Share

Tak tinggal diam.

Penulis: Muhammad Yunus
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Mata Nimas yang bersirobok dengan netra milik Bisma memburam. Nimas menutup wajah dengan kedua tangan. Tangisan yang keluar, gambaran dari betapa dia begitu rapuh dan butuh sandaran.

Bisma mengurungkan niat untuk mendekat. Dia memilih membiarkan Nimas untuk menyelesaikan tangisannya dulu agar lebih lega.

Bisma tidak akan meminta Nimas untuk berhenti menangis. Memberikan waktu untuk seseorang menuangkan tangisannya sampai selesai, bagaikan membiarkan dia mengoceh dan mengeluarkan amarah lewat ucapan.

Hanya 10 menit waktu yang dibutuhkan Nimas untuk menuangkan kesedihannya melalui sebuah tangisan. Setelah itu, Nimas mencoba untuk menarik nafas dalam kemudian memberanikan diri menatap manik Bisma yang masih berdiri pada posisi semula.

"Aku nggak berniat sembunyikan kehamilanku, awalnya aku ingin memberi tahu mas Arjuna, tapi hingga detik ini, dia..."

Nimas tak mampu melanjutkan ucapannya dadanya sungguh sesak memikirkan kemungkinan yang akan terjadi.

Sementara Bisma ekspresinya begitu semerawut. Tersirat sakit, sedih, dan kemarahan yang muncul ketika dia harus berkali-kali menghela nafas panjang hanya untuk mengontrol perasaannya.

"Bisma." Suara Nimas seperti tertahan dengan tatapan pedih yang dilayangkan Bisma kepadanya, walaupun dia tetap memaksakan senyum.

Nimas agak kaget ketika pemuda itu bergerak maju mendekat, menarik kepala Nimas lalu menempelkan di atas dada bidangnya.

"Maaf sudah membuat mba terkejut." lirih Bisma.

Nimas memundurkan wajahnya dan menatap Bisma sekali lagi.

"Kalau mba mau aku tetap diam, maka aku akan diam." Bisma ikut mengurai pelukannya.

" Jika mba berkenan aku bisa membawa mba pergi sementara dari rumah ini, menjauh dari bang Arjun untuk menjernihkan pikiran."

Kedua mata Nimas meruncing dan auranya penuh dengan kecurigaan. "Kenapa kamu mau bantu aku?" tanyanya.

Senyum miring muncul dari bibir Bisma, pria yang kini terlihat gagah dengan seragam polisi lengkap tampak mendengus lirih sebelum berkata, "Karena aku membenci pecundang."

"Tapi aku hanya ipar, sementara mereka keluargamu, kita juga belum kenal dekat, bertemu juga masih bisa dihitung jari, kamu bisa kena masalah karena bantu aku."

"Berbuat baik sama seseorang itu nggak perlu tunggu sampai berapa lama, dan nggak perlu harus memiliki hubungan sebaik apa." jawaban Bisma lugas dan padat seolah telah mencakup semua maksud tujuan yang ingin ditanyakan lagi oleh Nimas.

Nimas bahkan sampai tidak bisa berkata-kata lagi. Dia memandangi wajah Bisma yang sedang menatapnya penuh senyum.

Senyum menghangatkan sekaligus menyejukkan hati dan pikiran Nimas yang sesungguhnya sedang hancur berantakan.

"Ehm ... Mba, kamu nggak pegel berdiri terus?" Bisma kembali merubah tatapan dan intonasi bicaranya menjadi lebih santai lagi.

Nimas berdecak, meredakan kegalauannya. Sedikitnya Nimas mulai memiliki teman untuk sekedar berkeluh kesah.

"Besok mas Arjun pulang." beritahu Nimas pada Bisma yang tengah melenggang santai ke dapur.

"Mba nanti ku kasih nomorku, kalau sewaktu-waktu butuh bantuan nelpon aja, jikapun aku berhalangan aku akan meminta rekanku untuk datang."

Nimas tak membuka bersuara sampai Bisma datang membawa dua mangkuk yang diletakkan di meja kaca.

"Tadi pas mau kesini aku ketemu bakso aci di jalan, beli aja dua bungkus barang kali mba mau."

Nimas menatap plastik yang tak jauh dari mangkuk yang diletakkan Bisma.

 Nimas kembali ingin menangis akibat rasa haru. Entah kebetulan atau memang dia yang beruntung keinginan kecil yang di ngidam kan bisa dikabulkan oleh Bisma sekali lagi, anaknya beruntung memiliki paman yang pengertian, Eh.

"Makan Mba.."

Pemuda itu bahkan sudah menuang bakso aci di kedua mangkok.

🌿🌿🌿🌿🌿

Dilain tempat, sepasang suami istri sedang berada diatas ranjang. Sejak semalam mood si wanita sudah buruk, di tambah pagi ini sekali lagi keinginannya tidak terwujud.

"Sudah dong sayang ngambeknya," Arjuna berusaha merayu sang istri yang tengah merajuk.

"Mas, aku cuma kepingin kamu, tapi kamu malah nolak aku," bentak si wanita sambil tangannya menyingkirkan tangan pria yang memeluknya dari belakang.

"Bukan nolak, mas nggak mau kamu dan anak kita kenapa-kenapa, kamu tahu kan Win, seberapa penting anak untukku."

"Mas, aku sehat, anak dalam rahimku juga sehat, dengan bercinta nggak akan buat anakmu mati."

Arjuna terdiam di balik punggung polos istrinya. Disaat marah seperti ini ucapan Winda sangat tidak terkontrol, tidak hanya nadanya yang tinggi, tapi Winda juga nggak segan-segan bicara hal kasar.

"Brengsek kamu mas, jauh-jauh bulan madu kamu anggurin aku!"

Arjuna mengepalkan tangan, empat tahun menjalani bahtera rumah tangga bersama Nimas, kehidupan mereka adem ayem, tidak pernah sekalipun perempuan itu meninggikan suara di depannya, perempuan yang menjadi istri pertamanya itu juga selalu bertutur lembut kendati dia tengah kesal.

Senyum gingsul yang dihiasi lesung pipi kala Nimas tersenyum bisa meredakan lelahnya kala seharian bekerja. Rasa rindu perlahan menyerbu sanubari. Menikahi Winda memang keinginannya, tapi melepaskan Nimas tidak akan pernah Arjuna lakukan.

****************

Minggu pagi. Nimas yang sedang menyapu halaman hampir menjerit gara-gara ada orang asing berpakaian compang-camping melompat ke atas pagar rumahnya.

"Mba ini aku,"

Nimas langsung bernapas lega sambil mengelus dada setelah memastikan suara berat bariton itu adalah milik adik iparnya, Bisma Maulana.

"Kok kamu kayak gelandangan?"

Bisma nyengir.

"Iya, mba. Dapat misi dari komandan." Jawab pemuda itu sembari menyerahkan kantung plastik berwarna hitam.

"Ini ada mangga muda, tadi ambilkan istri rekan, yang lagi ngidam, barang kali mba kepingin yang asem-asem juga."

Nimas terharu, bahkan di saat lagi tugas pun, Bisma mengingatnya. Beberapa kali berbincang, Nimas akhirnya tahu jika adik iparnya adalah seorang polisi, tepatnya serse yang pasti tugasnya banyak dihabiskan di luar kantor dengan misi penyamaran seperti saat ini, tugasnya mencari dan mengumpulkan informasi maupun bukti dalam rangka investigasi untuk mengungkap sesuatu kejadian guna menemukan tersangka yang di incar.

Nimas menerima kantung plastik dari Bisma.

"Kamu nggak masuk dulu."

"Kapan-kapan mba, aku juga mau kasih tau kalau untuk beberapa hari ini aku nggak bisa di hubungi, aku akan kirimkan nomor rekanku ke WA, mba bisa hubungi dia kalau butuh bantuan selama aku nggak ada."

Sikap Bisma sudah seperti seorang suami yang mengkhawatirkan istrinya, pemuda itu juga berpesan agar Nimas menjaga diri serta kandungannya dengan baik, Bisma janji akan langsung mengunjungi Nimas jika misinya selesai.

"Bisma... Hati-hati." pemuda itu tersenyum tipis, wajahnya yang dibuat cemong sedemikian rupa benar-benar seperti gelandangan sungguhan, tapi gigi rapinya yang terlihat putih bersih masih bisa memikat hati jika pemuda itu tersenyum memamerkannya.

Lewat tengah hari, ketenangan Nimas selama satu minggu akhirnya berakhir, kala langkah kaki sepasang suami istri kembali memasuki rumah yang Nimas tempati.

Dengan tangan yang membelit lengan Arjuna, Winda berjalan memasuki rumah. Nimas yang melihat kedatangan keduanya tak bergeming, setia duduk di depan televisi sambil menikmati pencok mangga muda.

"Nimas, tolong buatkan susu hamil rasa coklat ya, sekalian antar ke kamar." seru Winda kala melihat kehadiran sosok Nimas diruang keluarga.

Arjuna memandang Winda dengan tatapan heran, sementara Winda membalasnya dengan raut memelas.

"Mas, tiba-tiba aku mual."

Berbeda dengan Winda yang mengaku tiba-tiba mual, Nilam justru mendadak muak melihat sandiwara Winda.

"Punya tangan dan kaki kan? Sana buat sendiri ke dapur." balas Nimas, tanpa beramah-tamah.

"Mas, lihat! Dia selalu ketus padaku." adu Winda.

Arjuna dibuat serba salah, tadi saat diperjalanan pulang Arjuna sudah merangkai banyak kata untuk memulai obrolan dengan Nimas, memperbaiki hubungan yang sempat renggang diantara mereka. Namun, realita yang terjadi, baru hitungan detik kedua istrinya bertemu, mereka sudah terlibat adu mulut.

"Mas.."Winda menghentakkan kakinya.

Arjuna melirik pada Nimas yang acuh. Seperti menganggap mereka tak kasat mata. Arjuna menghela napas, melakukan hal yang tepat untuk kedamaian tubuhnya yang begitu lelah. Berharap untuk kali ini Nimas mau mengerti.

"Nimas tolong, aku dan Winda benar-benar capek."

Nimas berpaling, menatap tajam suaminya yang sekali lagi menumbalkan dirinya untuk Winda. Nimas benar-benar muak, Arjuna tidak akan tahu beratnya menjadi dirinya saat ini.

Nimas akhirnya berdiri, membuat senyum Winda dan Arjuna merekah bersamaan, tapi kaki Nimas bukan melangkah ke dapur melainkan kamar tamu yang kini ditempatinya.

"Perempuan nggak guna!" maki Winda dengan dada kembang-kempis.

Dibalik pintu Nimas tersenyum tipis. Mulai sekarang dia bertekad untuk membalaskan rasa sakit yang mereka torehkan di hidupnya.

Bab terkait

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Kembali tersakiti

    Nimas baru keluar kamar saat tiba waktu makan malam.Dimeja makan sudah ada Arjuna dan Winda yang tengah menikmati hidangan tanpa perduli pada Nimas yang masih merupakan nyonya rumah disini.Sekuat-kuatnya hati Nimas jika terus-terusan melihat suami dan pelakor berbahagia diatas penderitaan yang dia alami hatinya tetap saja terluka."Sudah bangun?" suara Arjuna tak Nimas jawab."Sini makan, tadi Winda sudah pesan banyak makanan untuk makan malam kita." tatapan hangat kembali Arjuna layangkan pada istri pertamanya."Aku nggak lapar.""Dasar nggak bersyukur, gengsi aku yang beli makanannya? La situ pemalas, tidur nggak tau waktu.""Kamu..,""Sudahlah Nimas, jangan diambil hati. Winda lagi hamil muda, mood-nya naik turun." nasehat Arjuna yang terkesan membela Winda. Lagi dan lagi."Mas, kamu nggak pernah ngertiin aku, aku juga istrimu.""Apa kamu sudah merasa jadi istri yang baik? Sudah beberapa hari ini kamu nggak lakuin tugasmu layaknya istri." suara Arjuna kembali naik.Egois. Banyak

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Salah sangka lagi

    Nimas baru selesai membersihkan diri ketika pintu ruangannya terbuka.Bisma datang setelah selesai piket, pria itu membawa sesuatu di tangannya.Kemarin Nimas sudah membawa kasus penganiayaan yang dialami nya ke kantor polisi, seharusnya hari ini surat panggilan sudah diterima Arjuna.2 hari Nimas berada di rumah sakit untuk pemulihan. 2 hari juga ponselnya sengaja dinonaktifkan.Berpuluh-puluh kali juga Arjuna menghubungi tapi nomor Nimas tidak terhubung.Arjuna semakin murka saja saat Winda memberikan bukti rekaman dimana Nimas pergi menaiki mobil dengan pria lain dua hari yang lalu. Di tambah hari ini sebuah surat panggilan tiba-tiba datang kepadanya semakin membuat pria itu dilanda emosi yang luar biasa.Karena itu intensitas panggilan dan pesan dari pria itu makin menggila.Nimas yang baru mengaktifkan telpon genggamnya langsung mendapatkan notifikasi ratusan panggilan dan pesan dari Arjuna.Baru akan meletakkan benda itu kembali di atas meja, benda itu berdering, dan nama Arjun

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Bantuan Bisma

    "Oke, kalau itu maumu! Tapi jangan ada barang satupun yang kamu bawa dari hasil uangku!" Kepala Nimas terangkat guna melihat wajah Arjuna, dari ekor matanya Nimas bisa menangkap ekspresi mengejek Winda karena ucapan Arjuna. Tekat Nimas sudah bulat, lebih baik pergi dalam keadaan terhina dari pada menanggung rasa sakit yang akan merenggut kewarasannya. Untuk kehamilannya, Nimas memutuskan bungkam, biar waktu yang akan menguak segalanya. Saat ini menjauh dari Arjuna adalah pilihan terbaik. Nimas menunduk guna menahan gejolak luka akibat perkataan Arjuna, dia merasa terbuang dan terhina di depan Winda. Tapi tidak apa-apa, lagi pula dia membawa bagian dari Arjuna yang akan dibesarkan sepenuh cinta. Setelah sedikit tenang perempuan itu akhirnya mengangkat kepalanya, senyum hangat tersungging di bibirnya. Nimas tidak berteriak, ataupun meraung, perempuan itu justru tersenyum anggun. "Baiklah," sepatah kata yang mampu menarik perhatian Arjuna sepenuhnya. Arjuna tidak akan mendug

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Pesan Bisma.

    "Disini saja, lagian kamu udah keluarin uang banyak untuk rumah ini." ujar Nimas dengan segala pertimbangan.Bisma dan Bu Yuri pun saling berpandangan dengan senyum yang tersembunyi."Ayo masuk!" ajak Bisma.Nimas mengangguk ragu.Sesampainya didalam Nimas di suguhkan keadaan rumah yang bersih dan lengkap dengan segala fasilitasnya. Ada sofa di ruang tamu, ada televisi di ruang tengah dengan karpet bulu tebal berwarna hijau mint seperti warna cat rumah, ada rak buku di sudut ruangan serta pintu yang sepertinya mengarah ke dapur."Rumah ini sebenarnya memiliki dua lantai, kamu bisa menemukan ruang lain dibawah." ucap Bisma menerangkan.Nimas mengekor kemanapun Bisma berjalan, pemuda itu juga mengajak Nimas turun kelantai bawah yang ternyata juga terdapat satu kamar tidur lengkap dengan kamar mandi serta ruang baca. Jujur rumah ini sangat nyaman, belum apa-apa saja Nimas merasa betah."Kenapa fasilitasnya selengkap ini, pasti mahal ya uang sewa nya?" mendapat pertanyaan seperti itu Bism

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Merasa kehilangan

    Arjuna menarik begitu saja tubuh Nimas memaksanya berdiri, tangan kanan pria itu sudah terangkat keatas ingin melayangkan tamparan pada wajah istrinya.Nimas yang takut sudah menutup wajahnya dengan kedua siku, perempuan itu berusaha melindungi diri dari pukulan Arjuna.Nyaris saja....Andai suara dari petugas kepolisian tidak terdengar, Nimas mungkin akan kembali mendapatkan tindak kekerasan dari Arjuna.Perlahan Arjuna seperti mendapatkan kesadarannya, pria itu segera menurunkan tangan yang hampir saja menyakiti Nimas.Sepersekian detik mereka semua saling diam, sebelum akhirnya sebuah pilihan Nimas ajukan."Setuju bercerai atau hukuman penjara. Kamu ada dua pilihan Mas."Arjuna meminta waktu pada petugas kepolisian untuk bicara dengan Nimas, berjanji akan memenuhi panggilan dari pihak kepolisian.Winda merenggut saat Arjuna meminta waktu untuk bicara berdua saja dengan Nimas."Apa maksudnya dengan bercerai atau hukuman penjara, Nimas?" tanya Arjuna setelah Winda dan Rubiah meningga

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Rahasia Bisma

    Keinginan Arjuna ingin bertemu dengan Nimas terus tertunda karena dirinya kehilangan jejak perempuan itu. Ditambah lagi dengan pekerjaan Arjuna yang sempat bermasalah sehingga menyita waktu, Arjuna harus mengesampingkan kepentingan yang berkaitan dengan Nimas.Hari persidangan itu semakin dekat dan Arjuna yakin Nimas tidak akan hadir di persidangan mereka nanti.Bohong jika arjuna tidak merindukan sosok istri pertamanya, perempuan dengan lesung pipi serta gigi gingsul itu sudah menemaninya sejak lama hijrah dari Jogja ke ibukota. Nimas juga yang sudah menemaninya berjuang sampai pada titik ini.Pria itu pikir setelah mengatakan yang sebenarnya pada Nimas, istrinya hanya akan marah beberapa hari, dengan percaya diri Arjuna mengira Nimas akan menerima Winda seiring berjalannya waktu, mengingat seberapa dekat mereka dulu, Nimas dan Winda seperti tidak terpisahkan. Arjuna tidak menduga jika Nimas justru menuntut pisah. Hal yang sangat jauh dari pikirannya."Ngelamun lagi?" Arjuna hanya te

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Perempuan itu

    "Apa yang kamu katakan, Bisma?"Nimas terperangah dengan ucapan yang baru saja Bisma katakan.Bisma melihat kearah Nimas sejenak, sebelum mengarahkan sebatang nikotin yang terapit jemari itu menuju bibirnya, menyulutnya dengan korek api sebelum dihisap dalam-dalam, kepulangan asap segera memenuhi udara disekitarnya begitu Bisma menghembuskan nafasnya."Kisah Mama dan kisah mu serupa, tapi Mama sedikit lebih beruntung. Wanita simpanan ayahku sedang hamil saat beliau mengetahui bahwa ayahku sudah memiliki istri, tapi kamu tau apa yang dia lakukan. Dia meninggalkan ayahku." Bisma tampak menerawang, kemudian pria itu menoleh pada Nimas."Saat itu ayahku mati-matian mempertahankan wanita itu. Tapi wanita itu tetap menolak, tidak lama kabar kehamilan Mama didengar oleh telinga wanita itu. Tanpa mengatakan sepatah katapun perempuan itu pergi meninggalkan kota yang menjadi tempat tinggalnya selama ini."Raut sendu Bisma mengusik Nimas."Kamu seperti mengenal sekali sosok yang kamu ceritakan,

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Bertemu kaka Bisma.

    Seorang wanita tengah meringkuk di pembaringan. Seharian ini dirinya sedang di buat lelah lahir batin dengan segala rutinitas yang dikerjakan. Dia adalah Winda, perempuan yang baru beberapa bulan menjadi nyonya Arjuna sah dimata agama. Dia saat ini berada dalam fase dibantai habis lapisan oleh keadaan, pikiran dan perasaan. Namun rasa tanggung jawab mengharuskan ia tetap tegar dan harus berjalan apapun yang terjadi. Baru beberapa minggu hidup berdampingan dengan Arjuna dan Rubiah. Tapi rasanya Winda sudah sangat kepayahan dengan prilaku anak dan ibunya itu. Padahal dulu betapa cemburu nya Winda melihat kelembutan dan kasih sayang Arjuna pada Nimas. Arjuna begitu memanjakan dan meratukan perempuan itu. Sahabatnya juga terlihat bahagia hidup bersama Arjuna. Meski Winda tahu mereka sudah bertahun-tahun menantikan kehadiran sosok buah hati yang belum juga hadir. Husband able, Arjuna dimata Winda yang pada akhirnya membuatnya jatuh terpikat. "Bagaimana bisa sampai ada flek?" sua

Bab terbaru

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Bertemu mantan

    "Jangan terburu-buru, saya tidak memaksamu untuk menjawabnya sekarang." Yudhistira menenangkan Nimas.Bukan soal paksaan, tapi ini perihal hati. Antara kebahagiaan dan masa depan.Menerima lamaran Bisma. Nimas rasa dia akan bahagia, karena pemuda itu memiliki sebagian hatinya. Akan tetapi Nimas harus siap ditinggal-tinggal. Waktu kebersamaan jelas tak seperti pasangan pada umumnya. Apakah dia sanggup?Menerima lamaran Yudhistira. Nimas rasa dia akan hidup berkecukupan. Cukup harta, cukup waktu, cukup segalanya. Yudhistira juga pasti menerima Vanilla, pria itu penyayang. Tapi Nimas ragu, karena hatinya memilih Bisma. Walaupun dia percaya ungkapan cinta datang karena terbiasa itu mungkin saja terjadi, Namun, apakah dia akan mengorbankan perasaannya untuk jaminan hidup?Beruntung kehadiran Bu Surti membuat obrolan mereka berganti topik. Ternyata Yudhistira memiliki kesamaan dengan Bisma. Sama-sama pintar mengambil hati Vanilla.Lihat saja saat ini putri kecil Nimas sudah berani duduk di

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Darah daging

    Winda menatap suaminya yang tengah memakan sarapannya dengan pandangan mengarah pada layar handphone. Sesekali terdengar suara decakan keluar dari mulutnya dan membuat Winda hanya bisa diam tanpa berniat untuk menanyakan apa yang terjadi.Hampir 4 tahun tinggal bersama membuatnya begitu hafal apa saja kebiasaan pria itu. Winda sudah tahu kebiasaan Arjuna. Kesukaannya, apa yang tidak disukainya, alergi apa. Semua tentang Arjuna nyaris dia ketahui semuanya.Sebenarnya Winda ingin membicarakan satu hal yang penting pada suaminya itu, tapi melihat Arjuna yang sudah bad mood di pagi hari, membuatnya mengurungkan niat tersebut. Lain kali saja sepertinya."Aku ingin bicara sesuatu." ujar Arjuna ketika istrinya ikut duduk di sampingnya."Sudah beberapa kali aku mengirim pesan pada Nimas, tapi tak juga kunjung mendapatkan balasan. Di telpon juga tidak diangkat."Dia baru tahu jika arjuna memiliki nomor Nimas bahkan sampai berniat menghubungi wanita itu. Sebelumnya pria itu tidak pernah mengat

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Seseorang dari masa lalu

    Di hari minggu, biasanya Nimas akan mengajak Vanilla bermain di taman komplek yang letaknya tak jauh dari rumahnya, agar Vanilla bisa bermain bersama teman sebayanya. Berhubung hari ini mereka bangun terlambat, Vanilla hanya bermain di teras rumah ditemani secangkir coklat hangat dan potongan kue brownies. Melihat Bu Surti yang tengah sibuk dengan kebun mininya.Hingga sebuah mobil HRV hitam yang baru saja datang dan berhenti di depan pagar rumah, menarik perhatian Vanilla. Bu Surti lantas menghentikan kegiatan menyiram cabai dan daun bawang saat seorang pria paruh baya keluar dari sana, di susul oleh pria bertubuh jangkung yang tersenyum ramah ke arah wanita paruh baya itu."Pagi, Bu. Benar ini tempat tinggalnya Nimas?"Bu Surti lantas mematikan keran dan beranjak untuk membuka pagar."Iya, benar. Masnya ini siapa, ya? Apa mau pesan catering?"Pria tersebut semakin melebarkan senyumannya ketika Bu Surti menatapnya dengan bingung. "Saya Yudhistira, Bu. Saudara dari mantan suami Nimas t

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Sebuah pesan

    Jemari menguntai aksara tentang mereka yang sedang mabuk dalam kesakitan dan memilih bertahan.Kehadiran seseorang diantara keduanya sama sekali tidak diinginkan, tapi dia tumbuh dengan cepat ingin mengumpulkan pecahan cermin yang pernah menjadi bukti keindahan cinta masa lalu dari salah satu di antara mereka.Mereka pernah saling mencintai, ada satu alasan yang membuat mereka menoleh bersamaan, tidak bisa diabaikan apalagi dibuang karena ini menyangkut darah.Arjuna sadar cepat atau lambat dia harus tetap menemui Nimas. Bukan karena karma yang membayangi hidupnya saat ini. Tapi karena ikatan darah daging yang mengharuskannya bertanggung jawab.Winda menatap nanar suaminya yang sejak tadi tenggelam dalam dunianya sendiri. Sejak pulang dari rumah sakit Winda merasakan perubahan yang signifikan pada suaminya.Arjuna kerap kali kepergok melamun, Setiap di tegur pria itu selalu beralasan sedang memikirkan pekerjaan.Tidak hanya Arjuna, Winda juga menyadari perubahan yang terjadi pada mert

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Arjuna dan penyesalan nya

    Arjuna termenung di ruang kerja dengan kedua tangan saling bertaut. Pandangannya menatap lurus ke depan salat tengah memikirkan banyak hal dalam kepala.Setelah kejadian hari itu, Arjuna merasa ketenangannya tiba-tiba terusik. Dia tidak pernah merasakan lagi apa itu tidur nyenyak, makan enak ataupun hari yang bahagia. Setiap harinya, ia akan disibukkan oleh segudang kesibukan di kantor, dan malam harinya dia tidak bisa beristirahat. Otaknya seolah menolak untuk diajak istirahat se lelah apapun fisiknya.Hal tersebut mulai merubahnya perlahan, entah itu dari fisik yang tidak setegap dulu dan dia juga mulai kecanduan nikotin. Setiap hari pasti dia akan menghisap rokok karena hanya itu satu-satunya yang membuatnya merasa jauh lebih baik.Arjuna menyudahi renungannya, kakinya mulai melangkah ke arah kamarnya selama ini. Menatap sosok wanita yang tengah berbaring di atas ranjang seraya tertidur lalap setelah meminum obatnya.Sama halnya dulu mantan istrinya. Winda terlihat begitu menderita

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Kembali ke ibu kota.

    "Menikahlah denganku, aku adalah wali nikah Vanilla yang sah." deru nafas Bisma memburu seperti lagu yang siap membawa Nimas melayang."Stop, Bisma!""Aku nggak bisa menahan perasaanku malam ini, Nimas." sahut Bisma tenang."Pak Bisma dini hari begini, masih sempat saja anda yaa?""Wah Ibu Nimas meragukan saya?"Bisma tertawa. "Aku benar-benar merindukanmu." ujar Bisma dengan suara lembut di akhir tawanya.Kali ini Nimas terdiam. Jika sebelumnya bisa saja Nimas mengira itu hanya candaan atau basa-basi Bisma semata, tapi dengan tindakannya malam ini yang berani mencuri kecupan di pipinya ini sudah membuktikan keseriusan pemuda itu dalam ucapannya."Kamu sadar nggak, seberapa dalam kamu menyakitiku saat memilih pergi, Nimas?"Astaga Bisma, kenapa dia malam ini? Nimas menjadi sangat gugup."Nggak sanggup ku ungkapkan seberapa sakit hati ini, jika saja kamu memilih pria lain yang lebih dariku rasanya lebih baik, dari pada kamu pergi tanpa bisa kulihat sedikitpun."Bisma terdiam, kedua m

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Hubungan sedarah

    "Aku capek. Aku capek karena terus berakhir sama. Aku benar-benar capek, Mas. Aku mau nyerah!" Arjuna merenggangkan pelukan mereka, menangkup kedua pipi Winda yang berurai air mata.Setelah melakukan kurete, kini Winda sedang beristirahat di kamarnya ditemani Arjuna yang sengaja hari ini tidak berangkat ke kantor. Untuk kegagalan kali ini mereka belum berani untuk memberitahukan kepada Rubiah. Takut wanita paruh baya itu kecewa dan berkata yang tidak-tidak."Dengerin aku. Selagi dokter masih bilang kita punya harapan, itu tandanya masih ada kesempatan lagi buat kita. Oke? Jangan nyerah, semua usaha kita pasti akan menunjukkan hasilnya nanti." Winda terisak, kedua matanya terpejam erat dan kedua tangannya memegang kedua lengan Arjuna."Aku takut kamu ninggalin aku, Mas. Aku sulit kasih kamu seorang anak dan aku mulai cemas, kalau kamu jenuh sama aku. Aku takut kamu capek dengan semua ini. Aku benar-benar takut jika suatu hari nanti ibumu memintamu menikah lagi seperti saat dulu Nimas t

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Ungkapan

    Setelah berhasil mengambil Vanilla dari bahu Genta, Nimas memaksakan senyum untuk lelaki itu."Mau ku antar pulang?" Tanya Genta, seolah tak tahu jika Nimas dan pria asing itu terlibat percakapan. Atau pria itu hanya pura-pura tidak tahu? Entahlah."Nanti aku pulang sendiri saja, masih ada sedikit urusan." Sekali lagi Genta melirik pada lelaki yang berada dalam satu ruangan dengan Nimas, tapi pada akhirnya pria itu mengalah dan keluar dari pintu yang sejak Bisma masuk memang dibiarkan terbuka.Bisma membalik badan, ketika suara langkah kaki terdengar menjauh. Seketika matanya berbinar-binar melihat sosok gemoy di gendongan Nimas."Nimas, dia ...," titik bening mengalir dari mata ibu satu anak itu, kepalanya mengangguk memberi jawaban atas tanya Bisma yang tak usai.Pemuda itu menarik kedua sudut bibirnya. "Dia cantik seperti ibunya." Nimas mengigit bibir bawah dan menatap nanar pada Bisma."Boleh aku menggendongnya?" Nimas tak lantas menjawab dia melihat pada putrinya yang saat ini me

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Bertemu

    "Mirip Nimas gak sih?" gumam Yusup, yang seketika membuat seseorang menegang seketika."Hus!" tegur Novrian pada sahabatnya yang dirasa ngelantur, walaupun dirinya sendiri memiliki penilaian yang sama dengan Yusup, hanya saja Novrian takut salah menebak.Bisma yang tadinya acuh sedikit terusik karena nama yang baru disebutkan oleh Yusup. Dia bahkan sempat menegang beberapa saat. Namun, ketika ingin ikut melihat pada layar ponsel Android Novrian, mobil yang membawa mereka telah berhenti disebuah bangunan yang saat ini diterangi lampu yang begitu terang."Cok, deg-degan gue.." seru Novrian sambil membenahi jas yang dikenakannya ketika sudah keluar dari mobil.Bisma hanya menggeleng pelan dengan tingkah sahabatnya itu.Mereka disambut oleh keluarga wanita dengan ramah, Novrian di gandeng oleh orang tuanya, di belakangnya ada Bisma dan Yusup, di susul keluarga besar lainnya.Iring-iringan keluarga Novrian dipersilahkan memasuki ruangan yang sudah dihias sedemikian rupa, di sebuah meja ada

DMCA.com Protection Status