Share

BAB 8 |

Penulis: restianiastuti48
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Rayyan menutup buku yang tengah dikoreksinya. Ia menghela napas selama beberapa saat, hal yang biasa dilakukannya saat sedang penat.

Itulah kenapa, teman-temannya selalu menyarankan agar ia segera menikah, Setidaknya mempunyai seorang kekasih. Supaya ada sedikit hiburan untuk melepas penat.

Bagi Rayyan, memiliki seorang kekasih bukan suatu keharusan. Untuk apa berpacaran kalau hanya untuk dijadikan hiburan? Tidak semua wanita itu penghibur bukan?

Ia tersenyum miris. lagi pula, Rayyan tidak berniat menikah di usianya yang menuju kepala tiga ini. Jika teman-temannya menikah di atas tiga puluh tahun setelah menghabiskan bermain-main dengan para wanita, mungkin tidak bagi Rayyan. Sampai saat ini pun, tidak ada satupun wanita yang didekatinya.

Jarinya mengusap layar ponsel, mengutak-atiknya hingga menemukan foto seseorang di sebuah sosial media. Gadis cantik, imut, seksi, seperti halnya gadis-gadis yang pernah dikenalnya.

Dia adalah Kinanti, Asisten Dosen di kampusnya. Semua orang mungkin berpikir Rayyan tengah mendekati gadis ini, karna setiap bertemu dengannya, ia seolah selalu menggoda dan merayunya.

Padahal kenyataannya, tidak sepenuhnya benar. Kinanti memang menarik, tapi Rayyan tidak serius dengan godaannya. Lagi pula, Kinanti sudah mempunyai pacar.

"Apasih! Aku sudah punya pacar ya! Tentunya lebih muda dari Mas Rayyan."

Katanya, seraya menjulurkan lidah, mengejek Rayyan. Kinanti bahkan tak malu memamerkan sang pacar di depan para Dosen.

Entahlah, segalanya tentang Kinanti, Rayyan tidak cukup yakin. Semua orang punya Rahasia masing-masing. Di balik sikap ceria dan polosnya, Rayyan yakin Kinanti juga punya sisi lain yang orang tidak tahu.

"Mas Rayyan! Kenapa masih disini? Yang lain sudah pada nunggu." gadis yang ada di pikirannya itu tiba-tiba saja muncul di balik pintu.

Rayyan terkekeh, ia melupakan rapat dengan para dosen.

"Baiklah Kinan, tidak perlu kesal begitu, kau kan jadi lebih menggemaskan."

"Gak usah menggoda terus, cepat datang."

'Hmm, ia bahkan masih konsisten memanggilku dengan sebutan mas begitu, memangnya aku tukang bakso.' ucap Rayyan dalam hati.

Semua sepakat liburan kali ini ke Bali. Rayyan sebagai satu-satunya Dosen pria yang jomblo, hanya mengikuti saja.

Yah, setelah acara berbagai lomba selesai, para Dosen selalu memilih membuat acara sendiri dengan berlibur bersama, melepas penat.

"Dit, kamu ikut kan?" tanya Rayyan pada Asistennya, Dito.

"Iya pak."

"Oke."

***

"Kenapa liburan kita tidak dengan para mahasiswa ya? Pasti lebih asik." celetuk Dito saat mengabadikan momen acara lomba model.

Matanya seolah memancarkan hasrat melihat para mahasiswi berjalan dengan hiasannya. Rayyan hanya mengangguk.

"Cantik ya Pak!" seru Dito.

"Kamu benar, tapi saya sudah sering bertemu yang seperti itu. Jadi, biasa saja."

"Pak, sebanyak-banyaknya Bapak bertemu cewek-cewek cantik, Bapak tetep kalah sama saya yang punya pacar Pak."

"Sialan kamu Dit." ujar Rayyan seraya terkekeh.

"Siapa gadis itu? Dari jurusan apa?"

"Kayaknya Mahasiswa baru Pak. Cantik yah."

"Namanya Chaira."

Rayyan dan Dito terkejut mengetahui Kinanti sudah ada di belakang mereka.

"Kinan, kamu jangan salah paham, tetap kamu yang paling cantik kok." ucap Rayyan lagi-lagi menggoda Kinanti.

"Cih, kalian berdua sama saja! Kamu Dit, sudah punya pacar tapi berani-beraninya kamu mengangumi cewek lain di belakang. Dan Mas Rayyan, tidak ada bedanya, sangat serakah!"

Rayyan dan Dito saling pandang.

"Huh, aku jadi khawatir." lanjut Kinanti.

"Kamu gak usah khawatir Kinan, aku hanya mengagumimu." ucap Rayyan.

"Aku khawatir pacarku juga sama seperti kalian, tidak tahu diuntung!" sentak Kinanti, kemudian ia pergi sambil menghentakkan kedua kakinya.

"Apa kau tau maksudnya?"

Dito menggeleng ragu, "E-enggak Pak."

Mereka lalu kembali fokus pada penampilan di depan.

"Sepertinya hanya dia yang memakai jilbab."

"Nggak Pak, ada dua lagi tadi. Tapi emang dia yang paling cantik sih."

***

Rayyan sebenarnya agak malas ikut liburan, dari tadi ia tidak bisa tidur nyenyak akibat bisingnya suara anak-anak dari para dosen yang sudah menikah.

Tenanglah Rayyan, sebentar lagi sampai di hotel. Batinnya.

Rayyan satu kamar bersama Dito, sementara Dosen yang sudah mempunyai anak, memilih sekamar dengan sang istri. Kecuali yang tidak mengajak istri dan anak.

Mereka memilih untuk beristirahat dulu sejenak, lalu dilanjutkan dengan makan malam.

Kinanti bernyanyi dengan riang, Setelah membereskan semua pakaiannya. Ia merasa senang dua kali lipat karna ia tidak berbagi kamar dengan siapapun. Sehingga Kinanti bisa leluasa di kamar besarnya sendirian.

Tok' tok' tok'

"Siapa sih!" Bisa-bisanya ada yang mengganggunya saat sedang ganti baju.

Pintunya diketuk untuk kedua kalinya.

"Iya, sebentar."

Setelah beres menggunakan pakaianya, Kinanti segera membuka pintu dan keluar.

"Mas Rayyan toh, ngapain sih Mas? Emangnya ini pintu rumahku apa? Asal ketuk-ketuk."

"Oh, kamu mau aku ke rumah kamu? Sip deh, nanti aku bawa keluarga besarku ya!"

"Ih, apaan sih!"

Rayyan menekan tombol lift, saat ini mereka akan menuju restoran di hotel untuk makan malam.

"Tenang saja Kinan, aku siap kok jadi Imam kamu. Aku kan tidak seperti pacarmu itu, yang cuma bisa pacarin saja." ucap Rayyan diakhiri tawa.

Kinanti terdiam mendengar ucapan Rayyan. Hal itu membuat Rayyan salah tingkah sendiri. Lebih tepatnya, merasa bersalah.

'apa aku salah bicara?'

"Oh iya, ku dengar kamu tidak punya teman sekamar ya? Mau aku temani?"

"Temani saja ombak di lautan!" ujar Kinan, lalu keluar dari lift dan melangkah lebih cepat meninggalkan Rayyan.

***

Setelah makan malam usai, beberapa keluarga memilih untuk melihat pantai terlebih dahulu.

"Yan! Sini! Main-main di pantai dulu." panggil Pak Tio, salah satu Dosen yang tidak membawa keluarganya, karena sang istri sedang hamil besar.

"Iya pak, silahkan."

"Pak Rayyan!" kali ini Dito yang memanggil.

"Apa dit?"

"Kesana yuk! Tuh, ada bule lagi salsa."

Setelah beberapa menit mereka melihat bule menari dari kejauhan, Rayyan memilih kembali ke hotel. Rayyan menyadari dari tadi ia tidak melihat Kinanti setelah makan malam usai.

"Pak mau kemana? Sini main air dulu, masa kalah sama anak saya tuh." Ajak salah satu dosen yang sedang bersama anaknya.

Suasana pantai di malam hari, tak kalah ramai dengan siang hari. Walau kebanyakan, saat malam para pengunjung lebih memilih bersantai ditemani lampu-lampu.

"Tidak pak, saya masuk saja."

Namun Dito menarik Rayyan menuju tengah pantai, karna terlalu keras menariknya, Rayyan tercebur ke pantai, meski tak jauh.

"Ma-maaf pak!"

"Duh ... kamu gimana sih Dit!"

"Kayaknya Pak Rayyan emang harus ke kamar deh!" timpal Pak Ilham.

"Ya sudah, saya masuk ke hotel dulu ya semuanya. Selamat bersenang-senang."

"Pak Rayyan maaf ya!" ucap Dito.

Sementara Rayyan hanya melambaikan tanganya.

Rayyan menaiki lift dengan baju yang basah, Badanya gemetar kedininan. Sial, kenapa juga ia harus jatuh sih?

Dengan cepat ia keluar dari lift, begitu lift terbuka. Tepat didepan kamar, ia heran pintu kamarnya tidak tertutup rapat.

Persetan! Rayyan sudah kedinginan dengan baju basahnya. Tanpa berpikir panjang, Rayyan memasuki kamar dan menuju kamar mandi.

***

Rayyan mengambil handuk yang tergantung, ia memakai hairdryer sembari bercermin.

"Aaaaa...."

BERSAMBUNG..

***

restianiastuti48

Jangan lupa coment dan berlangganan ya! Ig : Reast07 Restiani07_

| Sukai

Bab terkait

  • UNFINISHED PAST   BAB 9 | Insiden Memabukkan

    (21++‼️️) "Kamu beneran gak apa-apa sendirian di kamar?" "Iya gak apa-apa Mbak, kepalaku sedikit pusing." "Ya sudah, Mbak duluan ya. Istirahat, masuk sana. Gak perlu mengantar Mbak." "Ya sudah, hati-hati ya ..." ucap Kinanti setelah mengantar Mbak Ismi ke depan lift. Usai makan malam, Kinanti memilih kembali ke kamar, alih-alih mengikuti yang lainya untuk melihat-lihat pantai. Entahlah,mood-nya sedang tidak bagus sekarang. Saat kembali ke kamar, Kinanti heran lantai kamarnya basah. Perasaan, ia tadi belum ke kamar mandi. Kakinya melangkah menuju kamar mandi, tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Kinanti terkejut mendapati Rayyan ada di sana. "Aaaaaa ..." "Kinan! Sedang apa kau di sini?" "Mas Rayyan! Harusnya aku yang tanya, Mas ngapain di sini?" "Ini kamarku ... kan?" jawab Rayyan sedikit ragu. "Ini ka

  • UNFINISHED PAST   BAB 10 | Saling Mengenal

    -Tidak peduli seberapa sering kau membuatnya tersenyum, yang penting adalah, bagaimana caramu mempertahankannya.- *** Dua insan yang baru beberapa kali bertemu itu saling pandang. Kemudian tersenyum, memamerkan senyum manis. Yasmin bergeser lebih dekat pada suaminya, tubuh polos yang terbalut selimut saling bergesekan. "Mas, katanya mau cerita. Kok malah senyum terus dari tadi?" Arsen mengecup rambut wanita yang bersandar di pelukanya. "Aku mau tanya dulu sama kamu." "Apa?" "Kenapa kamu mau dijodohkan denganku? Dan apa yang membuatmu menerimaku meski kau sudah tau keadaanku?" "Kenapa aku mau menikah denganmu? Aku juga mau jawaban yang sama dari kamu." "Jawab saja pertanyaanku." Arsen mengalihkan pandangan, sejujurnya ia tak suka dibantah. "Karna aku, tidak punya pilihan lain. Aku yakin apa yang dipilihkan ayah, adalah yang terbaik untukku." "Kenap

  • UNFINISHED PAST   BAB 11 | Rayuan Masa Lalu

    Yasmin belum pernah berpacaran sebelumnya. Tapi jika menyukai seseorang, ia pernah beberapa kali. Bahkan Yasmin pernah terjebak di dalam dilema perasaan yang sama. Ia pernah, begitu menyukai seseorang, dan ternyata orang itu juga sama sukanya pada Yasmin. Itulah dilemanya, saat dua insan saling menyukai, tapi tak bisa bersama sebab suatu alasan. Yasmin tidak ingin punya status selain menikah. Sementara waktu itu, umurnya masih genap enam belas tahun. Dengan yakin, Yasmin melenyapkan perasaan itu. Meski banyak alasan indah, sampai Yasmin bisa menyukai pria masa lalunya itu. Sekarang, entah bagaimana awalnya, Yasmin begitu menyukai lelaki di hadapannya. Lelaki berbadan kokoh itu tengah sibuk kesana kemari membereskan barang-barangnya. Yasmin berinisiatif mengambil segelas air untuk suaminya. "Minum dulu, Mas." "Makasih, sayang." Yasmin merasa gugup mendengar panggilan Arsen yang begitu baru di telinga

  • UNFINISHED PAST   BAB 12 | Kontes Kecantikan

    "Buriq? Kau tau buriq bukan kata-kata yang bagus bukan?" Seketika Bian dan Sandi tertawa, membuat Jun Ki semakin jengkel. "Emang apa yang terjadi dengan kencan buta lo?" tanya Sandi penasaran. (Malam sebelumnya) "Jadi, kamu Oppa-nya Jung hee?" "Iya." "Makasih ya sudah mau datang. Namaku Jessi." "Aku Jun Ki." "Aku, tak secantik cewek-cewek di Korea, bahkan kulitku saja gak putih." "Bukan masalah." Jessi tersenyum senang, sementara Jun Ki memutar bola matanya, apanya yang gak putih? Siapapun bisa melihat kalau Jessi berkulit putih cerah. Setelah pesanan datang, mereka menyantap makanan dalam hening. "Ah!" Jessi merasakan tasnya terjatuh, dan dengan sigap Jun Ki mengambilkannya. "Gomawo, Oppa!" "Ada apa dengan kakimu? Gatal?" tanya Jun Ki terheran saat melihat ga

  • UNFINISHED PAST   Bab 13 | Pesona Chaira

    "Aku gak mau memilikinya, aku gak mau memilikinya, aku gak mau!"Chaira meremas hadiahnya dengan gemas, tempo hari Chaira memenangkan juara harapan ke dua lomba model. Ia sangat menyesali, kenapa ia harus memiliki prestasi dari bakat yang tidak diinginkannya?Ia menjatuhkan dirinya ke kasur, tepat saat itu ponselnya berbunyi."Hhh ... Anak Korea itu."Belakangan ini, Jun Ki beberapa kali mengiriminya pesan. Bertanya kosakata yang tidak diketahuinya, tapi entah kenapa meski merasa aneh, Chaira tetap membalas semuachatdari lelaki tampan itu."Kak!" panggil Karmila setelah memasuki kamar Chaira yang tidak tertutup rapat."Eh, ada apa Mil?""Kakak dapet hadiah darimana?""Oh, ini ... kamu mau?" Chaira memyerahkan syal berwarna marun pada adiknya."Wah, bagus banget. Buat aku nih?""Ambil saja kalo mau.""Makasih, jadi ... ini dari siapa?"Chaira menggela napas, "Itu had

  • UNFINISHED PAST   BAB 14 | Bertanggung jawab

    Kinanti terbangun dengan memegang kepalanya yang pusing luar biasa. Ia mengingat-ngingat kejadian semalam. "Hah?!" Ia terkejut, spontan menutup mulutnya. Menoleh ke samping, tidak didapatinya pria yang semalam bersamanya. Lalu Kinanti memegang erat selimut yang menutupi tubuhnya tanpa busana. "Apa yang aku lakukan?" tanyanya pada diri sendiri, sambil memijat-mijat kepalanya. Tidak sulit untuk Kinanti mengingat kejadian semalam, ia menyodorkan tubuhnya pada pria dewasa, Ingat! MENYODORKAN!! Ia menghela napas kasar, "Apa karna sudah lama?" Tak lama pintu kamarnya diketuk, Kinanti langsung memilih bajunya random. "Sebentar." Begitu dibuka, ternyata Ismi yang mengetuk pintunya. "Ada apa Mbak?" "Ayo sarapan, yang lain sudah pada nunggu." Dalam hati, Kinanti mengumpat kesal. Kenapa harus ke bawah sih? Kenapa tidak diantar saja makanannya? Ia lupa kalau rombongannya bukan tamu VIP. "Masuk

  • UNFINISHED PAST   BAB 15 | Topeng Keceriaan

    Rayyan menarik gadis cantik yang berjalan di depannya, lalu membawanya ke ruang musik yang sedang kosong. "Lepasin!" gadis cantik yang bernama Kinanti itu, melepas paksa tangannya yang digenggam erat. Alih-alih menuruti permintaan Kinanti, Rayyan malah menariknya kembali dengan pelan menuju rak buku "Maaf." "Apa kamu harus melakukan ini?" tanya Kinanti dengan putus asa, setelah Rayyan menarik tangannya kencang, lalu mengusapnya perlahan. 'Entah apa yang diinginkannya.'batinnya Ekspresi Rayyan mulai serius, tangan kanannya memegang rak di depannya, lalu menunduk menatap gadis yang keheranan dibuatnya. "Kinan, ayo kita menikah! Aku akan bertanggung jawab." "Hah? apaan sih! Aku bilang, aku sudah punya pacar! Seenaknya kamu ngajak aku nikah." ujar Kinanti seraya mendorong Rayyan agar menjauh darinya. "Kita melakukannya! Gimana kalo kamu hamil? Kamu pikir pacarmu itu mau bertanggung jawab?"

  • UNFINISHED PAST   BAB 16 | Pilihan Yang Sulit

    "Refi! Kamu kenapa?" Dengan cepat Arsen membawa wanita itu ke ruang kesehatan. Mengambil minyak hangat, lalu dioleskan pada kepala Refi, sambil memijatnya. Kali ini Refi mengaduh kesakitan di bagian perutnya. "Kamu pasti belum makan." tebak Arsen. Refi mengangguk. Lalu tak lama kemudian, Arsen membawakan roti dan segelas air di tangannya. "Makanlah." "Makasih." "Kenapa kamu bisa sampai telat makan sih? Kamu masih belum sadar juga punya penyakit lambung? Lagian kamu gak perlu diet-diet lagi kan? Kamu kan sudah bukan model lagi!" omel Arsen dengan nada agak tinggi. Sementara Refi hanya tersenyum melihat Arsen yang seolah menghawatirkannya, mau tidak mau, hal itu menambah kepercayaan dirinya. "Aku suka lupa jadwal makan. Habis, gak ada yang ingetin sih." "Terus?" "Maka kembalilah padaku, cuma kamu yang segitu perhatian sama aku." Lagi, Refi mengucapkan kata-kata itu dengan seenaknya,

Bab terbaru

  • UNFINISHED PAST   BAB 29 | Gugur

    "Cepat siapkan mobil saya Pak!" perintah Arsen yang langsung dituruti Pak Adi.Adi melajukan mobil sambil bercerita. "Tadi saya lagi nongkrong tuh Pak, di pangkalan sini, dekat mamang penjual sate. Tiba-tiba Non Yasmin telpon, tapi ternyata itu orang lain, bilang kalo yang punya HP kecelakaan di lampu merah jalan Purnama sakti." jelasnya."Kenapa orang itu gak telpon saya?" tanya Arsen penasaran. Teman-temannya tidak ikut serta karna sudah larut. Apalagi Ardi yang sudah berkeluarga."Saya kurang tau Pak, tapi biasanya kan yang dihubungi itu nomor panggilan terakhir. Saya ingat tadi waktu mau ngantar teman-temannya Pak Arsen, Non Yasmin sempat telpon saya untuk jemput. Tapi saya sudah disuruh antar teman Pak arsen, jadi saya tidak bisa." tutur Adi.Arsen merutuki kebodohannya. Kalau sudah seperti ini, hanya penyesalan yang dirasakannya sekarang. Dalam hati, ia terus menggumamkan maaf untuk Yasmin. Tangan kanannya mengusap wajah kasar. Bi Narti tidak ikut serta karna wanita itu di rumah

  • UNFINISHED PAST   BAB 28 | Kecelakaan kecil

    "Apa kabar Bu?" Yasmin berhambur ke pelukan ibunya. Menyalurkan rasa rindu sekaligus perasaan sedih yang tengah dialaminya saat ini. Yah, suasana hatinya sedang tidak baik.Fatimah-Ibu Yasmin, membalas pelukan anaknya setelah menaruh barang. "Ibu baik, kamu sehat?" Ia menatap wajah putri semata wayangnya itu dengan baik. Sudah dewasa. Fatimah bahkan lupa kapan terakhir kali ia memandang putrinya seperti ini.Hampir tujuh tahun lamanya Fatimah merantau di negeri orang. Dengan tekad yang kuat, ia memaksakan keinginannya meski suaminya tidak mengizinkan. Saat itu Yasmin masih duduk di kelas enam SD. Posisinya waktu itu, ia tidak terlalu mengerti mengapa Ibunya harus pergi sangat jauh hanya untuk bekerja. Namun semakin dewasa, Yasmin mengerti, semua dilakukan untuknya juga.Mereka sudah berada di dalam taksi. Fatimah bersandar pada kursi mobil, tangannya tak henti mengusap kepala Yasmin dengan sayang. "Ibu hanya pergi lama, tapi tidak cukup membe

  • UNFINISHED PAST   BAB 27 | Khawatir

    "Nikah yuk!" Ajakan itu bukan pertama kalinya Rayyan lontarkan, tapi berhasil membuat Kinanti tak berkutik. Kenapa? Bukankah ini yang ditunggu sedari tadi? Apa karna kali ini Kinanti menantikannya? Jika yang mengucapkannya itu Gibran, pasti Kinanti akan lebih terkejut sekaligus senang berkali-kali lipat. Tapi tidak, Ia tidak boleh memikirkan lelaki itu lagi. Sudah dapat berlian, kenapa harus memungut batu? Akhinya, dengan percaya diri, Kinanti berkata, "Ayok!" Rayyan mengalihkan pandangan sambil mengulum senyum, "Jangan senyum seperti itu." perintahnya. Setengah terkejut karna baru sekarang Kinanti tersenyum, saat di mobil tadi hanya diam saja. "Kenapa? Aku cantik ya?" Rayyan mengeratkan genggamannya seraya tertawa lepas. Ledekan demi ledekan mereka terima sepanjang hari. Baik itu berasal dari dosen, maupun para mahasiswa._ Rayyan tersenyum melihat Kinanti yang tengah fokus dengan ko

  • UNFINISHED PAST    BAB 26 | Berusaha Lagi

    Tidak ada hari yang indah. Bagi Kinanti, tidak ada lagi hari yang indah setelah semua keinginannya melebur. Setelah takdir ternyata tak berpihak padanya. Wanita itu berdiri tepat di depan jendela kamar yang terbuka, menatap kosong apapun di hadapannya. Sial, bahkan di saat seperti ini, kenangan itu terus keluar menyeruak dari ingatannya, masuk ke dalam pikirannya yang sedang kosong. "Kamu cantik sekali. Kamu tau, kata teman-temanku, kamu adalah idaman semua pria. Aku beruntung memiliki kamu." Gibran mengecup lembut tangan Kinanti seraya menatap matanya. Mengerling dengan pandangan nakal. Kinanti mengalihkan pandangan, semburat merah bisa menjelaskan sipu malu yang dirasakannya. "Kamu tidak berniat menjadi model?" Seharusnya Kinanti sadar dengan pertanyaan sederhana yang dilontarkan Gibran waktu itu. Lelaki itu berharap Kinanti menjadi model? Kenapa seseorang yang mencintainya rela mem

  • UNFINISHED PAST   BAB 25 | Hubungan Yang Terbuka

    "Hih, dasar anak Korea! gitu aja marah. jadi laki kok gak ada pengertiannya." Chaira terpaksa bejalan sendirian, karna Jun Ki meninggalkannya. Tak lama, Bian dan Sandi menghampiri Chaira."Ra, emang kalian benean pacaran ya?" Chaira menoleh sekilas, tidak tertarik dengan pertanyaan yang dilontakan Bian. Mereka berjalan beriringan ke tempat parkir. "Harus ya, aku kasih tau?" jawab Chaira dengan malas. "Jelas dong, kalau kalian menutupi sebuah hubungan, efeknya gak akan baik." jelas Sandi. Chaira mengernyit, "Kenapa?" Sandi sampai berhenti bejalan sebentar untuk menjelaskan masudnya. Chaira dan Bian ikut berhenti."Presentasi orang ketiga akan meningkat. Menutupi sebuah hubungan akan membuat kalian didekati banyak orang, tanpa tau kalau kalian sudah punya pasangan." "Susah ya jelasinnya, tapi aku ngerti kok. Makasih ya." tutup Chaira.Ia menyadari perkataan Sandi memang ada benarnya. Memangnya Chai

  • UNFINISHED PAST   BAB 24 | Hubungan Yang Terbuka

    "Kamu ngapain sih, masih di sini?" Chaira berkacak pinggang, sambil terus memperhatikan lelaki yang duduk di sampingnya. Ini kali pertamanya Jun ki menemani Chaira bekerja, lebih tepatnya sih merecoki. Bahkan cowok itu dengan lantangnya mengatakan, bersedia menemani Chaira setiap hari. Hmm, pacarnya itu membuat pusing saja. Masalahnya, bukan bantuan yang dia berikan, tapi gangguan. Selain merecoki saat Chaira meracik, Jun ki kerap digoda oleh pelanggan wanita. Menambah Chaira kesal, sehingga membuat bibirnya maju beberapa senti. Jelas hal itu sangat mengganggu Chaira, bagaimana kalo bosnya datang? Jun ki tidak tau saja watak bosnya Chaira yang sangat tegas dan nyaris tidak pernah tersenyum. "Sayang, kalau kamu cemburu bilang saja ... nanti kalau ada gadis pelanggan, aku akan bersembunyi." "Apa kamu bilang?" Chaira duduk kembali di kursinya. Sial, Jun ki selalu mengatakan hal-hal yang tidak biasa didengar oleh Chaira. Ia bing

  • UNFINISHED PAST   BAB 23 | Aku Masa Depannya

    Selama tiga hari berturut-turut, Arsen tidak pulang ke rumah. Jelas saja hal itu membuat Yasmin khawatir dan sedih, ia menimbang-nimbang antara harus menelpon Arsen atau tidak. Ponselnya masih setia di tangannya, beberapa saat kemudian, tiba-tiba ada panggilan dari orang yang memenuhi pikirannya saat itu. Tangan Yasmin sampai bergetar menerima telpon tersebut. "Assalamualaikum, iya Mas?" "..." "Oh, begitu. Iya, akan aku cari Mas." Tanpa mengucap salam, Arsen menutup telponnya. Yasmin memeriksa kembali telponnya yang teryata sudah dimatikan. Meski begitu, Yasmin merasa senang dihubungi suaminya yang sudah beberapa hari tidak pulang itu. Lalu ia mencari barang yang Arsen pinta. Yah, Arsen meminta Yasmin mencarikannya sebuah dokumen penting, yang disimpannya di kamar. Sorenya, Arsen pulang dengan pakaian santai seperti bukan dari kantor. Yasmin menghampiri lelaki itu dengan ragu. "Mas, maaf ... a

  • UNFINISHED PAST   BAB 22 | Berbagai Cara

    "Aku akan memikirkan sesuatu, merefresh pikiranku,mencari jawaban atas pertanyaanku, pada siapa aku akan memberi rasa." Sejak saat itu, hubungan mereka merenggang. Yasmin dan Arsen hidup satu atap, namun seperti tidak mengenal satu sama lain, Arsen bahkan mempekerjakan Asisten rumah tangga yang sebelumnya bekerja di rumah orang tuanya. Hal itu sengaja dilakukannya, sehingga ia tidak perlu bantuan Yasmin lagi. Arsen selalu pulang larut, dan berangkat ke kantor pagi-pagi sekali. Waktu untuk Yasmin nyaris tidak ada, hal itu membuat Yasmin ragu untuk sekedar menyapa suaminya itu. Namun, tidak mungkin kan mereka akan seperti itu terus? Akhirnya Yasmin berusaha mendekati Arsen kembali dengan berbagai cara. "Bi, biar aku saja yang masak ya." pinta Yasmin pada Bi Narti, Asisten rumah tangganya. "Gapapa Non, biar Bibi aja. Den Arsen kan sebentar lagi berangkat, Non Yasmin sudah siapin keperluanya?" "Sudah kok Bi."

  • UNFINISHED PAST   BAB 21 | Berita Hangat

    Dito berjalan cepat dari kelas, ia tak sabar untuk memberi tahu Rayyan sebuah penemuan baru. Sementara Rayyan yang saat itu akan mengajar, awalnya tak menghiraukan Dito sama sekali. "Aku sibuk." "Pak, ini benar-benar berita hangat Pak, dadakan kaya tahu bulat." Rayyan berlalu melewati Dito, namun Dito segera menahannya. "Pak, serius gak mau tau?" "Apa sih Dit? Hehh ... dua detik. Cepat!" "Ada test pack di toilet cewek!" Seketika Rayyan langsung terdiam. "Terus?" "Positif." "Apa?! Coba jelaskan dengan rinci." "Seorang mahasiswi menemukan Tespek positif di tempat sampah toliet cewek." Entah kenapa Rayyan teringat Kinanti, ia berpikir, bisa saja itu milik Kinanti. Namun, wanita itu mungkin tidak cukup bodoh menggunakan alat tes kehamilan di kampus. Rayyan jadi gelisah sendiri, bagaimana jika itu memang benar? Dengan cepat, Rayyan menyerahkan buku pada Dito. "Kau saja

DMCA.com Protection Status