Share

Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan
Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan
Author: yanticeudah

Bab 1

Author: yanticeudah
last update Last Updated: 2025-01-07 22:05:49

Pesta pernikahan mewah baru saja digelar, aku sangat bahagia bisa menikah dengan seorang Dimas Mahardika, laki-laki tampan dan juga mapan yang baru saja menghalalkanku.

Yah, apa lagi yang aku cari dari Mas Dimas, sudah ganteng pekerja keras, memiliki karir yang bagus dan yang paling penting dia mengerti agama. Aku berharap Mas Dimas bisa membimbingku hingga ke jannah-Nya.

Aku bisa melihat kebahagiaan di wajah Papa dan Mama saat melihat putri tunggalnya telah menikah dengan orang yang tepat.

Walaupun sebenarnya aku dan Mas Dimas belum lama kenal, yang membuat aku yakin, Mas Dimas tidak mengajak aku untuk pacaran tapi melainkan langsung menikah. Siapa yang bisa menolak, dinikahi pria mapan dan juga tampan seperti Mas Dimas.

Aku dan Mas Dimas turun dari mobil pengantin dan langsung masuk ke dalam rumahku, aku mengajak Mas Dimas untuk masuk ke kamarku.

Kami belum merencanakan bulan madu, karena waktu cuti Mas Dimas tidak panjang. Sehingga bulan madu kita tunda dulu.

"Ini kamarku Mas yuk masuk!" Ungkapku saat di depan pintu kamar, sambil mempersilahkan suami ku masuk. Rasa bahagia membuncah di dadaku, tak kupungkiri memang aku yang lebih dulu jatuh cinta padanya.

"Eh iya, terima kasih," ungkapnya agak canggung. Mas Dimas beristirahat sejenak di tempat tidur, merebahkan tubuhnya.

Aku melirik suamiku yang sudah sibuk memegang ponselnya. Sepertinya dia sedang membalas pesan seseorang. Terlihat dari jarinya yang lincah menyentuh keyboard di layar ponsel.

Aku segera mengganti pakaian pengantin dan tak ingin kepo dengan apa yang dikerjakan oleh suamiku. Setelah mandi aku melihat dia masih memegang ponselnya. Betah sekali dia bermain ponsel.

"Mandi dulu Mas, ini handuk dan pakaian ganti nya," ungkapku sambil memberikan handuk padanya. Ia melihatku sekilas dan tersenyum tipis.

"Oh iya, aku mandi dulu ya?" Pamitnya sambil mendaratkan kecupan kilat di pipiku membuat aku tersipu-sipu dan membuat wajahku memanas. Aku pikir, aku lah wanita uang paling bahagia di dunia ini malam ini.

Malam kian larut, aku melirik suamiku yang masih sibuk memainkan ponselnya dari tadi, apa seperti ini malam pengantin baru? Pikirku.

Padahal aku sudah mengenakan lingerie berwarna gelap yang sengaja aku beli untuk malam pertama. Menyenangkan hati suami bukankah suatu hal yang bernilai ibadah, tak apa terlihat lebih agresif di depan suami toh kita berdua sudah halal.

Setelah menyemprotkan parfum dan mengenakan lipstik. Aku beranjak dari meja riasku dan merebahkan tubuhku di sampingnya. Ia masih cuek dan tak meliriku sedikit pun.

"Mas!" Panggilku lembut dengan nada menggoda.

"Hmmm!" Sahutnya cuek. Namun ia masih memainkan ponselnya itu tanpa melihat ke arahku.

"Mas...? Ini malam pertama kita lho, kenapa Mas selalu saja memainkan ponsel itu?" Tanyaku sambil menatap suamiku yang terlihat sangat tampan malam ini. Aku wanita normal yang pasti menginginkan sentuhan dari seorang suaminya.

"Oh, ya? Maaf ada kerjaan sedikit dari kantor, tadi aku membalas pesan dari klienku," ucapnya. Ia meletakan ponselnya di atas nakas dan menoleh padaku sesaat. Hanya sesaat.

Aneh, apa aku tak menarik di matanya. Padahal aku sudah memakai pakaian dinas malam khusus untuk malam pertama kita.

Kemudian aku melihat dia menguap beberapa kali, aku tahu kita sama-sama capek karena resepsi pernikahan yang digelar dari pagi hingga sore hari. Namun, apa mungkin dia bisa secuek itu padaku, terlihat sekali dia seperti tak bernafsu melihatku.

"Sayang ...aku capek banget, dari tadi malam aku nggak tidur, ditambah lagi saat resepsi tadi, pegel...banget kakiku," ungkapnya sambil memijit kaki dengan sebelah tangannya.

"Sini Mas, aku pijatin, mungkin bisa mengurangi pegelnya," ucapku menawarkan dengan lembut.

"Nggak usah sayang, sepertinya istirahat saja lebih baik, aku capek banget sayang.."

Ungkapnya.

Ada rasa kecewa saat dia seolah yang menghargai aku, bahkan hanya sekedar meliriku saja dia enggan. Ia merebahkan tubuhnya di sampingku dan menutup tubuhnya dengan selimut.

"Mas, kenapa? Mas nggak cinta ya sama aku?" Tanyaku sambil menatap punggungnya. Ia berbalik dan membelai rambutku.

"Kok kamu ngomong gitu, ya cinta lah sayang, kalau aku nggak cinta nggak mungkin dong, aku menikahi kamu," ungkapnya sambil menatapku dengan mata elangnya. Mata itu, membuat aku jatuh cinta, sorot mata yang tajam dan membuat aku terpesona.

"Kalau kamu cinta, kenapa kamu nggak mau menyentuhku?" Tanyaku. Ia tertawa kecil dan mengacak rambutku.

"Aku kan udah bilang aku capek, kita tunda dulu ya malam pertamanya," ucapnya sambil menepuk pipiku lembut, kemudian ia mengecup pipiku sekilas, tanpa menunggu jawaban dariku ia pun tidur membelakangiku lagi seperti tadi.

Kenapa dari tadi ia tak pernah mengecup bibirku? Hanya sebatas cium pipi saja. Apa aku yang terlalu berlebihan, menginginkan malam ini menjadi malam terindah dengan suamiku.

Sesaat dengkuran halus terdengar dari suamiku, ia benar-benar bisa tidur saat malam pertama seperti ini. Ada rasa kecewa di dalam hatiku, Aku merasa seperti Istri yang abaikan. Tak dihargai.

Tapi mungkin apa karena dia benar-benar capek. Yah, aku harus berpikir positif saja, mungkin dia benar-benar capek dan lelah.

Apa lagi sebelum ini kami mempersiapkan segalanya bedua, untuk pernikahan mewah yang diimpikan oleh semua kaum hawa.

Tampa sadar aku pun tertidur dengan lingerie yang melekat di tubuhku.

~~~

Pagi harinya aku terlambat bangun, aku akui memang kemarin adalah pesta yang sangat melelahkan. Tamu undangan yang datang silih berganti, bahkan kami tak sempat untuk duduk karena harus menyalami tamu-tamu undangan yang datang dan ikut berbahagia mendoakan pernikahan kami.

Aku membuka mata, di sampingku Mas Dimas masih tidur dengan posisi terlentang, aku tersenyum melihat suamiku yang tampannya bak dewa Yunani itu masih tertidur pulas, nampaknya dia memang sangat lelah. Aku harus bisa  memaklumi itu.

Aku bergeser dan memberanikan diri meletakan kepalaku di dada bidangnya yang atletis. Mas Dimas memang suka nge-gym dari dulu, tubuhnya atletis dan terlihat sangat macho.

Ini yang aku impikan dari dulu, punya suami macho dan atletis. Ditambah Sholeh pula, siapa yang tidak klepek-klepek.

Aku memeluk tubuh itu, merasakan kehangatan dan detak jantungnya yang terdengar di telingaku. Entah kenapa pagi ini, aku sangat menginginkan sentuhan itu, aku pikir pasti Mas Dimas sudah fit kembali. Toh tidurnya juga sudah pulas. Tapi ternyata Ia kaget dan  terbangun.

"Sayang, apa-apaan ini?!" serunya sambil refleks mendorong tubuhku menjauh darinya.

***

Related chapters

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 2

    Aku kaget saat tiba-tiba ia mendorongku, mengapa dia mendorongku? Apa dia tak menginginkan aku bermesraan dengannya. Seketika pikiranku di landa berbagai tanda tanya yang berkecamuk di pikiranku. "Mas, aku istrimu!" Seruku. Ia.masih yang belum sadar karena mungkin kami baru saja menikah kemarin. Ia menatapku sesaat dan mengusap wajahnya dengan tangannya. "Astaghfirullah, maaf sayang aku pikir kamu siapa, otakku belum ngeh kalau aku udah punya istri," ungkapnya. Aku tersenyum dan kembali beringsut untuk mendekatinya. Kembali memeluknya ingin merasakan kehangatan dari tubuh Mas Dimas di pagi yang dingin ini. Biasanya pengantin baru pagi hari adalah hal wajib yang harus dilakukan sepasang suami istri. Apa lagi dari semalam Mas Dimas telah menundanya dengan alasan capek. Biasanya wanita uang seperti itu, namun ini malah terbalik. "Udah nggak capek lagi kan Mas?" Tanyaku lembut. Ia melihat ke arahku dan menggeleng. "Udah enggak lagi sayang, semalam aku tidurnya nyenyak banget," j

    Last Updated : 2025-01-08
  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 3

    Aku agak kaget saat mendengar Rendi memanggil Mas Dinas dengan sebutan sayang. Mengapa seorang lelaki memanggil laki-laki yang lain dengan sebutan sayang. "Maaf, saya istrinya Mas Dimas, ada apa ya?" Tanyaku kemudian. "Eh Maaf, Mbak Naya ya, Dimas mana Mbak?" Tanyanya di seberang sana. "Mas Dimas sedang di toilet," jawabku singkat. "Oh ya udah, nanti aja aku telpon lagi," ucapnya dan menutup sambungan telepon tanpa basa-basi sejenak. Aku meletakkan ponsel Mas Dimas lagi, saat itu juga Mas Dimas kembali dari toilet, hatiku mulai tak tenang saat mengingat rekan kerjanya itu memanggil sebutan sayang pada Mas Dimas. Apa dia sendang bercanda? "Mas tadi ada telepon dari Rendy office," ucapku. Aku melihat raut wajah Mas Dimas agak panik, namun cepat ia sembunyikan dan bertanya," Dia bilang apa?" "Dia nanyak kamu, nanti dia telepon lagi," jawabku. "Oh, dia mau nanyak soal kerjaan mungkin, Nay," ucap Mas Dimas santai. Aku mengangguk-angguk mengerti. "Tapi Mas,.kenapa dia tadi man

    Last Updated : 2025-01-09
  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 4

    Aku menarik tangan Mas Dimas agar dia melihat ke arahku. Karena dari tadi ia terus mengindari tatapanku. "Mas??!" Panggilku lagi, akhirnya di menatapku. "Naya.. bukan itu, bukan itu Nay," jawabnya dengan penuh penekanan. "Jadi kenapa?!" Tanyaku dengan nada tinggi sambil menantang tatapannya. "Aku belum siap Nay, aku belum siap untuk punya anak," jawabnya. Jawaban yang tidak masuk akal, kenapa dia bilang tak siap punya anak, padahal ia bisa membicarakan ini denganku. Aku tertawa getir sambil menggelengkan kepalaku. "Kalau kamu belum siap punya anak, kita bisa menunda punya anak Mas, kenapa kamu tidak mau membicarakan hal ini denganku. Aneh kamu Mas," ungkapku dengan nada kesal, alasan Mas Dimas seperti tak masuk akal. "Ya..tapi aku nggak bisa jelasin ke kamu sekarang, plis aku kasih aku waktu," ucapnya sambil memohon. "Kenapa kamu tak bisa kamu jelaskan padaku, kita itu suami istri, kamu harus terbuka soal apa pun padaku. Apa kamu nggak cinta sama aku?" Tanyaku. Ia berge

    Last Updated : 2025-01-09
  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 5

    Mas Dimas sangat paham cara membuat aku agar tak marah lagi padanya, sentuhan-sentuhan lembut ia berikan padaku, membuat aku semakin bergairah. Tiba-tiba saja aku ingat pada misiku sebelumnya.Ini saatnya aku memberanikan diri untuk menyentuh bagian sensitifnya Mas Dimas untuk membuktikan kata-kata Mela tadi siang. Aku yakin Mela salah, namun apa alasan lain Mas Dimas tak mau menyentuhku?Sebelumnya aku tidak pernah melakukannya karena aku masih malu, maklum aku dan Mas Dimas baru saja menikah dan kami juga tak pacaran. Sehingga rasa canggung tentu saja menguasai diri ini.Nafasku terasa naik turun saat Mas Hanif mulai melancarkan aksinya, menyentuh setiap bagian tubuhku. Apakah ini akan menjadi malam pertamaku??Namun, saat itu juga tanganku bergerak untuk ikut menyentuh bagian sensitif miliknya. Tapi sayangnya, sepertinya ia sadar dan menepis tanganku dengan kasar."Mas..." ucapku lirih.Aku kaget karena baru saja kami bermesraan, tiba-tiba saja ia tak terima saat aku akan menyent

    Last Updated : 2025-01-09
  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 6

    "Nay...plis maafkan aku, aku nggak mau kita pisah, aku akan berusaha berobat, kata orang bisa sembuh kok," ungkap Mas Dimas. "Kalau memang bisa sembuh kenapa Mas tidak berobat dari dulu?" Tanyaku sinis."Udah Nay, cuma mungkin aku tidak terlalu yakin untuk berobat sampai sembuh," ungkapnya."Apa mungkin karena mamang nggak mau sembuh??" Pikirku. Jika Mas Dimas seperti ini aku tidak akan mendapatkan keturunan dari Mas Dimas. Harus kah aku bertahan dan memberikan Mas Dimas kesempatan? Jika Mama dan Papaku tahu tentang Mas Dimas mereka pasti akan sangat terpukul."Aku tahu, aku sudah tak jujur pada mu dari awal, tapi aku tak bisa mengatakan padamu, karena takut kamu akan menolakku. Aku sudah terlanjur cinta saat pertama kali melihatmu Nay," ungkap Mas Dimas bersungguh-sungguh. Aku menatap netranya, mencari kesungguhan di sana. Aku juga punya banyak pertimbangan untuk memutuskan hubungan pernikahan ini, Papa dan Mama pasti akan sangat malu karena mereka selalu membanggakan Mas Dimas di

    Last Updated : 2025-01-17

Latest chapter

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 6

    "Nay...plis maafkan aku, aku nggak mau kita pisah, aku akan berusaha berobat, kata orang bisa sembuh kok," ungkap Mas Dimas. "Kalau memang bisa sembuh kenapa Mas tidak berobat dari dulu?" Tanyaku sinis."Udah Nay, cuma mungkin aku tidak terlalu yakin untuk berobat sampai sembuh," ungkapnya."Apa mungkin karena mamang nggak mau sembuh??" Pikirku. Jika Mas Dimas seperti ini aku tidak akan mendapatkan keturunan dari Mas Dimas. Harus kah aku bertahan dan memberikan Mas Dimas kesempatan? Jika Mama dan Papaku tahu tentang Mas Dimas mereka pasti akan sangat terpukul."Aku tahu, aku sudah tak jujur pada mu dari awal, tapi aku tak bisa mengatakan padamu, karena takut kamu akan menolakku. Aku sudah terlanjur cinta saat pertama kali melihatmu Nay," ungkap Mas Dimas bersungguh-sungguh. Aku menatap netranya, mencari kesungguhan di sana. Aku juga punya banyak pertimbangan untuk memutuskan hubungan pernikahan ini, Papa dan Mama pasti akan sangat malu karena mereka selalu membanggakan Mas Dimas di

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 5

    Mas Dimas sangat paham cara membuat aku agar tak marah lagi padanya, sentuhan-sentuhan lembut ia berikan padaku, membuat aku semakin bergairah. Tiba-tiba saja aku ingat pada misiku sebelumnya.Ini saatnya aku memberanikan diri untuk menyentuh bagian sensitifnya Mas Dimas untuk membuktikan kata-kata Mela tadi siang. Aku yakin Mela salah, namun apa alasan lain Mas Dimas tak mau menyentuhku?Sebelumnya aku tidak pernah melakukannya karena aku masih malu, maklum aku dan Mas Dimas baru saja menikah dan kami juga tak pacaran. Sehingga rasa canggung tentu saja menguasai diri ini.Nafasku terasa naik turun saat Mas Hanif mulai melancarkan aksinya, menyentuh setiap bagian tubuhku. Apakah ini akan menjadi malam pertamaku??Namun, saat itu juga tanganku bergerak untuk ikut menyentuh bagian sensitif miliknya. Tapi sayangnya, sepertinya ia sadar dan menepis tanganku dengan kasar."Mas..." ucapku lirih.Aku kaget karena baru saja kami bermesraan, tiba-tiba saja ia tak terima saat aku akan menyent

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 4

    Aku menarik tangan Mas Dimas agar dia melihat ke arahku. Karena dari tadi ia terus mengindari tatapanku. "Mas??!" Panggilku lagi, akhirnya di menatapku. "Naya.. bukan itu, bukan itu Nay," jawabnya dengan penuh penekanan. "Jadi kenapa?!" Tanyaku dengan nada tinggi sambil menantang tatapannya. "Aku belum siap Nay, aku belum siap untuk punya anak," jawabnya. Jawaban yang tidak masuk akal, kenapa dia bilang tak siap punya anak, padahal ia bisa membicarakan ini denganku. Aku tertawa getir sambil menggelengkan kepalaku. "Kalau kamu belum siap punya anak, kita bisa menunda punya anak Mas, kenapa kamu tidak mau membicarakan hal ini denganku. Aneh kamu Mas," ungkapku dengan nada kesal, alasan Mas Dimas seperti tak masuk akal. "Ya..tapi aku nggak bisa jelasin ke kamu sekarang, plis aku kasih aku waktu," ucapnya sambil memohon. "Kenapa kamu tak bisa kamu jelaskan padaku, kita itu suami istri, kamu harus terbuka soal apa pun padaku. Apa kamu nggak cinta sama aku?" Tanyaku. Ia berge

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 3

    Aku agak kaget saat mendengar Rendi memanggil Mas Dinas dengan sebutan sayang. Mengapa seorang lelaki memanggil laki-laki yang lain dengan sebutan sayang. "Maaf, saya istrinya Mas Dimas, ada apa ya?" Tanyaku kemudian. "Eh Maaf, Mbak Naya ya, Dimas mana Mbak?" Tanyanya di seberang sana. "Mas Dimas sedang di toilet," jawabku singkat. "Oh ya udah, nanti aja aku telpon lagi," ucapnya dan menutup sambungan telepon tanpa basa-basi sejenak. Aku meletakkan ponsel Mas Dimas lagi, saat itu juga Mas Dimas kembali dari toilet, hatiku mulai tak tenang saat mengingat rekan kerjanya itu memanggil sebutan sayang pada Mas Dimas. Apa dia sendang bercanda? "Mas tadi ada telepon dari Rendy office," ucapku. Aku melihat raut wajah Mas Dimas agak panik, namun cepat ia sembunyikan dan bertanya," Dia bilang apa?" "Dia nanyak kamu, nanti dia telepon lagi," jawabku. "Oh, dia mau nanyak soal kerjaan mungkin, Nay," ucap Mas Dimas santai. Aku mengangguk-angguk mengerti. "Tapi Mas,.kenapa dia tadi man

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 2

    Aku kaget saat tiba-tiba ia mendorongku, mengapa dia mendorongku? Apa dia tak menginginkan aku bermesraan dengannya. Seketika pikiranku di landa berbagai tanda tanya yang berkecamuk di pikiranku. "Mas, aku istrimu!" Seruku. Ia.masih yang belum sadar karena mungkin kami baru saja menikah kemarin. Ia menatapku sesaat dan mengusap wajahnya dengan tangannya. "Astaghfirullah, maaf sayang aku pikir kamu siapa, otakku belum ngeh kalau aku udah punya istri," ungkapnya. Aku tersenyum dan kembali beringsut untuk mendekatinya. Kembali memeluknya ingin merasakan kehangatan dari tubuh Mas Dimas di pagi yang dingin ini. Biasanya pengantin baru pagi hari adalah hal wajib yang harus dilakukan sepasang suami istri. Apa lagi dari semalam Mas Dimas telah menundanya dengan alasan capek. Biasanya wanita uang seperti itu, namun ini malah terbalik. "Udah nggak capek lagi kan Mas?" Tanyaku lembut. Ia melihat ke arahku dan menggeleng. "Udah enggak lagi sayang, semalam aku tidurnya nyenyak banget," j

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 1

    Pesta pernikahan mewah baru saja digelar, aku sangat bahagia bisa menikah dengan seorang Dimas Mahardika, laki-laki tampan dan juga mapan yang baru saja menghalalkanku. Yah, apa lagi yang aku cari dari Mas Dimas, sudah ganteng pekerja keras, memiliki karir yang bagus dan yang paling penting dia mengerti agama. Aku berharap Mas Dimas bisa membimbingku hingga ke jannah-Nya. Aku bisa melihat kebahagiaan di wajah Papa dan Mama saat melihat putri tunggalnya telah menikah dengan orang yang tepat. Walaupun sebenarnya aku dan Mas Dimas belum lama kenal, yang membuat aku yakin, Mas Dimas tidak mengajak aku untuk pacaran tapi melainkan langsung menikah. Siapa yang bisa menolak, dinikahi pria mapan dan juga tampan seperti Mas Dimas. Aku dan Mas Dimas turun dari mobil pengantin dan langsung masuk ke dalam rumahku, aku mengajak Mas Dimas untuk masuk ke kamarku. Kami belum merencanakan bulan madu, karena waktu cuti Mas Dimas tidak panjang. Sehingga bulan madu kita tunda dulu. "Ini kamarku

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status