Share

Turbulensi Cinta
Turbulensi Cinta
Author: Antilia

Bab 1

Author: Antilia
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Zulaikha berdiri merenung didalam kamar. Sorot matanya tajam melihat ke arah luar jendela yang mulai berwarna gelap. Pikirannya berkecamuk dengan rasa sakit yang menghujam kedalam hatinya.

“Keluarlah!” terdengar suara Nyonya Angel berteriak dari luar kamar.

“Cepat keluar!” pekiknya tajam dengan menggedor pintu kamar.

Zulaikha berjalan terburu-buru mendekat menuju ke pintu kamar. Dibukanya pintu kamar tersebut.

“Ada apa bu?” tanya Zulaikha dengan melihat raut wajah Nyonya Angel yang terlihat marah.

“Segera kemasi barang-barangmu sekarang!” perintahnya. “Dan pastikan jangan ada satupun barang yang tertinggal.” ucapnya dengan nada keras seraya pergi meninggalkan kamar Zulaikha.

Zulaikha terkejut mendengar ucapan Nyonya Angel. Dia berusaha mencari tahu apa kesalahan yang dilakukan sehingga dia harus di usir dari rumah ini.

Christina yang melihat Zulaikha berdiri mematung didepan pintu tersenyum sinis, dia berkata : “Kenapa masih berdiam diri? Terkejut kamu? Kamu harus bersyukur setidaknya selama satu tahun kamu tinggal disini telah dipelihara oleh ibuku. Dasar Wanita murahan. Sekali kotor tetap kotor dan bau. Kamu tinggal disini hanya membuat bau keluarga besarku.”

“Apa yang kamu katakan?” tidak seharusnya kamu menghinaku seperti ini. “Aku datang kerumah ini atas permintaan ayahmu, ingat itu! Dan ketika aku di usir seperti ini, sama saja kamu telah merendahkan harga diriku.”

“Betulkah!” tanyanya dengan sinis. “Gadis sepertimu apa masih mempunyai harga diri?” ucapnya dengan senyum mengejek. “Kabar kamu saja sudah menjadi konsumsi masyarakat. Kamu lihatkan? Siapa yang akan mengakui kamu?” sembari berjalan meninggalkan kamar Zulaikha.

Zulaikha mengepalkan kedua tangannya, dia berusaha menahan amarahnya. “Kalau bukan kehendak ayahnya, dia tidak akan sudi menjejakkan kakinya di rumah ini.” gumamnya sembari melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar.

Diambilnya ransel dan mulai berkemas dengan pakaian secukupnya. Dia tidak akan membawa sepotongpun pakaian pemberian dari keluarga ini.

Zulaikha menuruni tangga yang membawanya ke lantai satu. Dibawah sudah terlihat Nyonya Angel dan Christina yang sedang duduk bersantai di sofa yang dekat dengan ruang tengah.

Zulaikha terus berjalan melewati mereka. Dia tidak sudi berbicara dengan ibu tiri maupun saudara tirinya. Dia sudah bertekad bercerai dengan mereka yang tidak mengakui keberadaan dirinya.

“Begitu ya?” cara kamu keluar dari rumah ini sindir Nyonya Angel. “Mana sikap sopan santun kamu? Kami memberimu makan dan tempat tinggal selama satu tahun? Ingat kalau bukan belas kasihan dari suamiku kamu sudah menjadi gembel di jalanan. Rumah saja tidak punya!” kata-kata Nyonya Angel yang tajam terus terngiang di telinga Zulaikha. “Itukah didikan ibumu? Syukur ibumu sudah meninggal dan kamu sekarang hidup sebatangkara.”

“Apa hak kamu parasit hidup? Aku tahu tipu muslihat apa yang kamu lakukan untuk mencemarkan nama baikku? Dan ingatlah satu hal, jangan pernah menemuiku.” Zulaikha berkata lantang kepada mereka. “Dasar parasite hidup.” gerutunya. “Aku selalu memegang prinsip tabur tuai.“ camkan kata-kataku.

Hujan disertai petir yang menyambar seakan menjadi saksi atas perkataan Zulaikha. Dia keluar rumah menerobos hujan dalam kegelapan malam. Dia berjalan tanpa arah di malam hari.

"Kejam…. Keras…. Penuh Tipu muslihat Ini yang dialami Zulaikha hidup tanpa pengakuan." ucapnya lirih.

Langkah kakinya berjalan dengan cepat keluar dari kompleks perumahan. Dia sudah hidup kenyang dengan cibiran dan hinaan dari masyarakat sekitar komplek perumahan.

“Aku tahu diri.” bisiknya. “Tidak ada yang mendukungku di lingkungan komplek perumahan ini, mereka lebih mendukung parasit hidup.”

“Apakah ini rasanya hidup terlunta-lunta?” batin Zulaikah dengan berjalan menyusuri jalanan yang sudah gelap. Hanya ada pencahayaan dari lampu yang terpasang di pinggir jalan.

Dia berteduh di halte bus. Pakaiannya sudah basah kuyup. Dia mulai menggigil kedinginan sembari menunggu bus yang lewat. “Kenapa lama sekali busnya.”

Seorang lelaki keluar dari mobil dengan membawa payung. Dia berjalan mendekat kearah Zulaikha. Cahaya lampu yang temaram, membuat Zulaikha tidak terlalu jelas melihat sosok lelaki yang saat ini tengah berdiri didepannya.

“Nona, Anda dipersilahkan masuk ke dalam mobil. Saya hanya diperintahkan Tuan untuk menyampaikan pesan ini kepada Nona.” ucapnya dengan sopan.

“Maaf saya tidak kenal dengan Tuan-mu. Sampaikan, saya sedang menunggu bus selanjutnya. Dan tidak perlu mengkhawatirkanku.” Suaranya tajam menjawab pertanyaan lelaki tersebut.

Lelaki tersebut segera berlalu dari hadapan Zulaikha selepas mendengar jawaban darinya.

Segera mobil tersebut melaju cepat meninggalkan Zulaikha yang tengah berdiri sendiri di halte bus.

Zulaikha mengambil ponsel di ranselnya. Dia melihat jam yang menunjukkan pukul 09:00 malam. “Semoga saja masih ada bus yang lewat.” Dia masih melihat beberapa pejalan kaki yang berlalu lalang didepannya dengan menerobos rintikan hujan.

Sudah tiga puluh menit, dia menunggu di halte bus. Belum ada satupun bus yang lewat melintasi halte ini. Pikiran buruk sempat melintas di kepalanya, segera dia tepis pikiran buruk tersebut. Dia belum lama tinggal di daerah ini.

Kota Ocean yang terletak di ibukota negara dengan tingkat kriminilitas yang tinggi memungkinkan warganya untuk senantiasa memiliki kewaspadaan yang lebih.

Rasa cemas sempat menghantui Zulaikha. Sampai pada akhirnya ada seorang perempuan tua yang berjalan mendekat ke halte dan duduk di kursi tersebut.

“Apakah kamu sedang menunggu bus?” tanya perempuan tua tersebut.

“Benar bu.” jawab Zulaikha dengan singkat.

“Bus terakhir jam 10:00 malam. Itupun tidak sampai pada stasiun. Kamu masih gadis, sendirian malam ini. Cukup berbahaya, apalagi bajumu basah yang cukup mengundang resiko.”

Zulaikha terhenyak mendengar pertanyaan dari perempuan tua tersebut. Saat itu dia keluar rumah tanpa berganti baju terlebih dahulu. Dia terbawa emosi dan tanpa menyadari pakaian yang dia kenakan cukup seksi apalagi terkena air hujan yang menampilkan lekuk tubuhnya.

Segera dia duduk di kursi halte dan mengambil hodie yang dia simpan didalam ransel. Dia pakai hodie tersebut. Rasa dingin masih tetap menyelimuti sekujur tubuhnya, ditambah semilirnya angin malam yang mulai berembus menerpa tubuhnya.

Tak berapa lama bus datang. Hanya ada dua orang yang menunggu di halte ini. Segera Zulaikha dan Perempuan tua naik ke dalam bus.

Zulaikha mengedarkan pandangan matanya mencari kursi yang kosong. Terlihat sosok asing penumpang bus yang melihat ke arahnya dengan sorot mata yang tajam. Dia berjalan menuju kursi kosong yang terletak dibelakang.

Dia duduk dan mulai menata hati dan pikirannya untuk tetap bertahan hidup. Zulaikha mengambil ponsel untuk menelepon Mars, teman dekatnya yang senantiasa melindungi dirinya. Panggilan telepon mulai terhubung. Dia masih setia menunggu Mars untuk mengangkat teleponnya.

Sesaat dia teringat akan perbedaan waktu antara Ocean dan Lordania “Kenapa aku bisa lupa, saat ini Mars sedang studi di kampus, tentu ponselnya dimatikan.” gumamnya lirih. Dia mengirim pesan kepada Mars tekait kepergiannya dari rumah setelah mengalami pengusiran dari Ibu tiri dan adik tirinya.

Driver menghentikan bus di pemberhentian selanjutnya, terlihat tiga sosok lelaki tinggi besar memasuki bus tersebut. Wajah mereka cukup menyeramkan dengan pakaian hitam yang membalut mereka disertai tas ransel yang tersampir dipunggung. Kursi penumpang telah terisi semua, mereka hanya dapat berdiri dilorong bus ini.

Sesaat terdengar dentuman keras disertai semburan api dari bagian depan bus. Zulaikha terkejut dengan rasa panik menggelayut di hati dan pikirannya. Hiruk pikuk penumpang mulai bersuara akan timbulnya kekacauan ini. Kejadian tersebut sangat cepat. Bus berjalan oleng dan menabrak pagar jembatan, driver tidak dapat mengontrol laju bus sehingga bus terjun bebas masuk ke dalam sungai disertai ledakan.

Related chapters

  • Turbulensi Cinta   Bab 2

    Zulaikha dan penumpang yang lain berusaha sekuat tenaga untuk menyelematkan dirinya masing-masing. Jilbab yang dikenakan Zulaikha sudah tidak terpakai terhanyut oleh aliran air sungai. Dia berusaha berenang ketepian dengan darah yang terus mengalir dari kepalanya. Namun air yang mulai masuk ke dalam tubuhnya memaksa dirinya untuk menyerah dan hanyut dalam aliran sungai tersebut.Bunyi sirine mobil polisi dan tim medis berdatangan menuju ke lokasi kejadian. Mereka mengerahkan seluruh personilnya untuk mencari korban yang hanyut dalam kecelakaan bus tersebut.Sungai Dark yang terkenal angker mulai memancarkan auranya. Aroma mistis yang beredar di masyarakat terkait korban jiwa yang direnggut oleh sungai tersebut seakan tidak terbantahkan lagi.Keesokan paginya, tubuh Zulaikha yang mulai berwarna kebiru-biruan dengan aliran darah yang terus keluar dari kepalanya terbawa sapuan air dan terdampar di tepi sungai.Tak jauh dari sungai tersebut terdapat sebuah villa megah kepunyaan Tuan And

  • Turbulensi Cinta   Bab 3

    Clark mulai mengurus jadwal keberangkatan Jet Pribadi Tuan Anderson yang di majukan untuk sore hari ini. Dia dibantu dokter James menyiapkan mobil yang akan digunakan wanita tersebut menuju ke Bandara, semua peralatan kesehatan beserta brankar yang membawa Zulaikha mulai dipersiapkan.“Pelayan.” panggil Clark. “Segera kemasi pakaian yang akan dibawa Tuan Anderson kedalam koper, setelah itu masukkan koper tersebut ke dalam mobil.” perintahnya.“Baiklah. Akan segera aku siapkan.” kata pelayan seraya berlalu dari hadapan Clark.Dua puluh menit telah berlalu semua persiapan telah selesai dilakukan. Clark menemui Tuan Anderson yang berada di kamar pribadinya.“Tuan Anderson.” ucapnya dengan nada sedikit keras sembari mengetuk pintu kamarnya kemudian membuka pintu ruangan tersebut.Dia berjalan memasuki ruang kamar tersebut. Terlihat sosok arrogant yang terpancar dari sorot mata Tuan Anderson. Dia duduk di sofa menatap kedatangan Clark dan berkata : “Apakah semuanya sudah siap?”“Sudah Tu

  • Turbulensi Cinta   Bab 4

    Cuaca pagi hari memancarkan aura cantiknya menelusup kedalam Mansion utama di kota Burgeon. Tuan Anderson masih bergumul dalam kehangatan mentari pagi yang masuk melalui celah ventilasi kamar pribadinya. Dia tertidur cukup nyenyak usai melakukan perjalanan jauh dari Negara Ocean.Clark sedang mempersiapkan kebutuhan pribadi Tuan Anderson di ruang kerjanya. Dia sudah menyusun daily private schedule untuk Tuan Anderson. Semua sudah tersusun rapi sesuai permintaan Tuan Anderson. Dia melihat jam dipergelangan tangannya yang menunjukkan pukul 10:00 pagi, Dia bergumam : “Apakah hari ini Tuan Anderson akan mengundurkan jadwal meetingnya? Sudah jam 10:00 pagi tapi Tuan Anderson belum juga beranjak dari tempat tidur.” Clark gusar dengan keadaan saat ini. “Sebaiknya aku tunggu Tuan Anderson di ruang tengah, mungkin dia kelelahan setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh.” bisiknya lirih.Suara dering ponsel terus berdering memenuhi ruangan kamar pribadinya, Tuan Anderson yang tengah tertidur

  • Turbulensi Cinta   Bab 5

    Tuan Anderson masih lekat memandangi wajah wanita yang ada didepannya. Perlahan tangannya menggenggam jari jemari wanita tersebut. “Kenapa dengan perasaanku? Aku merasa senang saat berada dekat dengan wanita ini, meskipun aku belum mengenalnya dan mengetahui identitas wanita tersebut, namun jauh dilubuk hatiku sudah terisi ruang untuk wanita ini, seakan ada magnet yang menarik masuk untuk mengisi kehampaan ruang kosong di hati.” batinnya. “Baiklah, sembari menunggu kamu sadar, aku akan memanggil kamu dengan nama kesayangan yang aku beri nama Olive. Akan aku pastikan Olive, kamu akan menjadi milikku.” ucapnya lirih dengan tersenyum puas. “Aku akan mencari dokter terbaik di Lordania untuk segera meyembuhkanmu.” janjinya didalam hati. Tak berapa lama Clark masuk ke dalam ruangan. Dia berjalan mendekat ke arah Tuan Anderson. Dia memasang ekspresi wajah senormal mungkin saat melihat Tuan Anderson sedang menggenggam tangan wanita tersebut sambil berbicara lirih didekat telinga wanita

  • Turbulensi Cinta   Bab 6

    Tuan Anderson masih menatap lekat wajah Olive yang terbaring tak berdaya. Hatinya merasa miris melihat alat bantu medis yang digunakan untuk membantunya bertahan hidup. Dia bergumam : “Segeralah sadar Olive! Kamu masih cukup muda tentu kamu kuat melewati masa kritis ini?” Dia melirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya yang menunjukkan pukul 16:00 sore. “Olive aku akan keluar dari rumah sakit ini. Ada orang yang menjaga kamu selama di rumah sakit ini.” Clark masuk ke ruang perawatan. Dia segera berjalan mendekat ke arah Tuan Anderson yang masih duduk disebelah tempat tidurnya Olive. “Tuan Anderson! Apakah sekarang Tuan sudah siap untuk segera pergi ke kota Burgeon? Aku harap kita tidak telat dikarenakan kita telah mengundurkan jam pertemuan untuk meeting.” “Baiklah, kita berangkat sekarang. Aku sudah merasa tenang meninggalkan Olive dengan perawat dan pengawal yang senantiasa menjaganya. Bagaimana hasil penyelidikanmu Clark? Apakah benar ibuku dirawat di rumah sakit ini

  • Turbulensi Cinta   Bab 7

    Tepat pukul 21:00 malam, Tuan Anderson dan Clark meninggalkan ruangan kantor Tuan Swift. Saat berjalan melewati lobi kantor ponsel Tuan Anderson berbunyi.Dia berhenti sejenak, untuk menerima panggilan telepon tersebut.“Hallo!” Tuan Anderson membuka percakapan melalui telepon. “Aku perawat dari Ocean yang ditugaskan untuk menjaga Olive. Tuan Anderson saat ini Olive sudah sadar.” ucap perawat dari Seberang sambungan telepon.“Benarkah! Jaga dia, aku akan segera kesana.” Tuan Anderson segera memutuskan sambungan teleponnya.Dia menyimpan kembali ponselnya. Clark yang masih setia menemaninya segera berkata : “Apakah Tuan Anderson mau makan malam di restaurant didekat kantor Tuan Swift? Ini sudah malam. Aku lihat, tadi Tuan Anderson tidak menyentuh makanan sama sekali pada waktu break disela-sela waktu meeting.”“Aku kurang berselera makan, sebaiknya kita mencari restaurant di Lordania. Segera reservasi tempat, kamu sudah tahu selera makanku? Aku yakin kamu tidak akan mengecewakanku!”

  • Turbulensi Cinta   Bab 8

    Tuan Anderson berjalan dengan tergesa-gesa menuju ke ruang perawatan Olive yang terletak di lantai dua di rumah sakit Lordania. Dia sudah tidak sabar untuk segera bertemu dengan Olive. Clark yang berjalan disampingnya segera menyeimbangkan langkah kakinya. Ada dua orang pengawal yang berjaga didepan pintu ruang perawatan. Pengawal yang melihat kedatangan Tuan Anderson dan Clark segera membukakan pintu ruangan tersebut dan mempersilahkan Tuan Anderson untuk masuk.Hatinya berdegup kencang saat melihat Olive sedang diperiksa oleh seorang dokter.Tuan Anderson berjalan mendekat ke arah mereka.“Bagaimana kondisi Olive dokter?” tanyanya dengan pandangan mata yang tetap menatap wajah Olive. “Pasien baru saja sadar sehingga kondisinya masih lemah, dia belum mempunyai tenaga untuk berbicara. Sebaiknya biarkan dia beristirahat, untuk memulihkan kembali tenaganya.”“Apakah operasinya berhasil? Aku khawatir akan mempengaruhi memori Olive karena kepalanya terus menerus mengeluarkan darah hamp

  • Turbulensi Cinta   Bab 9

    Tepat pukul 08:00 pagi, dokter dan perawat melakukan kunjungan pemeriksaan ke ruang perawatan yang ditempati oleh Olive. Dokter segera memeriksa kondisi Olive setelah sebelumnya membaca catatan medis yang berisi perkembangan Olive pasca operasi.Dokter berkata kepada perawat yang menjaga Olive.“Berdasarkan laporan, perkembangan Olive cukup bagus, untuk sakit kepalanya merupakan efek dari benturan di kepalanya yang mengalami gegar otak stadium sedang, sehingga dibutuhkan proses agak lama untuk mulai memulihkan keseluruhan memorinya.”Tiba-tiba kelopak mata Olive terbuka, dia samar-samar melihat sosok berpakaian putih yang berdiri tak jauh dari hadapannya.Perawat yang menemani dokter melakukan visit di ruangan Olive segera berkata :“Dokter, Olive sudah bangun? Apakah dokter ingin menanyakan sesuatu kepada Olive?”“Aku akan menanyakan beberapa pertanyaan terkait memori Olive.”Dokter segera berjalan menghampiri Olive. Dia berkata : “Selamat pagi Olive! Apakah kepalamu masih terasa sa

Latest chapter

  • Turbulensi Cinta   Bab 55

    Emily membawa Hilda menuju ke ruang tengah yang berisi meja jamuan makanan. Hilda mulai mengambil makanan dan meletakkannya diatas piring.“Hallo Hilda?” sapa Gazela saat berdiri didepannya.“Apakah kamu Gazela? Kenapa kamu masih terlihat muda?”“Benar apa yang aku katakan Gazela! Kamu memang terlihat masih muda. Hilda saja mengakuinya.” sahut sahut Nyonya Alexander.Gazela tersenyum simpul wajahnya bersemu merah menahan rasa malu.“Kalian tentu berlebihan. Anakku saja sudah menduduki kelas menengah, tidak mungkin aku terlihat muda.”“Aku serius Gazela. Kamu pasti pandai merawat diri selain itu Hock tentu memenuhi semua kebutuhanmu.”“Ini semua karean Hock terlalu memanjakanku, meskipun aku sudah berumur namun dia memperlakukanku dengan sangat baik. Aku senang berjumpa dengamu Hilda. Apakah kamu sudah bertemu dengan Olive?”“Yah… aku baru saja bertemu dengannya. Bukankah kamu baru saja menjadi pengiring pengantin? Pantas saja Olive memilihmu, wajah kamu tidak berbeda jauh dengan Olive

  • Turbulensi Cinta   Bab 54

    Olive masuk ke dalam kamar. Dia meletakkan beberapa paper bag di atas meja dan segera mengambil pakaian di dalam lemari. Langkah kakinya cepat berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Tak lama kemudian Olive sudah selesai membersihkan badannya dan memoleskan sedikit riasan pada wajahnya.Nyonya Alexander tersenyum melihat kedatangan Olive.“Dudulah disampingku Olive!” “Iya ibu.”“Apakah ibu sudah mencoba cheese cake buatan Gazela? Dia pandai membuat cake.”“Aku sudah mencobanya, teksturnya lembut dan rasa kejunya terasa. Benar Olive! Gazela pandai membuat cake.”“Apakah kamu ingin teh chamolile? Aku akan menyuruh pelayan untuk membuatkannya untukmu.”“Iya ibu. Aku suka teh chamomile.”Nyonya Alexander menyuruh Lani untuk pergi ke dapur dan membuatkan teh chamomile untuk Olive. Tak lama kemudian Lani datang dengan membawa satu buah cangkir teh chamomile.“Teh chamomile racikan Lani berbeda dengan teh buatan pelayan Anderson. Kamu harus mencobanya Olive! Meskipun sama-sama teh chamomile t

  • Turbulensi Cinta   Bab 53

    “Benar Gazela. Kita memang butuh tampil berkelas supaya tidak direndahkan oleh orang lain. Aku merasakan bagaimana perasaannya di pandang rendah dan tidak di anggap oleh orang. Benar-benar hidup dipandang sebelah mata itu sangat menderita.”“Apa yang kamu katakan Olive! Selama Anderson disamping mu, kamu tidak akan dipandang rendah, aku yakin dia selalu mendukungmu dan tentunya akan memenuhi semua kebutuhanmu. Sepengetahuanku Anderson orangnya royal, dia mau menghampurkan uangnya untuk keluarganya. Apakah kamu sudah tahu mengenai Ellen? Meskipun Ellen menikah dengan Anderson dengan cara dijebak, namun dia royal dan tetep memenuhi kebutuhan Ellen.”“Aku baru bertemu sekali dengan Ellen. Dan kami hanya sedikit berbicara. Apakah kamu kenal akrab dengan Ellen?”“Aku mengenal Ellen karena dia adalah istrinya Anderson. Aku dikenalkan oleh Hock dengan Ellen, empat tahun yang lalu saat menghadiri acara di perusahaannya. Ayolah kita berangkat sekarang. Aku tidak ingin merusak momen kita denga

  • Turbulensi Cinta   Bab 52

    Driver menepikan mobilnya didepan gerbang berwarna cokelat yang didalamnya terlihat rumah bergaya klasik dengan cat berwarna vintage.Driver berkata : “Nona Olive kita sudah sampai didepan mansion Tuan Hock.”“Iya. Aku akan menelepon Gazela sekarang.”Olive mengambil ponsel didalam tasnya dan segera menghubungi nomor Gazela. Sesaat kemudian panggilan mulai terhubung.“Hallo Olive. Apakah kamu sudah berangkat? Sekarang kamu sudah sampai mana?” tanya Gazela melalui sambungan telepon.“Aku sudah sampai didepan gerbang mansionmu?”“Benarkah! Tunggu sebentar, biarkan penjaga yang akan membuka pintu gerbangnya. Aku akan segera keluar.”“Baiklah Gazela. Aku tutup teleponnya sekarang.” Olive menyimpan kembali ponselnya kedalam tas.Penjaga mulai membuka pintu gerbang. Driver melajukan mobil masuk ke halaman mansion. Olive melihat Gazela sudah berdiri di serambi mansion. “Aku senang akhirnya kamu datang ke mansionku Olive. Ayo masuklah! Tadi saat menunggumu aku sudah membuat kudapan. Cobalah!

  • Turbulensi Cinta   Bab 51

    “Apakah kamu senang akan souvenir yang akan diberikan kepada para tamu undangan?” tanya Anderson. “Tentu saja aku senang Anderson.” “Baiklah. Saat berbulan madu kita akan mencari paket bulan madu yang menyajikan destinasi pantai. Jam berapa besok kamu akan menjemput Gazela. Aku akan menyiapkan driver untuk mengantarkamu ke mansion Hock. Bukankah kamu belum pernah pergi ke mansionnya Hock?” “Terima kasih Anderson kamu selalu menuruti permintaanku.” ucap Olive dengan mata berbinar. “Aku berencana berangkat pukul 10:00 pagi. Aku memang belum pernah mengunjungi mansion Hock, namun driver kamu pasti tahu alamat mansion milik Hock yang berada di Lordania.” “Iya Olive. Besok aku siapkan semuanya. Ayolah kita masuk ke dalam mansion. Ibu pasti sudah menunggu kita, sebentar lagi kita akan makan malam bersama.” Anderson dan Olive berjalan masuk ke dalam mansion. Mereka segera duduk didepan Nyonya Alexander. “Ibu, sebaiknya kita makan malam sekarang? Ibu juga belum meminum obat.” “Baikla

  • Turbulensi Cinta   Bab 50

    Sore harinya sebuah mobil putih memasuki halaman mansion Tuan Anderson di Burgeon. Tuan Hock keluar dari dalam mobil dengan membawa sebuah parcel buah. Dia berjalan memasuki mansion. Seorang pelayan membukakan pintu dan mempersilahkan Tuan Hock untuk duduk di ruang tamu.Tuan Anderson segera menemui Hock di ruang tamu.“Hock akhirnya kamu datang? Apakah pekerjaanmu sudah selesai? Ini masih sore hari?” tanya Anderson sembari duduk di sofa.“Aku sengaja pulang lebih awal Anderson. Apakah Nyonya Alexander sudah pulang? Aku ingin bertemu dengannya.”“Ibu sudah pulang tadi siang. Saat ini ibu bersama dengan Gazela dan Olive berada di ruang tengah sedang minum teh bersama. Ayo Hock bergabunglah dengan mereka. Ibu pasti senang bertemu denganmu. Dia sedang menunggu kedatanganmu.”Tuan Anderson dan Hock beranjak dari sofa dan berjalan menuju ke ruang tengah.Nyonya Alexander yang duduk di tengah tersenyum melihat kedatangan Hock.Dia berkata : “Benarkah kamu Hock! Kenapa kamu sudah mulai berub

  • Turbulensi Cinta   Bab 49

    Olive tersenyum melihat Gazela yang duduk di ruang tamu. “Aku senang akhirnya kamu datang ke mansion ini? Ibu belum pulang dari rumah sakit, mungkin sebentar lagi dia akan sampai di mansion ini.” kata Olive sembari duduk didepan Gazela.“Aku ada waktu luang sehingga bisa berkunjung ke mansion Anderson. Aku sudah lama tidak bertemu dengan Nyonya Alexander. Terakhir aku bertemu saat aku menemui Ellen di Triton. Waktu pernikahanmu tinggal hitungan hari, apa yang belum selesai kamu persiapkan?”Olive terdiam sejenak sembari memikirkan persiapan pernikahannya di balai kota. “Aku rasa sudah cukup, tinggal memilih tamu yang akan di undang serta pengiring pernikahan. Yah… mungkin aku perlu memilih menu makanan untuk menjamu tamunya Anderson serta dari keluarga ibu yang menghadiri pernikahan di balai kota.”“Benar juga Olive, sebaiknya kamu mengundang koki untuk memasak di mansion ini saat pernikahanmu di balai kota. Aku rekomendasikan menu makanannya berbeda dengan menu saat acara resepsi p

  • Turbulensi Cinta   Bab 48

    Keesokan paginya Olive mengantar Anderson sampai di halaman mansion.“Olive, kemungkinan ibu pulang dari rumah sakit saat siang hari. Aku tahu kamu pasti lelah setelah tadi malam kita pulang larut malam dari restauran. Istirahatlah kembali. Aku akan menghubungi Hock supaya Gazela datang siang hari ke Burgeon.”“Baiklah Anderson, aku akan beristirahat sebentar sembari menunggu ibu pulang.”“Baguslah. Aku akan berangkat sekarang, segera kabari aku jika kamu membutuhkan sesuatu.”“Tentu saja Anderson. Berhati-hatilah!”Tuan Anderson segera masuk ke dalam mobil. Driver segera melajukan mobilnya meninggalkan mansion dan pergi menuju ke pusat kota Lordania.Olive memandang mobil yang membawa Tuan Anderson sampai menghilang dari pandangan matanya.“Kenapa kepalaku tiba-tiba merasa sakit, aduh!” ucapnya pelan. “Sepertinya aku mulai mengingat sesuatu? Apakah ingatanku akan mulai pulih?” tanyanya dengan cemas.Olive segera berjalan dengan pelan dan masuk ke dalam mansion. Saat memasuki ruang te

  • Turbulensi Cinta   Bab 47

    Mobil yang membawa Tuan Anderson dan Olive melaju menuju ke restauran bintang lima di pusat kota Lordania. Restauran tersebut merupakan restaurant terbesar di pusat kota Lordania. Tuan Anderson dan Olive berjalan masuk menuju ke dalam restaurant. Seorang pelayan wanita tersenyum ramah menyambut kedatangan mereka.“Selamat malam dan selamat datang Tuan Anderson, kami sudah menunggu kedatangan anda. Mari kami antar anda menuju ke ruang khusus perjamuan.”“Baiklah. Antarkan kami sekarang.” jawab Tuan Anderson datar.Pelayan segera memimpin jalan menuju ke ruangan perjamuan. Tuan Anderson dan Olive segera berjalan mengikuti pelayan tersebut. “Silakan masuk Tuan Anderson!” kata pelayan sembari membukakan pintu.Tuan Anderson dan Olive memasuki ruang perjamuan tersebut. Terlihat seorang lelaki tersenyum melihat kedatangan mereka. “Tuan Anderson, kami sudah menyajikan semua jenis aneka makanan dan minuman yang tersedia di restauran ini. Silakan Anda untuk duduk di kursi yang tersedia. Ak

DMCA.com Protection Status