Share

Bab 3

Author: yanticeudah
last update Last Updated: 2025-01-09 10:28:11

Aku agak kaget saat mendengar Rendi memanggil Mas Dinas dengan sebutan sayang. Mengapa seorang lelaki memanggil laki-laki yang lain dengan sebutan sayang.

"Maaf, saya istrinya Mas Dimas, ada apa ya?" Tanyaku kemudian.

"Eh Maaf, Mbak Naya ya, Dimas mana Mbak?" Tanyanya di seberang sana.

"Mas Dimas sedang di toilet," jawabku singkat.

"Oh ya udah, nanti aja aku telpon lagi," ucapnya dan menutup sambungan telepon tanpa basa-basi sejenak.

Aku meletakkan ponsel Mas Dimas lagi, saat itu juga Mas Dimas kembali dari toilet, hatiku mulai tak tenang saat mengingat rekan kerjanya itu memanggil sebutan sayang pada Mas Dimas. Apa dia sendang bercanda?

"Mas tadi ada telepon dari Rendy office," ucapku. Aku melihat raut wajah Mas Dimas agak panik, namun cepat ia sembunyikan dan bertanya," Dia bilang apa?"

"Dia nanyak kamu, nanti dia telepon lagi," jawabku.

"Oh, dia mau nanyak soal kerjaan mungkin, Nay," ucap Mas Dimas santai. Aku mengangguk-angguk mengerti.

"Tapi Mas,.kenapa dia tadi manggil sayang ya? Apa sebegitu akrabnya Mas sama Rendi itu?" Selidikku. Ia meliriku sekilas dan tersenyum.

"Aku dan Rendy itu akrab Sayang, jadi kadang-kadang dia manggil aku Beb, say, bro..curut, botol kecap. Dia memang sering ngasal gitu orangnya," jawab Dimas, aku memperhatikan perubahan raut wajah Mas Dimas yang semula agak gugup sekarang terlihat santai.

"Oh gitu ya? Aku pikir kok tiba-tiba manggil sayang, aneh aja ada cowok manggil teman cowok nya sayang, gimana otakku ngga traveling kan? Kapan-kapan kenalin aku sama Rendy ya Mas, kayaknya orangnya asik tuh," ucapku panjang lebar. Ia tertawa hambar.

"Oke, kapan-kapan aku kenalin!" Jawab suamiku dengan nada yang terkesan santai. Tak ada yang aneh, aku yakin tak ada apa yang disembunyikan oleh suamiku.

Malam ini aku tak lagi seagresif pagi itu, mungkin tak semua suami suka cewek agresif dan lebih dominan menguasai keadaan. Seperti biasa aku mengenakan baju tidur yang agak sexy, tak lupa menggerai rambutku dan menyemprotkan parfum ke tubuhku.

Mas Dimas seperti cuek saja dan hanya bermain ponsel sambil menyandarkan tubuhnya dan menyangganya dengan bantal. Anehnya, dia seperti tak tertarik meliriku sedikit pun.

Apa aku kurang menarik atau apa aku kurang sexy? Aku duduk perlahan sambil memperhatikannya, kemudian ia sadar sedang aku tatap. Melirikku sekilas dan kembali fokus ke layar ponselnya.

"Lagi apa sih Mas?" Aku melongok melihat ke arah ponselnya, tak ku sangka Mas Dimas menarik tubuhnya menghindari aku, agar aku tak melihat ponselnya.

"Apa sih Nay? Aku sedang ngurusin kerjaan nih," Ungkapnya seperti tidak suka saat aku ingin tahu.

"Kamu kan cuti kok kerja?" Selidikku.

"Iya, tapi kalau Bos yang nanyak masak iya aku nggak balas walaupun aku sedang cuti. Ini mengenai proyek hotel yang Bali itu," ungkapnya.

"Oh!" Aku membulatkan mulutku. Ia teka terlalu suka saat aku kepo ingin melihat ponselnya itu. Padahal kita kan suami istri.

Akhirnya aku merebahkan tubuhku di sampingnya, sambil menunggu Mas Dimas selesai bekerja. Aku berfikir kenapa dia terlalu sibuk dengan ponselnya dan mengacuhkan aku. Tanpa sadar aku pun tertidur, entah karena kelelahan karena seharian jalan-jalan dengan Mas Dimas.

Hingga pagi hari hari Mas Dimas tak membangunkan aku, ia bahkan bangun lebih awal dan katanya akan pergi ke kantor.

Setahu ku Mas Dimas masih cuti satu hari lagi, namun katanya ada hal yang harus ia kerjakan di kantor.

"Dimas ke kantor Nay?" Tanya Mama saat aku turun ke lantai bawah, Mas Dimas bahkan tak sempat sarapan.

"Iya Ma, katanya ada hal penting yang akan di kerjakan," jawabku.

"Oh begitu, kamu tahu nggak Nay, kamu itu wanita paling beruntung bisa mendapatkan Dimas, sudahlah ganteng, pekerja keras, rajin olah raga dan yang paling penting dia Sholeh," ucap Mama.

"Iya Ma. Aku bersyukur bisa mendapatkan Mas Dimas, tapi..."

Sesaat aku ingin mengatakan jika Mas Dimas belum menyentuhku hingga hari ini. Bahkan ia seperti enggan untuk melirikku yang sudah siap melayaninya sebagai seorang istri. Hati istri mana yang tak gelisah?

"Tapi kenapa Nay..." Tanya ibu sambil meletakkan teh di atas meja untukku. Aku menatap Mama dan menggeleng.

"Nggak ada Ma, tapi Mas Dimas itu orangnya sibuk banget ya Ma..sepertinya akan ada sedikit waktu untukku. Apa lagi aku juga bekerja," ucapku akhirnya mengalihkan ke topik lain.

"Iya, tapi kan ini demi masa depan kalian berdua juga. Oh iya kapan kalian ke rumah rumah orang tua Dimas?" Tanya Mama. Mengingat aku dan Mas Dimas belum pernah pulang ke rumah orang tua mas Dimas.

"Minggu depan mungkin Ma, Sabtu Minggu," jawabku. Mama mengangguk dan meninggalkan aku sendiri di sini.

"Ah, anggak ada yang aneh sama Mas Dimas, mungkin saja dia belum siap atau kelelahan, berpikir positif saja," gumamku. Lebih baik aku jalan-jalan ke luar rumah saja.

~~~

Malam berikutnya, aku kembali menunggu Mas Dimas untuk melakukan kewajibannya sebagai seorang suami. Namun ia tetap saja tak mau menyentuhku, yang aku herankan dia memperlakukan aku dengan baik dan sangat perhatian padaku, tapi ia enggan melakukan hubungan suami istri denganku.

Sehingga malam berikutnya aku yang berinisiatif untuk mendekati Mas Dimas lagi, meminta hak ku sebagai istri. Dari awal tak ada yang aneh, Mas Dimas mau bermesraan dengan ku. Namun setelah melakukan foreplay, saat sedang ingin melepaskan hasratku, ia langsung meninggalkanku terbaring di kasur.

"Mas...Mas Dimas!" Panggilku. Namun Mas Dimas tak menggubris ku ia berlalu keluar kamar. Aku hanya bisa menghela nafas, merasakan kecewa yang amat sangat.

Aku bangun dan memakai pakaianku. Aku pikir aku harus  bicara pada Mas Dimas, yah, aku harus bicara padanya. Kenapa dia bersikap seperti itu padaku.

Aku mencari Mas Dimas ternyata dia berdiri di balkon sambil menghisap rokoknya. Ia seolah tak menyadari kehadiranku.

"Mas?" Panggilku lembut. Ia menoleh dan menekan puntung rokoknya.

"Nay..eh, Ehem" balasnya agak canggung. Aku menghampiri Mas Dimas dan berdiri di depannya.

"Aku..mau ngomong," ungkapku. Ia tak menyahut, namun ia seolah mengindari kontak mata denganku. Membuang pandangannya ke arah lain.

"Kenapa Mas mengindari aku?" Tanyaku sambil menatap ke arahnya. Ia bergeming dan tak sedikitpun ia melihat ke arahku. Apa dia merasa bersalah??

"Kenapa Mas? Apa aku kurang menarik? Apa kamu tak mencintaiku?" Tanyaku dengan perasaan yang bercampur aduk.

***

Related chapters

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 4

    Aku menarik tangan Mas Dimas agar dia melihat ke arahku. Karena dari tadi ia terus mengindari tatapanku. "Mas??!" Panggilku lagi, akhirnya di menatapku. "Naya.. bukan itu, bukan itu Nay," jawabnya dengan penuh penekanan. "Jadi kenapa?!" Tanyaku dengan nada tinggi sambil menantang tatapannya. "Aku belum siap Nay, aku belum siap untuk punya anak," jawabnya. Jawaban yang tidak masuk akal, kenapa dia bilang tak siap punya anak, padahal ia bisa membicarakan ini denganku. Aku tertawa getir sambil menggelengkan kepalaku. "Kalau kamu belum siap punya anak, kita bisa menunda punya anak Mas, kenapa kamu tidak mau membicarakan hal ini denganku. Aneh kamu Mas," ungkapku dengan nada kesal, alasan Mas Dimas seperti tak masuk akal. "Ya..tapi aku nggak bisa jelasin ke kamu sekarang, plis aku kasih aku waktu," ucapnya sambil memohon. "Kenapa kamu tak bisa kamu jelaskan padaku, kita itu suami istri, kamu harus terbuka soal apa pun padaku. Apa kamu nggak cinta sama aku?" Tanyaku. Ia berge

    Last Updated : 2025-01-09
  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 5

    Mas Dimas sangat paham cara membuat aku agar tak marah lagi padanya, sentuhan-sentuhan lembut ia berikan padaku, membuat aku semakin bergairah. Tiba-tiba saja aku ingat pada misiku sebelumnya.Ini saatnya aku memberanikan diri untuk menyentuh bagian sensitifnya Mas Dimas untuk membuktikan kata-kata Mela tadi siang. Aku yakin Mela salah, namun apa alasan lain Mas Dimas tak mau menyentuhku?Sebelumnya aku tidak pernah melakukannya karena aku masih malu, maklum aku dan Mas Dimas baru saja menikah dan kami juga tak pacaran. Sehingga rasa canggung tentu saja menguasai diri ini.Nafasku terasa naik turun saat Mas Hanif mulai melancarkan aksinya, menyentuh setiap bagian tubuhku. Apakah ini akan menjadi malam pertamaku??Namun, saat itu juga tanganku bergerak untuk ikut menyentuh bagian sensitif miliknya. Tapi sayangnya, sepertinya ia sadar dan menepis tanganku dengan kasar."Mas..." ucapku lirih.Aku kaget karena baru saja kami bermesraan, tiba-tiba saja ia tak terima saat aku akan menyent

    Last Updated : 2025-01-09
  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 6

    "Nay...plis maafkan aku, aku nggak mau kita pisah, aku akan berusaha berobat, kata orang bisa sembuh kok," ungkap Mas Dimas. "Kalau memang bisa sembuh kenapa Mas tidak berobat dari dulu?" Tanyaku sinis."Udah Nay, cuma mungkin aku tidak terlalu yakin untuk berobat sampai sembuh," ungkapnya."Apa mungkin karena mamang nggak mau sembuh??" Pikirku. Jika Mas Dimas seperti ini aku tidak akan mendapatkan keturunan dari Mas Dimas. Harus kah aku bertahan dan memberikan Mas Dimas kesempatan? Jika Mama dan Papaku tahu tentang Mas Dimas mereka pasti akan sangat terpukul."Aku tahu, aku sudah tak jujur pada mu dari awal, tapi aku tak bisa mengatakan padamu, karena takut kamu akan menolakku. Aku sudah terlanjur cinta saat pertama kali melihatmu Nay," ungkap Mas Dimas bersungguh-sungguh. Aku menatap netranya, mencari kesungguhan di sana. Aku juga punya banyak pertimbangan untuk memutuskan hubungan pernikahan ini, Papa dan Mama pasti akan sangat malu karena mereka selalu membanggakan Mas Dimas di

    Last Updated : 2025-01-17
  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 7

    Ah, untuk apa memikirkan hal yang tak penting untuk sekarang ini, rumah tanggaku saja dalam masalah. Malah memikirkan story Egi yang tidak ada hubungannya dengan rumah tanggaku. "Ihh, keren semalam kayaknya dia makan malam di restoran di tepi pantai yang harga makanannya selangit itu, aku mau dong ke sana,," ungkap Mela kemudian. "Lihat Mel?" Ungkapku sambil melihat ponsel Mela, Mela menunjukkan padaku. Aku jadi ingat semalam Mas Dimas juga mengunggah story nya sedang makan malam di restoran itu. Mengapa kebetulan sama dengan story Egi? "Mas Dimas juga makan malam di situ semalam Mel," ucapku. Tapi, Mas Dimas makan malam bareng Rendy dan Bosnya. Apa Mas Dimas tidur bareng Rendi juga ya? Ah...pikiran apa pula ini. Apa mungkin aku terlalu berlebihan, terlalu overthinking karena saat ini pikiranku sedang sangat kacau. "Jangan-jangan mereka ketemu lagi Nay. Mas Dimas dan Egi saling kenal kan?" Aku mengangguk dan hanya tersenyum getir dan menepis semua prasangka buruk ku. "Seru ya

    Last Updated : 2025-01-18
  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 8

    Pagi harinya Mas Dimas tak menyapaku, ia sepertinya masih marah padaku, seharusnya aku yang marah padanya. Tapi kenapa jadi kebalik ya? Saat Mas Dimas baru selesai mandi, aku menghampirinya. "Mas maafkan aku, aku percaya kok, jika kamu lembur. Tapi kalau Sabtu Minggu, aku minta waktumu. Aku ingin seperti orang-orang pengantin baru, jalan berdua, makan berdua, gitu," ucapku sambil menahan gengsi dari dalam diriku. Ia tersenyum dan mengecup ku sekilas. "Yah, aku juga minta maaf ya, aku tuh capek banget lho sayang...mana harus bolak balik ke Bali, ngurusin proyek. Kamu tahu kan, proyek yang aku pegang bukan hanya di Bali. Ini untuk kamu juga kan?" Aku mengangguk dan tersenyum, melihat wajah tampan itu tersenyum padaku, membuat semua yang telah terjadi seolah terlupakan. "Nah gitu dong kamu harus paham. Uang bulanan kamu bulan ini, nanti aku transfer ya?" "Masih ada kok Mas, yang bulan lalu aja masih utuh," ucapku. Dia menyentuh daguku dan memandangiku. "Kewajiban aku menafkahi is

    Last Updated : 2025-01-18
  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 9

    Aku heran juga, Mas Dimas itu keren dan sangat komunikatif tapi mengapa dia tak pernah menjalin hubungan dengan wanita. "Katanya dia nggak mau pacaran, Ay...katanya kalau ketemu yang cocok langsung dinikahi, dia anti pacaran, begitu katanya," ucap ibu sambil meletakkan beberapa camilan di dalam piring. Ah, masak? Apa Mas Dimas itu seperti Ikhwan-ikhwan yang memang tak mau pacaran. Namun aku lihat, saat bertemu dengan teman kantornya yang lawan jenis, Mas Dimas tak menundukkan pandangan layaknya Ikhwan-ikhwan Sholeh. "Oh gitu, Bu!" "Iy, Seperti kamu, pas kenal langsung dinikahi, pacarannya setelah menikah, hubungannya halal lagi," ucap ibu sambil tersenyum padaku. Aku hanya tersenyum pahit mendengar penuturan ibu. Mas Dimas tak seperti itu, memperlakukan aku dengan baik di awal pernikahan namun tidak akhir-akhir ini. "Memang halal untuk disentuh namun..sentuhan itu tak pernah aku dapatkan, Bu," ungkapku dalam hati. Ucapan itu h

    Last Updated : 2025-01-19
  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 10

    Aku menahan semua yang aku rasakan pada kedua orang tuaku, biarlah semua ini aku pendam sendiri. Menutupi aib suamiku karena cinta. Yah, cinta. "Nggak ada apa-apa kok, Ma. Berantem-berantem kecil gitu biasalah, namanya juga suami istri," ungkapku. "Tapi Mama lihat hubungan kalian itu hambar dan dingin, bukan seperti pasangan suami istri lainnya. Terus kok kalian nggak bulan madu ya?" Aku tersenyum tipis menunjukan semua baik-baik saja. "Belum Ma, Mas Dimas sedang sibuk, katanya dia mau menyelesaikan proyek nya dulu yang di kota ini, baru setelah itu kami bulan madu, Ma," dustaku. "Ohh.." Mama membulatkan mulutnya. "Dimas kan bolak balik ke Bali, masak kamu nggak diajak kan Bisa sekalian gitu sambil bulan madu," ucap Papa. Aku berpikir cepat, agar orang tuaku tak curiga. Alasan apa lagi yang harus aku berikan pada mereka. "Anu Pa...Mas Dimas kan perginya untuk bekerja, lagi pula aku sedang sibuk di kantor saat Mas Dimas pergi ke Bali, Susah Ma, untuk menyesuaikan jadwal kami

    Last Updated : 2025-01-20
  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 11

    Dengan tangan bergetar aku menautkan aplikasi Mas Dimas pada laptopku agar setiap pesan yang masuk ke ponsel Mas Dimas bisa aku pantau. Namun entah mengapa, semua berjalan dengan lambat. Aku cemas dan takut Mas Dimas kembali, saat aku belum menyelesaikan ini. "Done, Alhamdulillah!" Aku meletakkan lagi ponsel Mas Dimas di tempat biasa. Saat aku hendak mematikan laptopku, tedengar kenop pintu diputar oleh seseorang. Itu pasti Mas Dimas. Pintu terbuka, bertepatan dengan itu, aku menutup laptopku dan pura-pura merapikan jilbabku. Mas Dimas menatapku agak lama dan mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. "Kamu lihat ponselku nggak?" Tanyanya. "Tuh!" Sahutku menunjuk ponsel Mas Dimas dengan cuek. Aku berharap ia tak curiga dan tak mengetahui jika aku menautkan aplikasi chat itu pada laptopku. "Ah, untunglah, aku pikir terjatuh," ungkapnya. Aku tak menanggapi dan terus berpura-pura merapikan jilbab dan make-upku. "Em, maaf soal tadi malam ya Nay...aku khilaf dan tak bermaksud unt

    Last Updated : 2025-01-21

Latest chapter

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 28

    Aku pulang ke rumah dengan hati yang sangat bahagia, bisa berbaikan dengan Mela adalah harapanku. Aku juga sama seperti Mela tak tahan lama-lama tidak mengobrol dengannya. Tiba-tiba saja aku ingat, jika aku punya gaun berwarna biru muda. Tapi sepertinya Mas Dimas tidak punya kemeja biru. Ada tidak ya? Gegas aku melajukan mobil pulang ke arah rumah dan menanti kepulangan Mas Dimas. Tak sabar ingin memberi tahu Mas dimas jika Mela dan Egi akan bertunangan nanti malam. Begitu tiba di rumah, ternyata mas Dimas sudah pulang, mobilnya sudah terparkir rapi di garasi.“Tumben dia pulang cepat, “ gumamku. Gegas aku turun dari mobil dan menemui Mas dimas. Ia sedang duduk di ruang keluarga sambil memijat kepalanya. “Mas..? ““Hey sayang kamu udah pulang?” Mas Dimas menyambut ku dengan kecupan di bibir. “Iya, tumben Mas pulang cepat, “ ungkapku. “Iya, kebetulan semua kerajaan udah selesai aku kerjakan dengan cepat tadi siang, “ jawab Mas Dimas. Wajahnya terlihat kusut dan juga seperti kele

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 27

    Hari berlalu, Egi dan Mela sudah tak pernah lagi datang ke rumahku. Sejak kejadian itu, Mela mungkin mengadukan hal ini pada Egi. Ia menyampaikan pada Egi, jika aku keberatan jika Egi selalu datang ke rumah ini. “Nay.. Kalian kenapa? Kok sekarang Mela sudah jarang datang ke rumah ini? “ tanya Mas Dimas saat menyadari Mela yang kini jarang datang ke rumah ini. “Apa nya yang kenapa? Aku dan Mela baik-baik saja kok. Mungkin Mela aja yang terlalu baperan,” ungkapku. “Kalau ada masalah lebih baik bicarakan baik-baik jangan seperti ini. Sampai Egi juga nggak pernah kemari lagi. Ada apa sih? “ selidik Mas Dimas lagi. "Nggak ada Mas, namanya sahabatan terkadang sering terjadi salah paham. Nanti juga baikan lagi kok, “ ucapku santai. Aku tak mungkin menceritakan apa yang telah terjadi di antara kami. “Egi juga nggak pernah datang ke sini lagi, emang ada apa sih? “ tanya Mas Dimas mengulang pertanyaannya. Aku melihat mata Mas Dimas, entah dia pura-pura bertanya atau memang benar-benar ta

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 26

    Aku meraih celana dalam berwarna maroon itu, tentu saja dengan tangan kiriku, takut nanti ternyata celana dalam itu adalah milik Egi. Apa lagi celana dalam bekas pakai. “Tapi, mirip punya Mas Dimas, aku hapal betul merk dan ukuran celananya, “ gumamku sambil memperhatikan celana yang ada di tangan kiri ku ini. Darahku berdesir saat mengingat jika kemungkinan Egi dan Mas Dimas semalam sempat melakukan... Gegas aku keluar dari kamar itu dan menemui Mas Dimas yang masih tidur di kamar. Dengan setelah berlari aku masuk ke kamar dan membangunkan Mas Dimas. “Mas? Mas? Bangun! “ ucapku sambil berdiri dengan menjinjing celana dalam berwarna maroon gelap itu. “Mas! Mas! Bangun! “ seruku. Mas Dimas menggeliat, ia membuka matanya sesaat, tapi kemudian ia tidur lagi. “Mas, ada yang ingin aku tanyakan, “ ucapku lagi sambil Menggoyang-goyangkan bahu Mas Dimas dengan kesal. “Apa sih sayang... Aku ngantuk banget, “ keluhnya sambil bangkit dari tidurnya dan mengucek matanya. “Ini punya siapa?

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 25

    Aku sudah berdamai dengan keadaan, walaupunMas Dimas yang tak bisa menjadi laki-laki perkasa. Sepertinya aku yang harus benar-benar menunggu Mas Dimas bisa sembuh. Ia sudah banyak berubah dan aku menghargai itu. Namun, beberapa hari kemudian Egi kembali bertandang ke rumahku di malam Sabtu. Katanya dia suntuk di rumah sendirian. Ia tak datang bersama Mela. Katanya Mela ada acara keluarga, jadi tak bisa menemani Egi. “Suntuk Naya... Aku bosan sendirian di rumah, Mela juga nggak bisa aku ajak keluar, katanya ada acara keluarga. Kebetulan Mas Dimas ngajak aku main game bola, ya kenapa aku tolak, “ ungkap Egi beralasan. Alhasil Mas Dimas dan juga Egi bermain game hingga larut malam. Aku segera berpamitan pada mereka dan tidur ke kamar. Membiarkan mereka berdua yang asik sekali bermain game. “Aku tidur duluan ya Mas, ngantuk, “ pamitku. “Ya, ya Nay. Kamu tidur duluan aja, ” Mas Dimas menjawab tanpa menoleh padaku. Karena matanya fokus ke

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 24

    Dan mereka ternyata sedang.... “Eh kalian! “ sapa Mas Dimas santai. Ia melanjutkan mencabut uban Egi yang ada di bagian depan kepalanya sambil berbincang-bincang. Hei, tadi apa yang aku lihat, tadi aku melihat adegan mereka sedang berciuman, kepala Mas Dimas bergerak ke kiri dan ke kanan. Benar, aku melihat mereka, tak seperti ini sedang berbincang-bincang. “Uban pacar kamu banyak juga ya Mel. Kamu nggak pernah nyabutin? “ tanya Mas Dimas sambil fokus mencari uban di kepala Egi, apa mereka seakrab inj sekarang?? Heran. “Enggak Mas, gue paling males kalau disuruh cabutin uban, Egi sering minta ke gue untuk nyabutin ubannya, “ jawab Mela.“Ini Gi, dapat satu lagi,” ucap Mas Dimas sambil memberikan satu helai uban ke tangan Egi. Aku masih bengong dan munhkin terlihat melongo di depan mereka berdua. Mas Dimas menghentikan aktifitasnya dan melihat ke arah kami berdua dengan raut wajah keheranan. “Kalian kenapa? Wajahnya tegang gitu? Bengong kayak sapi ompong, “ tanya Mas Dimas. Egi ter

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 23

    Mela tersenyum dan bangkit dari duduknya. "Aku tinggal dulu ya Yang.., " ucap Mela lembut. Aku mendorong bahu Mela, geli melihat mereka yang biasanya berumur elo-gue jadi sayang-sayangan. "Kamu ya Mel, kalau sama Egi aja pakai aku-kamu, sama aku Gue-Elo, udah sayang-sayang pula lagi sekarang, " ungkapku meledek Mela. "Ya iyalah namanya juga baru jadian, pasti deh mesra, iyakan ayang... " ucap Mela lagi manja.Egi hanya tersenyum sekilas saja. Sikap Egi memang agak dingin sebagai cowok, disitulah letak pesinanya. Begitu kata Mela padaku. Sedangkan Mela hanya cengar-cengir tak jelas. "Huu... dasar! " aku kembali mendorong tubuh Mela pelan, ia hanya tertawa tengil. Kemudian aku beralih pada Egi. “Egi kami tinggal dulu ya, nanti kalau Mas Dimas sudah selesai mandi, dia yang akan nemenin kamu, “ ungkapku pada Egi sebelum pergi ke dapur. “Iya, santai aja kali.” Aku tersenyum dan meninggalkan Egi dan pergi ke dapur untuk memasak bersama Mela. “Masak yang enak ya Nay! “ ser

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 22

    Bab 23 “Egi kenapa? “ tanyaku penasaran. “Egi menerima cinta gue Nay... “ Seru Mela di seberang sana. “Oh ya? Aku turut senang mendengarnya, jadi kalian memutuskan untuk jadian? “ tanyaku sambil tersenyum. “Iya, Egi bilang ingin menjalin hubungan dengan gue, istilahnya kayak penjajakan dulu gitu Nay,” Ucap Melalui di sebarang sana. Dia terdengar begitu bahagia. “Oh gitu, semoga langgeng ya... “ “Oke, makasih ya Nay, gue bahagia banget.. “ Ucap Mela sambil tertawa kecil. Ia mengakhiri pembicaraan setelah berbasa basi sejenak. Aku kembali menemui Mas Dimas sambil tersenyum, aku ikut bahagia karena Mela sahabatku menemui cinta sejatinya. Cuma ada yang aneh, dari gerak gerik Egi yang aku lihat ia sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda jika Egi menyukai Mela. Tapi.. Entahlah hati orang siapa yang tahu, apa lagi kalau laki-laki, susah ditebak. “Telepon dari siapa Nay? “ tanya Mas Dimas. “Mela, dia baru aja jadian, “ jawabku sambil tak henti-hentinya bibir ini mena

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 21

    Aku pulang lebih dulu, sehingga aku tak bertemu dengan Mela lagi, entah bagiamana nasib Mela setelah bicara dengan Egi tadi. Apa mereka jadian ya?? Atau malah Mela ditolak oleh Egi. Namun aku enggan untuk bertanya pada Mela. Begitu tiba di rumah aku kaget saat tiba-tiba Mas Dimas memberikan aku sebuket bunga mawar merah. Sebenarnya Mas Dimas sangat romantis, namun sayang Mas Dimas tak bisa mencintaiku. Ia lebih cinta pada pacar laki-lakinya itu daripada aku sebagai istrinya. "Ini Bunga untukmu," ucapnya sambil mengulurkan buket bunga mawar itu padaku. Aku menerimanya dengan ekspresi wajah datar. "Untuk apa ini?" tanyaku. "Untuk istri aku dong.." Aku tersenyum sekilas dan meletakkan bunga mawar merah itu di atas nakas. Tanpa mengatakan apa pun. Terserah dia mau mengatakan aku tak menghargai pemberian darinya. "Naya...nanti ikut aku ya, ada yang ingin aku tunjukkan padamu," ungkapnya tanpa merasa bersalah ia telah melukai hatiku. "Kemana?" Tanyaku datar, sambil mengganti paka

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 20

    Mas Dimas dan aku saling tatap, ada suasana tegang saat ini, aku meminta Mas Dimas meninggalkan laki-laki itu. Namun aku melihat dari mata Mas Dimas ia agak ragu. Seperti apa laki -laki itu, hingga Mas Dimas seperti tak rela melepaskannya. Mengapa ada manusia yang tak bersyukur dan menyalahi kodrat Tuhan, padahal Mas Dimas adalah orang yang mengerti agama. "Akan aku usahakan Nay, namun beri aku waktu, aku akan bertanggung jawab penuh padamu, nanti aku akan membelikan kamu sebuah rumah, untuk kita tinggal berdua," ungkapnya. "Bukan tanggung jawab saja yang aku butuhkan Mas, aku juga butuh teladan dan aku butuh kamu cintai," ungkapku dengan nafas memburu. "Ya aku tahu Nay. Tapi seperti yang aku bilang tadi, aku akan belajar mencintaimu, pelan-pelan. Beri aku waktu," ucap Mas Dimas lagi. "Sampai kapan? Sampai kapan aku akan memberi mu waktu??" tanyaku dengan tatapan tajam. "Entahlah Nay, tapi aku aja berusaha," ungkap Mas Dimas bersungguh-sungguh. Aku memalingkan wajahku dariny

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status