Share

Bab 4

Penulis: yanticeudah
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-09 15:34:18

Aku menarik tangan Mas Dimas agar dia melihat ke arahku. Karena dari tadi ia terus mengindari tatapanku.

"Mas??!" Panggilku lagi, akhirnya di menatapku.

"Naya.. bukan itu, bukan itu Nay," jawabnya dengan penuh penekanan.

"Jadi kenapa?!" Tanyaku dengan nada tinggi sambil menantang tatapannya.

"Aku belum siap Nay, aku belum siap untuk punya anak," jawabnya. Jawaban yang tidak masuk akal, kenapa dia bilang tak siap punya anak, padahal ia bisa membicarakan ini denganku. Aku tertawa getir sambil menggelengkan kepalaku.

"Kalau kamu belum siap punya anak, kita bisa menunda punya anak Mas, kenapa kamu tidak mau membicarakan hal ini denganku. Aneh kamu Mas," ungkapku dengan nada kesal, alasan Mas Dimas seperti tak masuk akal.

"Ya..tapi aku nggak bisa jelasin ke kamu sekarang, plis aku kasih aku waktu," ucapnya sambil memohon.

"Kenapa kamu tak bisa kamu jelaskan padaku, kita itu suami istri, kamu harus terbuka soal apa pun padaku. Apa kamu nggak cinta sama aku?" Tanyaku. Ia bergeming dan hanya menatapku dengan ekspresi datar.

"Ayo jawab, kamu nggak cinta aku!?" sentakku.

"Bukan itu Nay.. aku cinta sama aku, tapi plis kasih aku waktu dulu, aku benar benar belum siap untuk melakukannya denganmu," ungkap Mas Dimas.

Tanpa menunggu jawaban dariku Ia pun berlalu dan masuk ke kamar. Aku hanya bisa menghela nafas dan menahan rasa kesal.

Apa yang ia sembunyikan padaku? Kenapa dia belum siap? Apa Mas Dimas mengidap suatu penyakit menular?

Ya Allah...apa yang telah terjadi pada suamiku. Apa aku yang terlalu terburu-buru menerima cinta Mas Dimas? Sehingga banyak yang belum aku ketahui darinya. Entahlah.

~~~

Esok harinya saat di kantin kantor, aku dan kedua sahabatku Egi Melgiansyah dan Melani makan bersama.

Aku bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa. Egi juga ternyata kenal baik dengan Mas Dimas katanya dia mengenal Mas Dimas saat nge Gym. Tapi katanya tak begitu akrab dengan Mas Dimas.

"Cie..pengantin baru, gimana rasanya dapat suami ganteng dan romantis kayak Mas Dimas?" tanya Mela menggodaku.

"Apaan sih Mel, biasa aja kali," ungkapku malu-malu. Ada satu kebanggaan tersendiri saat semua teman-teman dan sahabatku memuji ketampanan suamiku.

"Gimana rasanya Nay malam pertama? Enak nggak? Gue jadi pengen nikah deh," ungkap Mela dengan nakal dan ingin menggodaku.

"Hus, jangan bahas itu ada Egi nih, malu tahu," ucapku sambil menunjuk Egi yang terlihat santai saja.

"Alah, Egi aja malu, iya kan, Gi? Cerita dong gimana malam pertama kalian?" Tanya Mela padaku setengah mendesak.

"Malam pertama apa, malam pertama yang selalu gagal, ditinggal saat sedang pengen-pengennya," ungkapku tapi hanya dalam hati. Tidak mungkin aku menceritakan aib rumah tanggaku.

Aku juga tak mau menceritakannya pada Mela jika sampai saat itu aku belum disentuh oleh Mas Dimas.

"Udah-udah, jangan bahas itu, pamali tahu!" ucapku sambil tertawa kecil.

Akhirnya aku mengalihkan pembicaraan ke topik lain, namun aku pikir lebih baik aku menanyakan pada mereka apa yang terjadi pada suamiku. Tapi mungkin dengan mengatas namakan orang lain.

"Eh Mel, sebenarnya ada yang ingin aku ceritakan pada kalian, kemarin temanku cerita padaku. Katanya udah hampir dua Minggu jadi suaminya, dia belum sama sekali disentuh oleh suaminya, belum un boxing gitu," ungkapku pada mereka. Kedua sahabatku saling pandang.

"Maksud lu gimana sih, Nay?" Tanya Mela yang mulai tertarik dengan ceritaku.

"Maksudnya cowok itu nggak mau melakukan gituan ma ceweknya, sampai sekarang tuh cewek masih perawan," ungkapku mejelaskan. Aku harap mereka tak curiga padaku.

Sebenarnya aku menceritakan diriku sendiri pada mereka.

"Ah masak, ada cowok yang kayak gitu, Nay?" tanya Mela lagi. Dari tadi Egi hanya diam saja sambil menguyah makanannya.

"Iya aku juga heran Mel. Kok bisa gitu," ucapku.

"Kali aja Si Joninya nggak mau bangun Nay," celetuk Mela. Aku memukul lengan Mela karena tak enak pada Egi yang hanya tersenyum mendengar percakapan kami.

"Iya ada yang begitu, lu suruh suaminya dia untuk berobat," ungkap Mela. Aku menganggukkan kepala tanda mengerti. Apa mungkin mas Dimas juga mengalami hal seperti itu?

"Kamu nggak sedang menceritakan kamu sendiri kan Nay," ungkap Egi saat kami hendak masuk ke ruangan setelah dari kantin.

"Engg..."

"Ya udah Nay, aku duluan ya?" ucap Egi, tanpa menunggu aku menjawab, ia pun berlalu masuk ke dalam ruangannya. Apa Egi tahu sesuatu tentang Mas Dimas?

Aku pulang ke rumah sambil berfikir keras, apa yang harus aku lakukan selanjutnya agar Mas Dimas jujur, ingin menanyakan pada Mama juga tak mungkin.

Sepertinya aku harus membuktikannya sendiri jika memang Mas Dimas seperti itu. Bodohnya aku kenapa aku sampai tak tahu soal itu, oh iya aku baru ingat, dia seperti mengatur jarak denganku saat di ranjang. Yah, benar makanya aku tak tahu dan tak terlalu memperhatikannya, aku terlalu terlena dengan pesona Mas Dimas saat dia mencumbu ku.

Setalah shalat isya, aku melirik jam di kamarku, Mas Dimas belum pulang juga. Katanya sih tadi ke kantor. Tapi kenapa dia belum pulang juga. Dengan rasa gelisah aku menunggu Mas Dimas di kamar, mengambil ponsel lalu mencoba untuk menghubunginya.

"Assalamualaikum Mas," sapaku saat dia mengangkatnya.

"Waalaikumsalam Nay." Terdengar suara Mas Dimas di seberang sana.

"Kok belum pulang? Ini sudah malam lho," ucapku dengan nada khawatir.

"Ah iya, iya, ni aku lagi Otewe pulang sayang. Kamu mau aku belikan apa?" Tanyanya.

"Apa aja Mas," jawabku agak tak bersemangat.

"Kok gitu, martabak manis mau? Biar Mas belikan, Mama dan papa mau juga nggak ya?"

"Ya udah belikan aja," ucapku. Kemudian aku memutus panggilan telepon darinya setelah mengucapkan salam.

Beberapa saya kemudian ia pulang, sambil membawakan aku sebuket bunga mawar berwarna merah. Ia mengecup ku sekilas dan memberikan aku bunga mawar dan bungkusan uang berisi martabak manis. Tentu saja membuat aku bahagia, diperlakukan romantis oleh sang suami. Padahal aku tadi seneng marah padanya karena dia telat pulang.

"Wah makasih bunganya, dalam rangka apa ni?" Tanyaku.

"Dalam rangka apa ya? Nggak ada, cuma mau ngasih bunga aja ke istri aku yang cantik," ungkap mas Dimas.

Kata-kata Mad Dimas sukses membuat aku melayang dan bahagia. Mas Dimas memang pandai dalam menarik hatiku.Tak ada yang aneh, dia masih bersikap baik dan romantis padaku.

Ia mengganti pakaiannya, aku memperhatikan nya sambil duduk di kasur, tadi aku ingat sekali Jiak Mela mengatakan," Kali aja Si Joni-nya nggak mau bangun Nay." Kata-kata itu terus terngiang di telingaku dan saatnya aku membuktikan hal ini, aku sih berharap Mas Dimas tidak seperti itu. Namun bagaimana caranya??

"Sayang ..em, tadi kan Bos-ku bilang aku harus ke Bali, Jum'at sore aku berangkat, jadi ke rumah Mama kita tunda dulu ya?"

"Emang kamu harus pergi ya?" tanyaku agak kecewa. Baru saja sebentar jadi pengantin baru harus ditinggal pergi.

"Iya, soalnya pengerjaan proyek itu ada hambatan, sepertinya ada beberapa bagian yang harus diperbaiki, jadi Bos menyuruh aku untuk meninjau langsung proyek itu," ungkap Mas Dimas. Aku mengangguk-angguk.

"Bagaimana kalau aku ikut?" Tanyaku kemudian dengan antusias.

"Kita bisa sekalian bulan madu Mas," tambahku lagi.

"Sayang aku ke sana pergi bekerja, bukan untuk main-main. Nanti kita cari waktu khusus untuk bulan madu," ungkapnya keberatan.

"Ya udah kalau gitu," ucapku agak kecewa. Tentu saja mulutku ini langsung mengerucut, kecewa dan kesal padanya.

Ia tersenyum dan mendekatiku, Mas Dimas menatapku, aku tak kuasa melawan pesona Mas Dimas jika sedang menatapku seperti itu. Ia mengecup bibirku mesra dan ciuman panas itu pun berakhir di ranjang. Ini saatnya, untuk membuktikan yang dikatakan oleh Mela salah.

****

Bab terkait

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 5

    Mas Dimas sangat paham cara membuat aku agar tak marah lagi padanya, sentuhan-sentuhan lembut ia berikan padaku, membuat aku semakin bergairah. Tiba-tiba saja aku ingat pada misiku sebelumnya.Ini saatnya aku memberanikan diri untuk menyentuh bagian sensitifnya Mas Dimas untuk membuktikan kata-kata Mela tadi siang. Aku yakin Mela salah, namun apa alasan lain Mas Dimas tak mau menyentuhku?Sebelumnya aku tidak pernah melakukannya karena aku masih malu, maklum aku dan Mas Dimas baru saja menikah dan kami juga tak pacaran. Sehingga rasa canggung tentu saja menguasai diri ini.Nafasku terasa naik turun saat Mas Hanif mulai melancarkan aksinya, menyentuh setiap bagian tubuhku. Apakah ini akan menjadi malam pertamaku??Namun, saat itu juga tanganku bergerak untuk ikut menyentuh bagian sensitif miliknya. Tapi sayangnya, sepertinya ia sadar dan menepis tanganku dengan kasar."Mas..." ucapku lirih.Aku kaget karena baru saja kami bermesraan, tiba-tiba saja ia tak terima saat aku akan menyent

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 6

    "Nay...plis maafkan aku, aku nggak mau kita pisah, aku akan berusaha berobat, kata orang bisa sembuh kok," ungkap Mas Dimas. "Kalau memang bisa sembuh kenapa Mas tidak berobat dari dulu?" Tanyaku sinis."Udah Nay, cuma mungkin aku tidak terlalu yakin untuk berobat sampai sembuh," ungkapnya."Apa mungkin karena mamang nggak mau sembuh??" Pikirku. Jika Mas Dimas seperti ini aku tidak akan mendapatkan keturunan dari Mas Dimas. Harus kah aku bertahan dan memberikan Mas Dimas kesempatan? Jika Mama dan Papaku tahu tentang Mas Dimas mereka pasti akan sangat terpukul."Aku tahu, aku sudah tak jujur pada mu dari awal, tapi aku tak bisa mengatakan padamu, karena takut kamu akan menolakku. Aku sudah terlanjur cinta saat pertama kali melihatmu Nay," ungkap Mas Dimas bersungguh-sungguh. Aku menatap netranya, mencari kesungguhan di sana. Aku juga punya banyak pertimbangan untuk memutuskan hubungan pernikahan ini, Papa dan Mama pasti akan sangat malu karena mereka selalu membanggakan Mas Dimas di

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 1

    Pesta pernikahan mewah baru saja digelar, aku sangat bahagia bisa menikah dengan seorang Dimas Mahardika, laki-laki tampan dan juga mapan yang baru saja menghalalkanku. Yah, apa lagi yang aku cari dari Mas Dimas, sudah ganteng pekerja keras, memiliki karir yang bagus dan yang paling penting dia mengerti agama. Aku berharap Mas Dimas bisa membimbingku hingga ke jannah-Nya. Aku bisa melihat kebahagiaan di wajah Papa dan Mama saat melihat putri tunggalnya telah menikah dengan orang yang tepat. Walaupun sebenarnya aku dan Mas Dimas belum lama kenal, yang membuat aku yakin, Mas Dimas tidak mengajak aku untuk pacaran tapi melainkan langsung menikah. Siapa yang bisa menolak, dinikahi pria mapan dan juga tampan seperti Mas Dimas. Aku dan Mas Dimas turun dari mobil pengantin dan langsung masuk ke dalam rumahku, aku mengajak Mas Dimas untuk masuk ke kamarku. Kami belum merencanakan bulan madu, karena waktu cuti Mas Dimas tidak panjang. Sehingga bulan madu kita tunda dulu. "Ini kamarku

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 2

    Aku kaget saat tiba-tiba ia mendorongku, mengapa dia mendorongku? Apa dia tak menginginkan aku bermesraan dengannya. Seketika pikiranku di landa berbagai tanda tanya yang berkecamuk di pikiranku. "Mas, aku istrimu!" Seruku. Ia.masih yang belum sadar karena mungkin kami baru saja menikah kemarin. Ia menatapku sesaat dan mengusap wajahnya dengan tangannya. "Astaghfirullah, maaf sayang aku pikir kamu siapa, otakku belum ngeh kalau aku udah punya istri," ungkapnya. Aku tersenyum dan kembali beringsut untuk mendekatinya. Kembali memeluknya ingin merasakan kehangatan dari tubuh Mas Dimas di pagi yang dingin ini. Biasanya pengantin baru pagi hari adalah hal wajib yang harus dilakukan sepasang suami istri. Apa lagi dari semalam Mas Dimas telah menundanya dengan alasan capek. Biasanya wanita uang seperti itu, namun ini malah terbalik. "Udah nggak capek lagi kan Mas?" Tanyaku lembut. Ia melihat ke arahku dan menggeleng. "Udah enggak lagi sayang, semalam aku tidurnya nyenyak banget," j

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 3

    Aku agak kaget saat mendengar Rendi memanggil Mas Dinas dengan sebutan sayang. Mengapa seorang lelaki memanggil laki-laki yang lain dengan sebutan sayang. "Maaf, saya istrinya Mas Dimas, ada apa ya?" Tanyaku kemudian. "Eh Maaf, Mbak Naya ya, Dimas mana Mbak?" Tanyanya di seberang sana. "Mas Dimas sedang di toilet," jawabku singkat. "Oh ya udah, nanti aja aku telpon lagi," ucapnya dan menutup sambungan telepon tanpa basa-basi sejenak. Aku meletakkan ponsel Mas Dimas lagi, saat itu juga Mas Dimas kembali dari toilet, hatiku mulai tak tenang saat mengingat rekan kerjanya itu memanggil sebutan sayang pada Mas Dimas. Apa dia sendang bercanda? "Mas tadi ada telepon dari Rendy office," ucapku. Aku melihat raut wajah Mas Dimas agak panik, namun cepat ia sembunyikan dan bertanya," Dia bilang apa?" "Dia nanyak kamu, nanti dia telepon lagi," jawabku. "Oh, dia mau nanyak soal kerjaan mungkin, Nay," ucap Mas Dimas santai. Aku mengangguk-angguk mengerti. "Tapi Mas,.kenapa dia tadi man

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09

Bab terbaru

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 6

    "Nay...plis maafkan aku, aku nggak mau kita pisah, aku akan berusaha berobat, kata orang bisa sembuh kok," ungkap Mas Dimas. "Kalau memang bisa sembuh kenapa Mas tidak berobat dari dulu?" Tanyaku sinis."Udah Nay, cuma mungkin aku tidak terlalu yakin untuk berobat sampai sembuh," ungkapnya."Apa mungkin karena mamang nggak mau sembuh??" Pikirku. Jika Mas Dimas seperti ini aku tidak akan mendapatkan keturunan dari Mas Dimas. Harus kah aku bertahan dan memberikan Mas Dimas kesempatan? Jika Mama dan Papaku tahu tentang Mas Dimas mereka pasti akan sangat terpukul."Aku tahu, aku sudah tak jujur pada mu dari awal, tapi aku tak bisa mengatakan padamu, karena takut kamu akan menolakku. Aku sudah terlanjur cinta saat pertama kali melihatmu Nay," ungkap Mas Dimas bersungguh-sungguh. Aku menatap netranya, mencari kesungguhan di sana. Aku juga punya banyak pertimbangan untuk memutuskan hubungan pernikahan ini, Papa dan Mama pasti akan sangat malu karena mereka selalu membanggakan Mas Dimas di

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 5

    Mas Dimas sangat paham cara membuat aku agar tak marah lagi padanya, sentuhan-sentuhan lembut ia berikan padaku, membuat aku semakin bergairah. Tiba-tiba saja aku ingat pada misiku sebelumnya.Ini saatnya aku memberanikan diri untuk menyentuh bagian sensitifnya Mas Dimas untuk membuktikan kata-kata Mela tadi siang. Aku yakin Mela salah, namun apa alasan lain Mas Dimas tak mau menyentuhku?Sebelumnya aku tidak pernah melakukannya karena aku masih malu, maklum aku dan Mas Dimas baru saja menikah dan kami juga tak pacaran. Sehingga rasa canggung tentu saja menguasai diri ini.Nafasku terasa naik turun saat Mas Hanif mulai melancarkan aksinya, menyentuh setiap bagian tubuhku. Apakah ini akan menjadi malam pertamaku??Namun, saat itu juga tanganku bergerak untuk ikut menyentuh bagian sensitif miliknya. Tapi sayangnya, sepertinya ia sadar dan menepis tanganku dengan kasar."Mas..." ucapku lirih.Aku kaget karena baru saja kami bermesraan, tiba-tiba saja ia tak terima saat aku akan menyent

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 4

    Aku menarik tangan Mas Dimas agar dia melihat ke arahku. Karena dari tadi ia terus mengindari tatapanku. "Mas??!" Panggilku lagi, akhirnya di menatapku. "Naya.. bukan itu, bukan itu Nay," jawabnya dengan penuh penekanan. "Jadi kenapa?!" Tanyaku dengan nada tinggi sambil menantang tatapannya. "Aku belum siap Nay, aku belum siap untuk punya anak," jawabnya. Jawaban yang tidak masuk akal, kenapa dia bilang tak siap punya anak, padahal ia bisa membicarakan ini denganku. Aku tertawa getir sambil menggelengkan kepalaku. "Kalau kamu belum siap punya anak, kita bisa menunda punya anak Mas, kenapa kamu tidak mau membicarakan hal ini denganku. Aneh kamu Mas," ungkapku dengan nada kesal, alasan Mas Dimas seperti tak masuk akal. "Ya..tapi aku nggak bisa jelasin ke kamu sekarang, plis aku kasih aku waktu," ucapnya sambil memohon. "Kenapa kamu tak bisa kamu jelaskan padaku, kita itu suami istri, kamu harus terbuka soal apa pun padaku. Apa kamu nggak cinta sama aku?" Tanyaku. Ia berge

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 3

    Aku agak kaget saat mendengar Rendi memanggil Mas Dinas dengan sebutan sayang. Mengapa seorang lelaki memanggil laki-laki yang lain dengan sebutan sayang. "Maaf, saya istrinya Mas Dimas, ada apa ya?" Tanyaku kemudian. "Eh Maaf, Mbak Naya ya, Dimas mana Mbak?" Tanyanya di seberang sana. "Mas Dimas sedang di toilet," jawabku singkat. "Oh ya udah, nanti aja aku telpon lagi," ucapnya dan menutup sambungan telepon tanpa basa-basi sejenak. Aku meletakkan ponsel Mas Dimas lagi, saat itu juga Mas Dimas kembali dari toilet, hatiku mulai tak tenang saat mengingat rekan kerjanya itu memanggil sebutan sayang pada Mas Dimas. Apa dia sendang bercanda? "Mas tadi ada telepon dari Rendy office," ucapku. Aku melihat raut wajah Mas Dimas agak panik, namun cepat ia sembunyikan dan bertanya," Dia bilang apa?" "Dia nanyak kamu, nanti dia telepon lagi," jawabku. "Oh, dia mau nanyak soal kerjaan mungkin, Nay," ucap Mas Dimas santai. Aku mengangguk-angguk mengerti. "Tapi Mas,.kenapa dia tadi man

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 2

    Aku kaget saat tiba-tiba ia mendorongku, mengapa dia mendorongku? Apa dia tak menginginkan aku bermesraan dengannya. Seketika pikiranku di landa berbagai tanda tanya yang berkecamuk di pikiranku. "Mas, aku istrimu!" Seruku. Ia.masih yang belum sadar karena mungkin kami baru saja menikah kemarin. Ia menatapku sesaat dan mengusap wajahnya dengan tangannya. "Astaghfirullah, maaf sayang aku pikir kamu siapa, otakku belum ngeh kalau aku udah punya istri," ungkapnya. Aku tersenyum dan kembali beringsut untuk mendekatinya. Kembali memeluknya ingin merasakan kehangatan dari tubuh Mas Dimas di pagi yang dingin ini. Biasanya pengantin baru pagi hari adalah hal wajib yang harus dilakukan sepasang suami istri. Apa lagi dari semalam Mas Dimas telah menundanya dengan alasan capek. Biasanya wanita uang seperti itu, namun ini malah terbalik. "Udah nggak capek lagi kan Mas?" Tanyaku lembut. Ia melihat ke arahku dan menggeleng. "Udah enggak lagi sayang, semalam aku tidurnya nyenyak banget," j

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 1

    Pesta pernikahan mewah baru saja digelar, aku sangat bahagia bisa menikah dengan seorang Dimas Mahardika, laki-laki tampan dan juga mapan yang baru saja menghalalkanku. Yah, apa lagi yang aku cari dari Mas Dimas, sudah ganteng pekerja keras, memiliki karir yang bagus dan yang paling penting dia mengerti agama. Aku berharap Mas Dimas bisa membimbingku hingga ke jannah-Nya. Aku bisa melihat kebahagiaan di wajah Papa dan Mama saat melihat putri tunggalnya telah menikah dengan orang yang tepat. Walaupun sebenarnya aku dan Mas Dimas belum lama kenal, yang membuat aku yakin, Mas Dimas tidak mengajak aku untuk pacaran tapi melainkan langsung menikah. Siapa yang bisa menolak, dinikahi pria mapan dan juga tampan seperti Mas Dimas. Aku dan Mas Dimas turun dari mobil pengantin dan langsung masuk ke dalam rumahku, aku mengajak Mas Dimas untuk masuk ke kamarku. Kami belum merencanakan bulan madu, karena waktu cuti Mas Dimas tidak panjang. Sehingga bulan madu kita tunda dulu. "Ini kamarku

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status