Share

Bab 5: Malam Tragedi

Author: Panda-merah
last update Last Updated: 2023-07-29 16:17:29

Rasa penasaran Guruh terhadap para saudari istrinya semakin menjadi, ia merasakan dorongan itu semakin kuat dan sulit sekali ditahan-tahan lagi. Entah kenapa perasaan terhadap istrinya, Asih, malah kian hambar.

Dimulailah akal-akalan Guruh demi mendekati salah satu saudari sang istri yang paling disukainya, yaitu Safiah. Dengan meletakkan sejumlah uang yang diikat lalu dimasukkan ke dalam tas milik Safiah, Guruh mengaku kalau ia kehilangan uang itu.

Seisi rumah gempar dengan berita hilangnya uang yang dimaksud, apalagi jumlahnya tidaklah kecil. Guruh membujuk Asih untuk menggeledah setiap barang bawaan para saudarinya itu.

Merasa tersinggung, Asih merasa perlu untuk membela para saudarinya. Ia hendak mengganti setiap lembar uang yang hilang itu.

"Beraninya! Biar kuganti uangmu!" Ucap Asih sambil menahan emosi.

Walaupun Guruh merasa tak lagi cinta dengan istrinya, tapi kemarahan Asih membuatnya khawatir. Untungnya para saudari Asih mengerti situasi itu dan mengizinkan Guruh untuk menggeledah tiap barang bawaan mereka.

"Sudahlah, Kak. Biarkan suamimu itu melakukan keinginannya. Kami tak apa, kok." Safiah menenangkan Asih yang sedang tersulut emosi.

Dalam hati, Asih membatin jika semua hal yang ia lakukan demi kebahagiaan Guruh sudah sepenuh hati dikerahkan tanpa mengharap balasan. Guruh memang tidak menyadari hal itu karena tidak tahu bahwa istri yang dinikahinya adalah seorang dewi. Dan Guruh sudah menerima lebih dari yang seharusnya atas pernikahan ini.

Tak heran jika urusan rumah tangganya selalu baik-baik saja walaupun tanpa kehadiran sang buah hati.

Akhirnya Guruh menggeledah tiap barang milik saudari istrinya tersebut, namun dirinya tak menyangka jika apa yang dicarinya itu benar-benar tidak ada. Padahal ia sangat yakin bahwa sudah meletakkan gulungan uang itu di tas milik Safiah.

Merasa malu, akhirnya Guruh meminta maaf kepada saudari-saudari Asih, terutama Safiah.

Namun, saudari Asih yang lain, Kemala, menyarankan Guruh untuk mencari uang yang hilang tersebut di kamarnya sendiri.

Saat Guruh memeriksa kamarnya, ia terperangah begitu mengetahui bahwa uang tersebut ada di saku celana yang ia gantungkan di hanger baju.

"Tuh ketemu juga..." Kata Kemala yang memerhatikan dari pintu kamar Guruh yang terbuka. Tak sadar jika Kemala mengikuti Guruh sampai sebegitunya.

Guruh merasa heran, kenapa uang itu bisa ada di saku celananya yang digantung dalam kamar. Satu-satunya orang yang dilihatnya memasuki kamar itu adalah istrinya sendiri, namun tidak pernah ia lihat bahwa uang itu dipindahkan dari dalam tas milik Safiah, karena tas tersebut tak pernah luput dari pandangannya.

Trik murahannya itu gagal total.

Singkat cerita, beberapa kali Guruh berusaha untuk melakukan pendekatan terhadap saudari-saudari Asih, pendekatan itu lambat laun dipengaruhi oleh unsur paksaan. Tapi semuanya gagal. Sudah beberapa hari berlalu semenjak kedatangan saudari istrinya itu. Kegelisahan dan rasa penasarannya semakin menggebu-gebu. Memang dasar sifat lelaki. Masih sempat-sempatnya punya pikiran untuk 'memakan' saudara ipar sendiri.

Guruh akhirnya kembali menemui Abah Karsa untuk meminta tolong, nafsunya itu benar-benar sulit ia kendalikan dan keberadaan saudari-saudari istrinya sungguh membuatnya kalut.

Saat Abah Karsa melihat kondisi Guruh, ia terkejut karena melihat tubuh Guruh berlimpahkan Aura Dewi. Aura aneh itu terpancar dari dalam jiwa Guruh dan membuatnya terlihat semakin berkarisma.

Entahlah apa arti itu semua, tapi sepengetahuan Abah Karsa, hal tersebut adalah temuan langka. Guruh adalah salah satu orang yang beruntung.

Guruh segera menceritakan pengalaman pernikahannya dengan Asih, ia bahkan sempat bertanya siapakah sebenarnya wanita yang sudah dinikahinya tersebut.

Tapi Abah Karsa sendiri tidak menjawab tiap pertanyaan Guruh. Ia hanya menyarankan agar mensyukuri apa yang ada dan jangan sampai terpancing dengan tuntutan nafsunya.

"Terima saja kondisi yang ada, Ruh. Coba temui bapakmu, ceritalah, siapa tahu dia punya wejangan khusus untukmu." Abah Karsa tidak terlalu mengerti tentang konflik-konflik yang timbul dalam pernikahan, hingga akhirnya ia merasa bahwa ayah Guruh adalah orang yang cocok untuk dimintai nasihat mengenai gejolak batin anaknya. Karena ayah Guruh adalah lelaki beristri empat, pengalamannya tentang pernikahan pastilah sangat beragam.

Akhirnya Guruh menuruti perkataan Abah Karsa, ia pergi menemui ayahnya, Bahja. Walaupun sebenarnya tak sudi.

Guruh adalah anak semata wayang dari istri pertama ayahnya. Dari istrinya yang lain, ayahnya itu tidak memiliki anak lagi.

Singkat cerita, obrolan Guruh dengan ayahnya tidak membuahkan hasil yang diinginkan. Ia beranjak pergi dengan keadaan tangan kosong dan tidak mendapatkan jawaban atas masalahnya itu. Ayah Guruh hanya berkoar-koar tentang superioritas lelaki yang boleh menikahi perempuan sebanyak mungkin sekalipun yang dinikahi itu kakak-adik. Dan hal-hal sejenis lainnya.

"Dasar sinting!" Maki Guruh dalam hati.

Guruh kembali ke rumah Abah Karsa untuk mencurahkan rasa kesal terhadap ayahnya itu. Ia tak menyangka kalau ayahnya berpola pikir jauh di luar nalar.

Sementara itu di suatu tempat...

Pak Bahja terbayang-bayang dengan cerita Guruh mengenai para saudari menantunya itu, ia memang paham jika kecantikan dan daya tarik Asih sungguh memikat, tapi ia tidak tergoda.

Namun berdasarkan penjabaran anaknya, sepertinya saudari-saudari Asih memiliki daya tarik serupa dan bahkan sepertinya melebihi Asih. Pak Bahja pun kini penasaran.

Akhirnya ia pergi menuju rumah anaknya, hanya untuk mengobati rasa penasaran tentang bagaimana rupa saudari-saudari Asih yang diceritakan oleh Guruh. Sungguh sifat yang kekanakan sekali.

Ketika sudah sampai di depan rumah anaknya itu, Pak Bahja segera mengetuk pintu dengan tempo cepat saking tak sabarnya.

"Tok, tok, tok!"

Saat pintu terbuka, dari balik pintu terlihatlah seorang wanita yang tak dikenali oleh Pak Bahja. Mungkin itu adalah saudari Asih yang dibicarakan Guruh, pikir Pak Bahja dalam hati.

"Guruh mana?" Tanya Pak Bahja, pandangannya terpaku pada kecantikan dan daya pikat wanita itu. Pantas saja anaknya merasa gelisah siang malam, bagaimana mungkin ia tahan serumah dengan ipar secantik ini.

"Mas Guruh belum pulang, Pak." Suara lembut Safiah langsung menggelitik kelelakian Pak Bahja, memang ia pun gampang sekali tergoda wanita.

"Kalau Asih?" Tanya Pak Bahja lagi.

"Kakak baru saja keluar cari Mas Guruh." Terlihat wajah Safiah semakin menunduk, merasa tak nyaman dengan pandangan Pak Bahja.

Tampaknya Pak Bahja menyadari kalau wanita di hadapannya itu merasa kurang nyaman, "Tenang, panggil saya Pak Bahja. Saya bapaknya Guruh, mertuanya Asih."

"Oh, salam ya pak, saya Safiah adiknya Asih, Pak Bahja masuk dulu saja." Ajak Safiah sambil menyampingkan badannya ke pinggir pintu, mempersilakan Pak Bahja untuk masuk ke dalam.

Tentu saja Pak Bahja segera beranjak masuk ke dalam rumah, ia segera duduk di ruang tamu. Walaupun sebenarnya ia bisa leluasa di rumah anaknya sendiri, tapi ia ingin menjaga sikap karena anaknya ternyata belum pulang setelah mengunjunginya tadi.

"Bikin kopi, Pak?" Safiah menawarkan diri untuk membuatkan Pak Bahja minuman.

Walaupun sebenarnya Pak Bahja bisa saja membuat minuman itu sendiri, tapi berhubung Guruh belum datang, ia harus tetap berlagak seperti tamu untuk sementara.

"Boleh." Pak Bahja mengangguk.

Sambil memerhatikan Safiah berjalan menuju dapur, Pak Bahja tertegun melihat bagian bawah tubuh Safiah yang menurutnya sangat menggairahkan, dadanya terasa berdesir, aliran darahnya semakin cepat melihat pemandangan itu. Birahinya mulai bangkit.

Sementara itu di dapur, Safiah beberapa kali bingung dengan tata letak bahan minuman yang hendak dibuatnya, sambil menunggu air mendidih, ia sibuk bergerak kesana-kemari.

Setelah bahan-bahan yang dicarinya terkumpul, Safiah mulai meracik kopi untuk Pak Bahja. Ia berdiri di depan undakan dapur sambil sibuk mengaduk-aduk kopinya.

Secara perlahan, Pak Bahja bergerak menghampiri Safiah diam-diam. Terasa hembusan napas pada tengkuk Safiah hingga membuat wanita cantik itu merinding.

Ketika hendak menengok ke belakang, wajah Safiah tertahan dengan tangan kasar yang dengan sigap segera membekap mulutnya.

Safiah meronta, ia hendak berteriak namun tangan Pak Bahja yang kekar menutup mulutnya hingga membuat rahangnya sulit digerakkan, untuk menggigit tangan Pak Bahja saja ia tak sanggup.

Tangan Pak Bahja yang lain memeluk tubuh Safiah untuk mengunci pergerakannya, Safiah hanya bisa merintih dan mengucapkan kata-kata tak jelas, mengutuk perbuatan itu.

Pak Bahja menghimpitkan tubuhnya ke badan Safiah yang molek itu dengan leluasa. Ia menggesek-gesek selangkangannya ke bagian bokong Safiah yang padat dan kenyal.

"Aahh..." Nafsu setan menguasai Pak Bahja, ia sudah lupa daratan.

Kepanikan Safiah bertambah, rontaannya semakin kencang dan tak terkendali untuk memberontak. Sekuat tenaga ia berusaha melepaskan diri dari Pak Bahja.

"Diam sayang, ini enak kok, aaaah..." Bisik Pak Bahja dengan lembut sambil terus menggoyangkan pinggulnya, berusaha mencari-cari kenikmatan atas gesekan tubuh Safiah yang masih dibalut rok tipis itu.

Safiah menangis, air mata mengalir deras hingga membasahi tangan Pak Bahja yang masih mendekap mulutnya. Tak disangka ia harus barada dalam situasi mencekam ini.

Gairah dan birahi sudah membanjiri otak Pak Bahja hingga membuatnya kesal terhadap Safiah yang terus saja berusaha melepaskan diri.

"Kenapa tidak pasrah saja menikmati keperkasaanku ini! Dasar wanita munafik!" Gumam Pak Bahja dalam hati.

Pak Bahja membenturkan kepala Safiah ke arah kabinet dapur berkali-kali, terdengar suara teriakan Safiah menyertainya, namun Pak Bahja tak menghiraukan hal itu. Hingga akhirnya Safiah pingsan lalu terjatuh ke lantai.

Dengan terburu-buru, Pak Bahja segera membalikkan tubuh Safiah dengan kasar. Ia menikmati pemandangan indah itu sambil terengah-engah, tatapannya penuh nafsu terlarang hingga membutakan nuraninya.

Ia sibakkan rok Safiah ke atas dan menarik celana dalamnya ke bawah. Tangan Pak Bahja segera membuka ritsleting celananya dengan gesit. Ia hendak menggauli Safiah secara paksa.

Saat selangkangannya ingin mendorong lembut bagian bokong Safiah, tiba-tiba kepala Pak Bahja dipukul sesuatu dari belakang oleh seseorang.

Pak Bahja menengok ke arah pukulan itu berasal sambil menahan sakit di kepalanya, ia melihat wanita lain yang tidak kalah cantiknya dengan Safiah. Kekagumannya terhenti saat wanita itu kembali mengayunkan seonggok kayu ke wajahnya hingga membuat dirinya terjerembab ke belakang.

Saat wanita itu hendak mengayunkan kayunya untuk yang ketiga kali, Pak Bahja berhasil menangkis serangan itu. Ia menendang perempuan itu dengan keras hingga terdorong ke belakang membentur tembok.

"Aw!" Perempuan itu memekik kesakitan, kayu besar yang dipegangnya terlepas.

Pak Bahja segera bangkit dan merebut kayu tersebut. Dengan cepat, ia memukulkan kayu yang dipegangnya ke arah kepala perempuan yang menyerangnya.

Perempuan itu kini sudah tidak berdaya, namun kesadarannya masih terjaga. Ia menggerakan tangannya ke atas, memberikan isyarat memohon ampun.

Pak Bahja akhirnya berhenti memukuli perempuan itu. Dengan napas terengah-engah, Ia kembali menghampiri Safiah untuk kembali menggaulinya.

Perempuan itu hanya bisa melihat Pak Bahja membalikkan badan Safiah dengan sadis, dirobek pakaian Safiah dengan mudahnya. Pak Bahja melepaskan pula bajunya lalu melemparkannya ke samping, kemudian membenamkan tubuhnya yang besar itu hingga menindih Safiah yang malang.

Dari sudut pandang sang wanita yang kian tak berdaya, terlihat Pak Bahja mulai bergerak menaik-turunkan pinggulnya, menggenjot tubuh sintal Safiah yang berada di bawahnya, diiringi dengan suara desahan khas lelaki yang terdengar pelan.

Membuat wanita tersebut merasa jijik sekaligus kasihan pada Safiah tapi tak ada yang bisa dilakukannya.

Perempuan itu hanya menangis seraya mengutuk perbuatan biadab yang terjadi di hadapannya. Sesaat kemudian seseorang membuka pintu, menyaksikan pemandangan tragis itu dengan tatapan matanya yang nanar.

Related chapters

  • Tujuh Dewi Dan Pusaka Iblis Pemikat   Bab 6: Awal Berdarah

    Guruh menyaksikan kegilaan yang sedang terjadi di dapur, ayahnya sedang melakukan hal kotor terhadap Safiah. Sesaat tatapannya membeku.Terlihatlah aura sayap misterius yang berada di belakang Safiah, mulai tersedot ke arah Pak Bahja. Jelaslah Guruh paham dengan situasi yang terjadi.Guruh memalingkan wajahnya kepada sosok lain yang tersandar lemah di pojokan, Kemala, ia terlihat rapuh, pelan-pelan wajahnya berpaling ke arah di mana Guruh sedang terpaku menatapnya, matanya berkedip perlahan, sebagai ganti permintaan tolong yang tak bisa terucapkan.Reaksi wajah Pak Bahja yang kaget melihat Guruh memergokinya, justru tetap bergerak santai seolah tak terjadi apa pun. Tapi matanya menggambarkan kekhawatiran yang sangat. Menelisik respon anaknya dengan hati-hati.Ia pikir, untunglah hasratnya telah tersalurkan. Ia merelakan tubuh Safiah dan membiarkannya tergeletak begitu saja, walaupun sebenarnya hasrat terlarangnya masih ingin ia lampiaskan lagi, tapi kini ada urusan yang lebih mendesak

    Last Updated : 2023-09-25
  • Tujuh Dewi Dan Pusaka Iblis Pemikat   Bab 7: Pusaka Iblis

    Suasana di dapur masih berantakan, Guruh tidak mampu menghentikan Pak Bahja. Kini ia sudah terkapar tak sadarkan diri. Perkelahian keduanya berakhir dengan keleluasaan Pak Bahja untuk mengatasi keadaan dapur sebelum Asih kembali. Keterampilan Pak Bahja dalam urusan mempertahankan diri dan menyakiti orang lain berada di atas Guruh, ditambah lagi, Pak Bahja pemegang salah satu Pusaka Iblis yang ia dapat dari Abah Karsa. Guruh juga memegang pusaka sejenis, bedanya adalah, Pak Bahja sudah lebih dulu menyadari potensi pusaka tersebut daripada Guruh. Di sela-sela perkelahian sebelum Guruh pingsan, Pusaka Iblis milik Pak Bahja bereaksi karena di sana ada kekuatan beberapa dewi, setelah Guruh datang, reaksi pusaka tersebut semakin tidak menentu karena ada dua Pusaka Iblis yang bersitegang. Energi dari pusaka itu mampu mempengaruhi isi kepala orang-orang di sekitarnya, terutama Pak Bahja, kekuatan manipulasi merasuk dalam benaknya, menghasut Guruh untuk sama-sama melakukan kebejatan yang dil

    Last Updated : 2023-09-29
  • Tujuh Dewi Dan Pusaka Iblis Pemikat   Bab 8: Dewi Penyembuh

    Isak tangis Asih terdengar hilang perlahan-lahan, kepanikannya sudah sedikit mereda. Walaupun begitu, ia masih tetap berusaha mencerna kejadian itu dengan susah payah.“Aku akan membalas lelaki jahat itu, sampai akhir hayatnya tiba.” Suara Nafika bergetar penuh kemarahan.Asih melepaskan tubuh Nafika dari dekapannya, ia hanya bisa mengangguk pelan, tak bisa lagi mengelak atas kesalahan mertuanya. Bahkan kalau perlu, suaminya pun pantas dihukum juga. Dari sudut pandangnya, Guruh pun memiliki itikad yang sama buruk dengan Pak Bahja. Lewat Aura Dewi yang kembali kepada Asih, semuanya terlihat bak memori yang tak akan bisa dihapus.Nafika terbangun dari posisi duduknya, memulihkan diri dari setiap goresan lukanya yang tersisa, lalu ia menjulurkan tangannya ke arah gundukan-gundukan tanah yang ada di hadapannya.Seketika itu juga tanah merekah, terbuka lebar, jasad yang ada di dalamnya terbangun. Safiah dan Kemala terlihat bangkit dari dalam tanah

    Last Updated : 2023-09-30
  • Tujuh Dewi Dan Pusaka Iblis Pemikat   Bab 9: Pahit Kenyataan

    Sakti baru saja membaca beberapa bagian isi buku harian milik ayahnya, sesekali ia bertanya pada Abah Karsa tentang kejadian yang menurutnya di luar nalar tersebut.Terutama di bagian saat kakek yang ia kenal ternyata tidak seperti yang diduganya. Pertanyaan lainnya yang dilontarkan oleh Sakti adalah kenapa rahasia besar seperti ini tidak ada yang cerita.Walaupun Sakti tidak terlalu dekat dengan kakeknya, tapi ia sangat prihatin dengan keadaan kakeknya yang juga menderita karena penyakit tertentu. Apalagi saat di mana istri-istri kakek mulai meninggalkannya dengan menggasak harta benda yang jumlahnya tak sedikit. Kecuali istri pertamanya yang senantiasa menemani.Sudah jatuh tertimpa tangga pula.Pada saat itu, Abah Karsa sering mendatangi kediaman kakeknya Sakti, yaitu Pak Bahja, untuk memberikan pengobatan tertentu. Sampai akhirnya Pak Bahja tidak tertolong lagi, ia meninggal saat Sakti berusia lima tahun. Dalam kondisi yang membuat siapa pun ber

    Last Updated : 2023-10-02
  • Tujuh Dewi Dan Pusaka Iblis Pemikat   Bab 10: Dua Dunia

    Berubahnya suasana yang dialami Rosa terjadi begitu cepat, walaupun Rosa tahu bahwa ia sedang berada dalam ilusi saudarinya, tapi suasana di sekitarnya begitu terasa sangat nyata, seolah benar terjadi.Cahaya matahari memancar ke arah mata Rosa, silau, matanya tak bisa ia biarkan lama-lama menatap langit.Jiwa Rosa sedang terjebak di dalam dewi yang hendak dihukum mati.Di depannya, algojo sedang menunggu perintah. Sepertinya orang tampan di sebelahnya itulah yang memegang kendali.“Oh..,” gumam lelaki tampan itu. “…katanya kau perlu bicara sesuatu?” Lanjutnya lagi. Pandangan lelaki itu seolah sedang menunggu Rosa bicara.“Bukan a…” belum selesai Rosa bicara, lelaki itu menyelanya.“Baiklah, hukum dia!” Ucap lelaki itu, diikuti dengan algojo yang seketika itu juga bersiap mengayunkan pedang.Suasana penonton semakin riuh, “Hukum! Hukum! Hukum dia!”&ldquo

    Last Updated : 2023-10-03
  • Tujuh Dewi Dan Pusaka Iblis Pemikat   Bab 11: Melebur Waktu

    Rosa masih belum tersadar dari ilusi yang diberikan oleh saudarinya, yaitu Malea. Saudari Rosa yang lain, Anggi, mulai sedikit khawatir.Bahkan, Malea sendiri tidak menduga kalau Rosa tetap tak sadarkan diri, padahal kekuatannya sudah ia hentikan beberapa saat lalu.“Kenapa belum sadar juga?” Anggi bertanya.Dengan wajah khawatir, Malea sedikit gelagapan, “Ti, tidak tahu, terawanganku hanya sampai para dewi kembali ke Suarga. Ha, harusnya Rosa sudah sadar.”Anggi menghampiri tubuh Rosa yang masih belum terbangun, ia menepuk-nepuk pipi Rosa perlahan. “Rosa! Rosa! Sadarlah!”Rosa masih tetap tak sadarkan diri.Para saudari Rosa hanya bisa saling menatap, apakah mereka sudah melakukan hal buruk? Gumam masing-masing dari mereka dalam hati.Mungkin saja pertanyaan itu ada benarnya. Karena dalam bawah sadar Rosa yang masih merasuki tubuh Anggana, dan juga pengaruh ilusi milik Malea, menghasilkan kombinasi

    Last Updated : 2023-10-05
  • Tujuh Dewi Dan Pusaka Iblis Pemikat   Bab 12: Titik Pertemuan

    Tiga saudari Rosa, yaitu Anggi, Rubi dan Ramona pergi menuju lokasi yang diberikan oleh Sakti. Mereka bergegas sembari terus mengingat wajah Sakti yang mereka lihat di ponsel Rosa. Sesekali Anggi menatap layar ponsel itu untuk memastikan seberapa jauh lagi jarak yang harus mereka tempuh. Anggi berharap agar Sakti tiba di tempat perjanjian terlebih dahulu, karena jika mereka yang lebih dulu sampai, bisa jadi Sakti akan menghindari pertemuan itu karena bukan Rosa yang datang. Ketika hampir sampai di tempat pertemuan, Anggi memerintahkan kedua saudarinya untuk berjaga-jaga dari jarak yang tidak terlalu jauh. Akhirnya Ramona dan Rubi menunggu di sebuah halte bus, berbaur bersama calon penumpang yang sedang menunggu. Lain halnya dengan Anggi, ia menunggu dengan sabar akan kehadiran Sakti. Mereka berjanji akan bertemu di sebuah minimarket yang menyediakan sebagian kecil areanya untuk bersantai dan menyesap kopi. Anggi belum bisa duduk-duduk di tempat pertemuan itu, ia menunggu Sakti yang

    Last Updated : 2023-10-06
  • Tujuh Dewi Dan Pusaka Iblis Pemikat   Bab 13: Pecundang Sial

    Suara mesin mobil menderu semakin cepat, membuat Sakti cukup yakin kalau dirinya dalam bahaya, walaupun ia tidak bisa melihat keadaan sekitar akibat rok yang menutup kepalanya. Ia mencoba berontak, menendangkan kakinya sembarangan ke berbagai arah, badannya ia guncang-guncangkan agar bisa lepas dari cengkeraman wanita-wanita gila itu.Semerbak aroma pengharum mobil menyeruak karena terjatuh akibat tendangan Sakti, aroma jeruk murahan sontak membuat siapa pun yang ada di dalamnya merasa mual.Rubi, yang sedang menyetir, akhirnya membuka kaca jendela mobil agar aroma pengharum tersebut tidak terlalu mengganggu.Ramona dan Anggi masih terus berusaha menjegal Sakti, Ramona kini setengah telanjang karena roknya ia lepaskan demi menutup paksa wajah Sakti.“Gila kamu, ya!” Bentak Anggi kepada Ramona yang setengah telanjang itu.“Ya, liat di tv emang begini caranya biar dia enggak tahu ke mana kita pergi.” Ucap Ramona sambil terengah-engah karena kewalahan menjegal Sakti yang terus berontak.

    Last Updated : 2023-10-07

Latest chapter

  • Tujuh Dewi Dan Pusaka Iblis Pemikat   Bab 24: Satu Halaman

    Sakti berlari kencang menerobos dedaunan dan rumput liar ke dalam hutan sambil menggendong Nafika, kakinya bergerak cepat namun tak tentu arah.Nafika setengah panik, tak menyangka kalau ia akan dibawa kabur oleh Sakti. Karena situasi genting dan tak terduga, Nafika berusaha untuk menahan diri serta tetap tenang karena tidak ada pilihan lain lagi.Saat dirasa sudah cukup aman, Nafika menepuk-nepuk pundak Sakti, memberi isyarat agar berhenti berlari.Sakti akhirnya menghentikan pelariannya, ia menurunkan Nafika ke tanah, sambil melihat kesana-kemari memastikan situasi benar-benar aman.Sakti terlihat kebingungan, ia berusaha untuk mengucapkan kata-kata namun yang keluar dari mulutnya hanyalah ucapan tak lazim. Sepertinya ia melupakan banyak hal setelah bangkit dari kematiannya.Nafika tentu paham dengan keadaan tersebut, Sakti sudah tiada pada saat itu, kondisi ini membuat Sakti butuh waktu untuk kembali beradaptasi dengan kehidupan yang dijalaninya.Nafika segera memberikan penyembuha

  • Tujuh Dewi Dan Pusaka Iblis Pemikat   Bab 23: Kebangkitan Dewa

    Sudah hampir seminggu sejak Sakti menghilang, ia ditolong oleh seorang wanita yang tinggal di sebuah hutan yang secara kebetulan menemukan jasad Sakti tersangkut di sungai.Wanita itu melihat perubahan tubuh Sakti yang semakin memburuk, seolah sedang membusuk perlahan.“Ayo kamu pasti bisa, Nak! Bisa!” Wanita itu komat-kamit tidak jelas, di depan jasad Sakti yang terlihat tak lagi segar, sepertinya ia sedang melakukan sesuatu terhadap jasad Sakti yang tak bernyawa.Sorot mata wanita itu menunjukan kekecewaan, “Hm sepertinya memang harus dikubur dulu, ya.”Akhirnya wanita itu membawa sebuah balok kayu tajam, kemudian ia menggali tanah tak jauh dari tempat jasad Sakti terbaring menggunakan balok kayu itu.Sambil menggerutu tak jelas, wanita itu terus saja menggali dan menggali, sedikit demi sedikit tanahnya berhasil dikeruk balok kayu itu. Entah sampai sedalam apa wanita itu akan menggali, semuanya dilakukan tanpa diketahui ol

  • Tujuh Dewi Dan Pusaka Iblis Pemikat   Bab 22: Sisa Cerita

    Dinginnya air sungai dan arusnya yang deras menghanyutkan jasad Sakti mengikuti ke manapun jalurnya akan berakhir. Gelapnya malam membuat jasad itu semakin tersembunyi, terombang-ambing tak menentu meunggu takdir yang akan menyapanya.Jasad itu tak bernyawa, selama beberapa jam ini sudah menempuh jarak cukup jauh dari lokasi awal diceburkannya jasad Sakti oleh seseorang.Sampai akhirnya, jasad Sakti tersangkut sesuatu. Dan dari balik rindangnya pepohonan, seseorang mengawasinya lekat-lekat, tahu kalau jasad itu adalah seseorang, bukan jasad hewan liar seperti biasanya, orang itu akhirnya keluar dari persembunyiannya, terlihatlah sesosok wanita dengan rambut yang agak berantakan berjalan tergesa-gesa ke arah di mana jasad Sakti tersangkut.“Malang nian nasibmu,” ucap wanita itu. Ia dengan susah payah mencoba menarik jasad Sakti sekuatnya. Menceburkan badannya sendiri ke sungai itu, lalu mengikat jasad Sakti dengan seutas tali yang ia simpan di balik pakaiannya.Setelah yakin tali itu m

  • Tujuh Dewi Dan Pusaka Iblis Pemikat   Bab 21: Air Kehidupan

    Keadaan Pak Guruh tiba-tiba memburuk hingga membuat Abah Karsa ketakutan, memang sudah beberapa hari ini keadaan cukup membuat Abah Karsa kalut karena Sakti tak kunjung pulang ke rumah.Pak Guruh meronta-ronta dengan ganas, terlihat mulutnya mencoba untuk mengatakan sesuatu namun tentu saja tak bisa. Abah Karsa menganggap memang terjadi sesuatu, kecurigaannya mengarah kepada Sakti yang baru-baru ini memakai Pusaka Iblis Pemikat miliknya, atau memang sudah waktu bagi Pak Guruh untuk mengikhlaskan kehidupan ini.“Ada apa ini Ruh, yang kuat. Anakmu sebentar lagi pasti pulang.” Abah Karsa mencoba menenangkan Pak Guruh, tapi sepertinya tidak berhasil, amukan Pak Guruh semakin menjadi.Abah Karsa hanya melihat air mata Pak Guruh menetes, terlihat begitu menyakitkan baginya karena keadaan itu tidak akan terbayangkan oleh seseorang pun.Abah Karsa mencoba sebuah ritual yang dipahaminya untuk menenangkan Pak Guruh, ia mengerahkan segala ilmu yang dipelajarinya selama ini tanpa ragu-ragu agar k

  • Tujuh Dewi Dan Pusaka Iblis Pemikat   Bab 20: Perselisihan Wanita

    Sudah tiga hari ini Malea berusaha menembus ingatan Anggi demi mencari keberadaan seorang Dewi Penyembuh yang dibutuhkannya, namun petunjuk yang didapat masih belum cukup.Mahendra, suami Anggi, sudah beberapa kali mendatangkan dokter-dokter hebat untuk penanganan sementara, menyembuhkan efek samping yang terjadi pada tubuhnya akibat luka batin itu.“Tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan, asal jangan telat makan, ya. Dan obatnya juga.” Begitulah kata para dokter yang memeriksa Anggi.Walaupun Mahendra tahu para dokter itu tidak bisa menyembuhkan Anggi sepenuhnya, namun tanpa bantuan mereka, kondisi fisik Anggi semakin memprihatinkan, dalam tiga hari saja tubuh Anggi sudah terlihat menyusut.“Bagaimana ini? Apa yang bisa kulakukan untuknya??” Ucap Mahendra dengan nada khawatir.Malea dan Rubi hanya bisa terdiam. Mereka mencoba menenangkan Mahendra.“Pah, mamah kenapa?” Anak Anggi bertanya tiba-tiba. Semuan

  • Tujuh Dewi Dan Pusaka Iblis Pemikat   Bab 19: Persimpangan Takdir

    Sakti sudah berada di tempat kerjanya, ia sibuk menemani salah satu penanggung jawab sebuah perusahaan produsen suku cadang kendaraan berat. Orang itu menggunakan jasa perusahaan ekspor impor tempat Sakti bekerja dan kini sebuah proses pengiriman sedang bermasalah.Dalam waktu kurang dari dua puluh menit, Sakti sudah membuat presentasi baru tentang kenapa pengiriman tersebut bermasalah, dan bagaimana solusinya.Sebuah rapat telah diadakan antara Sakti, atasannya, dan juga kedua pihak penanggung jawab masing-masing perusahaan.Selama rapat itu, Bram, selaku penanggung jawab perusahaan suku cadang kendaraan berat, tidak habis-habisnya memperhatikan Sakti di ruang rapat. Urusan masalah perusahaannya justeru tidak disimak baik-baik.“…Itulah hal yang bisa kita lakukan, Pak Bram. Betul begitu, Pak Wendy?” Sakti menjelaskan presentasinya, ia memastikan teorinya dengan rekannya yang lain selaku penanggung jawab perusahaan ekspor impor ini.

  • Tujuh Dewi Dan Pusaka Iblis Pemikat   Bab 18: Keturunan Raja

    Bram berusaha untuk bangkit dari tidurnya tanpa harus menggugah Ramona yang masih pulas tertidur, semalaman ia mencumbu istrinya itu dan tentulah mereka akan bangun kesiangan karena kelelahan.Kepala Ramona yang masih menyandar di bahu Bram, kini berusaha melesak masuk di antara himpitan ketiak suaminya itu, mencoba untuk menghalau Bram agar tidak segera pergi.Bram mengangkat bahunya perlahan, berusaha melepaskan kepala Ramona yang menindihnya, lalu ia merapikan posisi kepala istrinya agar tidak terlalu jauh dari bantal tidur. Pelan-pelan Bram meninggalkan kamarnya.Ramona tetap nyenyak tertidur namun insting dan panca indranya tetap bekerja, tak lama, ia mencium aroma kopi dan mentega yang menggugah seleranya, kemudian ia berusaha untuk bangun.Terlihatlah sebuah nampan berisi roti lapis cokelat dan secangkir kopi, salah satu menu favoritnya untuk sarapan. Di hadapan Ramona, Bram terlihat sedang menunggu, pakaiannya sudah rapih dan siap untuk pergi bekerja.“Ee, Ayah mau dibikinin s

  • Tujuh Dewi Dan Pusaka Iblis Pemikat   Bab 17: Amarah Saudari

    Malea memperhatikan tiap detail apa saja yang terjadi di antara adiknya, Rosa, dan juga Sakti. Terawangannya mungkin tak sehebat Anggi, namun cukup jelas baginya untuk menilai seberapa intimnya mereka berdua yang sedang dalam pengawasannya. Pergumulan malam itu berakhir tidak sesuai harapan Malea, Rosa dan Sakti malah bercinta di halaman rumah kosong dengan beralaskan tumpukan daun kering. Suara daun berserakan mengiringi tiap desahan dan gejolak birahi mereka. Bajingan benar lelaki ini, pikir Malea. Sudah enak merudapaksa Ramona, kini malah menggauli adiknya yang lain pula. Malea segera memutuskan kontak batin pengelihatannya itu setelah mendapati Sakti diam-diam melepas pengaman dari miliknya tanpa sepengetahuan Rosa dan mulai mencumbu Rosa bagaikan anjing yang sedang kelaparan. Sakti mendorong-dorong pinggulnya hingga Rosa merasakan kejantanan Sakti semakin melesak menjelajahi kewanitaannya. Malea merasakan jijik. Ia tak tahan melihat seberapa murahannya Rosa. Sementara itu, S

  • Tujuh Dewi Dan Pusaka Iblis Pemikat   Bab 16: Satu Pertemuan

    Sakti merasakan hebatnya sensasi saat ia menyerap dua jenis Aura Dewi yang berbeda, Abah Karsa yang secara tak langsung melihat keseluruhan proses itu, hanya bisa mengira-ngira apa yang sedang terjadi, tetapi secara perlahan tetap bisa merasakan ada sesuatu yang beda atas diri Sakti. Sebuah daya tarik dan energi aneh tertentu.“Ini yakin boleh dipake, Bah?” Tanya Sakti seraya menunjuk kalungnya.“Tentu saja, Cah Bagus, tapi pergunakan dengan bijak, jangan sampai nanti seperti bapakmu.” Lagi-lagi Abah Karsa mewanti-wanti perihal efek samping penggunaan pusaka miliknya.Sakti hanya bisa mengangguk, badannya yang dirasa penat karena seharian mengalami kejadian di luar nalar seolah menjerit meminta dibersihkan, Sakti segera bangun dari duduk silanya, lalu ia beranjak ke kamar mandi.Tak lama kemudian.“Abah tolong jagain bapak, ya.” Ucap Sakti dari dalam kamar mandi, mulai terdengar suara ceburan air memecah keheningan.Dinginnya air mengguyur tubuh Sakti, indera perasanya semakin tajam m

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status