Ilana melirik Barry dengan kesal, dan memakan sarapan seolah ingin menelan laki-laki itu. Kesal tentu saja, dia benar-benar seorang penguntit yang meresahkan.
"Sarapan gini memang nikmat, di tengah hutan, ada wanita cantik dari masa depan." goda Barry, membuat Ilana membanting sendoknya dengan kuat, mulut Barry perlu diberi cabe agar berhenti berbicara tak jelas.
"Diam deh Bar. Aku jadi hilang selera makan!" sungut Ilana. Barry terkekeh, laki-laki ini seperti orang yang benar-benar kurang kerjaan. Kerjanya hanya membuat dirinya kesal dan Barry layak dapat penghargaan piala Citra sebagai manusia paling menyebalkan versi Ilana.
"Eits! Jangan kabur. Sarapan cepat!" cegat Barry saat Ilana berdiri dan menarik tangan wanita itu agar duduk kembali. Ilana semakin bersungut dengan wajah yang siap menyemburkan api naga. Andai dia naga wajah Barry sudah hangus sekarang.
Ilana menarik lagi sarapannya dan makan. Jadi teringat semalam ada
Adora tahu, cepat atau lambat dirinya akan diabaikan dan Harry akan berfokus pada keluarga kecilnya. Dulu sekali, Adora ingin agar Harry menikah secepatnya agar tidak menganggu hubungannya bersama Syden, tapi kali ini rasanya begitu berat.Adora ingin Harry tetap jadi Abang yang peduli padanya, seorang abang yang juga berperan sebagai orang tua. Adora akan selalu membutuhkan Harry di sampingnya.Chocolate roll cake dengan hiasan krim dan buah ceri di atasnya memberi kesan menggoda pada kue kukus tersebut. Adora sengaja memasak khusus untuk Harry hari ini, semenjak laki-laki itu mengizinkan dirinya untuk memasak. Semua menu sudah Adora coba dan tak pernah gagal untuk memanjakan lidah Harry."Semoga istri Abang, pandai masak." ujar Adora, separuh berharap penuh doa separuhnya adalah sindiran karena Harry takkan menemukan seseorang yang pandai memasak seperti dirinya, sosok Adora takkan tergantikan walau oleh istri Harry sekalipun."A
Adora menyeruput minumannya dan menatap jalanan yang ramai. Gadis itu melihat kekasihnya yang duduk do hadapannya. Entah ini disebut etis atau tidak, Adora hanya ingin berbagi pada Syden. Kekasihnya adalah seorang pendengar yang baik dan kekasih yang sangat bisa diandalkan dalam segala hal."Kamu makin cantik." puji Syden membuat Adora tersenyum sekilas. Dia sudah terbiasa mendengar Syden memujinya dan Adora suka. Karena pujian itu tulus dan Adora yakin dia cantik di mata orang yang tepat. Laki-laki ini melihat dirinya sebagai seorang wanita, wanita cantik yang harus dilindungi."Bang Harry, bentar lagi mau nikah." Adora berkata dengan lesu sambil mencampurkan smooth strawberry yang tinggal setengah."Iya, dia sempat bilang. Ini bagus, dengan begitu hubungan kita bisa berjalan mengikuti jejak mereka.". Adora diam. Andai Harry mendapatkan pasangan yang seperti dirinya, bukan seorang wanita ular gadis itu pasti mendukung pertama karena dia juga i
"Yang kecil ini aja." Ilana menunjuk pada cincin kecil.Eternity ring yang simple ini juga cocok buat tunangan, bentuknya berupa berlian kecil yang melingkar dan bermakna cincin yang tak terbatas. Dengan berlian yang melingkar dan tak ada berlian utama terlihat begitu sederhana dan simple tapi Ilana lebih suka yang itu.Ilana ingin sekali seperti pasangan lain yang romantis dan terlihat saling mencintai satu sama lain. Alih-alih romantis, Harry malah fokus ke ponselnya. Laki-laki itu membiarkan wanita cantik itu menentukan pilihannya. Bahkan kalau boleh memilih pilihan Ilana bukan Harry, tapi sayang sekali ia tidak menjumpai pasangan yang cocok dan harus terus meyakinkan dirinya karena sebentar lagi mereka akan melangsungkan pertunangan dan berlanjut ke pernikahan, dan ini bukan main-main."Aku suka yang ini." Ilana menunjuk pada Harry, laki-laki itu melihat sebentar
Adora semakin membenci keadaan karena pernikahan itu semakin di depan mata, sedangkan dia melihat Ilana seperti tidak mengambil sikap untuk berbaik hati dengan orang lain, terutama menghargai pasangannya sendiri. Dia tak bisa membayangkan bagaimana hancurnya keluarga itu karena si laki-laki tidak tegas dan wanita tidak menghargai pasangannya.Adora memasak mie pedas Korea untuk menghilangkan kekesalannya dia makan pedas, semoga rasa itu hilang dengan rasa pedas yang ia rasakan."Makan apa?" Adora melihat ke bawah mie berwarna hitam dengan saos khas yang pedasnya bisa mematikan nyawa seseorang. Kenapa orang-orang suka menyiksa diri sendiri? Padahal bisa makan yang puas.c"Makan mie. Abang mau?" Harry membuka mulutnya, Adora menyuapi abanganya, terkadang hal-hal kecil seperti ini tidak akan bisa mereka rasakan karena Harry punya istri dan ada tembok besar yang menghalangi mereka."Dora! Kamu makan apa ini? Pedas sekali!" Harry langsung ter
Ilana tahu ini salah, sangat salah! Tapi dia akan melanggar aturan-aturan itu. Break the rules, walau tidak ada aturan tertulis di sana.Dia tidur, tidur bersama Barry. Hanya tidur, tidak ada hal lain walau ini sudah terlalu jauh.Ilana menerawang kosong melihat langit-langit kamar dan terdiam cukup lama. Wanita itu diam, saat merasakan tangan Barry menggengam tangannya, Ilana tidak mabuk, dia masih bisa berpikir, berpikir dengan sehat.Dia berbalik saat melihat muka Barry yang mengesalkan tersenyum ke arahnya. Ilana memutar bola matanya malas, Barry meremas tangannya, Ilana membalas dengan cubitan. Barry terkikik, Ilana langsung bangun dan meloncat di tubuh laki-laki itu."Kamu sialan!" ujar Ilana tanpa dosa, Barry tidak marah. Laki-laki itu menyampir rambut wanita itu dan memainkan pipi putih mulus milik Ilana dan sesekali menciumnya."Aku benci kamu!""I love you." jawab Barry. Ilana menggeleng, dia mem
Ilana makan mie ayam dengan sangat lahap dan merasa seperti tak pernah terjadi apa-apa dalam hidupnya. Tidak ada yang berubah.Wanita itu melirik pada Melati yang sepertinya takut pada Ilana tapi Ilana bersikap biasa saja. Sepertinya melati masih sawan dan dia selalu terkejut melihat Ilana seolah wanita itu hantu. Padahal mereka adalah orang dewasa yang harusnya sama-sama mengerti kebutuhan."Dingin nanti mie ayam kamu, Melati. Nanti nggak enak."Melati yang pura-pura menonton TV menjadi serba salah. Dia merasa seperti dia yang jadi korban tangkap basah, Ilana malah begitu santai. Bahkan Barry belum pulang laki-laki itu masih ada di kamar Ilana. Melati menjadi semakin serba salah, sepertinya dia akan melihat Ilana dan Barry dalam pandangan berbeda."Cepat makan." Melati menunduk dan mendekat ke arah meja. Ilana hanya menatap gadis pemalu itu dan terus makan."Ambilkan air." perintah Ilana. Dengan gugup Melati mengambil
Ilana menarik selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya. Selesai percintaan yang panas setelah dia kesal pada Harry dan berakhir bercinta yang panas dan liar bersama Barry. Ya dia gila!Ilana melihat ke arah kamar mandi melihat Barry yang baru keluar dari keluar mandi dengan tubuh telanjang. Dia tak mengerti dengan hidupnya terutama dia tak mengerti dengan dirinya apa yang dia mau sebenarnya apa. Ilana masih mencari-cari apa yang sebenarnya yang hilang dari dirinya."Mau makan?" tanya Barry sambil memakai kembali semua pakaian miliknya. Jika orang lain bercinta melibatkan perasaan, tapi Ilana tidak memiliki perasaan pada Barry. Bagi dia hanya teman. Ya hanya satu kata itu. Tanpa embel-embel teman spesial atau teman bercinta atau teman hidup. Itu terlalu jauh.Ilana mengucek matanya, sebenarnya sedikit mengantuk, tapi dia tahu otaknya sedang berperang dan bertanya-tanya apa mau hatinya. Apa sebenarnya dia cari. Di saat adiknya sudah menikah dan
Ilana duduk memeluk Barry, duduk di pangkuan laki-laki itu dan memeluknya. Entah kenapa hatinya makin jauh dari Harry. Dia seperti tidak membutuhkan laki-laki itu lagi.Hanya bisa menarik napas panjang dan menerawang jauh, berpikir kemana seharusnya dia melangkah tapi semesta tidak mendukungnya.Dia bersandar dengan nyaman di dada Barry, kadang dia tak ingin pulang. Dia ingin bersama laki-laki ini, tapi ada tembok besar yang menghalangi di sana dan tidak bisa dirobohkan."Kamu mau makan nggak? Aku udah janji mau masak buat kamu kan?" Ilana mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Barry. Laki-laki ini benar. Ilana terlalu banyak berpikir sekarang, bukan dia mengkhawatirkan tentang perkataan orang lain padanya tapi bagaimana perasaan mengambang yang dia rasakan. Ilana dilanda keraguan."Okay, masak sana." Ilana berdiri dari dada nyaman itu dan duduk dengan benar. Wanita itu meneliti keadaan sekeliling, jam seperti ini belum banyak pe
Layaknya sebuah keluarga bahagia, Ilana dan keluarga kecilnya akan melaksanakan kegiatan outdoor yang menyenangkan. Mereka berusaha untuk mengenalkan banyak hal pada putri mereka. Hari ini, akan diadakan camping di belakang rumah. Usia Elena sudah tiga tahun, sudah belajar banyak hal, dan mencoba-coba banyak hal, serta memiliki rasa penasaran yang begitu tinggi. Tapi, Ilana tahu putrinya cuek dan lebih suka melakukan banyak hal sendiri. "Elena, kita akan bercamping di belakang rumah. Apa yang perlu dibawa?" Elena menatap ibunya, tidak banyak bicara dan langsung menuju kamarnya, bocah itu membawa buku dongeng dengan campuran warna pink dan biru. "Bantuin Mami dan Daddy bawa barang ke belakang?" tawar Ilana, Elena mengangguk dan mencoba membantu barang-barang kecil yang sekiranya bisa dia bawa. Ilana dan Barry sudah merencanakan hal ini lama, jadi, mereka akan bersenang-senang. Di belakang rumah, sengaja dibuat bany
Ilana melihat pantulannya di cermin, masih dengan perut yang belum kempes, dia mengangkat sedikit kaosnya dan mengelus-elus perutnya.Dia berbalik dan melihat sebuah kedamaian berada di depannya, Elena.Bayi berumur dua minggu, 13 hari lebih tepatnya.Hari ini, Ilana akan sibuk, karena pemotretan Baby Elena. Seperti orang tua kebanyakan, mereka ingin mengambil banyak moment-moment indah dan pertumbuhan putrinya.Dengan persiapan yang hampir rampung, mereka menyewa sang fotografer untuk datang ke rumah. Tak lupa, Ilene dengan segala kerempongan yang dia punya. Ilene juga akan melakukan pemotretan bayi kembarnya yang sudah berusia dua bulan, ibu-ibu rempong itu memotret bayinya setiap bulan, dengan kostum yang beda-beda."Jangan lupa bawa tisu, popok, baju-baju kalian. Jangan sampai, tiba di sini baru sibuk." Ilana langsung menelpon Ilene dan mengingatkan, dia tahu Ilene itu berisik, Ilana tak suka, jika Ilene bertamu ke
Kebanyakan menonton film yang megah, modern, dan kehidupan yang dinamis, membuat Ilana selalu membayangkan Hawaii sebagai salah satu kota yang layak dikunjungi, dream country, yang wajib dikunjungi selama kamu hidup.Tapi, apa yang terpampang di depan matanya membuat dia terdiam dan bisa melihat dunia dalam pandangan yang lebih luas. Ilana berjalan pelan, sambil memperhatikan banyak homeless yang memeluk tubuhnya kepanasan atau kedinginan dengan perut kosong yang luar biasa.Dia melihat seorang wanita berusia sekitar 40 tahun sedang menikmati mie dengan lahap, dan Ilana bisa menduga, itu adalah salah hidangan terenak yang masuk dalam mulutnya.Ilana masih terdiam, ketika merasakan tubuhnya ditarik oleh Barry, karena mereka sedang melintasi zebra cross.Ilana menggengam tangan suaminya, niat awal bulan madu dan bersenang-senang, dan banyak hal yang dipaparkan di wajahnya, bahwa beginilah kehidupan yang sesungguhnya.Ilana
Kalau kamu mendengar kata Hawaii atau membaca kata Hawaii, apa yang pertama terlintas dipikiranmu? Pantai, pohon kelapa, ombaknya, masyarakatnya yang ramah, gunung berapi, atau hula-hula?Dalam benak Ilana, Hawaii itu sebuah pulau dengan banyak pantai cantik seperti kartun Moana. Dan benar adanya, walau mereka tetap disambut banyak gedung-gedung tinggi."Aku tahu ini sensitif, tapi, Ayah kamu ke mana?""Aku nggak yakin, pernah diceritakan, tapi, hanya sekilas. Banyak anak-anak kurang beruntung seperti aku yang tidak punya orang tua lengkap, Nana. Bahkan, aku kurang dekat sama ibu sendiri karena keadaan yang memaksa seperti itu."Ilana alihkan pandanganya keluar dari bus, dan merenungi kata-kata tadi. Barry benar, tidak semua anak-anak beruntung untuk punya keluarga utuh yang harmonis seperti keluarganya. Bahkan, ada anak yang punya keluarga utuh tapi mempunyai orang tua yang abusive.Dia mencoba mengingat-ingat masa ke
"Hahaha. Malam pertama, tapi, udah unboxing duluan. Nggak seru ah!" Ilana harusnya tahu, dia mempunyai keluarga ember bocor. Dia memang tidak tersinggung, dan memang begitu faktanya. Tapi, mendengar ejekan itu, kenapa rasanya mengesalkan? Itu adalah ejekan Ilene padanya. Resmi satu minggu menikah dan dia pulang ke rumah tuanya, Ilana sedang mempersiapkan bulan madu ke Hawaii. Tempat tinggal Ibu Barry. Hari ini, mereka akan ada bakar-bakar. Bakar ikan, bakar ayam, bakar jagung, bakar sampah. Bundanya sedang sibuk, di saat para menantu lelaki sibuk membantu ibu mertua mereka yang cantik. Sebagai seorang koki handal, Barry sedang mengipas-ngipas makanan di atas tungku arang tersebut. Sebenarnya Ilene ingin membantu, tapi disuruh duduk oleh suami, dua ibu hamil itu tidak diizinkan untuk bekerja. Mereka hanya boleh mencicipi. "Ahhh! Bosan bangat hidupku, Tuhan!" Ilana dan Ilene sama-sama menoleh ke sumber suara
Pita pink dengan tatanan dekorasi meja bundar. Hiasan lentera kertas yang menggantung di atap tenda warna-warni.Sudah tidak ada konsep pernikahan, jika yang ditampilkan adalah seluruh konsep dipadu-padankan.Awalnya, Ilana tidak begitu antusias menyambut pernikahannya sendiri, tapi, dia tidak bisa bohong, jika, sekarang dia merasa gugup luar biasa.Venue yang mereka pilih adalah di halaman belakang, karena Ilana hanya ingin sederhana, walau sudah disulap bundanya menjadi lebih baik. Bahkan, Ilana sampai terdiam, bagaimana mungkin pernikahan yang dia impikan sederhana terjadi begitu mewah di matanya. Dia senang, dia punya keluarga yang luar biasa bisa diandalkan.Ilana menarik sedikit long laces veil yang panjang hingga bokongnya. Sedikit mahkota kecil mewah di atas kepalanya walau dia sudah protes karena kebanyakan aksesoris.Dia mematut dirinya di cermin sekitar tiga menit, melihat wajahnya yang berubah total dan jug
"Menurut kamu, konsep foto prewedding gimana?"Ilana menatap Barry yang sedang mengupas mangga, turun dan mendekati laki-laki itu."Aku nggak punya bayangan. Sebenarnya aku gak terlalu mengkhayal hal seperti itu, yang penting cepat melewati hal itu, dan yang utama adalah kehidupan setelah menikah itu." Ilana mengambil satu potong satu mangga dan memasukan dalam mulutnya. Manis.Tak puas. Ilana mengambil lagi."Aku sebenarnya paham maksud kamu. Aku sebenarnya lagi tidak pernah banyak permintaan, Bar. Serius, cukup melewati hal ini."Barry hanya memandang wanita cantik di hadapannya."Okay-okay. Besok nikah aja lah, biar cepat.""Ye. Bukan begitu ibu pejabat, sebagai laki-laki aku merasa ingin memberi kamu yang terbaik. Kamu memang ingin sederhana, aku mau kamu mengenang ini sebagai kenangan yang takkan kamu lupakan karena ini seumur hidup, Nana." Ilana hanya mengangkat alisnya dan mengambil lagi poto
Telapak tangannya terasa hangat, dari cangkir kecil yang tengah mengeluarkan asap. Ilana menunduk, melihat minuman miliknya dan kembali meniup sedikit dan menyeruput minuman itu.Masih terlalu dini, untuk manusia seperti dirinya yang bangun di atas jam delapan pagi.Ilana mengintip, masih jam 6.30, dan Barry masih terlalu pagi, tapi, dia tidak bisa tidur dengan tenang, memikirkan nasibnya dan juga masa depan."Aku kira kamu kabur lagi. Bangun-bangun di sebelah udah dingin." Ilana memutar tubuhnya, mendapati Barry yang menguap, menggaruk kepalanya dan mengucek matanya sebentar.Ilana melihat ke atas meja makan, roti gosong yang dia buat. Entah kenapa, pagi-pagi dia sudah berinisiatif melakukan hal ini. Rasanya seperti kamu merasakan air asin berubah jadi sirup merah."Waoh. Apa ini? Apa aku sedang bermimpi berada dalam dunia para layang?" seru Barry norak, yang membuat Ilana berdecak sebal. Mau menolak atau keras sepert
"Bunda juga dulu nggak pande masak. Tapi, akhirnya bisa masak juga. Kamu juga bisa gitu, Nana. Memasak bersih-bersih itu basic skill semua gender, kenapa Bunda nggak nyuruh kalian masak? Karena, Bunda mau kalian sadar memasak dan mengurus rumah itu harus kesadaran kalian dan kalian harus bisa. Perempuan atau laki-laki harus bisa masak." Dengan gaya kedua tangan berlipat di dada, Ilana memperhatikan Bundanya memasak pisang goreng, dengan membolak-balik pisang di atas minyak panas. Dia suka menonton orang memasak, tapi, jangan menyuruh dirinya untuk memasak. Ilona mengambil piring dan juga tisu untuk alas agar pisang goreng tak terlalu banyak minyak. "Ini, isinya kolestrol jahat semua." Komentar Ilona ketika mencubit sedikit pisang goreng yang masih panas tersebut. "Hisang hoheng. Hasih hanas." Ilona meniru pembicaraan orang-orang ketika makan pisang goreng dalam keadaan panas. Ilana hanya menatap malas ke arah Bundanya.