Beranda / Romansa / UNFINISHED PAST / BAB 1 | Hari Pertama Chaira Kuliah

Share

BAB 1 | Hari Pertama Chaira Kuliah

last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-14 14:28:33

BAB 1 | Hari Pertama Chaira Kuliah 

Hujan

Ada yang berbeda dengan hujan kali ini..

Cara langit menumpahkan air, di mataku tampak tak biasa.

Kadang dengan lembut mereka turun, lalu bertambah kian deras.

Ah, bukankah hanya air yang datang secara bersamaan? Mengapa aku merasa terusik?

Rupanya, hujan kali ini hadir diringi kenangan.

Menyaksikanya, aku bagai bercermin dengan masa lalu.

Kala itu, aku tengah termenung, tanganku menengadah ke atas, rintikan hujan beramai-ramai membasahiku. Tak terkecuali wajahku, yang sesekali menatap bagaimana air itu terjun ke bumi. Sudah menjadi hobi untukku, berlama-lama memandang hujan. Bedanya kali ini, aku lebih berani memperhatikannya, karena ia berhasil membuatku melamun, dan dengan lancangnya mengingatkanku pada secarik masa lalu..

Hujan malam itu menggambarkan dengan jelas, waktu aku merasa benar-benar rapuh, serta dilema akan suatu masalah.

Saat itu aku memilih pergi dari orang yang kucinta. Bukan tanpa alasan, banyak sebab aku memilih keputusan tersebut.

Namun dia terlanjur kecewa, marah lebih tepatnya. Karena sejak saat itu, dia tak pernah mau menemuiku atau bahkan melihat ke arahku.

Namun takdir berkata lain, kami malah dipertemukan secara 'paksa' . Kami dijodohkan oleh orang tua, aku ingat betul tatapan matanya saat tau orang yang akan menjadi istrinya adalah aku, wanita yang pernah mengecewakannya. Dengan lantang ia berkata, "Ayah mau menikahkan aku dengan orang yang menolakku?"

Tentu saja perkataannya itu mengundang tanya  orang tua kami, aku memilih menunduk lesu. Bagaimanapun, pernikahan itu tetap terjadi.

Sekarang, dengan segala penyesalan, ia bersikap tak acuh padaku, waktu kutanya kenapa ia begitu membenciku, ia bilang, "Aku menyesal tetap menerima perjodohan ini, dan lebih menyesal bertemu denganmu."

***

Tidak hanya di SMA, kuliah pun hampir sama suasananya dengan sekolah dulu, apalagi bagi anak-anak yang baru menginjak kampus. ada yang tengah ribut, ada yang bergosip, ada pula yang tengah berdandan ria. Bedanya, kini di kampus, para cewek bebas memakai make up, tidak seperti waktu di SMA. Yah, asal jangan pas ada dosen saja dandannya.

Selain itu, tak sedikit juga yang senang menyendiri seolah tidak ada teman yang mau menemani. Seperti gadis berjilbab di pojok bangku ke-tiga, alih-alih bergabung dengan teman barunya, gadis yang bernama Chaira itu lebih memilih menonton drama korea kesukaannya.

Beberapa saat kemudian, salah satu dosen datang memasuki kelas.

Anak-anak yang baru melihatnya, membuat ekspresi kagum pada ketampanan dosen muda itu. Tak terkecuali Chaira, gadis itu tampak mengingat-ngingat beberapa aktor Korea yang menurutnya ada kemiripan dengan dosennya itu.

Dosen tersebut tidak sendirian, di belakangnya berdiri seorang lelaki paruh baya dan anak laki-laki yang sepertinya mahasiswa juga.

Aneh, Chaira belum pernah melihatnya waktu ospek. Maklum, sifat keingintahuannya terhadap orang-orang good looking memaksanya untuk memperhatikan satu-persatu manusia yang ada waktu ospek saat itu. Yah, tak hanya perempuan, sebagai cewek normal, Chaira juga kerap memperhatikan cowok-cowok good looking kok!

Lebih aneh lagi, orang yang datang bersama pak dosen, wajahnya tipikal Korea banget, membuat Chaira dan teman-temannya penasaran.

"Assalamualaikum, selamat pagi semuanya.. kenalkan ini Lee Jun Ki, teman kelas kalian. Ia tidak mengikuti ospek seperti yang lain, karena baru datang dari Korea. Dan di samping saya, adalah ayah dari Lee Jun Ki."

Pak dosen yang tampan itu memperkenalkan lelaki yang bersamanya. Lalu menyuruh mahasiswa itu untuk menyapa teman barunya.

"Hallo, aku Lee Jun Ki, aku baru pulang dari Korea, jadi baru sempat bertemu dengan teman-teman semua. Aku bahkan tidak ikut ospek seperti teman-teman. Kemaluanku sangat besar."

Sontak semua yang ada  di kelas itu tertawa mendengar kalimat perkenalan Lee Jun Ki. Namun dengan cepat ayah dari Lee Jun Ki menjelaskan.

"Maafkan Lee Jun Ki, ia sangat lama tinggal dikorea, jadi bahasa Indonesianya masih harus banyak yang dikoreksi. Semoga kalian bisa membantu anak saya perihal ini. Tapi meski begitu, Lee Jun Ki berkewaganegaraan Indonesia seperti saya. Dia hanya beberapa kali sekolah di Korea."

Ucap pria paruh baya itu dengan sedikit cemas.

"Maksud perkataannya barusan adalah, dia merasa malu dan tidak enak karena tidak mengikuti ospek seperti kalian." Lanjutnya.

Sementara Lee Jun Ki yang tampak salah tingkah, hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Oke adik-adik, mohon bantuannya ya untuk teman baru kita ini, semoga kalian bisa saling menjalin silaturahmi, dan menambah banyak teman di sini."

Setelah itu, ayah dari mahasiswa baru dan pak dosen yang diketahui bernama Rayyan, keluar dari kelas meninggalkan Jun Ki yang sudah duduk manis di bangku terakhir baris kedua.

Di dekatnya, teman baru Jun Ki terus saja mengucapkan 'annyeong' dengan logat asal-asalan seolah menggodanya. Jun Ki hanya terkekeh.

"Annyeong haseyo Oppa." sapa salah satu gadis di dekat bangkunya. Jun Ki menundukkan kepalanya seraya menjawab, "ne."

Lantas seorang lelaki di depannya mencoba ikut menyapanya dengan candaan.

"Anying!" Ucapnya sambil melambaikan tangan ke depan wajah Jun Ki. Membuat semua yang ada di ruangan itu tertawa melihatnya.

Sementara Jun Ki yang tidak mengerti, hanya bisa ikut tertawa bersama teman barunya.

Tersenyum, tertawa seraya memperhatikan orang-orang yang ada dikelas itu. Dan tanpa sengaja, matanya bertemu dengan seorang gadis dipojok bangku ke tiga, yang justru melihatnya dengan tatapan heran.

Mata Chaira terkesiap saat cowok Korea itu mengetahui ia sedang memperhatikannya. Langsung saja Chaira berbalik lalu menutupi wajahnya, meski hal itu tidak perlu dilakukan karena dengan berbalik saja ia tidak akan terlihat wajahnya oleh Lee Jun Ki dari arah belakang.

Ah, entahlah Chaira hanya malu dan kesal. Suruh siapa lelaki itu menciduknya saat Chaira sedang memperhatikannya.

Tidak, Chaira tidak boleh lagi memperhatikannya. Bisa-bisa dia kegeeran mengira Chaira menyukainya.

***

Chaira menjatuhkan tasnya, terkejut dengan pemandangan di depannya.

Ayahnya tengah meringis kesakitan, dengan wajah yang babak belur seperti habis dipukuli banyak orang.

"Pak, bapak kenapa Pak?"

Chaira segera menghampiri ayahnya lalu dengan sigap ia beralih mengobati luka di sekujur tubuh sang ayah.

"Chaira, kamu gak usah khawatirkan bapak. Bapak gak papa kok."

Prangg!!

Tampak dari dapur, suara piring pecah terdengar jelas.

Chaira dan ayahnya saling bertatapan. lalu tak lama, Karmila-adik perempuan Chaira, keluar dari dapur dan bergegas masuk ke kamarnya setelah bertatapan dengan Chaira beberapa saat.

Tatapan itu.. tatapan sedih, sendu atau bahkan lebih ke.. kecewa.

Chaira tidak tau apa yang terjadi sebenarnya, apa kesalahan yang sudah dilakukannya sehingga membuat adiknya itu memberi tatapan ambigu padanya.

"Bapak harus istirahat." Dengan penuh tenaga, Chaira membantu ayahnya menuju kamar.

Beberapa kali Chaira mengetuk pintu kamar adiknya seraya memanggilnya. Namun Karmila tak menghiraukan kakaknya sedari tadi.

"Karmila, kamu kenapa? Buka dong pintu-"

Belum selesai Chaira bicara, akhirnya adiknya membuka pintu kamar dengan lebar.

Setelah menutup pintu, Chaira menghampiri adiknya yang tengah sibuk dengan tugas sekolahnya.

Chaira mengusap punggung Karmila,

"Ada apa?"

Lagi-lagi Karmila memberi tatapan kecewa pada Chaira, lalu tatapan itu berubah menjadi sinis.

"Mungkin aku adalah anak tiri di sini."

"Karmila, kenapa kamu ngomong gitu?"

Bisa-bisanya adiknya yang satu itu berbicara begitu. Chaira kecewa mendengarnya.

"Kakak tau? Bapak hampir mati tadi!"

"Maksud kamu apa?!? Kenapa kamu ngomong gitu?"

Setelah menunggu beberapa saat, jawaban yang didapat chaira malah suara tangis yang sangat menyedihkan.

"Karmila, coba cerita sama kakak, ada apa sebenarnya? Apa yang terjadi sama bapak?"

Dengan sesenggukan, Karmila akhirnya menceritakan semuanya.

"Bapak rela-relain meminjam uang pada bosnya yang pelit itu, untuk membiayai kuliah kakak, tanpa mencari solusi gimana nanti bapak akan bayar hutang puluhan juta itu, yang nominalnya membesar setiap harinya. Kakak gak tau kan?"

Chaira terkejut mendengar cerita adiknya. Ayahnya selama ini hanya bekerja sebagai tukang bangunan yang job-nya kadang padat kadang senggang. Itu pun bayarannya harus disetor dahulu pada bosnya yang mencarikan pekerjaan tersebut.

Chaira tidak terlalu mengerti bagaimana konsepnya, hanya saja, beberapa kali ayahnya meyakinkan Chaira untuk lanjut kuliah, berdalih bahwa ayahnya punya cukup uang untuk membiayai kuliah putrinya itu.

"Tapi bapak bilang, itu ... uang tabungannya."

"Dengan bodohnya kakak percaya? Bapak punya tabungan puluhan juta dengan gaji yang bahkan untuk makan sehari-hari saja susah! Yang mengecewakan adalah, aku beberapa kali minta untuk ikut lomba matematika dengan biaya yang tak seberapa, tapi bapak selalu bilang tak punya uang."

"A-apa?"

"Kenapa bapak pilih kasih? Kenapa? Bapak hanya mementingkan cita-cita kakak saja, yang bahkan tidak punya keahlian sama sekali! Setidaknya aku punya bakat di salahsatu pelajaran! Orang-orang selalu memuji keahlian matematikaku! Aku hanya ingin pengalaman, aku ingin dikenang sebagai orang yang pintar matematika di sekolah!"

Benar, Chaira tidak punya keahlian apapun, walaupun semua nilai mata pelajaranya di atas rata-rata, tapi tidak ada satupun yang unggul dari semua mata pelajaran itu. Ia bahkan tidak punya bakat apapun diluar pelajaran sekolah. Setidaknya adiknya punya bakat melukis, dan temannya-Yasmin, selain pintar dalam pelajaran, ia juga berbakat menulis.

Tapi Chaira? Tidak! Dia benar-benar tidak punya bakat ataupun keahlian. Hobinya hanya menghambur-hamburkan kuota untuk menonton film.

Dengan lesu, Chaira keluar dari kamar adiknya. Mulai sekarang, ia bertekad untuk bekerja keras dan menabung, agar bisa membantu melunasi hutang ayahnya.

Lagi pula, kenapa ia baru tau saat ini? Setelah ia lulus masuk kampus, dan mulai menjadi mahasiswa di sana.

Jika saja ia tau dari dulu, ia lebih memilih untuk bekerja saja seperti Yasmin.

***

Cuaca hari ini cerah, hanya suasana hati chaira saja yang mendung.

Duh, padahal chaira punya banyak cerita yang ingin ia sampaikan pada Karmila. Tapi nyatanya malah ada kejadian tak terduga.

Padahal mulutnya sudah gatal ingin bercerita banyak pada adiknya itu. Sedangkan Yasmin, entah bagaimana kabarnya sahabatnya itu. Terakhir kali bertemu, Yasmin bilang ia sudah dijodohkan, Chaira jadi penasaran lelaki seperti apa yang dijodohkan dengan Yasmin.

"Duh! Apaan sih ini!"

Apa lagi ini? Kenapa ada saja yang membuat Chaira kesal hari ini.

Chaira mengambil kertas yang tertiup angin dan mendarat tepat di wajahnya.

Ada yang melihatnya gak ya? Bisa malu Chaira kalau ada yang melihatnya tertabrak kertas tipis itu!

"Apa ini? Apa ini? Bisa-bisanya kertas jelek ini menabrak wajahku yang tidak cantik ini! Mari kita lihat, apa ini?" gumam Chaira sambil mencari tempat duduk nyaman untuk melihat apa isi kertas tersebut.

Namun setelah melihat dengan seksama tulisan yang mewarnai kertas itu, Chaira senang luar biasa. Tiba-tiba saja Chaira merasa ada malaikat penolong menghampiri nya.

"Yeeay!! I'am coming!!"

Sementara itu, di balik kaca jendela mobil, seseorang tengah memperhatikan chaira dengan senyum di bibirnya.

***

Bab terkait

  • UNFINISHED PAST   BAB 2 | Kehiudupan Chaira

    "Ingat ini, kamu bekerja hanya setengah hari daripada yang lainya. Jadi gajimu hanya delapan ratus ribu saja perbulan. Datang jam dua siang dan jaga sampai malam. Paham?""Saya mengerti Bu, terima kasih banyak."Dengan erat Chaira menggenggam peralatan yang diperlukannya untuk bekerja besok._Seharusnya sesudah sholat subuh Chaira tidak boleh tidur lagi. Tapi kebiasaan buruknya itu sudah mendarah daging hingga saat ini. meski dalam hati, ia selalu mengingatkan diri sendiri untuk mengubah kebiasaannya itu. Karena mulai sekarang, ia akan bekerja keras dan menjalani kuliah dengan sepenuh hati.Chaira bersiap-siap memasak sebelum mandi, namun ternyata di dapur tidak ada bahan makanan yang memadai. Ada telur, tapi tidak ada beras ata

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-14
  • UNFINISHED PAST   BAB 3 | Bekerja

    Setelah berganti baju, Chaira bersiap berdiri di depanstand. GerobakThai teasebrang toserba.Yah, Chaira memilih bekerja paruh waktu menjaga stand Thai tea. Jangan harap Chaira bisa seperti gadis beruntung yang dilihatnya di film atau di novel-novel. Yang mendapat pekerjaan paruh waktu dicafeatau di toserba yang dalamnya sejuk.Tidak sepertinya, yang harus bekerja diluar ruangan. Sehingga harus merasakan panas dan hujan. Namun, karena ini kali pertamanya bekerja, Chaira harus tetap bersyukur.Ia membayangkan ayahnya yang bahkan lebih buruk dari keadaannya. Ketika harus bekerja di tengah teriknya matahari sambil mengaduk adonan semen, lalu mengangkat bahan-bahan berat."Sil

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-14
  • UNFINISHED PAST   BAB 4 | Pernikahan Yasmin

    Untuk sesaat, aku merasa dunia ini hanyahayalanyang tidak nyata.-Yasmin.***Yasmin benar-benar tidak menyangka, besok adalah hari terakhirnya ia menyandang statussingledalam hidupnya.Hidupnya seperti kelinci yang kehilangan arah. Berjalan, lalu melompat lebih jauh dari seharusnya.Bukankah baru kemarin ia duduk di bangku sekolah, memakai seragam putih abu-abu, dan bercanda ria bersama teman-temannya?Cita-citanya tidak terhitung. Banyak sekali, sampai Chaira saja malas menghitungnya.Yasmin tersenyum mengingat sahabatnya itu, Chaira berhasil kul

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-14
  • UNFINISHED PAST   BAB 5 | Bertemu Orang Yang Tepat

    "Woy Arsen!"Arsen melirik ke arah suara yang memanggilnya.Sialan temanya itu! Beraninya dia mengganggu waktunya dengan Yasmin. Lihat saja nanti, saat malam tiba, tidak boleh ada yang mengganggunya barang sebentar pun!Ehmm, memangnya apa yang akan ia lakukan nanti malam? Apa ia boleh menggauli..Tidak!! Pikiran sialannya itu!!"Selamat ya, pasangan Arsen dan Yasmin.. semoga kalian menjadi keluarga yang Sakinah, Mawadah, wa Rohmah."Satu persatu teman-teman Arsen menyalami Arsen dan Yasmin."Sen, ma'af ya, gue nyusup. Gue gak bisa lama-lama soalnya, abis ini mau ke acara seminar d

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-14
  • UNFINISHED PAST   BAB 6 | Tatapan Penasaran

    "Gimana Jun Ki, kamu betah kuliah di sini?" tanya Ayah Lee Jun Ki saat sedang menyantap makan malam. "Ya betah, bukan pertama kalinya aku sekolah disini." jawab Jun ki. "Bagus, kamu belajar bahasa Indonesia dengan baik." "Ayah, bukankah dia sudah lama tinggal di Indonesia? kenapa juga dia harus salah menggunakan bahasa Indonesia lagi?" adik Jun Ki yang biasa disapa Jung hee, ikut menanggapi. "Karna dua tahun kemarin Jun Ki tinggal dikorea, bahasa Indonesianya jadi berantakan." jawab sang Ayah. "Lagian Jun Ki gak mungkin gak betah lah yah, di sana kan banyak perempuan cantik." celetuk Jung hee seraya terkekeh. Apa-apaan adiknya

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-25
  • UNFINISHED PAST   BAB 7 | Tatapan Penasaran

    "Chaira!" Gadis manis berjilbab itu menoleh, "Ini pulpen kamu, makasih ya." ucap Jun Ki setelah berlari menghampiri Chaira. "Jungki, lo ngasih apa samamy honey Chaira?" tanya Bian. "Dih jijik banget lu!" sambar Sandi mendengar Bian menyebut Chaira dengan embel-embelMy honey. "Diem lu! Jungki, bisa-bisanya lu merebut cewek inceran kita berdua." ucap Bian yang disetujui oleh Sandi. "Maksudnya? Aku cuma mengembalikan pulpen kok. Lagipula, malam ini aku ada kencan buta dengan seseorang." "Anjir, gue baru tau di Indonesia juga ada kencan buta." kata Bian, "Ini rekomendasi dari adikku, aku hanya mengikuti saja." "Semoga sukses ya!" ucap Sandi memberi semangat. ***Chaira memakai seragam kerjanya, dilanjutkan dengan memoles sedikitMake up. "Hmm, siapa peduli aku memakai riasan saat pulang kuliah." Benar, Chaira bukan orang yang hobi memoles w

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-25
  • UNFINISHED PAST   BAB 8 |

    Rayyan menutup buku yang tengah dikoreksinya. Ia menghela napas selama beberapa saat, hal yang biasa dilakukannya saat sedang penat. Itulah kenapa, teman-temannya selalu menyarankan agar ia segera menikah, Setidaknya mempunyai seorang kekasih. Supaya ada sedikit hiburan untuk melepas penat. Bagi Rayyan, memiliki seorang kekasih bukan suatu keharusan. Untuk apa berpacaran kalau hanya untuk dijadikan hiburan? Tidak semua wanita itu penghibur bukan? Ia tersenyum miris. lagi pula, Rayyan tidak berniat menikah di usianya yang menuju kepala tiga ini. Jika teman-temannya menikah di atas tiga puluh tahun setelah menghabiskan bermain-main dengan para wanita, mungkin tidak bagi Rayyan. Sampai saat ini pun, tidak ada satupun wanita yang didekatinya. Jarinya mengusap layar ponsel, mengutak-atiknya hingga menemukan foto seseorang di sebuah sosial media. Gadis cantik, imut, seksi, seperti halnya gadis-gadis yang pernah dikenalnya. Dia adalah

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-25
  • UNFINISHED PAST   BAB 9 | Insiden Memabukkan

    (21++‼️️) "Kamu beneran gak apa-apa sendirian di kamar?" "Iya gak apa-apa Mbak, kepalaku sedikit pusing." "Ya sudah, Mbak duluan ya. Istirahat, masuk sana. Gak perlu mengantar Mbak." "Ya sudah, hati-hati ya ..." ucap Kinanti setelah mengantar Mbak Ismi ke depan lift. Usai makan malam, Kinanti memilih kembali ke kamar, alih-alih mengikuti yang lainya untuk melihat-lihat pantai. Entahlah,mood-nya sedang tidak bagus sekarang. Saat kembali ke kamar, Kinanti heran lantai kamarnya basah. Perasaan, ia tadi belum ke kamar mandi. Kakinya melangkah menuju kamar mandi, tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Kinanti terkejut mendapati Rayyan ada di sana. "Aaaaaa ..." "Kinan! Sedang apa kau di sini?" "Mas Rayyan! Harusnya aku yang tanya, Mas ngapain di sini?" "Ini kamarku ... kan?" jawab Rayyan sedikit ragu. "Ini ka

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-25

Bab terbaru

  • UNFINISHED PAST   BAB 29 | Gugur

    "Cepat siapkan mobil saya Pak!" perintah Arsen yang langsung dituruti Pak Adi.Adi melajukan mobil sambil bercerita. "Tadi saya lagi nongkrong tuh Pak, di pangkalan sini, dekat mamang penjual sate. Tiba-tiba Non Yasmin telpon, tapi ternyata itu orang lain, bilang kalo yang punya HP kecelakaan di lampu merah jalan Purnama sakti." jelasnya."Kenapa orang itu gak telpon saya?" tanya Arsen penasaran. Teman-temannya tidak ikut serta karna sudah larut. Apalagi Ardi yang sudah berkeluarga."Saya kurang tau Pak, tapi biasanya kan yang dihubungi itu nomor panggilan terakhir. Saya ingat tadi waktu mau ngantar teman-temannya Pak Arsen, Non Yasmin sempat telpon saya untuk jemput. Tapi saya sudah disuruh antar teman Pak arsen, jadi saya tidak bisa." tutur Adi.Arsen merutuki kebodohannya. Kalau sudah seperti ini, hanya penyesalan yang dirasakannya sekarang. Dalam hati, ia terus menggumamkan maaf untuk Yasmin. Tangan kanannya mengusap wajah kasar. Bi Narti tidak ikut serta karna wanita itu di rumah

  • UNFINISHED PAST   BAB 28 | Kecelakaan kecil

    "Apa kabar Bu?" Yasmin berhambur ke pelukan ibunya. Menyalurkan rasa rindu sekaligus perasaan sedih yang tengah dialaminya saat ini. Yah, suasana hatinya sedang tidak baik.Fatimah-Ibu Yasmin, membalas pelukan anaknya setelah menaruh barang. "Ibu baik, kamu sehat?" Ia menatap wajah putri semata wayangnya itu dengan baik. Sudah dewasa. Fatimah bahkan lupa kapan terakhir kali ia memandang putrinya seperti ini.Hampir tujuh tahun lamanya Fatimah merantau di negeri orang. Dengan tekad yang kuat, ia memaksakan keinginannya meski suaminya tidak mengizinkan. Saat itu Yasmin masih duduk di kelas enam SD. Posisinya waktu itu, ia tidak terlalu mengerti mengapa Ibunya harus pergi sangat jauh hanya untuk bekerja. Namun semakin dewasa, Yasmin mengerti, semua dilakukan untuknya juga.Mereka sudah berada di dalam taksi. Fatimah bersandar pada kursi mobil, tangannya tak henti mengusap kepala Yasmin dengan sayang. "Ibu hanya pergi lama, tapi tidak cukup membe

  • UNFINISHED PAST   BAB 27 | Khawatir

    "Nikah yuk!" Ajakan itu bukan pertama kalinya Rayyan lontarkan, tapi berhasil membuat Kinanti tak berkutik. Kenapa? Bukankah ini yang ditunggu sedari tadi? Apa karna kali ini Kinanti menantikannya? Jika yang mengucapkannya itu Gibran, pasti Kinanti akan lebih terkejut sekaligus senang berkali-kali lipat. Tapi tidak, Ia tidak boleh memikirkan lelaki itu lagi. Sudah dapat berlian, kenapa harus memungut batu? Akhinya, dengan percaya diri, Kinanti berkata, "Ayok!" Rayyan mengalihkan pandangan sambil mengulum senyum, "Jangan senyum seperti itu." perintahnya. Setengah terkejut karna baru sekarang Kinanti tersenyum, saat di mobil tadi hanya diam saja. "Kenapa? Aku cantik ya?" Rayyan mengeratkan genggamannya seraya tertawa lepas. Ledekan demi ledekan mereka terima sepanjang hari. Baik itu berasal dari dosen, maupun para mahasiswa._ Rayyan tersenyum melihat Kinanti yang tengah fokus dengan ko

  • UNFINISHED PAST    BAB 26 | Berusaha Lagi

    Tidak ada hari yang indah. Bagi Kinanti, tidak ada lagi hari yang indah setelah semua keinginannya melebur. Setelah takdir ternyata tak berpihak padanya. Wanita itu berdiri tepat di depan jendela kamar yang terbuka, menatap kosong apapun di hadapannya. Sial, bahkan di saat seperti ini, kenangan itu terus keluar menyeruak dari ingatannya, masuk ke dalam pikirannya yang sedang kosong. "Kamu cantik sekali. Kamu tau, kata teman-temanku, kamu adalah idaman semua pria. Aku beruntung memiliki kamu." Gibran mengecup lembut tangan Kinanti seraya menatap matanya. Mengerling dengan pandangan nakal. Kinanti mengalihkan pandangan, semburat merah bisa menjelaskan sipu malu yang dirasakannya. "Kamu tidak berniat menjadi model?" Seharusnya Kinanti sadar dengan pertanyaan sederhana yang dilontarkan Gibran waktu itu. Lelaki itu berharap Kinanti menjadi model? Kenapa seseorang yang mencintainya rela mem

  • UNFINISHED PAST   BAB 25 | Hubungan Yang Terbuka

    "Hih, dasar anak Korea! gitu aja marah. jadi laki kok gak ada pengertiannya." Chaira terpaksa bejalan sendirian, karna Jun Ki meninggalkannya. Tak lama, Bian dan Sandi menghampiri Chaira."Ra, emang kalian benean pacaran ya?" Chaira menoleh sekilas, tidak tertarik dengan pertanyaan yang dilontakan Bian. Mereka berjalan beriringan ke tempat parkir. "Harus ya, aku kasih tau?" jawab Chaira dengan malas. "Jelas dong, kalau kalian menutupi sebuah hubungan, efeknya gak akan baik." jelas Sandi. Chaira mengernyit, "Kenapa?" Sandi sampai berhenti bejalan sebentar untuk menjelaskan masudnya. Chaira dan Bian ikut berhenti."Presentasi orang ketiga akan meningkat. Menutupi sebuah hubungan akan membuat kalian didekati banyak orang, tanpa tau kalau kalian sudah punya pasangan." "Susah ya jelasinnya, tapi aku ngerti kok. Makasih ya." tutup Chaira.Ia menyadari perkataan Sandi memang ada benarnya. Memangnya Chai

  • UNFINISHED PAST   BAB 24 | Hubungan Yang Terbuka

    "Kamu ngapain sih, masih di sini?" Chaira berkacak pinggang, sambil terus memperhatikan lelaki yang duduk di sampingnya. Ini kali pertamanya Jun ki menemani Chaira bekerja, lebih tepatnya sih merecoki. Bahkan cowok itu dengan lantangnya mengatakan, bersedia menemani Chaira setiap hari. Hmm, pacarnya itu membuat pusing saja. Masalahnya, bukan bantuan yang dia berikan, tapi gangguan. Selain merecoki saat Chaira meracik, Jun ki kerap digoda oleh pelanggan wanita. Menambah Chaira kesal, sehingga membuat bibirnya maju beberapa senti. Jelas hal itu sangat mengganggu Chaira, bagaimana kalo bosnya datang? Jun ki tidak tau saja watak bosnya Chaira yang sangat tegas dan nyaris tidak pernah tersenyum. "Sayang, kalau kamu cemburu bilang saja ... nanti kalau ada gadis pelanggan, aku akan bersembunyi." "Apa kamu bilang?" Chaira duduk kembali di kursinya. Sial, Jun ki selalu mengatakan hal-hal yang tidak biasa didengar oleh Chaira. Ia bing

  • UNFINISHED PAST   BAB 23 | Aku Masa Depannya

    Selama tiga hari berturut-turut, Arsen tidak pulang ke rumah. Jelas saja hal itu membuat Yasmin khawatir dan sedih, ia menimbang-nimbang antara harus menelpon Arsen atau tidak. Ponselnya masih setia di tangannya, beberapa saat kemudian, tiba-tiba ada panggilan dari orang yang memenuhi pikirannya saat itu. Tangan Yasmin sampai bergetar menerima telpon tersebut. "Assalamualaikum, iya Mas?" "..." "Oh, begitu. Iya, akan aku cari Mas." Tanpa mengucap salam, Arsen menutup telponnya. Yasmin memeriksa kembali telponnya yang teryata sudah dimatikan. Meski begitu, Yasmin merasa senang dihubungi suaminya yang sudah beberapa hari tidak pulang itu. Lalu ia mencari barang yang Arsen pinta. Yah, Arsen meminta Yasmin mencarikannya sebuah dokumen penting, yang disimpannya di kamar. Sorenya, Arsen pulang dengan pakaian santai seperti bukan dari kantor. Yasmin menghampiri lelaki itu dengan ragu. "Mas, maaf ... a

  • UNFINISHED PAST   BAB 22 | Berbagai Cara

    "Aku akan memikirkan sesuatu, merefresh pikiranku,mencari jawaban atas pertanyaanku, pada siapa aku akan memberi rasa." Sejak saat itu, hubungan mereka merenggang. Yasmin dan Arsen hidup satu atap, namun seperti tidak mengenal satu sama lain, Arsen bahkan mempekerjakan Asisten rumah tangga yang sebelumnya bekerja di rumah orang tuanya. Hal itu sengaja dilakukannya, sehingga ia tidak perlu bantuan Yasmin lagi. Arsen selalu pulang larut, dan berangkat ke kantor pagi-pagi sekali. Waktu untuk Yasmin nyaris tidak ada, hal itu membuat Yasmin ragu untuk sekedar menyapa suaminya itu. Namun, tidak mungkin kan mereka akan seperti itu terus? Akhirnya Yasmin berusaha mendekati Arsen kembali dengan berbagai cara. "Bi, biar aku saja yang masak ya." pinta Yasmin pada Bi Narti, Asisten rumah tangganya. "Gapapa Non, biar Bibi aja. Den Arsen kan sebentar lagi berangkat, Non Yasmin sudah siapin keperluanya?" "Sudah kok Bi."

  • UNFINISHED PAST   BAB 21 | Berita Hangat

    Dito berjalan cepat dari kelas, ia tak sabar untuk memberi tahu Rayyan sebuah penemuan baru. Sementara Rayyan yang saat itu akan mengajar, awalnya tak menghiraukan Dito sama sekali. "Aku sibuk." "Pak, ini benar-benar berita hangat Pak, dadakan kaya tahu bulat." Rayyan berlalu melewati Dito, namun Dito segera menahannya. "Pak, serius gak mau tau?" "Apa sih Dit? Hehh ... dua detik. Cepat!" "Ada test pack di toilet cewek!" Seketika Rayyan langsung terdiam. "Terus?" "Positif." "Apa?! Coba jelaskan dengan rinci." "Seorang mahasiswi menemukan Tespek positif di tempat sampah toliet cewek." Entah kenapa Rayyan teringat Kinanti, ia berpikir, bisa saja itu milik Kinanti. Namun, wanita itu mungkin tidak cukup bodoh menggunakan alat tes kehamilan di kampus. Rayyan jadi gelisah sendiri, bagaimana jika itu memang benar? Dengan cepat, Rayyan menyerahkan buku pada Dito. "Kau saja

DMCA.com Protection Status