Share

Bab 4

Cuaca pagi hari memancarkan aura cantiknya menelusup kedalam Mansion utama di kota Burgeon. Tuan Anderson masih bergumul dalam kehangatan mentari pagi yang masuk melalui celah ventilasi kamar pribadinya. Dia tertidur cukup nyenyak usai melakukan perjalanan jauh dari Negara Ocean.

Clark sedang mempersiapkan kebutuhan pribadi Tuan Anderson di ruang kerjanya. Dia sudah menyusun daily private schedule untuk Tuan Anderson. Semua sudah tersusun rapi sesuai permintaan Tuan Anderson. Dia melihat jam dipergelangan tangannya yang menunjukkan pukul 10:00 pagi, Dia bergumam : “Apakah hari ini Tuan Anderson akan mengundurkan jadwal meetingnya? Sudah jam 10:00 pagi tapi Tuan Anderson belum juga beranjak dari tempat tidur.” Clark gusar dengan keadaan saat ini. “Sebaiknya aku tunggu Tuan Anderson di ruang tengah, mungkin dia kelelahan setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh.” bisiknya lirih.

Suara dering ponsel terus berdering memenuhi ruangan kamar pribadinya, Tuan Anderson yang tengah tertidur merasa terganggu, “Telepon dari siapa itu?” gerutunya. Dibiarkan telepon tersebut terus berdering, namun semakin lama dering ponsel tersebut semakin nyaring terdengar.

Dengan malas dia bangun dari tempat tidur dan mengambil ponsel yang terletak di atas nakas. Dia melihat panggilan telepon dari Ellen. Segera dia jawab panggilan tersebut.

“Ada apa?” tanyanya dengan tajam. “Sudah aku bilang jangan meneleponku jika tidak ada kepentingan mendesak!” hardiknya tajam. segera dia putuskan sambungan telepon secara sepihak.

“Benar-benar aku sudah merasa jengah dengan wanita ini.” sungutnya sembari mematikan ponselnya. Dia mulai berbaring kembali dan mencoba untuk melanjutkan tidurnya, namun suasana hatinya yang sudah buruk membuatnya sulit untuk kembali tertidur.

“Benar-benar pagi ini aku merasa sial.” gerutunya sembari beranjak dari tempat tidur. Dia berjalan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan badannya.

Tepat pukul 12:00 siang Tuan Anderson keluar dari kamar pribadinya. Dia turun ke lantai satu dengan memanfaatkan lift. Langkah kakinya lebar berjalan menuju ke ruang makan. Clark yang sedari tadi menunggu kedatangan Tuan Anderson di ruang tengah segera berjalan mengekor di belakangnya.

Tuan Anderson duduk di kursi, pelayan yang mengetahui kedatangannya segera melayani Tuan Anderson untuk makan siang. Clark dengan setia berdiri disamping Tuan Anderson sembari mengarahkan pelayan untuk melayani Tuan Anderson dengan baik dan memuaskan.

“Clark.” panggil Tuan Anderson setelah selesai menyantap makanannya.

“Iya Tuan, Apa Tuan membutuhkan sesuatu?” tanyanya dengan sopan.

“Untuk agenda hari ini, jam berapa jadwal meeting dengan klien?”

“Jam 01:00 siang Tuan. Apakah perlu diganti jadwalnya?”

“Tolong sampaikan untuk meetingnya dilaksankan sore hari, pastikan klien menerima perubahan jadwal tersebut? Siapkan mobil, aku akan ke rumah sakit Lordania.” segera dia beranjak dari tempat duduk dan pergi meninggalkan ruang makan menuju ke kamar pribadinya.

Clark yang mendapat perintah dari Tuan Anderson segera memerintahkan kepada pengawal Tuan Anderson untuk menyiapkan mobil.

Dia pergi ke ruang kerja untuk mengambil laptop dan tas kerja beserta beberapa dokumen untuk dibawa ke dalam mobil. Dia segera duduk disamping driver menunggu kedatangan Tuan Anderson sembari menghubungi klien untuk pengunduran jadwal meeting.

Sepuluh menit kemudian Tuan Anderson terlihat keluar dari Mansion, langkah kakinya lebar berjalan menuju ke mobil. Pintu mobil dibukakan oleh pengawal, segera Tuan Anderson masuk kedalam dan memposisikan dirinya untuk duduk senyaman mungkin.

“Segera pergi ke rumah sakit Lordania!” suara bariton keluar dari Tuan Anderson.

“Baiklah, Tuan Anderson.” ucap driver seraya menyalakan mesin mobil dan mulai melajukan laju kendaraan keluar dari mansion utama.

Jalanan dari kota Burgeon sampai di Lordania memerlukan waktu tempuh sekitar satu jam tiga pukuh menit. Kota Burgeon yang jauh dari keramaian dengan jalanan yang asri dipenuhi oleh beberapa pohon yang berjejer rapi di tepi jalan.

Memasuki jalan utama di Lordania, driver mulai mengurangi laju kendaraannya, terlihat padatnya lalu lintas pada siang hari ini. Tak berapa lama kendaraan memasuki halaman utama Rumah Sakit Lordania.

Segera Tuan Anderson dan Clark keluar dari dalam mobil. Dari kejauhan terlihat seorang perawat dari Ocean datang menghampiri Tuan Anderson dan Clark.

“Tuan Anderson.” ucapnya dengan sopan setelah berdiri tepat didepannya.

“Segera antarkan aku ke ruangan wanita tersebut!” perintahnya.

“Baik Tuan. Mari silakan.” ucapnya ramah seraya berjalan memimpin berjalan menuju ke ruangan Zulaikha yang berada di lantai tiga.

“Pastikan keberadaan wanita tersebut tidak diketahui keberadaannya oleh orang lain selama dia menjalani perawatan di rumah sakit ini.” katanya seraya berjalan sambil memperhatikan area rumah sakit tersebut.

“Tentu saja Tuan, aku sudah mengurus semuanya.” jawabnya singkat.

Mereka terus berjalan menuju ke lift yang membawa mereka ke lantai tiga.

“Ini ruangannya Tuan. Silakan masuk.” Perawat membukakan pintu ruangan dan mempersilakan Tuan Anderson dan Clark untuk memasuki ruangan perawatan tersebut.

Ada rasa gelayar aneh yang merayap di hati Tuan Anderson saat melihat wanita yang saat ini tengah berbaring tak sadarkan diri di depannya. Perasaan itu mengingatkan akan wanita yang dia temui di halte bus saat malam itu.

“Bagaimana kondisinya?” tanya Tuan Anderson seraya berjalan mendekat ke arah wanita tersebut, Dia duduk di kursi yang tepat berada di samping tempat tidur.

“Dia belum sadarkan diri sejak kemarin Tuan, namum operasi kecil pada kepala wanita tersebut berhasil. Darah sudah tidak keluar dari kepalanya, Adapun luka bakar pada bagian kaki sudah dilakukan Tindakan oleh tim medis. Untuk bernafas, masih dibantu menggunakan alat bantu.” jelasnya.

“Keluarlah sebentar, aku ingin berbicara berdua dengan Clark.” perintahnya kepada perawat.

“Baiklah Tuan, kami akan segera keluar.” Mereka segera pergi keluar ruang perawatan.

“Clark, saat kamu mengambil wanita tersebut di tepi sungai, apakah kamu menemukan identitas dirinya? Atau dia membawa barang bawaan?”

“Tidak ada Tuan, aku tidak menemukan apapun selain pakaian yang dia kenakan. Kemungkinan barang bawaannya hanyut terbawa arus sungai.”

Tuan Anderson terdiam mendengar jawaban dari Clark. Dia segera mengalihkan pandangannya kearah wanita yang sedang terbaring didepannya. Dia melihat wajah tak berdaya Wanita tersebut, dengan perban yang mengikat dikepala serta kakinya.

“Clark segera hubungi pelayan di villa untuk menyimpan pakaian yang kemarin dikenakan wanita ini. Keluarlah, aku ingin disini sendirian!” perintahnya.

“Baiklah Tuan, aku akan segera menghubungi pelayan yang berada di Vila.” ucapnya seraya berlalu dari hadapan Tuan Anderson.

Tuan Anderson berdiri di luar ruangan, dia mengambil ponsel dan menghubungi nomor telepon villa. Terdengar nada dering yang terhubung melalui sambungan telepon.

“Hallo, selamat siang dengan kediaman Vila Tuan Anderson?” ucapnya ramah. “Ada keperluan apa dengan Tuan Anderson?”

“Ini Clark, sampaikan pada pelayan yang mengurusi laundry, untuk menyimpan pakaian yang kemarin dipakai oleh wanita yang Tuan Anderson temukan ditepi sungai.”perintahnya dengan nada tegas.

“Baiklah Clark, akan segera kami urus.” ucapnya. Sesaat sambungan telepon terputus.

Clark yang sedang menyimpan telepon, samar-samar melihat pelayan Nyonya Alexander yang lewat didepannya.

“Apakah benar itu Lani, pelayan Nyonya Anderson? Apakah sekarang Nyonya Alexander berada di rumah sakit ini?” bisiknya lirih. “Tapi Tuan Anderson tidak menceritakan perihal keberadaan Nyonya Alexander? Ah…. Sebaiknya segera aku mencari tahu terlebih dahulu.” gumamnya dengan menyimpan rasa penasaran.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status