Share

Mulai melawan

Author: Muhammad Yunus
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sore itu Nimas makan ditemani oleh pria yang menjadi adik iparnya. Sejak sapaan yang hanya Nimas jawab 'baik’ atas pertanyaan pria itu, Bisma tak lagi bicara. Meski demikian, Nimas bersyukur, karena perasaan dan emosinya sungguh sedang tidak bisa diajak basa-basi.

"Arjuna sudah di jalan." penuturan Rubiah mau tak mau membuat Nimas menghela napas. Jika boleh jujur, Nimas belum siap bertemu dengan Arjuna karena luka tamparan di kedua pipinya mungkin akan segera sembuh, tetapi tidak dengan luka hatinya.

"Bu, Nimas masih mau disini."

"Kamu ngomong sama Arjuna langsung, lagian keberadaan mu disana lebih dibutuhkan."

"Dibutakan untuk menjadi babu" batin Nimas menimpali.

Rubiah memang tidak menolak Nimas secara langsung, tapi bukankah itu bentuk penolakan halus?

Meski Bisma turut berada di sana, tapi pria itu hanya diam memperhatikan dan menatap keengganan Nimas untuk kembali pulang bersama abangnya.

"Mungkin mereka bertengkar." pikir Bisma yang tetap melanjutkan makan dengan senyap.

Tak lama setelah ketiganya menyelesaikan makan, Arjuna datang. Pria itu menyapa adiknya dan dibalas dengan pelukan khas pria oleh Bisma.

"Sehat, Bang?" sapa Bisma ketika Arjuna duduk di kursi tepat di samping Nimas.

"Alhamdulillah. Kamu tambah tinggi, Bis! Makan apa di perantauan?" sapa Arjuna lagi.

Senormalnya saudara yang jarang bertemu, Nimas bisa melihat kerinduan di antara mereka.

Bisma berdecak dan bibirnya manyun menatap kakaknya. Meski sosoknya lebih jangkung, tapi sifatnya masih seperti remaja di mata Nimas.

Setelah obrolan dua pria itu selesai, Arjuna kembali pada tujuannya.

"Ayo pulang." ujarnya tanpa basa-basi. Bahkan tak ada kata maaf karena sudah memukul Nimas.

Nimas membuang pandangannya ke arah lain. Bukankah pria ini mencintainya? Mengapa Arjuna menamparnya? Mengapa Arjuna tak mempercayainya?

"Aku masih mau disini." Nimas berujar lirih.

"Jangan kekanakan. Berapa kali harus kutekankan kalau kamu itu jangan kekanakan, Nimas. Sikap kekanakanmu ini sampai melukai Winda, untung dia memaafkanmu dan memintaku menjemputmu kembali."

"Jadi, kalau Winda tidak menyuruhmu ke sini, Mas tidak akan pernah menjemputku? Sebenarnya apa yang sudah diberikan Winda sampai kamu tega menyakitiku seperti ini, Mas? Menuduhku tanpa bukti. Kalau kamu mau tahu, sebenarnya aku tidak pernah menyakiti Winda, dia menyakiti dirinya sendiri."

"Jangan berusaha playing victim dan seolah-olah kamu yang tersakiti." bentak Arjuna.

Tepat sekali yang dipikirkan Nimas, meski dia jujur, Arjuna takkan percaya.

Bisma masih mengawasi tanpa niat ikut campur. Sebab, pria itu bertekad dalam hati, kalau sampai Arjuna menyeret kasar Nimas. Barulahdia akan ikut memajukan langkahnya.

"Pulang, Nimas!! Aku tahu, kamu nggak akan bisa lepas dari aku. Kamu terlalu ketergantungan sama aku, makanya lebih baik kamu menurut. Winda saja mau menerimamu, kenapa kamu tidak?"

"Kami berbeda, dia pelacur sementara aku istri sah!!"

Kesabaran di dalam diri Arjuna lenyap. Wajahnya yang semula lembut kini berubah bengis."

"Perlukah kuhancurkan mulut sialanmu itu, Nimas?" pekik Arjuna sembari mengangkat tangannya untuk kembali memberi wanita itu pelajaran.

Namun, tangan yang telah terangkat itu kembali diturunkan karena ujung matanya telah melihat sosok Bisma yang sudah memberikan tatapan maut padanya.

Dengan sigap, tangan Bisma langsung melindungi Nimas dengan menyembunyikannya di belakang punggung.

"Jangan main kasar dengan wanita!" ucap Bisma dengan suara bariton dan tegas. Tangan kanannya masih melindungi tubuh Nimas yang sudah bersembunyi pada punggungnya.

Arjuna berdecak remeh.

"Jangan ikut campur, Bisma."

Bisma menanggapinya dengan tawa santai.

"Aku akan tetap ikut campur, bila itu di depan mataku."

"Perempuan ini istriku." tunjuk Arjuna pada Nimas.

"Memang, tapi bukan berarti abang berhak menyakitinya!" kata Bisma lagi masih dengan ketegasan.

Nimas hanya diam melihat perdebatan itu. Dalam hati kecilnya, dia berharap Bisma tahu kalau Arjuna sudah memukulnya demi membela jalangnya di rumah.

"Kau perlu datang ke rumah. Di sana kau akan menemukan perempuan yang layak kau bela." seru Arjuna dengan tatapan tajam ke Nimas.

Bisma tampak mengerutkan keningnya.

Nimas tiba-tiba terkekeh. "Apa kau tak malu memperkenalkan jalang busuk itu pada adikmu, Mas."

Bisma menipiskan bibir. Tak menyangka kalau arjuna bisa sebodoh ini. Sekarang ia tahu penyebab mata sembab Nimas dan luka memar di pipi wanita itu.

"Jangan sebut Winda jalang. Kau saja yang kurang bersyukur. Dia tidak pernah mengusikmu, dia bahkan tidak mau jika kita bertengkar, tapi kamu terus memancing emosiku."

Nimas menggeleng, "Ceraikan aku, Mas. Bertahan untuk membuatmu kembali hanya berujung harapan kelabu. Karena kamu lebih memilihnya dibanding aku."

Arjuna mendengus karena Nimas sudah mulai memanjangkan taringnya dengan permintaan cerai.

"Omong kosong," sahut Arjuna.

"Luka di wajah mbak Nimas, kamu yang melakukannya, Bang?" Bisma bertanya datar.

Sejak kecil Bisma tidak menyukai pria banci yang suka menyakiti perempuan. Terlebih bermain fisik hingga menimbulkan bekas luka, itu perbuatan kriminal.

"Dia melukai kakak iparmu yang sedang hamil, dia mendorong dan menamparnya hanya karena iri."

Bisma membuang pandangan pada Nimas, perempuan itu menggelengkan kepalanya.

"Abang harus tahu, tak selamanya tindakan kekerasan dilandasi karena dengki, kadang kala bentuk membela diri."

Nimas tidak merasa Bisma sedang berada di pihaknya, karena yang baru saja dikatakan oleh Bisma adalah landasan penting untuk melihat masalah bukan dari satu sudut pandang.

Sedangkan di sisi lain, Bisma yang baru tahu jika abangnya selingkuh kini cukup terenyuh dan menaruh iba pada Nimas.

Namun, pada akhirnya Nimas tetap ikut pulang bersama Arjuna, karena pria itu mengatakan dia akan keluar kota selama satu minggu bersama Winda sehingga Nimas diminta untuk jaga rumah. Menurut Nimas itu lebih baik dari pada dia harus tinggal bersama ibu mertuanya.

"Lihat saja, perlahan kamu akan kehilangan hal yang paling besar, yaitu kepercayaan diri. Setelah itu bagaimana kamu akan membuat keputusan? Aku menunggu prinsipmu goyah."

Suara hati itu mengikuti langkah Nimas yang memasuki mobil Arjuna.

Rubiah ikut mengantar anak dan menantunya sampai di depan pintu, sementara Bisma mengawasi keduanya dari balkon kamar, entah apa yang ada dalam pikirannya.

Namun, pandangannya tak lepas dari mobil hitam yang membawa sepasang suami istri itu hingga menghilang ditelan gelapnya malam.

Related chapters

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Hati yang terbelah

    Kepergian Arjuna dan Winda dimanfaatkan Nimas untuk mencari lowongan kerja. Tak hanya itu, dirinya juga mulai mencari-cari kost murah untuk ditinggali sementara.Setelah mendapat pukulan dua kali dari Arjuna, keinginan untuk memberi tahu pria itu tentang kehamilannya sirna sudah.Biarlah benih Arjuna tumbuh tanpa pria itu tahu, karena niatnya untuk bercerai dari suaminya semakin kuat. Arjuna telah berbuat zalim. Tidak hanya menyakiti fisik, Arjuna juga menyakiti jiwanya hingga rasanya luka yang digoreskan akan tetap basah selamanya.Setelah dipikir berulang kali pun, bertahan bukan pilihan yang bijak. Nimas tidak mau nantinya anak yang terlahir dari rahimnya disisihkan karena Arjuna sendiri sudah gelap mata. Antara dirinya dan Winda saja pria itu tak bisa adil, bagaimana nanti dengan anak-anak mereka?Wajah Nimas berubah murung. Akan sangat berat jika nekat meninggalkan rumah ini karena selama ini Arjuna yang menopang hidupnya. Namun, sekarang hubungannya sudah berbeda, Arjuna memili

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Tak tinggal diam.

    Mata Nimas yang bersirobok dengan netra milik Bisma memburam. Nimas menutup wajah dengan kedua tangan. Tangisan yang keluar, gambaran dari betapa dia begitu rapuh dan butuh sandaran.Bisma mengurungkan niat untuk mendekat. Dia memilih membiarkan Nimas untuk menyelesaikan tangisannya dulu agar lebih lega.Bisma tidak akan meminta Nimas untuk berhenti menangis. Memberikan waktu untuk seseorang menuangkan tangisannya sampai selesai, bagaikan membiarkan dia mengoceh dan mengeluarkan amarah lewat ucapan.Hanya 10 menit waktu yang dibutuhkan Nimas untuk menuangkan kesedihannya melalui sebuah tangisan. Setelah itu, Nimas mencoba untuk menarik nafas dalam kemudian memberanikan diri menatap manik Bisma yang masih berdiri pada posisi semula."Aku nggak berniat sembunyikan kehamilanku, awalnya aku ingin memberi tahu mas Arjuna, tapi hingga detik ini, dia..."Nimas tak mampu melanjutkan ucapannya dadanya sungguh sesak memikirkan kemungkinan yang akan terjadi.Sementara Bisma ekspresinya begitu se

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Kembali tersakiti

    Nimas baru keluar kamar saat tiba waktu makan malam.Dimeja makan sudah ada Arjuna dan Winda yang tengah menikmati hidangan tanpa perduli pada Nimas yang masih merupakan nyonya rumah disini.Sekuat-kuatnya hati Nimas jika terus-terusan melihat suami dan pelakor berbahagia diatas penderitaan yang dia alami hatinya tetap saja terluka."Sudah bangun?" suara Arjuna tak Nimas jawab."Sini makan, tadi Winda sudah pesan banyak makanan untuk makan malam kita." tatapan hangat kembali Arjuna layangkan pada istri pertamanya."Aku nggak lapar.""Dasar nggak bersyukur, gengsi aku yang beli makanannya? La situ pemalas, tidur nggak tau waktu.""Kamu..,""Sudahlah Nimas, jangan diambil hati. Winda lagi hamil muda, mood-nya naik turun." nasehat Arjuna yang terkesan membela Winda. Lagi dan lagi."Mas, kamu nggak pernah ngertiin aku, aku juga istrimu.""Apa kamu sudah merasa jadi istri yang baik? Sudah beberapa hari ini kamu nggak lakuin tugasmu layaknya istri." suara Arjuna kembali naik.Egois. Banyak

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Salah sangka lagi

    Nimas baru selesai membersihkan diri ketika pintu ruangannya terbuka.Bisma datang setelah selesai piket, pria itu membawa sesuatu di tangannya.Kemarin Nimas sudah membawa kasus penganiayaan yang dialami nya ke kantor polisi, seharusnya hari ini surat panggilan sudah diterima Arjuna.2 hari Nimas berada di rumah sakit untuk pemulihan. 2 hari juga ponselnya sengaja dinonaktifkan.Berpuluh-puluh kali juga Arjuna menghubungi tapi nomor Nimas tidak terhubung.Arjuna semakin murka saja saat Winda memberikan bukti rekaman dimana Nimas pergi menaiki mobil dengan pria lain dua hari yang lalu. Di tambah hari ini sebuah surat panggilan tiba-tiba datang kepadanya semakin membuat pria itu dilanda emosi yang luar biasa.Karena itu intensitas panggilan dan pesan dari pria itu makin menggila.Nimas yang baru mengaktifkan telpon genggamnya langsung mendapatkan notifikasi ratusan panggilan dan pesan dari Arjuna.Baru akan meletakkan benda itu kembali di atas meja, benda itu berdering, dan nama Arjun

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Bantuan Bisma

    "Oke, kalau itu maumu! Tapi jangan ada barang satupun yang kamu bawa dari hasil uangku!" Kepala Nimas terangkat guna melihat wajah Arjuna, dari ekor matanya Nimas bisa menangkap ekspresi mengejek Winda karena ucapan Arjuna. Tekat Nimas sudah bulat, lebih baik pergi dalam keadaan terhina dari pada menanggung rasa sakit yang akan merenggut kewarasannya. Untuk kehamilannya, Nimas memutuskan bungkam, biar waktu yang akan menguak segalanya. Saat ini menjauh dari Arjuna adalah pilihan terbaik. Nimas menunduk guna menahan gejolak luka akibat perkataan Arjuna, dia merasa terbuang dan terhina di depan Winda. Tapi tidak apa-apa, lagi pula dia membawa bagian dari Arjuna yang akan dibesarkan sepenuh cinta. Setelah sedikit tenang perempuan itu akhirnya mengangkat kepalanya, senyum hangat tersungging di bibirnya. Nimas tidak berteriak, ataupun meraung, perempuan itu justru tersenyum anggun. "Baiklah," sepatah kata yang mampu menarik perhatian Arjuna sepenuhnya. Arjuna tidak akan mendug

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Pesan Bisma.

    "Disini saja, lagian kamu udah keluarin uang banyak untuk rumah ini." ujar Nimas dengan segala pertimbangan.Bisma dan Bu Yuri pun saling berpandangan dengan senyum yang tersembunyi."Ayo masuk!" ajak Bisma.Nimas mengangguk ragu.Sesampainya didalam Nimas di suguhkan keadaan rumah yang bersih dan lengkap dengan segala fasilitasnya. Ada sofa di ruang tamu, ada televisi di ruang tengah dengan karpet bulu tebal berwarna hijau mint seperti warna cat rumah, ada rak buku di sudut ruangan serta pintu yang sepertinya mengarah ke dapur."Rumah ini sebenarnya memiliki dua lantai, kamu bisa menemukan ruang lain dibawah." ucap Bisma menerangkan.Nimas mengekor kemanapun Bisma berjalan, pemuda itu juga mengajak Nimas turun kelantai bawah yang ternyata juga terdapat satu kamar tidur lengkap dengan kamar mandi serta ruang baca. Jujur rumah ini sangat nyaman, belum apa-apa saja Nimas merasa betah."Kenapa fasilitasnya selengkap ini, pasti mahal ya uang sewa nya?" mendapat pertanyaan seperti itu Bism

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Merasa kehilangan

    Arjuna menarik begitu saja tubuh Nimas memaksanya berdiri, tangan kanan pria itu sudah terangkat keatas ingin melayangkan tamparan pada wajah istrinya.Nimas yang takut sudah menutup wajahnya dengan kedua siku, perempuan itu berusaha melindungi diri dari pukulan Arjuna.Nyaris saja....Andai suara dari petugas kepolisian tidak terdengar, Nimas mungkin akan kembali mendapatkan tindak kekerasan dari Arjuna.Perlahan Arjuna seperti mendapatkan kesadarannya, pria itu segera menurunkan tangan yang hampir saja menyakiti Nimas.Sepersekian detik mereka semua saling diam, sebelum akhirnya sebuah pilihan Nimas ajukan."Setuju bercerai atau hukuman penjara. Kamu ada dua pilihan Mas."Arjuna meminta waktu pada petugas kepolisian untuk bicara dengan Nimas, berjanji akan memenuhi panggilan dari pihak kepolisian.Winda merenggut saat Arjuna meminta waktu untuk bicara berdua saja dengan Nimas."Apa maksudnya dengan bercerai atau hukuman penjara, Nimas?" tanya Arjuna setelah Winda dan Rubiah meningga

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Rahasia Bisma

    Keinginan Arjuna ingin bertemu dengan Nimas terus tertunda karena dirinya kehilangan jejak perempuan itu. Ditambah lagi dengan pekerjaan Arjuna yang sempat bermasalah sehingga menyita waktu, Arjuna harus mengesampingkan kepentingan yang berkaitan dengan Nimas.Hari persidangan itu semakin dekat dan Arjuna yakin Nimas tidak akan hadir di persidangan mereka nanti.Bohong jika arjuna tidak merindukan sosok istri pertamanya, perempuan dengan lesung pipi serta gigi gingsul itu sudah menemaninya sejak lama hijrah dari Jogja ke ibukota. Nimas juga yang sudah menemaninya berjuang sampai pada titik ini.Pria itu pikir setelah mengatakan yang sebenarnya pada Nimas, istrinya hanya akan marah beberapa hari, dengan percaya diri Arjuna mengira Nimas akan menerima Winda seiring berjalannya waktu, mengingat seberapa dekat mereka dulu, Nimas dan Winda seperti tidak terpisahkan. Arjuna tidak menduga jika Nimas justru menuntut pisah. Hal yang sangat jauh dari pikirannya."Ngelamun lagi?" Arjuna hanya te

Latest chapter

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Bertemu mantan

    "Jangan terburu-buru, saya tidak memaksamu untuk menjawabnya sekarang." Yudhistira menenangkan Nimas.Bukan soal paksaan, tapi ini perihal hati. Antara kebahagiaan dan masa depan.Menerima lamaran Bisma. Nimas rasa dia akan bahagia, karena pemuda itu memiliki sebagian hatinya. Akan tetapi Nimas harus siap ditinggal-tinggal. Waktu kebersamaan jelas tak seperti pasangan pada umumnya. Apakah dia sanggup?Menerima lamaran Yudhistira. Nimas rasa dia akan hidup berkecukupan. Cukup harta, cukup waktu, cukup segalanya. Yudhistira juga pasti menerima Vanilla, pria itu penyayang. Tapi Nimas ragu, karena hatinya memilih Bisma. Walaupun dia percaya ungkapan cinta datang karena terbiasa itu mungkin saja terjadi, Namun, apakah dia akan mengorbankan perasaannya untuk jaminan hidup?Beruntung kehadiran Bu Surti membuat obrolan mereka berganti topik. Ternyata Yudhistira memiliki kesamaan dengan Bisma. Sama-sama pintar mengambil hati Vanilla.Lihat saja saat ini putri kecil Nimas sudah berani duduk di

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Darah daging

    Winda menatap suaminya yang tengah memakan sarapannya dengan pandangan mengarah pada layar handphone. Sesekali terdengar suara decakan keluar dari mulutnya dan membuat Winda hanya bisa diam tanpa berniat untuk menanyakan apa yang terjadi.Hampir 4 tahun tinggal bersama membuatnya begitu hafal apa saja kebiasaan pria itu. Winda sudah tahu kebiasaan Arjuna. Kesukaannya, apa yang tidak disukainya, alergi apa. Semua tentang Arjuna nyaris dia ketahui semuanya.Sebenarnya Winda ingin membicarakan satu hal yang penting pada suaminya itu, tapi melihat Arjuna yang sudah bad mood di pagi hari, membuatnya mengurungkan niat tersebut. Lain kali saja sepertinya."Aku ingin bicara sesuatu." ujar Arjuna ketika istrinya ikut duduk di sampingnya."Sudah beberapa kali aku mengirim pesan pada Nimas, tapi tak juga kunjung mendapatkan balasan. Di telpon juga tidak diangkat."Dia baru tahu jika arjuna memiliki nomor Nimas bahkan sampai berniat menghubungi wanita itu. Sebelumnya pria itu tidak pernah mengat

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Seseorang dari masa lalu

    Di hari minggu, biasanya Nimas akan mengajak Vanilla bermain di taman komplek yang letaknya tak jauh dari rumahnya, agar Vanilla bisa bermain bersama teman sebayanya. Berhubung hari ini mereka bangun terlambat, Vanilla hanya bermain di teras rumah ditemani secangkir coklat hangat dan potongan kue brownies. Melihat Bu Surti yang tengah sibuk dengan kebun mininya.Hingga sebuah mobil HRV hitam yang baru saja datang dan berhenti di depan pagar rumah, menarik perhatian Vanilla. Bu Surti lantas menghentikan kegiatan menyiram cabai dan daun bawang saat seorang pria paruh baya keluar dari sana, di susul oleh pria bertubuh jangkung yang tersenyum ramah ke arah wanita paruh baya itu."Pagi, Bu. Benar ini tempat tinggalnya Nimas?"Bu Surti lantas mematikan keran dan beranjak untuk membuka pagar."Iya, benar. Masnya ini siapa, ya? Apa mau pesan catering?"Pria tersebut semakin melebarkan senyumannya ketika Bu Surti menatapnya dengan bingung. "Saya Yudhistira, Bu. Saudara dari mantan suami Nimas t

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Sebuah pesan

    Jemari menguntai aksara tentang mereka yang sedang mabuk dalam kesakitan dan memilih bertahan.Kehadiran seseorang diantara keduanya sama sekali tidak diinginkan, tapi dia tumbuh dengan cepat ingin mengumpulkan pecahan cermin yang pernah menjadi bukti keindahan cinta masa lalu dari salah satu di antara mereka.Mereka pernah saling mencintai, ada satu alasan yang membuat mereka menoleh bersamaan, tidak bisa diabaikan apalagi dibuang karena ini menyangkut darah.Arjuna sadar cepat atau lambat dia harus tetap menemui Nimas. Bukan karena karma yang membayangi hidupnya saat ini. Tapi karena ikatan darah daging yang mengharuskannya bertanggung jawab.Winda menatap nanar suaminya yang sejak tadi tenggelam dalam dunianya sendiri. Sejak pulang dari rumah sakit Winda merasakan perubahan yang signifikan pada suaminya.Arjuna kerap kali kepergok melamun, Setiap di tegur pria itu selalu beralasan sedang memikirkan pekerjaan.Tidak hanya Arjuna, Winda juga menyadari perubahan yang terjadi pada mert

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Arjuna dan penyesalan nya

    Arjuna termenung di ruang kerja dengan kedua tangan saling bertaut. Pandangannya menatap lurus ke depan salat tengah memikirkan banyak hal dalam kepala.Setelah kejadian hari itu, Arjuna merasa ketenangannya tiba-tiba terusik. Dia tidak pernah merasakan lagi apa itu tidur nyenyak, makan enak ataupun hari yang bahagia. Setiap harinya, ia akan disibukkan oleh segudang kesibukan di kantor, dan malam harinya dia tidak bisa beristirahat. Otaknya seolah menolak untuk diajak istirahat se lelah apapun fisiknya.Hal tersebut mulai merubahnya perlahan, entah itu dari fisik yang tidak setegap dulu dan dia juga mulai kecanduan nikotin. Setiap hari pasti dia akan menghisap rokok karena hanya itu satu-satunya yang membuatnya merasa jauh lebih baik.Arjuna menyudahi renungannya, kakinya mulai melangkah ke arah kamarnya selama ini. Menatap sosok wanita yang tengah berbaring di atas ranjang seraya tertidur lalap setelah meminum obatnya.Sama halnya dulu mantan istrinya. Winda terlihat begitu menderita

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Kembali ke ibu kota.

    "Menikahlah denganku, aku adalah wali nikah Vanilla yang sah." deru nafas Bisma memburu seperti lagu yang siap membawa Nimas melayang."Stop, Bisma!""Aku nggak bisa menahan perasaanku malam ini, Nimas." sahut Bisma tenang."Pak Bisma dini hari begini, masih sempat saja anda yaa?""Wah Ibu Nimas meragukan saya?"Bisma tertawa. "Aku benar-benar merindukanmu." ujar Bisma dengan suara lembut di akhir tawanya.Kali ini Nimas terdiam. Jika sebelumnya bisa saja Nimas mengira itu hanya candaan atau basa-basi Bisma semata, tapi dengan tindakannya malam ini yang berani mencuri kecupan di pipinya ini sudah membuktikan keseriusan pemuda itu dalam ucapannya."Kamu sadar nggak, seberapa dalam kamu menyakitiku saat memilih pergi, Nimas?"Astaga Bisma, kenapa dia malam ini? Nimas menjadi sangat gugup."Nggak sanggup ku ungkapkan seberapa sakit hati ini, jika saja kamu memilih pria lain yang lebih dariku rasanya lebih baik, dari pada kamu pergi tanpa bisa kulihat sedikitpun."Bisma terdiam, kedua m

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Hubungan sedarah

    "Aku capek. Aku capek karena terus berakhir sama. Aku benar-benar capek, Mas. Aku mau nyerah!" Arjuna merenggangkan pelukan mereka, menangkup kedua pipi Winda yang berurai air mata.Setelah melakukan kurete, kini Winda sedang beristirahat di kamarnya ditemani Arjuna yang sengaja hari ini tidak berangkat ke kantor. Untuk kegagalan kali ini mereka belum berani untuk memberitahukan kepada Rubiah. Takut wanita paruh baya itu kecewa dan berkata yang tidak-tidak."Dengerin aku. Selagi dokter masih bilang kita punya harapan, itu tandanya masih ada kesempatan lagi buat kita. Oke? Jangan nyerah, semua usaha kita pasti akan menunjukkan hasilnya nanti." Winda terisak, kedua matanya terpejam erat dan kedua tangannya memegang kedua lengan Arjuna."Aku takut kamu ninggalin aku, Mas. Aku sulit kasih kamu seorang anak dan aku mulai cemas, kalau kamu jenuh sama aku. Aku takut kamu capek dengan semua ini. Aku benar-benar takut jika suatu hari nanti ibumu memintamu menikah lagi seperti saat dulu Nimas t

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Ungkapan

    Setelah berhasil mengambil Vanilla dari bahu Genta, Nimas memaksakan senyum untuk lelaki itu."Mau ku antar pulang?" Tanya Genta, seolah tak tahu jika Nimas dan pria asing itu terlibat percakapan. Atau pria itu hanya pura-pura tidak tahu? Entahlah."Nanti aku pulang sendiri saja, masih ada sedikit urusan." Sekali lagi Genta melirik pada lelaki yang berada dalam satu ruangan dengan Nimas, tapi pada akhirnya pria itu mengalah dan keluar dari pintu yang sejak Bisma masuk memang dibiarkan terbuka.Bisma membalik badan, ketika suara langkah kaki terdengar menjauh. Seketika matanya berbinar-binar melihat sosok gemoy di gendongan Nimas."Nimas, dia ...," titik bening mengalir dari mata ibu satu anak itu, kepalanya mengangguk memberi jawaban atas tanya Bisma yang tak usai.Pemuda itu menarik kedua sudut bibirnya. "Dia cantik seperti ibunya." Nimas mengigit bibir bawah dan menatap nanar pada Bisma."Boleh aku menggendongnya?" Nimas tak lantas menjawab dia melihat pada putrinya yang saat ini me

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Bertemu

    "Mirip Nimas gak sih?" gumam Yusup, yang seketika membuat seseorang menegang seketika."Hus!" tegur Novrian pada sahabatnya yang dirasa ngelantur, walaupun dirinya sendiri memiliki penilaian yang sama dengan Yusup, hanya saja Novrian takut salah menebak.Bisma yang tadinya acuh sedikit terusik karena nama yang baru disebutkan oleh Yusup. Dia bahkan sempat menegang beberapa saat. Namun, ketika ingin ikut melihat pada layar ponsel Android Novrian, mobil yang membawa mereka telah berhenti disebuah bangunan yang saat ini diterangi lampu yang begitu terang."Cok, deg-degan gue.." seru Novrian sambil membenahi jas yang dikenakannya ketika sudah keluar dari mobil.Bisma hanya menggeleng pelan dengan tingkah sahabatnya itu.Mereka disambut oleh keluarga wanita dengan ramah, Novrian di gandeng oleh orang tuanya, di belakangnya ada Bisma dan Yusup, di susul keluarga besar lainnya.Iring-iringan keluarga Novrian dipersilahkan memasuki ruangan yang sudah dihias sedemikian rupa, di sebuah meja ada

DMCA.com Protection Status