Zulaikha dan penumpang yang lain berusaha sekuat tenaga untuk menyelematkan dirinya masing-masing. Jilbab yang dikenakan Zulaikha sudah tidak terpakai terhanyut oleh aliran air sungai.
Dia berusaha berenang ketepian dengan darah yang terus mengalir dari kepalanya. Namun air yang mulai masuk ke dalam tubuhnya memaksa dirinya untuk menyerah dan hanyut dalam aliran sungai tersebut. Bunyi sirine mobil polisi dan tim medis berdatangan menuju ke lokasi kejadian. Mereka mengerahkan seluruh personilnya untuk mencari korban yang hanyut dalam kecelakaan bus tersebut. Sungai Dark yang terkenal angker mulai memancarkan auranya. Aroma mistis yang beredar di masyarakat terkait korban jiwa yang direnggut oleh sungai tersebut seakan tidak terbantahkan lagi. Keesokan paginya, tubuh Zulaikha yang mulai berwarna kebiru-biruan dengan aliran darah yang terus keluar dari kepalanya terbawa sapuan air dan terdampar di tepi sungai. Tak jauh dari sungai tersebut terdapat sebuah villa megah kepunyaan Tuan Anderson. Pagi ini Tuan Anderson yang tengah duduk di depan laptop sedang fokus mengerjakan proyeknya, sorot matanya mulai terganggu saat melihat sesosok tubuh wanita yang tergeletak ditepi sungai. Dia berdiri dan berjalan mendekat ketepian pagar balkon untuk memastikan keberadaan wanita tersebut. Rasa kemanusiaannya mulai tersentuh saat melihat sosok wanita tersebut. Tuan Anderson yang terkenal dengan sosok yang bengis dan kejam dalam dunia bisnis saat ini tengah mengalami dilema akan keadaan di depannya. Segera dia berjalan ke lantai satu. “Clark.” panggilnya dengan suara lantang sembari melangkahkan kakinya memasuki ruangan tengah. Clark berjalan dengan tergesa menemui Tuan Anderson. “Ada apa Tuan? Apakah Anda membutuhkan sesuatu?” “Ikuti saya.” ucapnya singkat. Langkah kakinya lebar berjalan menuju ke halaman vila. Clark berjalan mengekor di belakang Tuan Anderson. “Lihatlah diseberang sungai!” Tuan Anderson menunjukkan sosok wanita yang tergeletak ditepi sungai. Clark segera melihat apa yang ditunjukkan oleh Tuan Anderson. Dia terkejut dan bertanya : “Apakah sosok wanita tersebut masih hidup atau sudah menjadi mayat?” “Bawa saja wanita tersebut ke dalam villa dan panggil dokter untuk memeriksanya.” perintahnya seraya berlalu dari hadapan Clark. Clark segera menugaskan beberapa pengawal untuk mengambil wanita tersebut. Butuh waktu sekitar tiga puluh menit untuk menyeberangi sungai dan membawa wanita tersebut masuk ke dalam Vila. Clark segera menemui Tuan Anderson yang berada di balkon lantai dua. “Tuan Anderson, wanita tersebut sudah dibawa kedalam vila dan saat ini sedang diperiksa oleh dokter James. Saya belum mengetahui kondisinya masih hidup atau mati, karena tubuhnya sudah dingin saat dibawa dan berwarna kebiru-biruan. Kemungkina wanita tersebut korban kecelakaan karena ada luka bakar serta darah yang terus keluar dari kepalanya.” jelasnya. “Baiklah, segera persiapkan peralatan lengkap untuk menunjang kesembuhannya. Saya berada di villa tinggal dua hari lagi. Pastikan keberadaan wanita tersebut aman walaupun saya tidak berada di vila.” “Baiklah, saya akan mematuhi perintah Tuan Anderson.” segera Clark pergi meninggalkan Tuan Anderson. Hembusan nafas kasar lolos dari Tuan Anderson. Perasaan bergelayut muncul dihatinya sama persis saat dia melihat wanita yang tadi malam berdiri di halte bus dan menolak dirinya yang menawarkan tumpangan. Tuan Anderson mulai melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda. Dia harus mulai mengejar target untuk menerapkan konsep bisnisnya di kota Ocean. Suara dering ponsel menghentikan pekerjaan Tuan Anderson. Diambil ponselnya terlihat panggilan dari istrinya. “Hallo Ellen? Ada apa?” suara dingin keluar dari Tuan Anderson “Kapan kamu akan pulang? Ibu menanyakan kedatanganmu, sudah hampir tiga minggu kamu melakukan perjalanan bisnis.” “Katakan pada ibu, satu minggu lagi aku pulang. Kalau tidak ada hal penting, jangan hubungi aku.” ucapnya sembari menutup sambungan telepon. “Kapan aku bisa terlepas dari jebakan wanita tersebut?” gumamnya saat dirinya mulai terjebak dalam pernikahan yang mengerikan. Siang harinya dokter James selesai memberikan pertolongan pertama pada Zulaikha. Clark yang berdiri disamping dokter James melihat wajah Zulaikha yang masih pucat seakan tidak ada aliran darah yang mengalir di wajahnya. “Bagaimana kondisi Wanita tersebut? Apakah ada kemungkinan untuk bertahan hidup?” tanya Clark. “Saya masih memastikan, denyut nadinya sangat lemah, apalagi dia kehilangan cukup banyak darah yang keluar dari kepalanya. Fasilitas berupa peralatan yang tersedia di Villa ini kurang mendukung untuk proses pemulihan. Apakah tidak sebaiknya segera di bawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut?” “Aku belum berani bertindak sebelum mendapat perintah dari Tuan Anderson.” “Baiklah, Aku akan merawat Wanita ini sekadarnya sesuai peralatan yang tersedia di Villa ini?” ucapnya sembari menyelesaikan balutan pada kaki wanita tersebut yang mengalami luka bakar. “Dokter James, aku akan menemui Tuan Anderson, sekarang jadwal makan siangnya.” “Oke. Baiklah. Aku masih tetap disini untuk memberi perawatan lanjutan.” Segera Clark keluar dari kamar yang ditempati Zulaikha. Dia bergegas berjalan menuju ke balkon yang berada di lantai dua, namun langkah kakinya terhenti saat melihat Tuan Anderson sedang duduk di ruang tengah dengan ditemani secangkir kopi. Clark berjalan menghampiri Tuan Anderson. “Tuan Anderson, saatnya jadwal makan siang Anda? Aku akan mempersiapkan makanannya sekarang.” “Nanti saja, lima belas menit lagi aku akan makan siang. Clark, panggilkan dokter James sekarang!” perintahnya kepada Clark. “Baiklah Tuan Anderson, saat ini dokter James sedang membalut luka bakar wanita tersebut. Segera setelah selesai merawatnya, aku akan antar dokter James menemui Anda.” ucapnya seraya berlalu dari hadapan Tuan Anderson. Tak berapa lama kemudian dokter James datang menemui Tuan Anderson. “Selamat Siang Tuan Anderson?” sapa dokter James dengan ramah. “Duduklah.” Dia melihat raut wajah lelah yang terpancar dari wajah dokter James. “Kamu pasti kelelahan setelah beberapa jam merawat wanita tersebut, bagaimana kondisinya? Apakah dia masih bisa diselamatkan?” Dokter James segera duduk kemudian dia berkata : “Denyut nadinya lemah, saat ini dia masih tidak sadarkan diri. Paru-parunya sudah terisi air, dibutuhkan alat penunjang untuk mengurangi jumlah air yang berada di paru-paru. Kemungkinan dia sudah terhanyut di sungai semalaman.” Dia berhenti sejenak sambil menghela nafas. “Untuk bertahan hidup dia membutuhkan peralatan lengkap, namun ketersediaan peralatan kesehatan di villa ini belum mencukupi. Apakah tidak sebaiknya wanita tersebut dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang lebih lengkap?” “Apakah kondisinya separah itu?” tanya Tuan Anderson. Dia merasakan getaran aneh saat mendengar nasib naas yang dialami wanita tersebut. Ada rasa selalu ingin dekat dengan wanita yang tidak dikenalnya tersebut. “Baiklah, dokter James, siapkan peralatan yang tersedia untuk membawa wanita tersebut ke Lordania hari ini juga. Aku akan majukan keberangkatan ke Lordania hari ini. Siapkan dua orang perawat untuk menemani selama perjalanan.” Dokter James terkejut mendengar perkataan dari Tuan Anderson namun dia hanya dapat menyimpan sejumlah pertanyaan didalam hatinya. “Baiklah, aku akan menyiapkan sekarang.” katanya. Segera dia pergi ke kamar yang digunakan untuk merawat Zulaikha. “Clark.” panggilnya. “Siapkan keberangkatanku ke Lordania hari ini, kamu juga ikut menemani wanita tersebut. Pastikan jet pribadi sudah mulai diurus sekarang. Sembari menunggu persiapannya, aku akan makan siang sekarang.” “Baiklah Tuan Anderson. Aku akan mempersiapkan perjalanan Tuan Anderson ke Lordania untuk hari ini. Aku akan ke dapur meminta pelayan untuk menyiapkan makan siang untuk Anda.” ucapnya. Dia segera pergi menuju ke dapur. Pelayan datang menemui Tuan Anderson dan berkata : “Tuan Anderson makan siangnya sudah siap di meja makan. Silakan Tuan.” ucapnya dengan ramah. Tuan Anderson beranjak dari tempat duduk dan melangkahkan kakinya menuju ke ruang makan. Dia duduk dan mulai menyantap makan siangnya.Clark mulai mengurus jadwal keberangkatan Jet Pribadi Tuan Anderson yang di majukan untuk sore hari ini. Dia dibantu dokter James menyiapkan mobil yang akan digunakan wanita tersebut menuju ke Bandara, semua peralatan kesehatan beserta brankar yang membawa Zulaikha mulai dipersiapkan.“Pelayan.” panggil Clark. “Segera kemasi pakaian yang akan dibawa Tuan Anderson kedalam koper, setelah itu masukkan koper tersebut ke dalam mobil.” perintahnya.“Baiklah. Akan segera aku siapkan.” kata pelayan seraya berlalu dari hadapan Clark.Dua puluh menit telah berlalu semua persiapan telah selesai dilakukan. Clark menemui Tuan Anderson yang berada di kamar pribadinya.“Tuan Anderson.” ucapnya dengan nada sedikit keras sembari mengetuk pintu kamarnya kemudian membuka pintu ruangan tersebut.Dia berjalan memasuki ruang kamar tersebut. Terlihat sosok arrogant yang terpancar dari sorot mata Tuan Anderson. Dia duduk di sofa menatap kedatangan Clark dan berkata : “Apakah semuanya sudah siap?”“Sudah Tu
Cuaca pagi hari memancarkan aura cantiknya menelusup kedalam Mansion utama di kota Burgeon. Tuan Anderson masih bergumul dalam kehangatan mentari pagi yang masuk melalui celah ventilasi kamar pribadinya. Dia tertidur cukup nyenyak usai melakukan perjalanan jauh dari Negara Ocean.Clark sedang mempersiapkan kebutuhan pribadi Tuan Anderson di ruang kerjanya. Dia sudah menyusun daily private schedule untuk Tuan Anderson. Semua sudah tersusun rapi sesuai permintaan Tuan Anderson. Dia melihat jam dipergelangan tangannya yang menunjukkan pukul 10:00 pagi, Dia bergumam : “Apakah hari ini Tuan Anderson akan mengundurkan jadwal meetingnya? Sudah jam 10:00 pagi tapi Tuan Anderson belum juga beranjak dari tempat tidur.” Clark gusar dengan keadaan saat ini. “Sebaiknya aku tunggu Tuan Anderson di ruang tengah, mungkin dia kelelahan setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh.” bisiknya lirih.Suara dering ponsel terus berdering memenuhi ruangan kamar pribadinya, Tuan Anderson yang tengah tertidur
Tuan Anderson masih lekat memandangi wajah wanita yang ada didepannya. Perlahan tangannya menggenggam jari jemari wanita tersebut. “Kenapa dengan perasaanku? Aku merasa senang saat berada dekat dengan wanita ini, meskipun aku belum mengenalnya dan mengetahui identitas wanita tersebut, namun jauh dilubuk hatiku sudah terisi ruang untuk wanita ini, seakan ada magnet yang menarik masuk untuk mengisi kehampaan ruang kosong di hati.” batinnya. “Baiklah, sembari menunggu kamu sadar, aku akan memanggil kamu dengan nama kesayangan yang aku beri nama Olive. Akan aku pastikan Olive, kamu akan menjadi milikku.” ucapnya lirih dengan tersenyum puas. “Aku akan mencari dokter terbaik di Lordania untuk segera meyembuhkanmu.” janjinya didalam hati. Tak berapa lama Clark masuk ke dalam ruangan. Dia berjalan mendekat ke arah Tuan Anderson. Dia memasang ekspresi wajah senormal mungkin saat melihat Tuan Anderson sedang menggenggam tangan wanita tersebut sambil berbicara lirih didekat telinga wanita
Tuan Anderson masih menatap lekat wajah Olive yang terbaring tak berdaya. Hatinya merasa miris melihat alat bantu medis yang digunakan untuk membantunya bertahan hidup. Dia bergumam : “Segeralah sadar Olive! Kamu masih cukup muda tentu kamu kuat melewati masa kritis ini?” Dia melirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya yang menunjukkan pukul 16:00 sore. “Olive aku akan keluar dari rumah sakit ini. Ada orang yang menjaga kamu selama di rumah sakit ini.” Clark masuk ke ruang perawatan. Dia segera berjalan mendekat ke arah Tuan Anderson yang masih duduk disebelah tempat tidurnya Olive. “Tuan Anderson! Apakah sekarang Tuan sudah siap untuk segera pergi ke kota Burgeon? Aku harap kita tidak telat dikarenakan kita telah mengundurkan jam pertemuan untuk meeting.” “Baiklah, kita berangkat sekarang. Aku sudah merasa tenang meninggalkan Olive dengan perawat dan pengawal yang senantiasa menjaganya. Bagaimana hasil penyelidikanmu Clark? Apakah benar ibuku dirawat di rumah sakit ini
Tepat pukul 21:00 malam, Tuan Anderson dan Clark meninggalkan ruangan kantor Tuan Swift. Saat berjalan melewati lobi kantor ponsel Tuan Anderson berbunyi.Dia berhenti sejenak, untuk menerima panggilan telepon tersebut.“Hallo!” Tuan Anderson membuka percakapan melalui telepon. “Aku perawat dari Ocean yang ditugaskan untuk menjaga Olive. Tuan Anderson saat ini Olive sudah sadar.” ucap perawat dari Seberang sambungan telepon.“Benarkah! Jaga dia, aku akan segera kesana.” Tuan Anderson segera memutuskan sambungan teleponnya.Dia menyimpan kembali ponselnya. Clark yang masih setia menemaninya segera berkata : “Apakah Tuan Anderson mau makan malam di restaurant didekat kantor Tuan Swift? Ini sudah malam. Aku lihat, tadi Tuan Anderson tidak menyentuh makanan sama sekali pada waktu break disela-sela waktu meeting.”“Aku kurang berselera makan, sebaiknya kita mencari restaurant di Lordania. Segera reservasi tempat, kamu sudah tahu selera makanku? Aku yakin kamu tidak akan mengecewakanku!”
Tuan Anderson berjalan dengan tergesa-gesa menuju ke ruang perawatan Olive yang terletak di lantai dua di rumah sakit Lordania. Dia sudah tidak sabar untuk segera bertemu dengan Olive. Clark yang berjalan disampingnya segera menyeimbangkan langkah kakinya. Ada dua orang pengawal yang berjaga didepan pintu ruang perawatan. Pengawal yang melihat kedatangan Tuan Anderson dan Clark segera membukakan pintu ruangan tersebut dan mempersilahkan Tuan Anderson untuk masuk.Hatinya berdegup kencang saat melihat Olive sedang diperiksa oleh seorang dokter.Tuan Anderson berjalan mendekat ke arah mereka.“Bagaimana kondisi Olive dokter?” tanyanya dengan pandangan mata yang tetap menatap wajah Olive. “Pasien baru saja sadar sehingga kondisinya masih lemah, dia belum mempunyai tenaga untuk berbicara. Sebaiknya biarkan dia beristirahat, untuk memulihkan kembali tenaganya.”“Apakah operasinya berhasil? Aku khawatir akan mempengaruhi memori Olive karena kepalanya terus menerus mengeluarkan darah hamp
Tepat pukul 08:00 pagi, dokter dan perawat melakukan kunjungan pemeriksaan ke ruang perawatan yang ditempati oleh Olive. Dokter segera memeriksa kondisi Olive setelah sebelumnya membaca catatan medis yang berisi perkembangan Olive pasca operasi.Dokter berkata kepada perawat yang menjaga Olive.“Berdasarkan laporan, perkembangan Olive cukup bagus, untuk sakit kepalanya merupakan efek dari benturan di kepalanya yang mengalami gegar otak stadium sedang, sehingga dibutuhkan proses agak lama untuk mulai memulihkan keseluruhan memorinya.”Tiba-tiba kelopak mata Olive terbuka, dia samar-samar melihat sosok berpakaian putih yang berdiri tak jauh dari hadapannya.Perawat yang menemani dokter melakukan visit di ruangan Olive segera berkata :“Dokter, Olive sudah bangun? Apakah dokter ingin menanyakan sesuatu kepada Olive?”“Aku akan menanyakan beberapa pertanyaan terkait memori Olive.”Dokter segera berjalan menghampiri Olive. Dia berkata : “Selamat pagi Olive! Apakah kepalamu masih terasa sa
Di kediaman Mansion Tuan Aksara, tepatnya di kamar utama. Saat tengah malam Tuan Aksara mulai menggeliatkan tubuhnya, dia merasakan kepalanya berputar-putar, dengan perlahan dia membuka kedua kelopak matanya. Segera dia meraba sisi tempat tidur untuk memastikan Angel masih berada disampingnya. “Sayang!” ucapnya membangunkan Angel. “Bangunlah!” sembari menggerakkan tubuhnya Angel. “Heem….” terdengar suara keluar dari Angel. “Bangunlah sayang!” “Ada apa sayang!” tanya Angel dengan masih memejamkan matanya. “Aku masih mengantuk sayang. Tidurlah! Ini belum pagi.” “Kepalaku masih sakit? Ambilkan aku obat penghilang rasa sakit kepala. Cepatlah!” Nyonya Angel segera membuka kedua matanya, dia melihat wajah suaminya yang berada disampingnya. “Benarkah kamu masih merasakan sakit kepala? Apakah kamu demam?” segera Nyonya Angel meraba kening suaminya. “Heem kamu tidak demam, suhu tubuhmu normal. Apakah kamu barusan bermimpi buruk? Sehingga kamu mengigau?” Angel segera dud