Share

Pertengkaran

Penulis: Muhammad Yunus
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Buruan!" nada perintah itu semakin tegas saja Nimas dengar.

"Mas, aku lelah. Suruh Winda bikin nasi goreng sendiri." kata Nimas berusaha menolak, karena dia tidak sudi menjadi pesuruh Winda. Sebab, Nimas sadar ngidam adalah akal-akalan Winda untuk menindas dirinya.

"Bukankah sudah kubilang, jadi istri itu yang penurut. Apa susahnya buatkan nasi goreng doang? Jadi manusia yang berguna sedikit kek!"

"Kalau menurut mas Arjun, Nimas sudah nggak berguna, maka lepaskan aku, Mas. Kehidupan ini terlalu singkat, berbahagialah bersama Winda."

Mata Arjuna berkilat, perkataan Nimas berhasil menghunus hatinya.

Nimas berusaha menopang tubuh agar tak ambruk di depan Arjuna. Sejak Arjuna memperlakukannya bak seorang pelayan, pria itu telah meremas Nimas hingga remuk tak berbentuk. Arjuna yang awalnya menjanjikan kebahagiaan, justru dia sendiri yang sekarang menjadi sumber luka terbesarnya. Menciptakan ribuan tombak beracun yang menancap apik di setiap sisi membuat pola duka pada hidup Nimas.

"Sejak kapan kau jadi pembangkang?" teriak Arjuna sembari meremas bahu Nimas.

Perlakuan Arjuna itu membuat Nimas tersenyum tipis. Ia memang sudah berhenti menangis, tapi kedua mata sendunya tak bisa berbohong karena banyak luka yang membusuk di dalam sana.

"Sudah berapa kali aku katakan. Aku tidak akan melepasmu, Nimas. Jadi, berhenti menyalahkan aku dan Winda. Salahkan juga dirimu yang nggak subur." lanjut Arjuna lagi.

Kali ini Nimas benar-benar tercengang.

"Bersikaplah baik dan jangan pancing amarahku kalau kamu masih ingin kubiarkan bebas berkeliaran. Jika kamu terus saja membangkang, jangan salahkan aku jika harus menguncimu di kamar tamu sepanjang hari!" ancam Arjuna.

Mendengar itu, Nimas tersentak dan hatinya menjadi semakin dingin. Sebab, dia tau kalau perkataan itu bukan ancaman belaka, Arjuna sudah dibutakan oleh cinta menggebunya pada perempuan baru.

🌿🌿🌿🌿🌿🌿

Layaknya sebuah gasing yang terus berputar tak jauh dari tempatnya, seperti itulah hubungan Arjuna dan Nimas, berputar-putar dengan perdebatan tentang hal yang sama.

Sampai sekarang Nimas belum juga memberitahu Arjuna tentang kehamilannya, lebih tepatnya Nimas sudah tidak berniat memberitahu ayah dari janinnya itu. Sebab, setiap kali Nimas mengajak pria itu bicara, ujungnya selalu berakhir dengan pertengkaran.

Nimas juga sudah mulai merasakan tanda-tanda kehamilan dari kemarin-kemarin. Di tambah ia merasakan perubahan perasaan yang cepat, bahkan ia tak bisa mengontrol tubuhnya.

Ketakutan mulai merayap ke dalam sanubari, menggerogoti hari semakin terasa sesak hingga Nimas merasa tak punya pilihan selain bertahan. Setidaknya sampai dia menemukan tempat tinggal serta pekerjaan baru.

Pagi itu, Nimas yang baru minum susu hamilnya dikejutkan dengan kedatangan Winda ke dapur. Wanita yang pernah sedekat urat nadi itu tersenyum manis pada Nimas.

Dua hari belakangan Nimas merasa hidupnya semrawut karena kehadiran perempuan yang kini justru mendatanginya.

"Bagaimana rasanya diabaikan?" tiba-tiba Winda bersuara di dekat telinga Nimas.

"Enyah kau.." kata Nimas yang hendak berdiri tapi Winda menariknya untuk kembali duduk.

"Beri pujian untukku dong. Aku kan sudah berhasil merebut hati mas Arjun darimu."

"Jauhi suamiku, Winda!"

"Tidak, karena aku mencintainya." saut Winda lantang.

"Cinta?" Nimas berdecak, "Cinta apa yang membuat orang lain terluka, Winda?! Cinta yang terus tumbuh disaat kamu tahu kalau itu adalah sebuah kesalahan. Pria yang kau cintai itu sudah beristri dan dia adalah suami sahabatmu sendiri, dasar jalang!" seru Nimas lepas kontrol. Hormon hamil membuat emosinya labil.

"Kau! Aduh!"

Tak lama berselang tubuh Winda sudah bersimpuh di lantai, dengan mata kepalanya sendiri Nimas melihat perempuan itu menjambak dan menyakiti diri. Belum sempat mencerna keadaan dari arah belakang datang Arjuna dan Rubiah.

"Apa-apaan kamu, Nimas?" Bentak Arjuna yang langsung berjongkok memeriksa kondisi Winda.

"Sayang, kamu tidak apa-apa?"

Nimas menatap pemandangan itu nanar. Sebab, kini dengan Winda Arjuna bertutur lemah lembut sedang dengannya Arjuna justru berteriak dan membentak.

"Mas, Nimas mendorongku! Pipiku juga ditampar, Mas. Nimas memintaku untuk menjauhimu, tapi aku tidak bisa karena saat ini bayiku... Anak kita membutuhkan mu."

Plak

Plak

Arjuna menampar pipi kanan dan kiri milik Nimas dengan sekuat tenaga. Setelahnya, Arjuna menyeret Nimas dengan tiba-tiba. Mata pria itu memerah karena marah.

Apa yang terjadi membuat Winda menang dengan pembelaan Arjuna. Sebab, diseret oleh orang yang dicintai saat baru saja melawan musuh adalah hal memalukan. Jelas sekali, Arjuna marah atas hal yang tidak Nimas lakukan.

Arjuna seolah tak peduli dengan luka yang Nimas rasakan. Sebab, pria itu hanya takut jika Winda terluka. Ia menyeret Nimas kasar dari dapur sebelum kemudian menyentak lengan wanita itu hingga membuat wajah mereka saling berhadapan.

"Kau keterlaluan, Nimas! Kau memukulnya!" teriak Arjuna.

Nimas mengepalkan tangannya dengan napasnya memburu.

"Katakan kenapa kau memukulnya?" Seolah belum puas menampar kedua pipi istrinya kini Arjuna mencengkram lengan Nimas.

Nilam tersenyum kecut, ia berbalik menatap tajam suaminya. Tatapan keduanya bersirobok, beradu saling menghunus satu sama lain.

"Tentu jika bisa akan ku cincang jalang yang sudah merebut suamiku!" sahut Nimas merendahkan.

Percuma Nimas mengatakan yang sebenarnya jika pada akhirnya Arjuna tidak akan percaya. Mata laki-laki itu telah dibutakan oleh sihir cinta Winda.

"Tutup mulut sialanmu itu, Nimas!" ucap Arjuna, napasnya menderu kentara amarah belum reda.

Nimas bungkam, sejak tiga hari terakhir dia sudah tidak mengenali sosok Arjuna. Suaminya sudah sangat jauh berbeda. Ternyata, manusia memang unik karena mereka memilih hidup dengan duri-duri tajam asal dengan orang dicinta, terlalu lucu namun itu nyata ada.

Arjuna lebih memikirkan Winda dibanding Nimas yang sudah ia lukai dengan ribuan sayatan tak terlihat.

Benar-benar dua sisi yang berbeda, yang satu memikirkan nasib kedepannya yang satu memikirkan istri barunya yang pura-pura tersakiti. Melupakan fakta jika wanita yang disakitinya saat ini adalah pasangan hidup yang sesungguhnya.

🌿🌿🌿🌿🌿

Nimas bangun ketika matahari sudah terbenam, ia merasa persendiannya remuk. Nimas beranjak, menatap sekeliling dimana saat ini dia tengah berada di rumah Rubiah.

Tadi setelah pertengkaran hebatnya dengan Arjuna, Rubiah memaksanya ikut pulang bersama perempuan itu. Nimas yang tak punya pilihan lain menurut. Dipikirnya akan lebih baik jika dia menjauh dari dua manusia tidak punya hati itu.

Masalah yang seharusnya bisa diselesaikan oleh mereka saja, kini melibatkan orang tua dan disini Nimas tidak akan diberikan kesempatan kecuali dibawah perintah.

"Sudah bangun?"

Buru-buru Nimas menoleh mendengar suara asing dari belakangnya.

Beda dengan Nimas yang masih dilanda kebingungan, pria tersebut justru tertawa melihatnya.

Nimas berdiam sejenak.

Dia mengamati pria asing itu dari atas ke bawah.

"Ternyata perempuan kalau bangun tidur itu jelek," tutur pria itu.

"Bisma! Jangan ganggu kakak iparmu itu. Biarkan dia mandi, karena satu jam lagi Arjuna akan menjemputnya." suara Rubiah memudarkan rasa bingung Nimas.

Ternyata pria berambut gondrong itu Bisma, adik iparnya. Sudah lama mereka tak pernah bertemu. Sebab, mereka memang hanya sekali bertemu saat Arjuna melamarnya. Bahkan di hari pernikahan mereka saja Bisma tidak datang. Kata Arjuna, adiknya itu sedang di mutasi.

Jadi, wajar jika Nimas asing dengan sosok tersebut.

Laki-laki bernama Bisma itu lalu berdiri dengan senyum yang masih terpatri di bibirnya. Definisi seorang Bisma menurut Nimas adalah tinggi dan tidak kalah tampan dari Arjuna, tapi kulitnya sedikit lebih gelap.

"Apa kabar, mbak? Akhirnya kita bertemu lagi."

Bab terkait

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Mulai melawan

    Sore itu Nimas makan ditemani oleh pria yang menjadi adik iparnya. Sejak sapaan yang hanya Nimas jawab 'baik’ atas pertanyaan pria itu, Bisma tak lagi bicara. Meski demikian, Nimas bersyukur, karena perasaan dan emosinya sungguh sedang tidak bisa diajak basa-basi."Arjuna sudah di jalan." penuturan Rubiah mau tak mau membuat Nimas menghela napas. Jika boleh jujur, Nimas belum siap bertemu dengan Arjuna karena luka tamparan di kedua pipinya mungkin akan segera sembuh, tetapi tidak dengan luka hatinya."Bu, Nimas masih mau disini.""Kamu ngomong sama Arjuna langsung, lagian keberadaan mu disana lebih dibutuhkan.""Dibutakan untuk menjadi babu" batin Nimas menimpali.Rubiah memang tidak menolak Nimas secara langsung, tapi bukankah itu bentuk penolakan halus?Meski Bisma turut berada di sana, tapi pria itu hanya diam memperhatikan dan menatap keengganan Nimas untuk kembali pulang bersama abangnya."Mungkin mereka bertengkar." pikir Bisma yang tetap melanjutkan makan dengan senyap.Tak la

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Hati yang terbelah

    Kepergian Arjuna dan Winda dimanfaatkan Nimas untuk mencari lowongan kerja. Tak hanya itu, dirinya juga mulai mencari-cari kost murah untuk ditinggali sementara.Setelah mendapat pukulan dua kali dari Arjuna, keinginan untuk memberi tahu pria itu tentang kehamilannya sirna sudah.Biarlah benih Arjuna tumbuh tanpa pria itu tahu, karena niatnya untuk bercerai dari suaminya semakin kuat. Arjuna telah berbuat zalim. Tidak hanya menyakiti fisik, Arjuna juga menyakiti jiwanya hingga rasanya luka yang digoreskan akan tetap basah selamanya.Setelah dipikir berulang kali pun, bertahan bukan pilihan yang bijak. Nimas tidak mau nantinya anak yang terlahir dari rahimnya disisihkan karena Arjuna sendiri sudah gelap mata. Antara dirinya dan Winda saja pria itu tak bisa adil, bagaimana nanti dengan anak-anak mereka?Wajah Nimas berubah murung. Akan sangat berat jika nekat meninggalkan rumah ini karena selama ini Arjuna yang menopang hidupnya. Namun, sekarang hubungannya sudah berbeda, Arjuna memili

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Tak tinggal diam.

    Mata Nimas yang bersirobok dengan netra milik Bisma memburam. Nimas menutup wajah dengan kedua tangan. Tangisan yang keluar, gambaran dari betapa dia begitu rapuh dan butuh sandaran.Bisma mengurungkan niat untuk mendekat. Dia memilih membiarkan Nimas untuk menyelesaikan tangisannya dulu agar lebih lega.Bisma tidak akan meminta Nimas untuk berhenti menangis. Memberikan waktu untuk seseorang menuangkan tangisannya sampai selesai, bagaikan membiarkan dia mengoceh dan mengeluarkan amarah lewat ucapan.Hanya 10 menit waktu yang dibutuhkan Nimas untuk menuangkan kesedihannya melalui sebuah tangisan. Setelah itu, Nimas mencoba untuk menarik nafas dalam kemudian memberanikan diri menatap manik Bisma yang masih berdiri pada posisi semula."Aku nggak berniat sembunyikan kehamilanku, awalnya aku ingin memberi tahu mas Arjuna, tapi hingga detik ini, dia..."Nimas tak mampu melanjutkan ucapannya dadanya sungguh sesak memikirkan kemungkinan yang akan terjadi.Sementara Bisma ekspresinya begitu se

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Kembali tersakiti

    Nimas baru keluar kamar saat tiba waktu makan malam.Dimeja makan sudah ada Arjuna dan Winda yang tengah menikmati hidangan tanpa perduli pada Nimas yang masih merupakan nyonya rumah disini.Sekuat-kuatnya hati Nimas jika terus-terusan melihat suami dan pelakor berbahagia diatas penderitaan yang dia alami hatinya tetap saja terluka."Sudah bangun?" suara Arjuna tak Nimas jawab."Sini makan, tadi Winda sudah pesan banyak makanan untuk makan malam kita." tatapan hangat kembali Arjuna layangkan pada istri pertamanya."Aku nggak lapar.""Dasar nggak bersyukur, gengsi aku yang beli makanannya? La situ pemalas, tidur nggak tau waktu.""Kamu..,""Sudahlah Nimas, jangan diambil hati. Winda lagi hamil muda, mood-nya naik turun." nasehat Arjuna yang terkesan membela Winda. Lagi dan lagi."Mas, kamu nggak pernah ngertiin aku, aku juga istrimu.""Apa kamu sudah merasa jadi istri yang baik? Sudah beberapa hari ini kamu nggak lakuin tugasmu layaknya istri." suara Arjuna kembali naik.Egois. Banyak

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Salah sangka lagi

    Nimas baru selesai membersihkan diri ketika pintu ruangannya terbuka.Bisma datang setelah selesai piket, pria itu membawa sesuatu di tangannya.Kemarin Nimas sudah membawa kasus penganiayaan yang dialami nya ke kantor polisi, seharusnya hari ini surat panggilan sudah diterima Arjuna.2 hari Nimas berada di rumah sakit untuk pemulihan. 2 hari juga ponselnya sengaja dinonaktifkan.Berpuluh-puluh kali juga Arjuna menghubungi tapi nomor Nimas tidak terhubung.Arjuna semakin murka saja saat Winda memberikan bukti rekaman dimana Nimas pergi menaiki mobil dengan pria lain dua hari yang lalu. Di tambah hari ini sebuah surat panggilan tiba-tiba datang kepadanya semakin membuat pria itu dilanda emosi yang luar biasa.Karena itu intensitas panggilan dan pesan dari pria itu makin menggila.Nimas yang baru mengaktifkan telpon genggamnya langsung mendapatkan notifikasi ratusan panggilan dan pesan dari Arjuna.Baru akan meletakkan benda itu kembali di atas meja, benda itu berdering, dan nama Arjun

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Bantuan Bisma

    "Oke, kalau itu maumu! Tapi jangan ada barang satupun yang kamu bawa dari hasil uangku!" Kepala Nimas terangkat guna melihat wajah Arjuna, dari ekor matanya Nimas bisa menangkap ekspresi mengejek Winda karena ucapan Arjuna. Tekat Nimas sudah bulat, lebih baik pergi dalam keadaan terhina dari pada menanggung rasa sakit yang akan merenggut kewarasannya. Untuk kehamilannya, Nimas memutuskan bungkam, biar waktu yang akan menguak segalanya. Saat ini menjauh dari Arjuna adalah pilihan terbaik. Nimas menunduk guna menahan gejolak luka akibat perkataan Arjuna, dia merasa terbuang dan terhina di depan Winda. Tapi tidak apa-apa, lagi pula dia membawa bagian dari Arjuna yang akan dibesarkan sepenuh cinta. Setelah sedikit tenang perempuan itu akhirnya mengangkat kepalanya, senyum hangat tersungging di bibirnya. Nimas tidak berteriak, ataupun meraung, perempuan itu justru tersenyum anggun. "Baiklah," sepatah kata yang mampu menarik perhatian Arjuna sepenuhnya. Arjuna tidak akan mendug

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Pesan Bisma.

    "Disini saja, lagian kamu udah keluarin uang banyak untuk rumah ini." ujar Nimas dengan segala pertimbangan.Bisma dan Bu Yuri pun saling berpandangan dengan senyum yang tersembunyi."Ayo masuk!" ajak Bisma.Nimas mengangguk ragu.Sesampainya didalam Nimas di suguhkan keadaan rumah yang bersih dan lengkap dengan segala fasilitasnya. Ada sofa di ruang tamu, ada televisi di ruang tengah dengan karpet bulu tebal berwarna hijau mint seperti warna cat rumah, ada rak buku di sudut ruangan serta pintu yang sepertinya mengarah ke dapur."Rumah ini sebenarnya memiliki dua lantai, kamu bisa menemukan ruang lain dibawah." ucap Bisma menerangkan.Nimas mengekor kemanapun Bisma berjalan, pemuda itu juga mengajak Nimas turun kelantai bawah yang ternyata juga terdapat satu kamar tidur lengkap dengan kamar mandi serta ruang baca. Jujur rumah ini sangat nyaman, belum apa-apa saja Nimas merasa betah."Kenapa fasilitasnya selengkap ini, pasti mahal ya uang sewa nya?" mendapat pertanyaan seperti itu Bism

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Merasa kehilangan

    Arjuna menarik begitu saja tubuh Nimas memaksanya berdiri, tangan kanan pria itu sudah terangkat keatas ingin melayangkan tamparan pada wajah istrinya.Nimas yang takut sudah menutup wajahnya dengan kedua siku, perempuan itu berusaha melindungi diri dari pukulan Arjuna.Nyaris saja....Andai suara dari petugas kepolisian tidak terdengar, Nimas mungkin akan kembali mendapatkan tindak kekerasan dari Arjuna.Perlahan Arjuna seperti mendapatkan kesadarannya, pria itu segera menurunkan tangan yang hampir saja menyakiti Nimas.Sepersekian detik mereka semua saling diam, sebelum akhirnya sebuah pilihan Nimas ajukan."Setuju bercerai atau hukuman penjara. Kamu ada dua pilihan Mas."Arjuna meminta waktu pada petugas kepolisian untuk bicara dengan Nimas, berjanji akan memenuhi panggilan dari pihak kepolisian.Winda merenggut saat Arjuna meminta waktu untuk bicara berdua saja dengan Nimas."Apa maksudnya dengan bercerai atau hukuman penjara, Nimas?" tanya Arjuna setelah Winda dan Rubiah meningga

Bab terbaru

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Bertemu mantan

    "Jangan terburu-buru, saya tidak memaksamu untuk menjawabnya sekarang." Yudhistira menenangkan Nimas.Bukan soal paksaan, tapi ini perihal hati. Antara kebahagiaan dan masa depan.Menerima lamaran Bisma. Nimas rasa dia akan bahagia, karena pemuda itu memiliki sebagian hatinya. Akan tetapi Nimas harus siap ditinggal-tinggal. Waktu kebersamaan jelas tak seperti pasangan pada umumnya. Apakah dia sanggup?Menerima lamaran Yudhistira. Nimas rasa dia akan hidup berkecukupan. Cukup harta, cukup waktu, cukup segalanya. Yudhistira juga pasti menerima Vanilla, pria itu penyayang. Tapi Nimas ragu, karena hatinya memilih Bisma. Walaupun dia percaya ungkapan cinta datang karena terbiasa itu mungkin saja terjadi, Namun, apakah dia akan mengorbankan perasaannya untuk jaminan hidup?Beruntung kehadiran Bu Surti membuat obrolan mereka berganti topik. Ternyata Yudhistira memiliki kesamaan dengan Bisma. Sama-sama pintar mengambil hati Vanilla.Lihat saja saat ini putri kecil Nimas sudah berani duduk di

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Darah daging

    Winda menatap suaminya yang tengah memakan sarapannya dengan pandangan mengarah pada layar handphone. Sesekali terdengar suara decakan keluar dari mulutnya dan membuat Winda hanya bisa diam tanpa berniat untuk menanyakan apa yang terjadi.Hampir 4 tahun tinggal bersama membuatnya begitu hafal apa saja kebiasaan pria itu. Winda sudah tahu kebiasaan Arjuna. Kesukaannya, apa yang tidak disukainya, alergi apa. Semua tentang Arjuna nyaris dia ketahui semuanya.Sebenarnya Winda ingin membicarakan satu hal yang penting pada suaminya itu, tapi melihat Arjuna yang sudah bad mood di pagi hari, membuatnya mengurungkan niat tersebut. Lain kali saja sepertinya."Aku ingin bicara sesuatu." ujar Arjuna ketika istrinya ikut duduk di sampingnya."Sudah beberapa kali aku mengirim pesan pada Nimas, tapi tak juga kunjung mendapatkan balasan. Di telpon juga tidak diangkat."Dia baru tahu jika arjuna memiliki nomor Nimas bahkan sampai berniat menghubungi wanita itu. Sebelumnya pria itu tidak pernah mengat

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Seseorang dari masa lalu

    Di hari minggu, biasanya Nimas akan mengajak Vanilla bermain di taman komplek yang letaknya tak jauh dari rumahnya, agar Vanilla bisa bermain bersama teman sebayanya. Berhubung hari ini mereka bangun terlambat, Vanilla hanya bermain di teras rumah ditemani secangkir coklat hangat dan potongan kue brownies. Melihat Bu Surti yang tengah sibuk dengan kebun mininya.Hingga sebuah mobil HRV hitam yang baru saja datang dan berhenti di depan pagar rumah, menarik perhatian Vanilla. Bu Surti lantas menghentikan kegiatan menyiram cabai dan daun bawang saat seorang pria paruh baya keluar dari sana, di susul oleh pria bertubuh jangkung yang tersenyum ramah ke arah wanita paruh baya itu."Pagi, Bu. Benar ini tempat tinggalnya Nimas?"Bu Surti lantas mematikan keran dan beranjak untuk membuka pagar."Iya, benar. Masnya ini siapa, ya? Apa mau pesan catering?"Pria tersebut semakin melebarkan senyumannya ketika Bu Surti menatapnya dengan bingung. "Saya Yudhistira, Bu. Saudara dari mantan suami Nimas t

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Sebuah pesan

    Jemari menguntai aksara tentang mereka yang sedang mabuk dalam kesakitan dan memilih bertahan.Kehadiran seseorang diantara keduanya sama sekali tidak diinginkan, tapi dia tumbuh dengan cepat ingin mengumpulkan pecahan cermin yang pernah menjadi bukti keindahan cinta masa lalu dari salah satu di antara mereka.Mereka pernah saling mencintai, ada satu alasan yang membuat mereka menoleh bersamaan, tidak bisa diabaikan apalagi dibuang karena ini menyangkut darah.Arjuna sadar cepat atau lambat dia harus tetap menemui Nimas. Bukan karena karma yang membayangi hidupnya saat ini. Tapi karena ikatan darah daging yang mengharuskannya bertanggung jawab.Winda menatap nanar suaminya yang sejak tadi tenggelam dalam dunianya sendiri. Sejak pulang dari rumah sakit Winda merasakan perubahan yang signifikan pada suaminya.Arjuna kerap kali kepergok melamun, Setiap di tegur pria itu selalu beralasan sedang memikirkan pekerjaan.Tidak hanya Arjuna, Winda juga menyadari perubahan yang terjadi pada mert

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Arjuna dan penyesalan nya

    Arjuna termenung di ruang kerja dengan kedua tangan saling bertaut. Pandangannya menatap lurus ke depan salat tengah memikirkan banyak hal dalam kepala.Setelah kejadian hari itu, Arjuna merasa ketenangannya tiba-tiba terusik. Dia tidak pernah merasakan lagi apa itu tidur nyenyak, makan enak ataupun hari yang bahagia. Setiap harinya, ia akan disibukkan oleh segudang kesibukan di kantor, dan malam harinya dia tidak bisa beristirahat. Otaknya seolah menolak untuk diajak istirahat se lelah apapun fisiknya.Hal tersebut mulai merubahnya perlahan, entah itu dari fisik yang tidak setegap dulu dan dia juga mulai kecanduan nikotin. Setiap hari pasti dia akan menghisap rokok karena hanya itu satu-satunya yang membuatnya merasa jauh lebih baik.Arjuna menyudahi renungannya, kakinya mulai melangkah ke arah kamarnya selama ini. Menatap sosok wanita yang tengah berbaring di atas ranjang seraya tertidur lalap setelah meminum obatnya.Sama halnya dulu mantan istrinya. Winda terlihat begitu menderita

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Kembali ke ibu kota.

    "Menikahlah denganku, aku adalah wali nikah Vanilla yang sah." deru nafas Bisma memburu seperti lagu yang siap membawa Nimas melayang."Stop, Bisma!""Aku nggak bisa menahan perasaanku malam ini, Nimas." sahut Bisma tenang."Pak Bisma dini hari begini, masih sempat saja anda yaa?""Wah Ibu Nimas meragukan saya?"Bisma tertawa. "Aku benar-benar merindukanmu." ujar Bisma dengan suara lembut di akhir tawanya.Kali ini Nimas terdiam. Jika sebelumnya bisa saja Nimas mengira itu hanya candaan atau basa-basi Bisma semata, tapi dengan tindakannya malam ini yang berani mencuri kecupan di pipinya ini sudah membuktikan keseriusan pemuda itu dalam ucapannya."Kamu sadar nggak, seberapa dalam kamu menyakitiku saat memilih pergi, Nimas?"Astaga Bisma, kenapa dia malam ini? Nimas menjadi sangat gugup."Nggak sanggup ku ungkapkan seberapa sakit hati ini, jika saja kamu memilih pria lain yang lebih dariku rasanya lebih baik, dari pada kamu pergi tanpa bisa kulihat sedikitpun."Bisma terdiam, kedua m

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Hubungan sedarah

    "Aku capek. Aku capek karena terus berakhir sama. Aku benar-benar capek, Mas. Aku mau nyerah!" Arjuna merenggangkan pelukan mereka, menangkup kedua pipi Winda yang berurai air mata.Setelah melakukan kurete, kini Winda sedang beristirahat di kamarnya ditemani Arjuna yang sengaja hari ini tidak berangkat ke kantor. Untuk kegagalan kali ini mereka belum berani untuk memberitahukan kepada Rubiah. Takut wanita paruh baya itu kecewa dan berkata yang tidak-tidak."Dengerin aku. Selagi dokter masih bilang kita punya harapan, itu tandanya masih ada kesempatan lagi buat kita. Oke? Jangan nyerah, semua usaha kita pasti akan menunjukkan hasilnya nanti." Winda terisak, kedua matanya terpejam erat dan kedua tangannya memegang kedua lengan Arjuna."Aku takut kamu ninggalin aku, Mas. Aku sulit kasih kamu seorang anak dan aku mulai cemas, kalau kamu jenuh sama aku. Aku takut kamu capek dengan semua ini. Aku benar-benar takut jika suatu hari nanti ibumu memintamu menikah lagi seperti saat dulu Nimas t

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Ungkapan

    Setelah berhasil mengambil Vanilla dari bahu Genta, Nimas memaksakan senyum untuk lelaki itu."Mau ku antar pulang?" Tanya Genta, seolah tak tahu jika Nimas dan pria asing itu terlibat percakapan. Atau pria itu hanya pura-pura tidak tahu? Entahlah."Nanti aku pulang sendiri saja, masih ada sedikit urusan." Sekali lagi Genta melirik pada lelaki yang berada dalam satu ruangan dengan Nimas, tapi pada akhirnya pria itu mengalah dan keluar dari pintu yang sejak Bisma masuk memang dibiarkan terbuka.Bisma membalik badan, ketika suara langkah kaki terdengar menjauh. Seketika matanya berbinar-binar melihat sosok gemoy di gendongan Nimas."Nimas, dia ...," titik bening mengalir dari mata ibu satu anak itu, kepalanya mengangguk memberi jawaban atas tanya Bisma yang tak usai.Pemuda itu menarik kedua sudut bibirnya. "Dia cantik seperti ibunya." Nimas mengigit bibir bawah dan menatap nanar pada Bisma."Boleh aku menggendongnya?" Nimas tak lantas menjawab dia melihat pada putrinya yang saat ini me

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Bertemu

    "Mirip Nimas gak sih?" gumam Yusup, yang seketika membuat seseorang menegang seketika."Hus!" tegur Novrian pada sahabatnya yang dirasa ngelantur, walaupun dirinya sendiri memiliki penilaian yang sama dengan Yusup, hanya saja Novrian takut salah menebak.Bisma yang tadinya acuh sedikit terusik karena nama yang baru disebutkan oleh Yusup. Dia bahkan sempat menegang beberapa saat. Namun, ketika ingin ikut melihat pada layar ponsel Android Novrian, mobil yang membawa mereka telah berhenti disebuah bangunan yang saat ini diterangi lampu yang begitu terang."Cok, deg-degan gue.." seru Novrian sambil membenahi jas yang dikenakannya ketika sudah keluar dari mobil.Bisma hanya menggeleng pelan dengan tingkah sahabatnya itu.Mereka disambut oleh keluarga wanita dengan ramah, Novrian di gandeng oleh orang tuanya, di belakangnya ada Bisma dan Yusup, di susul keluarga besar lainnya.Iring-iringan keluarga Novrian dipersilahkan memasuki ruangan yang sudah dihias sedemikian rupa, di sebuah meja ada

DMCA.com Protection Status