Mereka melihat pembunuhan besar-besaran tanpa perasaan di depan mata ini dengan penuh ketakutan. Di mata mereka terdapat ketakutan, keterkejutan dan bahkan gemetar!Membunuh 1 orang dalam 1 langkah!Ini adalah membunuh 1 orang dalam 1 langkah yang sesungguhnya!Dewa pembunuh!Ini adalah satu sosok dewa pembunuh yang tidak tertandingi!”Bagaimana Keluarga Zafar bisa memprovokasi sebuah keberadaan yang begitu mengerikan!Mamat dibuat ketakutan hingga kecing di celana. Pada saat ini, dia akhirnya sadar mengapa b*jingan kecil ini bisa membuat kakak pertamanya begitu panik. Bahkan, sesepuh Keluarga Zafar juga sengaja mengutus seseorang untuk menghadapinya. “Tidak, aku tidak boleh mati! Aku tidak boleh mati!”Mamat mengaum liar di dalam hati. “Aku, Tuan Ke Tiga Zafar yang begitu terkenal. Aku memiliki kekuasaan dan kekayaan yang tak tertandingi. Aku belum puas menikmatinya. Aku tidak boleh mati!”“Titan!”“Cepat! Cepat keluarkan Titan!” Tiba-tiba dia berteriak keras. “Boom!”Kurungan be
“Mengapa setiap dari kalian selalu mengucapkan hal ini ketika sudah mau mati? Apakah tidak bisa mengatakan sedikit hal yang lebih baru?”David datang ke hadapannya. Setelah menggelengkan kepala, dia mengulurkan tangan dan memutuskan kepalanya secara paksa. Dia menyalakan sebatang rokok, mengeluarkan sebuah kantong dan memasukkan kepala Mamat ke dalamnya, kemudian beranjak pergi. Semua orang di dalam arena tinju akhirnya tersadar kembali dan melihat mayat Mamat yang sudah tidak berkepala, berikut darah yang memenuhi lantai.Mereka tidak bisa menahan diri untuk tidak menjerit dengan suara keras lagi. Ada orang yang berdorongan mencoba melarikan diri dan ada orang yang tidak berhenti muntah sambil bersandar di sudut dinding. Di luar arena tinju. Sebuah mobil polisi bergegas kemari dengan menyalakan sirene. “Cepat! Cepat cepat cepat!”Mayang yang mengenakan pakaian seragam melompat turun dari dalam mobil dan bergegas ingin masuk ke arena tinju bersama dua orang. Tiba-tiba di 10 langka
Omongannya baru selesai dan sebuah puntung rokok sudah melesat ke arahnya dengan kecepatan yang sangat tinggi.Mayang secara reflek menghindar ke samping. Setelah itu dua buah suara pistol terdengar di tepi telinganya. Saat dia berdiri seimbang dan melihat ke sana, dia justru menemukan sosok David sudah menghilang sejak tadi. “B*rengsek, lagi-lagi membiarkan anak ini kabur!” Mayang berjalan ke tempat David berdiri sebelumnya dan menghentakkan kaki dengan keras. Dia berkata kepada kedua bawahannya. “Barusan kalian menembak? Apakah mengenai dirinya?”Kedua orang itu buru-buru menggelangkan kepala. “Kami juga tidak tahu. Kecepatannya telalu tinggi.”Mayang langsung tampak terkejut. Perlu diketahui bahwa barusan mereka paling-paling hanya berjarak 10 langkah dari David.Dengan jarak seperti ini, masih bisa membiarkannya terhindar dari peluru. Betapa mengerikannya gerakan ini.Tiba-tiba, Mayang berjalan ke sana untuk memungut puntung rokok barusan. Senyuman bangga muncul di wajahnya. “A
Pada malam yang berbintang, sebuah mobil polisi tiba di depan gerbang Taman Pemakaman Umum Kalibata dengan kecepatan tertinggi.Mayang dan Ria turun dari dalam mobil. Mereka tidak berhenti melangkah masuk ke pemakaman dan akhirnya tiba di depan satu per satu batu nisan yang kesepian. Di depan batu nisan yang paling tengah, setumpuk abu yang masih berasap berserakan di atas tanah. “Ternyata dia benaran datang untuk memberi persembahan!”Tatapan mata Mayang terpaku pada abu kertas dan langsung mengangkat mata memperhatikan sekeliling. “Ria, dia seharusnya baru pergi. Kita pergi mengejarnya sekarang seharusnya masih keburu.”Saat berbicara, dia diam-diam mengulurkan tangan ke pinggang dan mengeluarkan pistolnya. Namun omongannya tidak mendapatkan tanggapan apapun.Mayang secara reflek melihat ke belakang dan terlihat Ria yang sedang berlutut di atas lantai dan mati-matian mengais tanah di atas lantai. Meskipun jarinya tergores, dia tetap tidak peduli. Seiring dengan terbukanya tanah
“Tidak perlu. Aku masih harus kembali untuk meneliti kasus. Kamu istirahatlah lebih awal.” Mayang menggelengkan kepala, berbalik badan dan langsung pergi dengan mengendarai mobil. Setelah menutup pintu, Ria langsung datang ke depan pintu kamar David. Dia terlebih dahulu mengetuk pintu dan berkata, “David, apakah kamu sudah tidur?”Setelah melihat tidak ada jawaban dari dalam kamar, dia mau tak mau mengeluarkan kunci dan membuka pintu kamar. Namun, tidak ada seorang pun di dalam kamar. Pada saat ini, dalam hati Ria tiba-tiba merasa sedikit kecewa. David tidak pulang. Ini sudah tengah malam.Kenapa dia tidak pulang?Apa mungkin telah terjadi sesuatu padanya? Begitu pemikiran ini muncul, dia langsung terkejut dan ingin menelepon David.Kenyataannya, dia sendiri bahkan tidak sadar bahwa seiring dengan kehidupan bersama selama ini, dia diam-diam sudah menerima David. Pria yang tiba-tiba menerobos masuk ke dalam kehidupannya ini, meskipun biasanya tindakannya tidak sesuai dengan omo
Pada saat ini, semua orang menyingkirkan perasaan meremehkan sebelumnya dan hanya merasa di atas leher terdapat sebuah pisau tak berwujud yang mungkin akan jatuh ke kepala mereka kapan pun. Bahkan dalam hati Yayan, kepala Keluarga Zafar dan Mufid yang duduk di atas kursi roda juga sangat ketakutan. “Kakak Pertama, se……sekarang apa yang harus kita lakukan?” kata Cecep Zafar, putra ke dua Keluarga Zafar dengan wajah memucat. Bisa dibilang, dia adalah orang yang paling ketakutan di antara semua orang yang berada di tempat itu. Adik ke empat dan ke tiga sudah mati. Akankah giliran selanjutnya adalah dirinya?Raut wajah Yayan muram hingga menakutkan. Mereka sudah menawarkan hadiah kepada pihak luar untuk menangkap b*jingan kecil itu dan bahkan tidak berhenti menambah jumlah hadiahnya. Sayangnya, jangankan menangkapnya, bahkan sedikit informasi tentang dirinya pun tidak ada.B*jingan kecil ini bergentayangan bagaikan hantu jahat yang kembali dari neraka.Pada saat ini, telepon genggam
Pemuda itu menjinjing sebuah benda berlumuran darah di tangannya, menatap Yayan dan yang lainnya dengan wajah tersenyum sambil berkata, “Permisi, apakah kalian adalah anggota Keluarga Zafar?”“Ka……kami adalah anggota Keluarga Zafar.”Yayan buru-buru mengangguk, kemudian dengan wajah penuh hormat berkata, “Apakah A……Anda adalah murid sesepuh?”“Benar. Namaku Luis Tambun, murid terkecil guruku.” Pemuda itu tersenyum. Senyumannya membuat punggung terasa dingin.Kali ini semua orang melihat yang dijinjing di tangannya jelas adalah kepala manusia. “Tuan Luis, i….ini adalah?” kata Yayan dengan merinding. “Maksudmu dia ya?” Luis dengan tidak peduli berkata, “Orang ini sepertinya bernama Kosim Faisal. Aku dengar bahwa dia merupakan saingan kuat Keluarga Zafar di bidang pelayaran. Maka dari itu aku membunuhnya dalam perjalanan kemari.”“Mengenai kepalanya ini, anggap saja sebagai hadiah perjumpaan untuk kalian.”Nada bicaranya sangat santai, seperti sedang membicarakan sebuah hal sepele. “Ap
David khawatir akan terjadi sesuatu pada Ria karena dirinya membuat Mufid cacat. Maka dari itu, dalam 2 hari selanjutnya dia selalu mengantar Ria pergi ke perusahaan secara pribadi. Hanya saja, setelah mendapati Ria berbohong padanya di malam 2 hari yang lalu, sikap David terhadap Ria berubah menjadi sangat acuh. Bagaimanapun juga, tidak ada orang yang bisa mentoleransi kebohongan. Ria juga merasakan hal ini. Namun, karena sibuk bekerja dan ditambah dengan dirinya yang selalu memperhatikan pergerakan Mayang, maka dia tidak terlalu mempertanyakannya.Pagi ini, setelah mengantar Ria sampai ke pintu gerbang Guntur Group, David melihat segerombolan orang menghadang pintu gerbang hingga tidak ada celah. Semua satpam digerakkan dan tetap tidak bisa menjaga ketertiban. Di sekeliling juga terdapat banyak awak media yang mengambil foto secara gila-gilaan. “Perusahaan berhati busuk! Bahkan berani menjual kosmetik palsu! Kembalikan uang kami!”“Benar! wajah istriku rusak karena memakai kosm