Share

Bab 6

Tuan Anderson masih menatap lekat wajah Olive yang terbaring tak berdaya. Hatinya merasa miris melihat alat bantu medis yang digunakan untuk membantunya bertahan hidup.

Dia bergumam : “Segeralah sadar Olive! Kamu masih cukup muda tentu kamu kuat melewati masa kritis ini?” Dia melirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya yang menunjukkan pukul 16:00 sore. “Olive aku akan keluar dari rumah sakit ini. Ada orang yang menjaga kamu selama di rumah sakit ini.”

Clark masuk ke ruang perawatan. Dia segera berjalan mendekat ke arah Tuan Anderson yang masih duduk disebelah tempat tidurnya Olive.

“Tuan Anderson! Apakah sekarang Tuan sudah siap untuk segera pergi ke kota Burgeon? Aku harap kita tidak telat dikarenakan kita telah mengundurkan jam pertemuan untuk meeting.”

“Baiklah, kita berangkat sekarang. Aku sudah merasa tenang meninggalkan Olive dengan perawat dan pengawal yang senantiasa menjaganya. Bagaimana hasil penyelidikanmu Clark? Apakah benar ibuku dirawat di rumah sakit ini!”

“Benar Tuan Anderson. Nyonya Alexander saat ini tengah di rawat di rumah sakit ini. Aku sudah melakukan penyelidikan lebih lanjut, ternyata Nyonya Alexander ditemukan tak sadarkan diri oleh Lani didalam kamar tadi pagi. Lani segera mendapat amukan dari Nyonya Ellen karena teledor menjaga Nyonya Alexander. Saat ini pun raut wajah Nyonya Ellen masih marah terhadap kejadian tersebut.”

Tuan Anderson yang mendengar perkataan dari Clark segera berkata : “Aku sudah mengetahui watak dari Ellen, dia seorang wanita yang bermuka dua. Dia marah karena aku tidak menjawab teleponnya. Dia sudah meneleponku dua hari berturut-turut, namun aku mengabaikan panggilan telepon darinya. Baiklah, nanti selepas urusan meeting aku akan segera mencari tahu penyebab ibuku mengalami pingsan.”

Tuan Anderson dan Clark segera keluar dari Rumah sakit. Mereka segera berjalan menuju ke halaman rumah sakit dimana driver telah menunggu kedatangan mereka.

Tak berapa lama kemudian. Mobil yang membawa Tuan Anderson dan Clark melaju menuju ke kota Burgeon. Mereka tiba di Kantor Tuan Swift tepat pukul 18:00 petang. Kedatangan mereka disambut oleh pegawai Tuan Swift di lobi kantor.

“Selamat datang Tuan Anderson!” sapa pegawai dengan ramah. “Rekan kerja Tuan Swift sudah menunggu Anda di ruang meeting. Mari kami antar menuju ke ruang meeting yang berada di lantai dua.”

“Baiklah.”

Mereka mulai berjalan menuju ke lift yang membawa menuju ke lantai dua. Sesampai di lantai dua, Tuan Anderson dan Clark diarahkan menuju ke ruang meeting.

Terlihat beberapa rekan bisnis Tuan Swift sudah berada di ruangan tersebut. Kedatangan Tuan Anderson segera menghentikan percakapan mereka.

“Silakan duduk Tuan Anderson!” sapa Graft asisten Tuan Swift sembari menunjukkan tempat duduk kepada Tuan Anderson.

“Karena semua peserta meeting sudah hadir semua, kami akan memanggil Tuan Swift untuk segera memulai meeting ini.” Graft segera keluar dari ruang meeting dan menuju ke kantor utama untuk menemui Tuan Swift.

Tak menunggu waktu lama, Tuan Swift sudah berada di ruangan meeting tersebut. Tuan Swift segera memulai meeting tersebut dengan menyerahkan beberapa draft project untuk pembahasan lebih lanjut.

*****

Di rumah sakit Lordania, Ellen masih menunggu Nyonya Alexander yang belum juga sadarkan diri.

Raut wajah cemas terlihat dari Lani, pelayan pribadi Nyonya Alexander.

Dia berkata kepada Ellen : “Nyonya Ellen.” ucapnya pelan. “Saat aku mengantar sarapan pagi kepada Nyonya Alexander, dia masih sehat. Tidak mungkin dia tiba-tiba pingsan secara mendadak, sementara dia rajin mengkonsumsi obat yang diberikan oleh dokter Louis.”

Ellen memandang sinis pelayan tersebut.

“Apakah aku begitu saja percaya kepadamu! Aku sudah berkonsultasi dengan dokter untuk melakukan pemeriksaan laboratorium. Kita tunggu saja hasil laborat tersebut.” tegas Ellen.

Mendengar perkataan dari Nyonya Ellen, wajah Lani segera berubah menjadi pucat pasi. Selama ini dia tidak pernah mengindahkan perkataan dari Tuan Anderson untuk senantiasa berhati-hati terhadap Nyonya Ellen dan jangan pernah meninggalkan Nyonya Alexander sendirian.

“Nyo… Nyonya Ellen, aku tidak mengetahui apapun. Aku siap bersaksi jika dibutuhkan!”

“Untuk apa saksi! Apakah kamu berusaha mencari simpati dari Tuan Anderson atas kejadian tersebut? Jangan kamu bermimpi terlalu tinggi. Ingat Lani! Posisi kamu hanyalah seorang pelayan!” kata Ellen.

Dokter dan dua orang perawat masuk kedalam ruang perawatan.

Lani terkejut mengetahui kedatangan mereka secara tiab-tiba.

Sementara Ellen tersenyum licik, mengingat rencana yang disusunnya untuk menyingkirkan Nyonya Alexander beserta Lani akan segera berhasil.

Dokter mulai memeriksa kondisi Nyonya Alexander. Dia mengamati detak jantung pasien yang belum stabil.

Perawat mulai mencatat perkembangan Kesehatan Nyonya Alexander pada catatan rekam medis.

Dokter berkata : “Kondisi Nyonya Alexander saat ini mengalami komplikasi akibat makanan yang dikonsumsi mengandung racun.” Berdasarkan hasil laboratorium, darah Nyonya Alexander sudah tercampur dengan racun tersebut, saat ini kami hanya dapat memantau kesehatannya dengan memberikan obat-obatan sebagai penghambat penyebaran racun. Semua ini tidak terlepas dari daya tahan tubuh Nyonya Alexander untuk bekerja melawan penyebaran racun tersebut. Monitoring akan kami lakukan secara terus menerus dari tim medis selama 2 x 24 jam. Pastikan Nyonya Alexander selalu didampingi, ini untuk menghindari jika ada penyumbatan darah akibat reaksi dari obat-obatan yang telah Nyonya Alexander konsumsi selama ini, yang berimbas pada penyakit jantungnya.”

“Aku turut prihatin atas kondisi yang menimpa ibu mertuaku. Dia sudah cukup tua, aku tidak tahu bagaimana daya tahan tubuhnya saat ini. Aku harap obat yang diberikan oleh dokter segera bekerja dengan baik.” Ellen berhenti sejenak. Dia menatap dua orang perawat yang berdiri disamping dokter. Segera Ellen melanjutkan perkataannya : “Dokter, bolehkan aku meminta satu orang perawat yang khusus menjaga ibu mertuaku selama dua puluh empat jam. Aku tidak mungkin dapat menjaganya setiap saat.”

“Baiklah, kami akan segera usahakan dengan mencari jadwal perawat yang memiliki waktu shift kosong.” jawab dokter.

“Aku harap hari ini sudah ada perawat yang mulai bertugas untuk menjaga ibu mertuaku. Untuk pembayaran kompensasinya tentu lebih tinggi dari jam kerja biasanya.”

Salah satu perawat wanita yang berdiri disamping dokter segera berkata : “Selepas pukul 20:00 malam, shift kerjaku selesai. Aku dapat bertugas menjaga Nyonya Alexander."

Senyum kelegaan muncul dari wajah Ellen.

“Aku senang kamu dapat bekerja untukku. Nanti selepas shift segera datang ke ruangan ini.” kata Ellen.

Setelah Dokter dan perawat pergi meninggalkan ruangan tersebut.

Ellen berkata kepada Lani : “Aku pulang dulu ke mansion, sebentar lagi perawat akan menjaga Nyonya Alexander. Kabari aku jika Tuan Anderson datang malam ini."

“Baiklah Nyonya Ellen.”

Ellen segera meninggalkan rumah sakit. Dia ingin melepaskan lelah pada tubuhnya setelah selama dua hari dia bermain drama untuk membuat Tuan Anderson pulang ke mansion.

Ellen masuk kedalam mobil, driver segera melajukan kendaraan menuju ke Mansion. Dering ponsel tanda notifikasi terdengar didalam tas Ellen. Dia buka ponselnya, Ellen tersenyum mendapat pesan dari Tuan Anderson.

[ Apa yang telah kamu lakukan Ellen! Belum puaskah kamu membuat ulah terhadap keluargaku! Aku ingatkan jangan pernah main-main dengan nyawa ibuku! ]

[ Pulanglah segera! Kamu akan mengetahui kondisi Ibumu. Saat ini ibumu masih tidak sadarkan diri dan berada di rumah sakit. ] balas Ellen.

“Anderson, saat ini kamu tidak dapat berkelit lagi. Kamu sudah menjadi milikku, terserah kamu diluar mau bermain dengan wanita manapun! Namun satu hal, kamu sudah mulai terjerat oleh rencana yang sudah aku buat!” gumamnya.

Dia masih mengingat laporan dari mata-matanya yang mengatakan bahwa Tuan Anderson membawa seorang wanita dari Ocean. Sayangnya sampai saat ini identitas wanita tersebut belum dapat terendus olehnya.

Mobil memasuki halaman Mansion yang terletak di kota Triton. Ellen segera turun dari mobil dan berjalan memasuki mansion tersebut. Langkah kakinya terhenti saat ada seorang pelayan yang berjalan mendekat ke arahnya.

Pelayan segera berkata : “Apakah Nyonya Ellen akan makan malam? Akan segera kami siapkan!”

“Tidak perlu, aku tidak lapar. Antarkan saja cokelat hangat di kamarku.” katanya seraya berlalu pergi meninggalkan pelayan tersebut.

Dia bergegas masuk kedalam kamar pribadinya. Segera dia masuk ke kamar mandi dan mulai membersihkan tubuhnya.

Tak berapa lama kemudian, Ellen keluar dari kamar mandi. Dia melihat secangkir cokelat hangat sudah berada di atas meja. Segera dia menyesap minuman tersebut. Aroma cokelat yang menguar membuat pikiran Ellen menjadi tenang. Segera dia rebahkan badannya di atas tempat tidur. Dia mulai memejamkan kedua matanya berusaha melepaskan rasa penat yang mendera tubuhnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status