Sakti, seorang lelaki berusia 33 tahun yang sedang berusaha untuk mencari jodohnya. Selama ini, Sakti merawat ayahnya yang sakit keras hingga merasa tak punya waktu untuk urusan cintanya. Sementara itu, ayah Sakti yang penyakitan, tuli dan bisu, menitahkan anaknya untuk mencari keberadaan seorang dewi penyembuh. Konon katanya, dewi tersebut adalah salah satu dari Tujuh Dewi Suarga yang memiliki kekuatan penyembuhan mumpuni. Sakti yang bingung dengan maksud sang ayah, akhirnya hanya bisa menurut saja. Pencariannya dimulai dengan pengetahuan minim tentang ketujuh dewi tersebut. Sampai pada suatu hari, Sakti bertemu dengan dewi yang dimaksud oleh ayahnya. Lalu dewi tersebut membuatnya jatuh cinta hingga mabuk kepayang. Perasaannya berubah menjadi obsesi untuk menemukan para dewi lainnya dengan penuh harap agar berjodoh, hingga ia pun lupa terhadap perintah ayahnya sendiri. Usahanya yang tidak mudah akhirnya membuat seorang dukun langganan ayahnya berniat menolong Sakti demi urusan cinta tersebut. Dukun itu memberikan sebuah pusaka misterius berupa kalung kuku macan berwarna biru cerah. Pusaka itu mampu untuk memudahkan Sakti menggapai keinginannya. Dimulailah perjalanan cinta Sakti demi mempersunting ketujuh dewi impiannya. Tanpa ia tahu tentang hubungan sang ayah, dukun yang menolongnya dan para dewi tersebut ternyata memiliki sejarah kelam yang mengancam jiwa dan raga.
View MoreSakti berlari kencang menerobos dedaunan dan rumput liar ke dalam hutan sambil menggendong Nafika, kakinya bergerak cepat namun tak tentu arah.Nafika setengah panik, tak menyangka kalau ia akan dibawa kabur oleh Sakti. Karena situasi genting dan tak terduga, Nafika berusaha untuk menahan diri serta tetap tenang karena tidak ada pilihan lain lagi.Saat dirasa sudah cukup aman, Nafika menepuk-nepuk pundak Sakti, memberi isyarat agar berhenti berlari.Sakti akhirnya menghentikan pelariannya, ia menurunkan Nafika ke tanah, sambil melihat kesana-kemari memastikan situasi benar-benar aman.Sakti terlihat kebingungan, ia berusaha untuk mengucapkan kata-kata namun yang keluar dari mulutnya hanyalah ucapan tak lazim. Sepertinya ia melupakan banyak hal setelah bangkit dari kematiannya.Nafika tentu paham dengan keadaan tersebut, Sakti sudah tiada pada saat itu, kondisi ini membuat Sakti butuh waktu untuk kembali beradaptasi dengan kehidupan yang dijalaninya.Nafika segera memberikan penyembuha
Sudah hampir seminggu sejak Sakti menghilang, ia ditolong oleh seorang wanita yang tinggal di sebuah hutan yang secara kebetulan menemukan jasad Sakti tersangkut di sungai.Wanita itu melihat perubahan tubuh Sakti yang semakin memburuk, seolah sedang membusuk perlahan.“Ayo kamu pasti bisa, Nak! Bisa!” Wanita itu komat-kamit tidak jelas, di depan jasad Sakti yang terlihat tak lagi segar, sepertinya ia sedang melakukan sesuatu terhadap jasad Sakti yang tak bernyawa.Sorot mata wanita itu menunjukan kekecewaan, “Hm sepertinya memang harus dikubur dulu, ya.”Akhirnya wanita itu membawa sebuah balok kayu tajam, kemudian ia menggali tanah tak jauh dari tempat jasad Sakti terbaring menggunakan balok kayu itu.Sambil menggerutu tak jelas, wanita itu terus saja menggali dan menggali, sedikit demi sedikit tanahnya berhasil dikeruk balok kayu itu. Entah sampai sedalam apa wanita itu akan menggali, semuanya dilakukan tanpa diketahui ol
Dinginnya air sungai dan arusnya yang deras menghanyutkan jasad Sakti mengikuti ke manapun jalurnya akan berakhir. Gelapnya malam membuat jasad itu semakin tersembunyi, terombang-ambing tak menentu meunggu takdir yang akan menyapanya.Jasad itu tak bernyawa, selama beberapa jam ini sudah menempuh jarak cukup jauh dari lokasi awal diceburkannya jasad Sakti oleh seseorang.Sampai akhirnya, jasad Sakti tersangkut sesuatu. Dan dari balik rindangnya pepohonan, seseorang mengawasinya lekat-lekat, tahu kalau jasad itu adalah seseorang, bukan jasad hewan liar seperti biasanya, orang itu akhirnya keluar dari persembunyiannya, terlihatlah sesosok wanita dengan rambut yang agak berantakan berjalan tergesa-gesa ke arah di mana jasad Sakti tersangkut.“Malang nian nasibmu,” ucap wanita itu. Ia dengan susah payah mencoba menarik jasad Sakti sekuatnya. Menceburkan badannya sendiri ke sungai itu, lalu mengikat jasad Sakti dengan seutas tali yang ia simpan di balik pakaiannya.Setelah yakin tali itu m
Keadaan Pak Guruh tiba-tiba memburuk hingga membuat Abah Karsa ketakutan, memang sudah beberapa hari ini keadaan cukup membuat Abah Karsa kalut karena Sakti tak kunjung pulang ke rumah.Pak Guruh meronta-ronta dengan ganas, terlihat mulutnya mencoba untuk mengatakan sesuatu namun tentu saja tak bisa. Abah Karsa menganggap memang terjadi sesuatu, kecurigaannya mengarah kepada Sakti yang baru-baru ini memakai Pusaka Iblis Pemikat miliknya, atau memang sudah waktu bagi Pak Guruh untuk mengikhlaskan kehidupan ini.“Ada apa ini Ruh, yang kuat. Anakmu sebentar lagi pasti pulang.” Abah Karsa mencoba menenangkan Pak Guruh, tapi sepertinya tidak berhasil, amukan Pak Guruh semakin menjadi.Abah Karsa hanya melihat air mata Pak Guruh menetes, terlihat begitu menyakitkan baginya karena keadaan itu tidak akan terbayangkan oleh seseorang pun.Abah Karsa mencoba sebuah ritual yang dipahaminya untuk menenangkan Pak Guruh, ia mengerahkan segala ilmu yang dipelajarinya selama ini tanpa ragu-ragu agar k
Sudah tiga hari ini Malea berusaha menembus ingatan Anggi demi mencari keberadaan seorang Dewi Penyembuh yang dibutuhkannya, namun petunjuk yang didapat masih belum cukup.Mahendra, suami Anggi, sudah beberapa kali mendatangkan dokter-dokter hebat untuk penanganan sementara, menyembuhkan efek samping yang terjadi pada tubuhnya akibat luka batin itu.“Tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan, asal jangan telat makan, ya. Dan obatnya juga.” Begitulah kata para dokter yang memeriksa Anggi.Walaupun Mahendra tahu para dokter itu tidak bisa menyembuhkan Anggi sepenuhnya, namun tanpa bantuan mereka, kondisi fisik Anggi semakin memprihatinkan, dalam tiga hari saja tubuh Anggi sudah terlihat menyusut.“Bagaimana ini? Apa yang bisa kulakukan untuknya??” Ucap Mahendra dengan nada khawatir.Malea dan Rubi hanya bisa terdiam. Mereka mencoba menenangkan Mahendra.“Pah, mamah kenapa?” Anak Anggi bertanya tiba-tiba. Semuan
Sakti sudah berada di tempat kerjanya, ia sibuk menemani salah satu penanggung jawab sebuah perusahaan produsen suku cadang kendaraan berat. Orang itu menggunakan jasa perusahaan ekspor impor tempat Sakti bekerja dan kini sebuah proses pengiriman sedang bermasalah.Dalam waktu kurang dari dua puluh menit, Sakti sudah membuat presentasi baru tentang kenapa pengiriman tersebut bermasalah, dan bagaimana solusinya.Sebuah rapat telah diadakan antara Sakti, atasannya, dan juga kedua pihak penanggung jawab masing-masing perusahaan.Selama rapat itu, Bram, selaku penanggung jawab perusahaan suku cadang kendaraan berat, tidak habis-habisnya memperhatikan Sakti di ruang rapat. Urusan masalah perusahaannya justeru tidak disimak baik-baik.“…Itulah hal yang bisa kita lakukan, Pak Bram. Betul begitu, Pak Wendy?” Sakti menjelaskan presentasinya, ia memastikan teorinya dengan rekannya yang lain selaku penanggung jawab perusahaan ekspor impor ini.
Bram berusaha untuk bangkit dari tidurnya tanpa harus menggugah Ramona yang masih pulas tertidur, semalaman ia mencumbu istrinya itu dan tentulah mereka akan bangun kesiangan karena kelelahan.Kepala Ramona yang masih menyandar di bahu Bram, kini berusaha melesak masuk di antara himpitan ketiak suaminya itu, mencoba untuk menghalau Bram agar tidak segera pergi.Bram mengangkat bahunya perlahan, berusaha melepaskan kepala Ramona yang menindihnya, lalu ia merapikan posisi kepala istrinya agar tidak terlalu jauh dari bantal tidur. Pelan-pelan Bram meninggalkan kamarnya.Ramona tetap nyenyak tertidur namun insting dan panca indranya tetap bekerja, tak lama, ia mencium aroma kopi dan mentega yang menggugah seleranya, kemudian ia berusaha untuk bangun.Terlihatlah sebuah nampan berisi roti lapis cokelat dan secangkir kopi, salah satu menu favoritnya untuk sarapan. Di hadapan Ramona, Bram terlihat sedang menunggu, pakaiannya sudah rapih dan siap untuk pergi bekerja.“Ee, Ayah mau dibikinin s
Malea memperhatikan tiap detail apa saja yang terjadi di antara adiknya, Rosa, dan juga Sakti. Terawangannya mungkin tak sehebat Anggi, namun cukup jelas baginya untuk menilai seberapa intimnya mereka berdua yang sedang dalam pengawasannya. Pergumulan malam itu berakhir tidak sesuai harapan Malea, Rosa dan Sakti malah bercinta di halaman rumah kosong dengan beralaskan tumpukan daun kering. Suara daun berserakan mengiringi tiap desahan dan gejolak birahi mereka. Bajingan benar lelaki ini, pikir Malea. Sudah enak merudapaksa Ramona, kini malah menggauli adiknya yang lain pula. Malea segera memutuskan kontak batin pengelihatannya itu setelah mendapati Sakti diam-diam melepas pengaman dari miliknya tanpa sepengetahuan Rosa dan mulai mencumbu Rosa bagaikan anjing yang sedang kelaparan. Sakti mendorong-dorong pinggulnya hingga Rosa merasakan kejantanan Sakti semakin melesak menjelajahi kewanitaannya. Malea merasakan jijik. Ia tak tahan melihat seberapa murahannya Rosa. Sementara itu, S
Sakti merasakan hebatnya sensasi saat ia menyerap dua jenis Aura Dewi yang berbeda, Abah Karsa yang secara tak langsung melihat keseluruhan proses itu, hanya bisa mengira-ngira apa yang sedang terjadi, tetapi secara perlahan tetap bisa merasakan ada sesuatu yang beda atas diri Sakti. Sebuah daya tarik dan energi aneh tertentu.“Ini yakin boleh dipake, Bah?” Tanya Sakti seraya menunjuk kalungnya.“Tentu saja, Cah Bagus, tapi pergunakan dengan bijak, jangan sampai nanti seperti bapakmu.” Lagi-lagi Abah Karsa mewanti-wanti perihal efek samping penggunaan pusaka miliknya.Sakti hanya bisa mengangguk, badannya yang dirasa penat karena seharian mengalami kejadian di luar nalar seolah menjerit meminta dibersihkan, Sakti segera bangun dari duduk silanya, lalu ia beranjak ke kamar mandi.Tak lama kemudian.“Abah tolong jagain bapak, ya.” Ucap Sakti dari dalam kamar mandi, mulai terdengar suara ceburan air memecah keheningan.Dinginnya air mengguyur tubuh Sakti, indera perasanya semakin tajam m
Sakti terkejut saat menyadari bahwa ia hampir saja tertidur, tergugah merasakan tubuhnya terhempas ke sandaran kursi secara tiba-tiba, rasa kantuknya itu sungguh tak tertahankan.Terlihat jam dinding menunjukan pukul tiga sore, sudah hampir sejam Sakti menunggu ayahnya keluar dari kamar. Mengetuk pintu tidak akan mengusik ayahnya karena beliau tuli serta bisu akibat dari suatu penyakit yang sulit didiagnosa.Hampir lima tahun sudah, Sakti merawat ayahnya yang penyakitan dengan sepenuh hati. Keadaan tersebut sungguh membuatnya terguncang, entah apa penyebab penyakit aneh tersebut, yang jelas semua itu tidak menghalanginya untuk berbakti pada ayahnya.Sakti merogoh saku celananya, dari dalam saku itu ia meraih banyak sobekan kertas berisi tulisan tangan ayahnya. Sobekan kertas tersebut berisi tulisan atas ucapan ayahnya sendiri.Begitulah cara mereka berdua berkomunikasi semenjak ayahnya kehilangan kemampuan bicara, dan beberapa lama kemudian pendengarannya pun ikut hilang. Sang ayah ak...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments