Cuaca pagi hari memancarkan aura cantiknya menelusup kedalam Mansion utama di kota Burgeon. Tuan Anderson masih bergumul dalam kehangatan mentari pagi yang masuk melalui celah ventilasi kamar pribadinya. Dia tertidur cukup nyenyak usai melakukan perjalanan jauh dari Negara Ocean.
Clark sedang mempersiapkan kebutuhan pribadi Tuan Anderson di ruang kerjanya. Dia sudah menyusun daily private schedule untuk Tuan Anderson. Semua sudah tersusun rapi sesuai permintaan Tuan Anderson. Dia melihat jam dipergelangan tangannya yang menunjukkan pukul 10:00 pagi, Dia bergumam : “Apakah hari ini Tuan Anderson akan mengundurkan jadwal meetingnya? Sudah jam 10:00 pagi tapi Tuan Anderson belum juga beranjak dari tempat tidur.” Clark gusar dengan keadaan saat ini. “Sebaiknya aku tunggu Tuan Anderson di ruang tengah, mungkin dia kelelahan setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh.” bisiknya lirih. Suara dering ponsel terus berdering memenuhi ruangan kamar pribadinya, Tuan Anderson yang tengah tertidur merasa terganggu, “Telepon dari siapa itu?” gerutunya. Dibiarkan telepon tersebut terus berdering, namun semakin lama dering ponsel tersebut semakin nyaring terdengar. Dengan malas dia bangun dari tempat tidur dan mengambil ponsel yang terletak di atas nakas. Dia melihat panggilan telepon dari Ellen. Segera dia jawab panggilan tersebut. “Ada apa?” tanyanya dengan tajam. “Sudah aku bilang jangan meneleponku jika tidak ada kepentingan mendesak!” hardiknya tajam. segera dia putuskan sambungan telepon secara sepihak. “Benar-benar aku sudah merasa jengah dengan wanita ini.” sungutnya sembari mematikan ponselnya. Dia mulai berbaring kembali dan mencoba untuk melanjutkan tidurnya, namun suasana hatinya yang sudah buruk membuatnya sulit untuk kembali tertidur. “Benar-benar pagi ini aku merasa sial.” gerutunya sembari beranjak dari tempat tidur. Dia berjalan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan badannya. Tepat pukul 12:00 siang Tuan Anderson keluar dari kamar pribadinya. Dia turun ke lantai satu dengan memanfaatkan lift. Langkah kakinya lebar berjalan menuju ke ruang makan. Clark yang sedari tadi menunggu kedatangan Tuan Anderson di ruang tengah segera berjalan mengekor di belakangnya. Tuan Anderson duduk di kursi, pelayan yang mengetahui kedatangannya segera melayani Tuan Anderson untuk makan siang. Clark dengan setia berdiri disamping Tuan Anderson sembari mengarahkan pelayan untuk melayani Tuan Anderson dengan baik dan memuaskan. “Clark.” panggil Tuan Anderson setelah selesai menyantap makanannya. “Iya Tuan, Apa Tuan membutuhkan sesuatu?” tanyanya dengan sopan. “Untuk agenda hari ini, jam berapa jadwal meeting dengan klien?” “Jam 01:00 siang Tuan. Apakah perlu diganti jadwalnya?” “Tolong sampaikan untuk meetingnya dilaksankan sore hari, pastikan klien menerima perubahan jadwal tersebut? Siapkan mobil, aku akan ke rumah sakit Lordania.” segera dia beranjak dari tempat duduk dan pergi meninggalkan ruang makan menuju ke kamar pribadinya. Clark yang mendapat perintah dari Tuan Anderson segera memerintahkan kepada pengawal Tuan Anderson untuk menyiapkan mobil. Dia pergi ke ruang kerja untuk mengambil laptop dan tas kerja beserta beberapa dokumen untuk dibawa ke dalam mobil. Dia segera duduk disamping driver menunggu kedatangan Tuan Anderson sembari menghubungi klien untuk pengunduran jadwal meeting. Sepuluh menit kemudian Tuan Anderson terlihat keluar dari Mansion, langkah kakinya lebar berjalan menuju ke mobil. Pintu mobil dibukakan oleh pengawal, segera Tuan Anderson masuk kedalam dan memposisikan dirinya untuk duduk senyaman mungkin. “Segera pergi ke rumah sakit Lordania!” suara bariton keluar dari Tuan Anderson. “Baiklah, Tuan Anderson.” ucap driver seraya menyalakan mesin mobil dan mulai melajukan laju kendaraan keluar dari mansion utama. Jalanan dari kota Burgeon sampai di Lordania memerlukan waktu tempuh sekitar satu jam tiga pukuh menit. Kota Burgeon yang jauh dari keramaian dengan jalanan yang asri dipenuhi oleh beberapa pohon yang berjejer rapi di tepi jalan. Memasuki jalan utama di Lordania, driver mulai mengurangi laju kendaraannya, terlihat padatnya lalu lintas pada siang hari ini. Tak berapa lama kendaraan memasuki halaman utama Rumah Sakit Lordania. Segera Tuan Anderson dan Clark keluar dari dalam mobil. Dari kejauhan terlihat seorang perawat dari Ocean datang menghampiri Tuan Anderson dan Clark. “Tuan Anderson.” ucapnya dengan sopan setelah berdiri tepat didepannya. “Segera antarkan aku ke ruangan wanita tersebut!” perintahnya. “Baik Tuan. Mari silakan.” ucapnya ramah seraya berjalan memimpin berjalan menuju ke ruangan Zulaikha yang berada di lantai tiga. “Pastikan keberadaan wanita tersebut tidak diketahui keberadaannya oleh orang lain selama dia menjalani perawatan di rumah sakit ini.” katanya seraya berjalan sambil memperhatikan area rumah sakit tersebut. “Tentu saja Tuan, aku sudah mengurus semuanya.” jawabnya singkat. Mereka terus berjalan menuju ke lift yang membawa mereka ke lantai tiga. “Ini ruangannya Tuan. Silakan masuk.” Perawat membukakan pintu ruangan dan mempersilakan Tuan Anderson dan Clark untuk memasuki ruangan perawatan tersebut. Ada rasa gelayar aneh yang merayap di hati Tuan Anderson saat melihat wanita yang saat ini tengah berbaring tak sadarkan diri di depannya. Perasaan itu mengingatkan akan wanita yang dia temui di halte bus saat malam itu. “Bagaimana kondisinya?” tanya Tuan Anderson seraya berjalan mendekat ke arah wanita tersebut, Dia duduk di kursi yang tepat berada di samping tempat tidur. “Dia belum sadarkan diri sejak kemarin Tuan, namum operasi kecil pada kepala wanita tersebut berhasil. Darah sudah tidak keluar dari kepalanya, Adapun luka bakar pada bagian kaki sudah dilakukan Tindakan oleh tim medis. Untuk bernafas, masih dibantu menggunakan alat bantu.” jelasnya. “Keluarlah sebentar, aku ingin berbicara berdua dengan Clark.” perintahnya kepada perawat. “Baiklah Tuan, kami akan segera keluar.” Mereka segera pergi keluar ruang perawatan. “Clark, saat kamu mengambil wanita tersebut di tepi sungai, apakah kamu menemukan identitas dirinya? Atau dia membawa barang bawaan?” “Tidak ada Tuan, aku tidak menemukan apapun selain pakaian yang dia kenakan. Kemungkinan barang bawaannya hanyut terbawa arus sungai.” Tuan Anderson terdiam mendengar jawaban dari Clark. Dia segera mengalihkan pandangannya kearah wanita yang sedang terbaring didepannya. Dia melihat wajah tak berdaya Wanita tersebut, dengan perban yang mengikat dikepala serta kakinya. “Clark segera hubungi pelayan di villa untuk menyimpan pakaian yang kemarin dikenakan wanita ini. Keluarlah, aku ingin disini sendirian!” perintahnya. “Baiklah Tuan, aku akan segera menghubungi pelayan yang berada di Vila.” ucapnya seraya berlalu dari hadapan Tuan Anderson. Tuan Anderson berdiri di luar ruangan, dia mengambil ponsel dan menghubungi nomor telepon villa. Terdengar nada dering yang terhubung melalui sambungan telepon. “Hallo, selamat siang dengan kediaman Vila Tuan Anderson?” ucapnya ramah. “Ada keperluan apa dengan Tuan Anderson?” “Ini Clark, sampaikan pada pelayan yang mengurusi laundry, untuk menyimpan pakaian yang kemarin dipakai oleh wanita yang Tuan Anderson temukan ditepi sungai.”perintahnya dengan nada tegas. “Baiklah Clark, akan segera kami urus.” ucapnya. Sesaat sambungan telepon terputus. Clark yang sedang menyimpan telepon, samar-samar melihat pelayan Nyonya Alexander yang lewat didepannya. “Apakah benar itu Lani, pelayan Nyonya Anderson? Apakah sekarang Nyonya Alexander berada di rumah sakit ini?” bisiknya lirih. “Tapi Tuan Anderson tidak menceritakan perihal keberadaan Nyonya Alexander? Ah…. Sebaiknya segera aku mencari tahu terlebih dahulu.” gumamnya dengan menyimpan rasa penasaran.Tuan Anderson masih lekat memandangi wajah wanita yang ada didepannya. Perlahan tangannya menggenggam jari jemari wanita tersebut. “Kenapa dengan perasaanku? Aku merasa senang saat berada dekat dengan wanita ini, meskipun aku belum mengenalnya dan mengetahui identitas wanita tersebut, namun jauh dilubuk hatiku sudah terisi ruang untuk wanita ini, seakan ada magnet yang menarik masuk untuk mengisi kehampaan ruang kosong di hati.” batinnya. “Baiklah, sembari menunggu kamu sadar, aku akan memanggil kamu dengan nama kesayangan yang aku beri nama Olive. Akan aku pastikan Olive, kamu akan menjadi milikku.” ucapnya lirih dengan tersenyum puas. “Aku akan mencari dokter terbaik di Lordania untuk segera meyembuhkanmu.” janjinya didalam hati. Tak berapa lama Clark masuk ke dalam ruangan. Dia berjalan mendekat ke arah Tuan Anderson. Dia memasang ekspresi wajah senormal mungkin saat melihat Tuan Anderson sedang menggenggam tangan wanita tersebut sambil berbicara lirih didekat telinga wanita
Tuan Anderson masih menatap lekat wajah Olive yang terbaring tak berdaya. Hatinya merasa miris melihat alat bantu medis yang digunakan untuk membantunya bertahan hidup. Dia bergumam : “Segeralah sadar Olive! Kamu masih cukup muda tentu kamu kuat melewati masa kritis ini?” Dia melirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya yang menunjukkan pukul 16:00 sore. “Olive aku akan keluar dari rumah sakit ini. Ada orang yang menjaga kamu selama di rumah sakit ini.” Clark masuk ke ruang perawatan. Dia segera berjalan mendekat ke arah Tuan Anderson yang masih duduk disebelah tempat tidurnya Olive. “Tuan Anderson! Apakah sekarang Tuan sudah siap untuk segera pergi ke kota Burgeon? Aku harap kita tidak telat dikarenakan kita telah mengundurkan jam pertemuan untuk meeting.” “Baiklah, kita berangkat sekarang. Aku sudah merasa tenang meninggalkan Olive dengan perawat dan pengawal yang senantiasa menjaganya. Bagaimana hasil penyelidikanmu Clark? Apakah benar ibuku dirawat di rumah sakit ini
Tepat pukul 21:00 malam, Tuan Anderson dan Clark meninggalkan ruangan kantor Tuan Swift. Saat berjalan melewati lobi kantor ponsel Tuan Anderson berbunyi.Dia berhenti sejenak, untuk menerima panggilan telepon tersebut.“Hallo!” Tuan Anderson membuka percakapan melalui telepon. “Aku perawat dari Ocean yang ditugaskan untuk menjaga Olive. Tuan Anderson saat ini Olive sudah sadar.” ucap perawat dari Seberang sambungan telepon.“Benarkah! Jaga dia, aku akan segera kesana.” Tuan Anderson segera memutuskan sambungan teleponnya.Dia menyimpan kembali ponselnya. Clark yang masih setia menemaninya segera berkata : “Apakah Tuan Anderson mau makan malam di restaurant didekat kantor Tuan Swift? Ini sudah malam. Aku lihat, tadi Tuan Anderson tidak menyentuh makanan sama sekali pada waktu break disela-sela waktu meeting.”“Aku kurang berselera makan, sebaiknya kita mencari restaurant di Lordania. Segera reservasi tempat, kamu sudah tahu selera makanku? Aku yakin kamu tidak akan mengecewakanku!”
Tuan Anderson berjalan dengan tergesa-gesa menuju ke ruang perawatan Olive yang terletak di lantai dua di rumah sakit Lordania. Dia sudah tidak sabar untuk segera bertemu dengan Olive. Clark yang berjalan disampingnya segera menyeimbangkan langkah kakinya. Ada dua orang pengawal yang berjaga didepan pintu ruang perawatan. Pengawal yang melihat kedatangan Tuan Anderson dan Clark segera membukakan pintu ruangan tersebut dan mempersilahkan Tuan Anderson untuk masuk.Hatinya berdegup kencang saat melihat Olive sedang diperiksa oleh seorang dokter.Tuan Anderson berjalan mendekat ke arah mereka.“Bagaimana kondisi Olive dokter?” tanyanya dengan pandangan mata yang tetap menatap wajah Olive. “Pasien baru saja sadar sehingga kondisinya masih lemah, dia belum mempunyai tenaga untuk berbicara. Sebaiknya biarkan dia beristirahat, untuk memulihkan kembali tenaganya.”“Apakah operasinya berhasil? Aku khawatir akan mempengaruhi memori Olive karena kepalanya terus menerus mengeluarkan darah hamp
Tepat pukul 08:00 pagi, dokter dan perawat melakukan kunjungan pemeriksaan ke ruang perawatan yang ditempati oleh Olive. Dokter segera memeriksa kondisi Olive setelah sebelumnya membaca catatan medis yang berisi perkembangan Olive pasca operasi.Dokter berkata kepada perawat yang menjaga Olive.“Berdasarkan laporan, perkembangan Olive cukup bagus, untuk sakit kepalanya merupakan efek dari benturan di kepalanya yang mengalami gegar otak stadium sedang, sehingga dibutuhkan proses agak lama untuk mulai memulihkan keseluruhan memorinya.”Tiba-tiba kelopak mata Olive terbuka, dia samar-samar melihat sosok berpakaian putih yang berdiri tak jauh dari hadapannya.Perawat yang menemani dokter melakukan visit di ruangan Olive segera berkata :“Dokter, Olive sudah bangun? Apakah dokter ingin menanyakan sesuatu kepada Olive?”“Aku akan menanyakan beberapa pertanyaan terkait memori Olive.”Dokter segera berjalan menghampiri Olive. Dia berkata : “Selamat pagi Olive! Apakah kepalamu masih terasa sa
Di kediaman Mansion Tuan Aksara, tepatnya di kamar utama. Saat tengah malam Tuan Aksara mulai menggeliatkan tubuhnya, dia merasakan kepalanya berputar-putar, dengan perlahan dia membuka kedua kelopak matanya. Segera dia meraba sisi tempat tidur untuk memastikan Angel masih berada disampingnya. “Sayang!” ucapnya membangunkan Angel. “Bangunlah!” sembari menggerakkan tubuhnya Angel. “Heem….” terdengar suara keluar dari Angel. “Bangunlah sayang!” “Ada apa sayang!” tanya Angel dengan masih memejamkan matanya. “Aku masih mengantuk sayang. Tidurlah! Ini belum pagi.” “Kepalaku masih sakit? Ambilkan aku obat penghilang rasa sakit kepala. Cepatlah!” Nyonya Angel segera membuka kedua matanya, dia melihat wajah suaminya yang berada disampingnya. “Benarkah kamu masih merasakan sakit kepala? Apakah kamu demam?” segera Nyonya Angel meraba kening suaminya. “Heem kamu tidak demam, suhu tubuhmu normal. Apakah kamu barusan bermimpi buruk? Sehingga kamu mengigau?” Angel segera dud
Olive masih terbaring di tempat tidur rumah sakit, sorot matanya tajam menatap ke arah langit-langit rumah sakit, dia merasakan jiwanya telah melayang separuh dari raganya.Tuan Anderson masih setia duduk menemani Olive. Wajahnya menyimpan sejuta misterius yang tidak bisa terbaca. Dia memberi ruang kosong kepada Olive untuk merenungkan semua perkataan yang baru dia katakan.Sesaat perawat memasuki ruangan perawatan Olive. Mereka melihat Olive belum menyentuh sama sekali makan siangnya.Tuan Anderson dan Olive melihat kedatangan perawat yang berjalan menghampiri mereka. Salah seorang perawat wanita berkata : “Tuan Anderson? Apakah Olive belum merasakan lapar? Kenapa makan siangnya belum di makan? Sebaiknya Olive makan siang terlebih dahulu, sekarang sudah waktunya makan siang untuk segera meminum obat dari dokter.”“Olive. Apakah kamu mendengarkan apa yang perawat katakan! Makanlah! Segera pulihkan kondisi tubuhmu, kemudian kamu dapat segera menjalani kembali aktivitasmu.”Olive mengh
Tuan Anderson masih berada di depan ruang perawatan Olive. Saat ini dia merasa cukup aman atas peristiwa yang menimpa Olive. Sebisa mungkin dia berusaha menutupi kebohongannya dengan cara sebersih mungkin.“Clark dapatkah kamu membuat identitas Olive dengan secepat mungkin? Aku sudah menjanjikan kepada Olive untuk menunjukkan identitas Olive setelah dia pulang dari rumah sakit."Clark terdiam sejenak, dia memikirkan alamat yang akan dia cantumkan pada pada kartu identitas milik Olive. “Tuan Anderson? Sebelum aku membuat kartu identitas untuk Olive, terlebih dahulu aku akan menanyakan terkait dua orang perawat dari Ocean. Apakah tidak secepatnya Tuan Anderson segera memulangkan perawat kembali ke Negara Ocean, sembari menghilangkan identitas asli Olive. Itu cara yang paling aman saat membuat kartu identitas untuk Olive.”“Benar apa yang kamu katakan. Aku juga membutuhkan seorang perawat dari Lordania untuk menjaga Olive selama dia menjalani perawatan di rumah. Segera urus dua tiket pe
Emily membawa Hilda menuju ke ruang tengah yang berisi meja jamuan makanan. Hilda mulai mengambil makanan dan meletakkannya diatas piring.“Hallo Hilda?” sapa Gazela saat berdiri didepannya.“Apakah kamu Gazela? Kenapa kamu masih terlihat muda?”“Benar apa yang aku katakan Gazela! Kamu memang terlihat masih muda. Hilda saja mengakuinya.” sahut sahut Nyonya Alexander.Gazela tersenyum simpul wajahnya bersemu merah menahan rasa malu.“Kalian tentu berlebihan. Anakku saja sudah menduduki kelas menengah, tidak mungkin aku terlihat muda.”“Aku serius Gazela. Kamu pasti pandai merawat diri selain itu Hock tentu memenuhi semua kebutuhanmu.”“Ini semua karean Hock terlalu memanjakanku, meskipun aku sudah berumur namun dia memperlakukanku dengan sangat baik. Aku senang berjumpa dengamu Hilda. Apakah kamu sudah bertemu dengan Olive?”“Yah… aku baru saja bertemu dengannya. Bukankah kamu baru saja menjadi pengiring pengantin? Pantas saja Olive memilihmu, wajah kamu tidak berbeda jauh dengan Olive
Olive masuk ke dalam kamar. Dia meletakkan beberapa paper bag di atas meja dan segera mengambil pakaian di dalam lemari. Langkah kakinya cepat berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Tak lama kemudian Olive sudah selesai membersihkan badannya dan memoleskan sedikit riasan pada wajahnya.Nyonya Alexander tersenyum melihat kedatangan Olive.“Dudulah disampingku Olive!” “Iya ibu.”“Apakah ibu sudah mencoba cheese cake buatan Gazela? Dia pandai membuat cake.”“Aku sudah mencobanya, teksturnya lembut dan rasa kejunya terasa. Benar Olive! Gazela pandai membuat cake.”“Apakah kamu ingin teh chamolile? Aku akan menyuruh pelayan untuk membuatkannya untukmu.”“Iya ibu. Aku suka teh chamomile.”Nyonya Alexander menyuruh Lani untuk pergi ke dapur dan membuatkan teh chamomile untuk Olive. Tak lama kemudian Lani datang dengan membawa satu buah cangkir teh chamomile.“Teh chamomile racikan Lani berbeda dengan teh buatan pelayan Anderson. Kamu harus mencobanya Olive! Meskipun sama-sama teh chamomile t
“Benar Gazela. Kita memang butuh tampil berkelas supaya tidak direndahkan oleh orang lain. Aku merasakan bagaimana perasaannya di pandang rendah dan tidak di anggap oleh orang. Benar-benar hidup dipandang sebelah mata itu sangat menderita.”“Apa yang kamu katakan Olive! Selama Anderson disamping mu, kamu tidak akan dipandang rendah, aku yakin dia selalu mendukungmu dan tentunya akan memenuhi semua kebutuhanmu. Sepengetahuanku Anderson orangnya royal, dia mau menghampurkan uangnya untuk keluarganya. Apakah kamu sudah tahu mengenai Ellen? Meskipun Ellen menikah dengan Anderson dengan cara dijebak, namun dia royal dan tetep memenuhi kebutuhan Ellen.”“Aku baru bertemu sekali dengan Ellen. Dan kami hanya sedikit berbicara. Apakah kamu kenal akrab dengan Ellen?”“Aku mengenal Ellen karena dia adalah istrinya Anderson. Aku dikenalkan oleh Hock dengan Ellen, empat tahun yang lalu saat menghadiri acara di perusahaannya. Ayolah kita berangkat sekarang. Aku tidak ingin merusak momen kita denga
Driver menepikan mobilnya didepan gerbang berwarna cokelat yang didalamnya terlihat rumah bergaya klasik dengan cat berwarna vintage.Driver berkata : “Nona Olive kita sudah sampai didepan mansion Tuan Hock.”“Iya. Aku akan menelepon Gazela sekarang.”Olive mengambil ponsel didalam tasnya dan segera menghubungi nomor Gazela. Sesaat kemudian panggilan mulai terhubung.“Hallo Olive. Apakah kamu sudah berangkat? Sekarang kamu sudah sampai mana?” tanya Gazela melalui sambungan telepon.“Aku sudah sampai didepan gerbang mansionmu?”“Benarkah! Tunggu sebentar, biarkan penjaga yang akan membuka pintu gerbangnya. Aku akan segera keluar.”“Baiklah Gazela. Aku tutup teleponnya sekarang.” Olive menyimpan kembali ponselnya kedalam tas.Penjaga mulai membuka pintu gerbang. Driver melajukan mobil masuk ke halaman mansion. Olive melihat Gazela sudah berdiri di serambi mansion. “Aku senang akhirnya kamu datang ke mansionku Olive. Ayo masuklah! Tadi saat menunggumu aku sudah membuat kudapan. Cobalah!
“Apakah kamu senang akan souvenir yang akan diberikan kepada para tamu undangan?” tanya Anderson. “Tentu saja aku senang Anderson.” “Baiklah. Saat berbulan madu kita akan mencari paket bulan madu yang menyajikan destinasi pantai. Jam berapa besok kamu akan menjemput Gazela. Aku akan menyiapkan driver untuk mengantarkamu ke mansion Hock. Bukankah kamu belum pernah pergi ke mansionnya Hock?” “Terima kasih Anderson kamu selalu menuruti permintaanku.” ucap Olive dengan mata berbinar. “Aku berencana berangkat pukul 10:00 pagi. Aku memang belum pernah mengunjungi mansion Hock, namun driver kamu pasti tahu alamat mansion milik Hock yang berada di Lordania.” “Iya Olive. Besok aku siapkan semuanya. Ayolah kita masuk ke dalam mansion. Ibu pasti sudah menunggu kita, sebentar lagi kita akan makan malam bersama.” Anderson dan Olive berjalan masuk ke dalam mansion. Mereka segera duduk didepan Nyonya Alexander. “Ibu, sebaiknya kita makan malam sekarang? Ibu juga belum meminum obat.” “Baikla
Sore harinya sebuah mobil putih memasuki halaman mansion Tuan Anderson di Burgeon. Tuan Hock keluar dari dalam mobil dengan membawa sebuah parcel buah. Dia berjalan memasuki mansion. Seorang pelayan membukakan pintu dan mempersilahkan Tuan Hock untuk duduk di ruang tamu.Tuan Anderson segera menemui Hock di ruang tamu.“Hock akhirnya kamu datang? Apakah pekerjaanmu sudah selesai? Ini masih sore hari?” tanya Anderson sembari duduk di sofa.“Aku sengaja pulang lebih awal Anderson. Apakah Nyonya Alexander sudah pulang? Aku ingin bertemu dengannya.”“Ibu sudah pulang tadi siang. Saat ini ibu bersama dengan Gazela dan Olive berada di ruang tengah sedang minum teh bersama. Ayo Hock bergabunglah dengan mereka. Ibu pasti senang bertemu denganmu. Dia sedang menunggu kedatanganmu.”Tuan Anderson dan Hock beranjak dari sofa dan berjalan menuju ke ruang tengah.Nyonya Alexander yang duduk di tengah tersenyum melihat kedatangan Hock.Dia berkata : “Benarkah kamu Hock! Kenapa kamu sudah mulai berub
Olive tersenyum melihat Gazela yang duduk di ruang tamu. “Aku senang akhirnya kamu datang ke mansion ini? Ibu belum pulang dari rumah sakit, mungkin sebentar lagi dia akan sampai di mansion ini.” kata Olive sembari duduk didepan Gazela.“Aku ada waktu luang sehingga bisa berkunjung ke mansion Anderson. Aku sudah lama tidak bertemu dengan Nyonya Alexander. Terakhir aku bertemu saat aku menemui Ellen di Triton. Waktu pernikahanmu tinggal hitungan hari, apa yang belum selesai kamu persiapkan?”Olive terdiam sejenak sembari memikirkan persiapan pernikahannya di balai kota. “Aku rasa sudah cukup, tinggal memilih tamu yang akan di undang serta pengiring pernikahan. Yah… mungkin aku perlu memilih menu makanan untuk menjamu tamunya Anderson serta dari keluarga ibu yang menghadiri pernikahan di balai kota.”“Benar juga Olive, sebaiknya kamu mengundang koki untuk memasak di mansion ini saat pernikahanmu di balai kota. Aku rekomendasikan menu makanannya berbeda dengan menu saat acara resepsi p
Keesokan paginya Olive mengantar Anderson sampai di halaman mansion.“Olive, kemungkinan ibu pulang dari rumah sakit saat siang hari. Aku tahu kamu pasti lelah setelah tadi malam kita pulang larut malam dari restauran. Istirahatlah kembali. Aku akan menghubungi Hock supaya Gazela datang siang hari ke Burgeon.”“Baiklah Anderson, aku akan beristirahat sebentar sembari menunggu ibu pulang.”“Baguslah. Aku akan berangkat sekarang, segera kabari aku jika kamu membutuhkan sesuatu.”“Tentu saja Anderson. Berhati-hatilah!”Tuan Anderson segera masuk ke dalam mobil. Driver segera melajukan mobilnya meninggalkan mansion dan pergi menuju ke pusat kota Lordania.Olive memandang mobil yang membawa Tuan Anderson sampai menghilang dari pandangan matanya.“Kenapa kepalaku tiba-tiba merasa sakit, aduh!” ucapnya pelan. “Sepertinya aku mulai mengingat sesuatu? Apakah ingatanku akan mulai pulih?” tanyanya dengan cemas.Olive segera berjalan dengan pelan dan masuk ke dalam mansion. Saat memasuki ruang te
Mobil yang membawa Tuan Anderson dan Olive melaju menuju ke restauran bintang lima di pusat kota Lordania. Restauran tersebut merupakan restaurant terbesar di pusat kota Lordania. Tuan Anderson dan Olive berjalan masuk menuju ke dalam restaurant. Seorang pelayan wanita tersenyum ramah menyambut kedatangan mereka.“Selamat malam dan selamat datang Tuan Anderson, kami sudah menunggu kedatangan anda. Mari kami antar anda menuju ke ruang khusus perjamuan.”“Baiklah. Antarkan kami sekarang.” jawab Tuan Anderson datar.Pelayan segera memimpin jalan menuju ke ruangan perjamuan. Tuan Anderson dan Olive segera berjalan mengikuti pelayan tersebut. “Silakan masuk Tuan Anderson!” kata pelayan sembari membukakan pintu.Tuan Anderson dan Olive memasuki ruang perjamuan tersebut. Terlihat seorang lelaki tersenyum melihat kedatangan mereka. “Tuan Anderson, kami sudah menyajikan semua jenis aneka makanan dan minuman yang tersedia di restauran ini. Silakan Anda untuk duduk di kursi yang tersedia. Ak