Tepat pukul 21:00 malam, Tuan Anderson dan Clark meninggalkan ruangan kantor Tuan Swift. Saat berjalan melewati lobi kantor ponsel Tuan Anderson berbunyi.
Dia berhenti sejenak, untuk menerima panggilan telepon tersebut. “Hallo!” Tuan Anderson membuka percakapan melalui telepon. “Aku perawat dari Ocean yang ditugaskan untuk menjaga Olive. Tuan Anderson saat ini Olive sudah sadar.” ucap perawat dari Seberang sambungan telepon. “Benarkah! Jaga dia, aku akan segera kesana.” Tuan Anderson segera memutuskan sambungan teleponnya. Dia menyimpan kembali ponselnya. Clark yang masih setia menemaninya segera berkata : “Apakah Tuan Anderson mau makan malam di restaurant didekat kantor Tuan Swift? Ini sudah malam. Aku lihat, tadi Tuan Anderson tidak menyentuh makanan sama sekali pada waktu break disela-sela waktu meeting.” “Aku kurang berselera makan, sebaiknya kita mencari restaurant di Lordania. Segera reservasi tempat, kamu sudah tahu selera makanku? Aku yakin kamu tidak akan mengecewakanku!” “Baiklah Tuan Anderson. Aku akan mencari restaurant yang representative dan segera reservasi meja.” Tuan Anderson mulai melangkahkan kakinya menuju ke halaman kantor. Driver sudah berdiri disamping mobil. Melihat kedatangan Tuan Anderson, segera driver membukakan pintu mobil, Tuan Anderson segera masuk kedalam mobil tersebut. Sementara Clark duduk didepan bersebelahan dengan driver. Dia mulai reservasi meja disebuah restaurant yang cukup mewah di kota Lordania. Clark melihat driver dan berkata : “Kita sekarang akan ke restaurant di kota Lordania. Segera lajukan mobil menuju ke restaurant tersebut.” “Baiklah, Clark.” Driver mulai melajukan kendaraan roda empat keluar dari area kantor Tuan Swift. Mobil melaju dengan kecepatan yang maksimal melewati beberapa ruas jalan di kota Burgeon. Setelah menempuh perjalanan selama satu jam, kendaraan yang membawa Tuan Anderson dan Clark telah memasuki Lordania. Lordania sebuah kota di negara maju yang menampilkan sisi eksotiknya dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat membuat kota ini digadang-gadang sebagai kota yang menempati posisi lima besar dunia yang menampilkan resilient ekonomi yang kuat. Kesemuannya ini terpancar melalui tampilan kota yang super wah disepanjang jalan. Tepat pukul 22:15 malam, driver memasuki area parkir restaurant. Tuan Anderson segera turun dari mobil diikuti Clark yang mulai memposisikan dirinya berada disamping Tuan Anderson. Mereka berjalan memasuki restaurant tersebut. Pelayan yang melihat kedatangan Tuan Anderson dan Clark segera menyambut mereka. “Selamat malam Tuan Anderson! Kami sudah menyiapkan meja untuk Tuan Anderson yang telah direservasi.” “Baiklah, segera antarkan kami sekarang!” Pelayan segera memandu Tuan Anderson dan Clark menuju meja yang terletak di lantai satu. “Tuan Anderson mau memesan makanan apa?” tanya Clark saat mereka sudah duduk di kursi tersebut. “Aku menginginkan makanan favorit di reastauran ini. Segera pesankan!” “Baiklah Tuan Anderson.” Clark segera memesan makanan kepada pelayan yang berdiri tak jauh darinya. “Clark! Olive sudah sadar.” ucap Tuan Anderson dengan raut wajah yang tidak terbaca. “Dia wanita yang masih muda, daya tahan tubunya masih kuat. Aku tahu Olive cepat melalui masa kritis tersebut.” Dia memandang raut wajah Tuan Anderson yang menyiratkan kekhawatiran. “Apakah Tuan Anderson masih mengkhawatirkannya!” “Kenapa saat menatap wajah Olive bayangan Delima selalu muncuk di ingatanku! Wajahnya mengingatkanku akan Delima. Selama aku berhubungan dengan Delima tidak pernah sama sekali melihat rambutnya karena dia berjilbab. Aku seringkali membayangkan, apakah rambut Delima seperti Olive?” Clark terdiam mendengar perkataan dari Tuan Anderson. Dia teringat kejadian dua puluh lima tahun yang lalu. Dimana Nyonya Alexander sangat menyukai Delima, namun kesemuannya hancur semenjak kedatangan Ellen yang merupakan keponakan dari Tuan Alexander. Ellen secara tidak langsung ikut andil dalam memutuskan hubungan antara Tuan Anderson dengan Delima. Sampai akhirnya Tuan Anderson dan Ellen menikah dengan sebuah intrik yang dirancang oleh Ellen. Semenjak saat itu, keberadaan Delima sudah tidak dapat terdeteksi lagi. Bahkan mata-mata maupun detektif yang disewa Tuan Anderson untuk mencarinya tidak mampu mencium keberadaannya. Kami semua sudah menyimpulkan jika Delima sudah meninggal dunia meskipun sampai saat ini mayatnya belum pernah kami temukan. “Tuan Anderson, mungkin ini balasan dari perbuatan Anda yang masih tetap mencintai Delima. Olive telah dikirim untuk bertemu dengan Tuan Anderson meskipun mempertemukan dengan cara yang unik.” Senyum mengembang terlihat dari wajah Tuan Anderson. Dia berkata : “Mungkinkah apa yang kamu katakan benar Clark ? Tentu aku sangat senang menemukan pengganti Delima. Setelah dia pulih, aku akan segera menikahi Olive. Pernikahanku dengan Ellen tidak memiliki keturunan. Ibuku sudah terlalu tua, dia sangat menginginkan hadirnya seorang cucu dari keturuananku. Meskipun ibuku sudah memiliki cucu dari saudaraku, namun dia bersikeras untuk tetap memintaku memberikan keturunan untuknya.” Sesaat dua orang pelayan datang dengan membawa makanan yang sudah dipesan. Setelah pelayan menyajikan makanan tersebut, Tuan Anderson dan Clark mulai menyantap makanannya. “Clark, mungkinkah perasaanku kepada Olive hanya karena wajahnya yang mirip dengan Delima? Sepertinya aku sedang bermimpi bertemu dengan Delima. Ataukah hatiku yang tidak pernah berpaling sedikitpun dari Delima. Sehingga aku dengan cepat dapat menerima kehadiran Olive.” Tuan Anderson mulai menyuapkan makanannya kembali. “Memang sulit untuk melupakan seseorang yang sudah mampu mematikkan api cinta pada hati seseorang. Umur bukan sebuah batasan untuk menghilangkan perasaan tersebut. Tuan Anderson dapat mencari tenaga medis yang kompeten untuk mempercepat proses pemulihan Olive, sehingga rencana Tuan Anderson segera terlaksana.” Clark mulai mengambil makanan penutup, dia mulai menyuapkan kedalam mulutnya. “Clark kamu adalah orang kepercayaanku, pastikan untuk menjaga rahasia ini. Aku tidak akan memberitahu ibu sebelum aku menikahi Olive.” Helaan nafas keluar dari Tuan Anderson. Dia hanya memandang makanan penutup yang berada di atas meja. Selera makannnya sudah hilang berganti dengan perasaan yang menggebu-gebu untuk segera bertemu dengan Olive. Clark yang melihat Tuan Anderson tidak menyentuh makanan penutupnya sama sekali segera mempercepat makannya. “Makanan penutup ini adalah salah satu makanan favorit anda? Mengapa anda tidak memakannya? Apakah Tuan Anderson sudah menginginkan dengan segera untuk bertemu Olive dan melihat kondisinya saat ini?” “Kamu bisa menebak jalan pikiranku Clark. Benar apa yang kamu katakana!” Clark segera menuntaskan makanan penutupnya, disuapan terakhir dia berkata : “Tuan Anderson saya akan memeriksa kondisi Nyonya Alexander, ada mata-mata yang aku tempatkan untuk memantau keadaan Nyonya Alexander.” Tuan Anderson menyesap minumannya berusaha untuk menghilangkan rasa haus. “Segeralah kamu bekerja, sebentar lagi kita akan pergi ke rumah sakit.” tegasnya. ‘Baiklah Tuan Anderson.” Clark segera melambaikan tangannya kepada pelayan untuk memintakan bill makanan tersebut. Sesaat pelayan datang menghampiri Clark dengan membawa bill. Dengan segera Clark membayar bill tersebut. Tuan Anderson dan Clark pergi keluar dari restauran. Segera mereka berjalan menuju ke mobil yang akan membawa mereka menuju ke rumah sakit Lordania. Selama diperjalanan pikiran Tuan Anderson tak lepas dari bayang-bayang wajah Olive. Detak jantungnya berdetak lebih cepat seirama hembusan nafas yang keluar dari dirinya. Clark yang duduk bersebelahan dengan Tuan Anderson segera menangkap gelagat aneh atas sikap Tuannya. “Apakah Tuan Anderson mencemaskan Olive? Memang Olive belum mengenal Tuan? Terkadang memang sempat terdapat secuil rasa takut dihati jika mendapatkan penolakan. Saya memprediksikan usia Olive relative masih muda, dibawah dua puluh lima tahun. Ibarat seorang gadis dia sedang mengalami masa kejayaannya. Tentunya Tuan Anderson perlu memahami perbedaan usia yang cukup jauh dengan Olive.” Tuan Anderson mulai menata hati dan pikirannya, perkataan dari Clark tidak sepenuhnya salah. Namun dia sudah membulatkan tekad untuk hidup bersama dengan Olive meskipun dia harus menghadapi berbagai rintangan. “Aku sudah memikirkannya secara mendalam Clark, serta mengantisipasi sikap Olive saat pertama kali melihatku. Mungkin aku akan dipandang sosok asing yang baru dia lihat. Aku akan memperlakukan Olive sebagaimana aku memperlakukan Delima. Itu merupakan sebuah cara supaya aku cepat menyelami sosok Olive.” Tuan Anderson menghentikan ucapannya. Sesaat bayangan Wajah Delima hadir di kedua pelupuk matanya. Di usianya yang sudah mulai memasuki kepala lima, pesona Delima tetap membius pikiran dan hatinya. Getaran-getaran yang sudah lama terpendam seolah muncul kembali laksana mentari yang memancarkan kehangatan sinarnya. Dia melanjutkan perkataannya. “Kamu bisa melihat penampilan fisikku Clark? Di usia yang relative tidak muda, keadaan fisikku tidak mencerminkan usia yang sebenarnya. Olah raga yang aku tekuni serta perawatan tubuh yang aku lakukan secara rutin sudah terlihat membuahkan hasilnya.” Dia tersenyum sembari pikirannya menerawang dan menelusuri akan semua situasi yang akan segera tercipta. Dia sudah tidak sabar menunggu saat-saat tersebut.Tuan Anderson berjalan dengan tergesa-gesa menuju ke ruang perawatan Olive yang terletak di lantai dua di rumah sakit Lordania. Dia sudah tidak sabar untuk segera bertemu dengan Olive. Clark yang berjalan disampingnya segera menyeimbangkan langkah kakinya. Ada dua orang pengawal yang berjaga didepan pintu ruang perawatan. Pengawal yang melihat kedatangan Tuan Anderson dan Clark segera membukakan pintu ruangan tersebut dan mempersilahkan Tuan Anderson untuk masuk.Hatinya berdegup kencang saat melihat Olive sedang diperiksa oleh seorang dokter.Tuan Anderson berjalan mendekat ke arah mereka.“Bagaimana kondisi Olive dokter?” tanyanya dengan pandangan mata yang tetap menatap wajah Olive. “Pasien baru saja sadar sehingga kondisinya masih lemah, dia belum mempunyai tenaga untuk berbicara. Sebaiknya biarkan dia beristirahat, untuk memulihkan kembali tenaganya.”“Apakah operasinya berhasil? Aku khawatir akan mempengaruhi memori Olive karena kepalanya terus menerus mengeluarkan darah hamp
Tepat pukul 08:00 pagi, dokter dan perawat melakukan kunjungan pemeriksaan ke ruang perawatan yang ditempati oleh Olive. Dokter segera memeriksa kondisi Olive setelah sebelumnya membaca catatan medis yang berisi perkembangan Olive pasca operasi.Dokter berkata kepada perawat yang menjaga Olive.“Berdasarkan laporan, perkembangan Olive cukup bagus, untuk sakit kepalanya merupakan efek dari benturan di kepalanya yang mengalami gegar otak stadium sedang, sehingga dibutuhkan proses agak lama untuk mulai memulihkan keseluruhan memorinya.”Tiba-tiba kelopak mata Olive terbuka, dia samar-samar melihat sosok berpakaian putih yang berdiri tak jauh dari hadapannya.Perawat yang menemani dokter melakukan visit di ruangan Olive segera berkata :“Dokter, Olive sudah bangun? Apakah dokter ingin menanyakan sesuatu kepada Olive?”“Aku akan menanyakan beberapa pertanyaan terkait memori Olive.”Dokter segera berjalan menghampiri Olive. Dia berkata : “Selamat pagi Olive! Apakah kepalamu masih terasa sa
Di kediaman Mansion Tuan Aksara, tepatnya di kamar utama. Saat tengah malam Tuan Aksara mulai menggeliatkan tubuhnya, dia merasakan kepalanya berputar-putar, dengan perlahan dia membuka kedua kelopak matanya. Segera dia meraba sisi tempat tidur untuk memastikan Angel masih berada disampingnya. “Sayang!” ucapnya membangunkan Angel. “Bangunlah!” sembari menggerakkan tubuhnya Angel. “Heem….” terdengar suara keluar dari Angel. “Bangunlah sayang!” “Ada apa sayang!” tanya Angel dengan masih memejamkan matanya. “Aku masih mengantuk sayang. Tidurlah! Ini belum pagi.” “Kepalaku masih sakit? Ambilkan aku obat penghilang rasa sakit kepala. Cepatlah!” Nyonya Angel segera membuka kedua matanya, dia melihat wajah suaminya yang berada disampingnya. “Benarkah kamu masih merasakan sakit kepala? Apakah kamu demam?” segera Nyonya Angel meraba kening suaminya. “Heem kamu tidak demam, suhu tubuhmu normal. Apakah kamu barusan bermimpi buruk? Sehingga kamu mengigau?” Angel segera dud
Olive masih terbaring di tempat tidur rumah sakit, sorot matanya tajam menatap ke arah langit-langit rumah sakit, dia merasakan jiwanya telah melayang separuh dari raganya.Tuan Anderson masih setia duduk menemani Olive. Wajahnya menyimpan sejuta misterius yang tidak bisa terbaca. Dia memberi ruang kosong kepada Olive untuk merenungkan semua perkataan yang baru dia katakan.Sesaat perawat memasuki ruangan perawatan Olive. Mereka melihat Olive belum menyentuh sama sekali makan siangnya.Tuan Anderson dan Olive melihat kedatangan perawat yang berjalan menghampiri mereka. Salah seorang perawat wanita berkata : “Tuan Anderson? Apakah Olive belum merasakan lapar? Kenapa makan siangnya belum di makan? Sebaiknya Olive makan siang terlebih dahulu, sekarang sudah waktunya makan siang untuk segera meminum obat dari dokter.”“Olive. Apakah kamu mendengarkan apa yang perawat katakan! Makanlah! Segera pulihkan kondisi tubuhmu, kemudian kamu dapat segera menjalani kembali aktivitasmu.”Olive mengh
Tuan Anderson masih berada di depan ruang perawatan Olive. Saat ini dia merasa cukup aman atas peristiwa yang menimpa Olive. Sebisa mungkin dia berusaha menutupi kebohongannya dengan cara sebersih mungkin.“Clark dapatkah kamu membuat identitas Olive dengan secepat mungkin? Aku sudah menjanjikan kepada Olive untuk menunjukkan identitas Olive setelah dia pulang dari rumah sakit."Clark terdiam sejenak, dia memikirkan alamat yang akan dia cantumkan pada pada kartu identitas milik Olive. “Tuan Anderson? Sebelum aku membuat kartu identitas untuk Olive, terlebih dahulu aku akan menanyakan terkait dua orang perawat dari Ocean. Apakah tidak secepatnya Tuan Anderson segera memulangkan perawat kembali ke Negara Ocean, sembari menghilangkan identitas asli Olive. Itu cara yang paling aman saat membuat kartu identitas untuk Olive.”“Benar apa yang kamu katakan. Aku juga membutuhkan seorang perawat dari Lordania untuk menjaga Olive selama dia menjalani perawatan di rumah. Segera urus dua tiket pe
Pandangan mata Nyonya Alexander sesaat menyihir hati Tuan Anderson, dia sebenarnya tidak tega membiarkan ibunya untuk tinggal lebih lama di rumah sakit, namun selama dia belum mendapatkan kepastian dari dokter, Tuan Anderson tidak mengijinkan ibunya kembali ke mansion.“Bersabarlah bu, memang agak jenuh berada di rumah sakit, aku akan segera menghubungi dokter untuk menanyakan kondisi ibu.” ucap Tuan Anderson.“Benar apa yang telah dikatakan oleh Tuan Anderson? Di rumah sakit perawatannya lengkap dengan didampingi tenaga medis selama dua puluh empat jam. Ibu bersabar sedikit sembari menunggu kesehatan ibu segera pulih.”“Ellen kamu jangan banyak bertingkah didepan Tuan Anderson. Kalian lihat sendiri kondisiku sekarang, aku merasa sudah sehat, nafsu makanku juga sudah bertambah. Benarkan Lani!”“Ibu tidak perlu mencari pembenaran terhadap Lani, aku meminta ibu untuk bersabar sedikit. Aku pastikan ibu akan pulang ke mansion dengan segera. Sebaiknya ibu istirahat. Aku tidak bisa menemani
Tuan Richard yang mendapatkan sanggahan dari Tuan James segera menjawab : “Suatu kehormatan bagiku karena Tuan James berkenan untuk menghadiri pertemuan ini dan meluangkan waktu dan pikiran untuk berkontribusi dalam pembentukan Pakta Ekonomi non Linier. Aku sangat senang karena anggotanya berisi orang-orang yang kompeten serta memiliki disiplin ilmu yang berbeda-benda sebagai salah satu sumber kekuatan. Kolaborasi tersebut memang belum mendapatkan vote dari seluruh anggota yang berjumlah tujuh orang. Mari kita diskusikan lebih lanjut untuk mencapai kata mufakat.”Tuan Hock memandang Tuan Richard dengan tatapan angkuh, dia terdiam tidak memberikan sepatah kata pun atas perkataan yang dilontarkan Tuan Richard. Dia menghormati pendapat rekan sejawatnya yang menentang kolaborasi tersebut.“Apakah kolaborasi tersebut akan berjalan dengan berimbang seiring dengan pergerakan kondisi negara Lordania? Ide tersebut cukup brilian untuk resilience negara kita, namun sayangnya ada celah kekurangan
Pagi hari di ruang perawatan, Nyonya Alexander sudah mulai bertingkah.“Lani, sekarang sudah jam berapa? Kenapa waktu serasa berjalan cukup lambat? Aku sudah jenuh berada di rumah sakit ini? Kamu lihatlah menantuku Ellen! Sama sekali dia tidak pernah menemaniku semenjak aku berada di rumah sakit ini? Aku sungguh kesal dengannya?”“Nyonya Alexander? Tidakkah Nyonya ingat? Kemarin siang Ellen menemani Nyonya dan saat sore hari dia pulang ke mansion. Bukankah ada perawat yang menjaga Nyonya Alexander?”“Aku tahu Lani, biasanya temanku selalu membanggakan menantunya yang berbakti dan merawat ibu mertuanya saat sakit. Dia sama sekali tidak menemaniku saat malam hari? Apa yang bisa aku banggakan?” Hufft …. Hembusan nafas kasar keluar dari Nyonya Alexander.“Bukankah Nyonya ingat? Bagaimana watak Nyonya Ellen? Dia suka berbuat seenaknya tanpa melihat situasi.”“Aku sudah tahu? Dia tidak berubah sikapnya sama sekali. Sungguh menjengkelkan?” Dia menggelengkan kepalanya seraya mengingat Ellen.