memang tidak tersinggung, dan memang begitu faktanya. Tapi, mendengar ejekan itu, kenapa rasanya mengesalkan? Itu adalah ejekan Ilene padanya. Resmi satu minggu menikah dan dia pulang ke rumah tuanya, Ilana sedang mempersiapkan bulan madu ke Hawaii. Tempat tinggal Ibu Barry. Hari ini, mereka akan ada bakar-bakar. Bakar ikan, bakar ayam, bakar jagung, bakar sampah. Bundanya sedang sibuk, di saat para menantu lelaki sibuk membantu ibu mertua mereka yang cantik. Sebagai seorang koki handal, Barry sedang mengipas-ngipas makanan di atas tungku arang tersebut. Sebenarnya Ilene ingin membantu, tapi disuruh duduk oleh suami, dua ibu hamil itu tidak diizinkan untuk bekerja. Mereka hanya boleh mencicipi. "Ahhh! Bosan bangat hidupku, Tuhan!" Ilana dan Ilene sama-sama menoleh ke sumber suara
Pita pink dengan tatanan dekorasi meja bundar. Hiasan lentera kertas yang menggantung di atap tenda warna-warni.Sudah tidak ada konsep pernikahan, jika yang ditampilkan adalah seluruh konsep dipadu-padankan.Awalnya, Ilana tidak begitu antusias menyambut pernikahannya sendiri, tapi, dia tidak bisa bohong, jika, sekarang dia merasa gugup luar biasa.Venue yang mereka pilih adalah di halaman belakang, karena Ilana hanya ingin sederhana, walau sudah disulap bundanya menjadi lebih baik. Bahkan, Ilana sampai terdiam, bagaimana mungkin pernikahan yang dia impikan sederhana terjadi begitu mewah di matanya. Dia senang, dia punya keluarga yang luar biasa bisa diandalkan.Ilana menarik sedikit long laces veil yang panjang hingga bokongnya. Sedikit mahkota kecil mewah di atas kepalanya walau dia sudah protes karena kebanyakan aksesoris.Dia mematut dirinya di cermin sekitar tiga menit, melihat wajahnya yang berubah total dan jug
"Menurut kamu, konsep foto prewedding gimana?"Ilana menatap Barry yang sedang mengupas mangga, turun dan mendekati laki-laki itu."Aku nggak punya bayangan. Sebenarnya aku gak terlalu mengkhayal hal seperti itu, yang penting cepat melewati hal itu, dan yang utama adalah kehidupan setelah menikah itu." Ilana mengambil satu potong satu mangga dan memasukan dalam mulutnya. Manis.Tak puas. Ilana mengambil lagi."Aku sebenarnya paham maksud kamu. Aku sebenarnya lagi tidak pernah banyak permintaan, Bar. Serius, cukup melewati hal ini."Barry hanya memandang wanita cantik di hadapannya."Okay-okay. Besok nikah aja lah, biar cepat.""Ye. Bukan begitu ibu pejabat, sebagai laki-laki aku merasa ingin memberi kamu yang terbaik. Kamu memang ingin sederhana, aku mau kamu mengenang ini sebagai kenangan yang takkan kamu lupakan karena ini seumur hidup, Nana." Ilana hanya mengangkat alisnya dan mengambil lagi poto
Telapak tangannya terasa hangat, dari cangkir kecil yang tengah mengeluarkan asap. Ilana menunduk, melihat minuman miliknya dan kembali meniup sedikit dan menyeruput minuman itu.Masih terlalu dini, untuk manusia seperti dirinya yang bangun di atas jam delapan pagi.Ilana mengintip, masih jam 6.30, dan Barry masih terlalu pagi, tapi, dia tidak bisa tidur dengan tenang, memikirkan nasibnya dan juga masa depan."Aku kira kamu kabur lagi. Bangun-bangun di sebelah udah dingin." Ilana memutar tubuhnya, mendapati Barry yang menguap, menggaruk kepalanya dan mengucek matanya sebentar.Ilana melihat ke atas meja makan, roti gosong yang dia buat. Entah kenapa, pagi-pagi dia sudah berinisiatif melakukan hal ini. Rasanya seperti kamu merasakan air asin berubah jadi sirup merah."Waoh. Apa ini? Apa aku sedang bermimpi berada dalam dunia para layang?" seru Barry norak, yang membuat Ilana berdecak sebal. Mau menolak atau keras sepert
"Bunda juga dulu nggak pande masak. Tapi, akhirnya bisa masak juga. Kamu juga bisa gitu, Nana. Memasak bersih-bersih itu basic skill semua gender, kenapa Bunda nggak nyuruh kalian masak? Karena, Bunda mau kalian sadar memasak dan mengurus rumah itu harus kesadaran kalian dan kalian harus bisa. Perempuan atau laki-laki harus bisa masak." Dengan gaya kedua tangan berlipat di dada, Ilana memperhatikan Bundanya memasak pisang goreng, dengan membolak-balik pisang di atas minyak panas. Dia suka menonton orang memasak, tapi, jangan menyuruh dirinya untuk memasak. Ilona mengambil piring dan juga tisu untuk alas agar pisang goreng tak terlalu banyak minyak. "Ini, isinya kolestrol jahat semua." Komentar Ilona ketika mencubit sedikit pisang goreng yang masih panas tersebut. "Hisang hoheng. Hasih hanas." Ilona meniru pembicaraan orang-orang ketika makan pisang goreng dalam keadaan panas. Ilana hanya menatap malas ke arah Bundanya.