"Disini saja, lagian kamu udah keluarin uang banyak untuk rumah ini." ujar Nimas dengan segala pertimbangan.Bisma dan Bu Yuri pun saling berpandangan dengan senyum yang tersembunyi."Ayo masuk!" ajak Bisma.Nimas mengangguk ragu.Sesampainya didalam Nimas di suguhkan keadaan rumah yang bersih dan lengkap dengan segala fasilitasnya. Ada sofa di ruang tamu, ada televisi di ruang tengah dengan karpet bulu tebal berwarna hijau mint seperti warna cat rumah, ada rak buku di sudut ruangan serta pintu yang sepertinya mengarah ke dapur."Rumah ini sebenarnya memiliki dua lantai, kamu bisa menemukan ruang lain dibawah." ucap Bisma menerangkan.Nimas mengekor kemanapun Bisma berjalan, pemuda itu juga mengajak Nimas turun kelantai bawah yang ternyata juga terdapat satu kamar tidur lengkap dengan kamar mandi serta ruang baca. Jujur rumah ini sangat nyaman, belum apa-apa saja Nimas merasa betah."Kenapa fasilitasnya selengkap ini, pasti mahal ya uang sewa nya?" mendapat pertanyaan seperti itu Bism
Arjuna menarik begitu saja tubuh Nimas memaksanya berdiri, tangan kanan pria itu sudah terangkat keatas ingin melayangkan tamparan pada wajah istrinya.Nimas yang takut sudah menutup wajahnya dengan kedua siku, perempuan itu berusaha melindungi diri dari pukulan Arjuna.Nyaris saja....Andai suara dari petugas kepolisian tidak terdengar, Nimas mungkin akan kembali mendapatkan tindak kekerasan dari Arjuna.Perlahan Arjuna seperti mendapatkan kesadarannya, pria itu segera menurunkan tangan yang hampir saja menyakiti Nimas.Sepersekian detik mereka semua saling diam, sebelum akhirnya sebuah pilihan Nimas ajukan."Setuju bercerai atau hukuman penjara. Kamu ada dua pilihan Mas."Arjuna meminta waktu pada petugas kepolisian untuk bicara dengan Nimas, berjanji akan memenuhi panggilan dari pihak kepolisian.Winda merenggut saat Arjuna meminta waktu untuk bicara berdua saja dengan Nimas."Apa maksudnya dengan bercerai atau hukuman penjara, Nimas?" tanya Arjuna setelah Winda dan Rubiah meningga
Keinginan Arjuna ingin bertemu dengan Nimas terus tertunda karena dirinya kehilangan jejak perempuan itu. Ditambah lagi dengan pekerjaan Arjuna yang sempat bermasalah sehingga menyita waktu, Arjuna harus mengesampingkan kepentingan yang berkaitan dengan Nimas.Hari persidangan itu semakin dekat dan Arjuna yakin Nimas tidak akan hadir di persidangan mereka nanti.Bohong jika arjuna tidak merindukan sosok istri pertamanya, perempuan dengan lesung pipi serta gigi gingsul itu sudah menemaninya sejak lama hijrah dari Jogja ke ibukota. Nimas juga yang sudah menemaninya berjuang sampai pada titik ini.Pria itu pikir setelah mengatakan yang sebenarnya pada Nimas, istrinya hanya akan marah beberapa hari, dengan percaya diri Arjuna mengira Nimas akan menerima Winda seiring berjalannya waktu, mengingat seberapa dekat mereka dulu, Nimas dan Winda seperti tidak terpisahkan. Arjuna tidak menduga jika Nimas justru menuntut pisah. Hal yang sangat jauh dari pikirannya."Ngelamun lagi?" Arjuna hanya te
"Apa yang kamu katakan, Bisma?"Nimas terperangah dengan ucapan yang baru saja Bisma katakan.Bisma melihat kearah Nimas sejenak, sebelum mengarahkan sebatang nikotin yang terapit jemari itu menuju bibirnya, menyulutnya dengan korek api sebelum dihisap dalam-dalam, kepulangan asap segera memenuhi udara disekitarnya begitu Bisma menghembuskan nafasnya."Kisah Mama dan kisah mu serupa, tapi Mama sedikit lebih beruntung. Wanita simpanan ayahku sedang hamil saat beliau mengetahui bahwa ayahku sudah memiliki istri, tapi kamu tau apa yang dia lakukan. Dia meninggalkan ayahku." Bisma tampak menerawang, kemudian pria itu menoleh pada Nimas."Saat itu ayahku mati-matian mempertahankan wanita itu. Tapi wanita itu tetap menolak, tidak lama kabar kehamilan Mama didengar oleh telinga wanita itu. Tanpa mengatakan sepatah katapun perempuan itu pergi meninggalkan kota yang menjadi tempat tinggalnya selama ini."Raut sendu Bisma mengusik Nimas."Kamu seperti mengenal sekali sosok yang kamu ceritakan,
Seorang wanita tengah meringkuk di pembaringan. Seharian ini dirinya sedang di buat lelah lahir batin dengan segala rutinitas yang dikerjakan. Dia adalah Winda, perempuan yang baru beberapa bulan menjadi nyonya Arjuna sah dimata agama. Dia saat ini berada dalam fase dibantai habis lapisan oleh keadaan, pikiran dan perasaan. Namun rasa tanggung jawab mengharuskan ia tetap tegar dan harus berjalan apapun yang terjadi. Baru beberapa minggu hidup berdampingan dengan Arjuna dan Rubiah. Tapi rasanya Winda sudah sangat kepayahan dengan prilaku anak dan ibunya itu. Padahal dulu betapa cemburu nya Winda melihat kelembutan dan kasih sayang Arjuna pada Nimas. Arjuna begitu memanjakan dan meratukan perempuan itu. Sahabatnya juga terlihat bahagia hidup bersama Arjuna. Meski Winda tahu mereka sudah bertahun-tahun menantikan kehadiran sosok buah hati yang belum juga hadir. Husband able, Arjuna dimata Winda yang pada akhirnya membuatnya jatuh terpikat. "Bagaimana bisa sampai ada flek?" sua
Baru kemarin Bisma memberitahu Yudhistira jika sedang dekat dengan seorang wanita, tentu Yudistira senang, ia mendukung apapun yang membuat Bisma bahagia dan bisa menemukan pasangan hidup. Hari ini cukup membuat Yudhistira tercengang atas fakta jika Nimas adalah istri dari Arjuna, walau Nimas klarifikasi jika mereka sedang proses perceraian."Aku harap Abang mau bantu. Seenggaknya aku tenang menitipkan Nimas kepada Abang."Nimas mengigit bibir bawahnya. Bisma melamarkan pekerjaan untuknya dengan segudang persyaratan. Disini dia yang butuh pekerjaan malah terkesan merepotkan.Yudhistira tidak keberatan membantu Bisma, pekerjaan Nimas juga tidak akan menyulitkan perempuan itu nantinya. Meski sempat berharap Bisma datang membawa calon adik ipar, tapi Yudhistira tidak kecewa setelah bertemu dengan sosok Nimas yang dinilai cukup kompeten dan bisa di andalkan.Bisma dan Nimas pamit pulang sesaat setelah bertemu dengan Pak Burhan Adiwijaya yang baru pulang dari olah raga badminton. Mereka se
"Nggak usah ngajak ribut!" Arjuna yang baru memasuki mobil memperingatkan Winda untuk tidak banyak bertanya.Arjuna begitu marah pada Bisma. Pemuda itu terang-terangan berani mengancamnya. Jika saja tidak ingat Winda yang ditinggalkan di mobil Arjuna sudah akan memaksa Nimas untuk bicara, jika tidak berhasil setidaknya dia akan membuntuti mobil Bisma.Esok hari adalah jadwal sidang pertamanya dan dia kesal belum berhasil mengajak Nimas bicara.🌿🌿🌿🌿🌿Rabu siang dugaan Arjuna jika Nimas tak akan hadir di persidangan mereka terbukti. Acara mediasi itu tidak dihadiri oleh pihak penggugat, dua bulan lagi jadwal sidang mereka di tentukan. Dan itu adalah kesempatan terakhir untuk Arjuna memperjuangkan Nimas.Arjuna mulai gencar mencari keberadaan Nimas, sudah empat hari yang lalu dia berusaha menemui Bisma, tapi kata rekannya Bisma sedang ada tugas yang tidak bisa di ganggu. Arjuna tidak menyangkal kabar itu, karena dari Rubiah juga mengatakan padanya jika Bisma minggu lalu pamit bertu
Aroma obat-obatan menyengat menyeruak di indra penciuman Nimas, ia mulai sadar dari tidurnya memegang kepalanya yang terasa pusing. Ruangan putih menjadi hal pertama yang dilihat. Ia baru teringat tragedi Arjuna yang tak sengaja membuatnya terjatuh dari tangga.Nimas melihat Yudhistira tertidur pulas dengan tangan bersidekap di kursi samping ranjangnya. Posisi tidur yang sangat tidak nyaman yang pasti bisa membuat badan Yudhistira pegal. Nimas mendudukkan dirinya perlahan."Pak Tira..." Nimas mengusap lengan Yudhistira, membuat sang empunya terbangun."Nimas kamu sudah bangun? Mana yang sakit? Apa perutmu sakit, kepala? Bentar saya panggil dokter buat kamu..." Yudhistira hendak beranjak dicegah Nimas."Pak.." kepanikan Yudhistira tentu dapat dirasakan oleh Nimas.Nimas menarik Yudhistira untuk duduk disamping ranjangnya. "Saya baik-baik saja Pak. Bapak jangan panik ya," ujar Nimas.Perempuan itu tidak tahu, darah dan rumah sakit adalah dua hal yang membuat seorang Yudhistira trauma.
Nimas masuk kamar anaknya dan menemukan Bisma yang tengah menyuapi Vanilla makan." Mama." sambut Vanilla sudah kembali ceria, sangat berbeda sebelum Bisma datang.Nimas tersenyum dan turut melangkah mendekati mereka." Setelah ini princess harus minum obat, kalau sembuh ayah akan membawa kalian pergi jalan-jalan" Suara lembut Bisma terdengar membujuk membuat Vanilla bersorak bahagia.Setelah Vanilla makan beberapa suap dan minum obat, Bisma membenarkan selimutnya. "Cepat sembuh, ayah menyayangimu" Bisma mengelus kening putrinya.Bisma dan Nimas keluar dari kamar Vanilla setelah gadis itu terlelap." Apa kamu sudah makan?" Tanya Bisma pada Nimas yang mengekor di belakangnya.Bimas menggeleng." Makan dulu, aku akan mandi sebentar.""Sudah ku siapan air hangat untuk mandi."" Kamu tak perlu melakukannya, aku bisa mandi dengan air dingin." Bisma merasa Nimas terlalu memanjakannya.Walaupun sesungguhnya hatinya tengah berbunga mendapati perhatian dari sang istri.Nimas pura-pura tak mend
Siang sudah beranjak menjadi senja. Seorang wanita tengah menantikan kedatangan suaminya di teras rumah. Dia adalah Nimas, Sejak siang Bisma belum mengirimkan pesan. Tidak biasanya Bisma seperti ini.Nimas mulai merasa khawatir. Apalagi jam pulang tugas sudah lama terlewat. Ini kali pertama Bisma tak memberi kabar. Biasanya jika pulang telat atau ada sesuatu yang akan Bisma kerjakan dia akan mengatakannya pada Nimas.Nimas sudah mulai memahami kesibukan suaminya dan Nimas sudah bisa beradaptasi."Mas Bisma belum datang??" Ibu Yuri menghampiri Nimas yang sejak tadi mencoba menenangkan Vanilla.Vanilla jatuh dari tangga rumah mereka, tidak mengalami cidera serius, tetapi putri kecil Nimas itu mendapat luka kecil di bagian kepalanya.Sudah empat jam anak itu tak berhenti menangis, Vanilla terus mencari Bisma dan minta di gendongan pemuda itu." Belum Bu!" Jawab Nimas dengan tangan yang terus mengelus lembut kening Vanilla yang di tutupi kain kasa." Huaaa__Huaaa, aku mau sama Ayah." gadi
Bisma layak menjadi intelijen dia memiliki kemampuan dan memenuhi syarat. Memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi Bisma juga memiliki pemikiran yang tajam pandai berkamuflase dengan baik, serta berakal.Kali pertama Yusup melihat cara kerja Bisma, rekan Bisma Nurman belum pulih dari cidera karena luka tembak di bagian dada. Sedangkan Rendra memiliki tugas lain diluar kasus ini.Sebelumnya Nimas sudah Bisma antar pulang. Kini pemuda itu sedang berada di ruangan bersama Novrian yang baru datang setelah mengatur lalu lintas."Kamu sudah baca surat tugas dari komandan?" Novrian bertanya dengan nada khawatir.Bisma tidak mengelak, dia tetap mengangguk membenarkan. Karena pada dasarnya dia memang sudah membacanya. Tapi dia tidak mempermasalahkan hal itu, tugas adalah tugas Bisma tidak akan mengurangi baktinya pada negara."Menurutmu, mengapa tiba-tiba komandan mengirim mu tugas lumayan jauh, sedangkan dia tahu jika kamu sedang menyelidiki kasus yang tak kalah pentingnya?" Novrian menarik k
Bunda Zoe menatap sendu Yudhistira yang menenggelamkan wajahnya di bantal. Putranya tidak pernah bersikap seperti ini sebelumnya. Apakah ini kelemahan yang coba Yudhistira sembunyikan selama ini? "Tira?" "Aku sudah bertemu dengan Bisma Bun, dia dan Nimas baik-baik saja." Yudhistira mencoba untuk tersenyum tapi mungkin tampak aneh untuk Zoe. "Guntara mengatakan kalian terlihat percekcokan apa itu benar?" ketika Zoe menyebut tangan kanan Adi, Yudhistira tidak bisa mengelak. "Sebenarnya ada apa?" "Tidak ada apa-apa." suara berat menjawab tanya Zoe. Bukan Yudhistira yang menjawabnya melainkan Pak Adi. "Pa?" Zoe menghampiri suaminya yang berjalan kearahnya. "Jangan khawatir, tidak ada percekcokan apapun, kami hanya sedang berdiskusi." Zoe mengernyit. "Yudhistira memaksa keluar dari rumah sakit, padahal dokter menyarankan dia untuk lebih lama di rawat." Yudhistira mengangkat kepalanya. Demi Tuhan dia tidak tahu jika papanya adalah pendusta ulung. Alisnya terangkat satu
"Aku nggak tau kalau ada Mama dan dia dirumah." tutur Nimas ketika mereka selesai melakukan panggilan video dengan Bu Yuri."Aku juga baru tahu, sayang." tutur Bisma sembari mengusap punggung tangan istrinya."Apa kita tidak bisa langsung pulang, Mas?""Kenapa? Rindu Vanilla atau mau melihat mantan?" tanya Bisma tampak serius."Mas, astaghfirullah!!" seru Nimas menimpali ucapan suaminya.Bisma tersenyum, dia hanya sengaja menggoda istrinya."Bercanda, sayang."" Nggak lucu!" Nimas beneran kesal. Bisma boleh bercanda tentang apa saja, asal jangan soal mantan, Nimas sensitif soal yang satu itu."Maaf, aku sungguh hanya bercanda, aku hanya ingin kamu sedikit melupakan yang baru saja terjadi" Tutur Bisma mengecup kening Nimas yang membuat Nimas memejamkan matanya.Lagi-lagi Bisma membawa Nimas berbaring.Nimas masih meringkuk di dalam pelukan suaminya, sedang tidak ingin kemana-mana. Setelah mengurai ke khawatiran, Bisma mengajak Nimas kembali istirahat, perasaan pemuda itu juga sudah le
Seorang wanita sedang merasa bingung akan keberadaan nya, begitupun dengan pandangan nya yang menemukan seseorang yang mustahil untuk hadir di sisinya, dia adalah Nimas." Sayang?, Ya Allah__ akhirnya kamu sadar juga" Pekik pemuda itu dengan raut syukur, Nimas memejamkan matanya dan membuka kembali untuk menghilangkan bayangan yang tampak mustahil itu." Mas Bisma" Lirih Nimas, seolah tak percaya." Iya, ini aku sayang." Lirih lelaki itu menghapus air mata Nimas yang mencair.Yusup menghampiri keduanya. Membuat Bisma dan Nimas langsung terdiam, Nimas ikut menghapus air matanya yang terus saja merembes, posisi Nimas yang masih terbaring di atas tempat tidur menoleh ke arah Yusup yang sudah berdiri di samping suaminya." Bagaimana keadaan Nimas?" Tanya Yusup pada Bisma." Doakan semua baik-baik saja" jawab Bisma yang dijaminkan oleh Nimas.Yusup menarik nafasnya dalam, sebelum menyodorkan ponselnya untuk memberikan video detik-detik Yudhistira mengamuk. Bisma pun menyimak dengan gigi ya
"Ma, tenang!" Arjuna berusaha menenangkan mamanya yang terlihat syok berat. Di tuntun Rubiah duduk di sofa ruang tamu.Bu Yuri merasa bersalah karenanya dan memberikan segelas air putih untuk meredakan emosi Rubiah. Membuat wanita itu sedikit lebih tenang."Bu, saya minta maaf kalau sudah salah bicara." Bu Yuri mendekati Rubiah yang duduk memijit pelipisnya sendiri."Apa yang ibu katakan itu benar? Jika ayah saya punya istri lain?" tanya Arjuna."Saya dengar dari Mas Bisma. Selama ini Mas Bisma kerap bertemu dengan istri kedua ayahnya.""CUKUP!!" Rubiah berteriak keras.Bu Yuri kikuk dibuatnya, dia sendiri tidak tahu jika ucapan spontannya tadi akan jadi masalah."Untuk apa Bisma menemui anak wanita yang sudah merebut ayah saya?" berpikir positif, Arjuna berpikir jika Bisma juga harus tahu kabar perselingkuhan ayahnya."Anu, Mba Nimas di culik, dan dugaannya yang menculik adalah suami baru mama tirinya.""Apa? Nimas diculik?" ibu dan anak itu memekik bersamaan."Bagaimana dengan cucuk
Bisma tak sabar membuka pintu kaca ber korden biru muda itu, sesaat mobil yang membawanya terparkir dengan sempurna di parkiran rumah sakit, pemuda itu tidak berjalan untuk masuk kedalam kamar rawat saudaranya melainkan berlari dengan tergesa-gesa, selepas pintu itu terbuka netranya menemukan mata hitam kelam itu sedang berpaling untuk melihat kehadiran nya.Yudhistira membuang napas dari bibirnya seraya tersenyum saat melihat kehadiran adiknya.Bisma terpaku dengan pemandangan di hadapannya beberapa saat, sebelum pemuda itu menghampiri dimana sang Abang duduk, Bisma bergegas menghampiri Yudhistira yang juga tengah menatapnya.Tak ada yang terucap dari bibir pemuda itu, begitupun dari bibir Yudhistira untuk beberapa saat." Maafkan aku." Yudhistira berucap lebih dulu.Bisma menggeleng, tujuan nya datang bukan ingin mendengar permintaan maaf seseorang melainkan mencari bantuan. Yudhistira duduk, memperhatikan gerak-gerik Bisma yang terlihat gelisah."Aku butuh bantuan." terus terang
"Mas Bisma. Mba Nimas dibawa paksa sama orang yang mengaku sebagai teman Mas." Bu Yuri gegas menghampiri Bisma yang baru turun dari mobil Yusup.Keadaan wanita paruh baya itu juga tidak baik-baik saja, ada bekas luka di sudut bibir dan pelipisnya.Bisma tampak linglung. "Maksudnya bagaimana Bu?" Bisma sontak saja kaget."Apa yang terjadi dengan kalian?""Begini, Mas ......,"Bu Yuri menceritakan apa yang sudah terjadi pada Nimas, Bisma yang mendengarkan mengepalkan tangannya kuat."Istriku di culik Sup." lirih Bisma, memberi tahu Yusup."Kamu tidak kenal nomor yang mengirimi mu pesan?"Bisma menggeleng. Tapi pemuda itu segera membuka rekaman cctv yang berada di teras depan.Bisma terbelalak melihat Nimas yang di panggul seperti karung beras dengan tubuh yang tak bergerak, terlihat sekali Nimas habis mendapat penyiksaan, terlihat rambut wanita itu yang terhambur dengan bekas air mata yang masih terlihat, tidak hanya itu pelipis wanita itu berdarah.Bisma ternganga melihat tubuh istriny