Share

Bab 5

Author: yanticeudah
last update Last Updated: 2025-01-09 17:11:08

Mas Dimas sangat paham cara membuat aku agar tak marah lagi padanya, sentuhan-sentuhan lembut ia berikan padaku, membuat aku semakin bergairah. Tiba-tiba saja aku ingat pada misiku sebelumnya.

Ini saatnya aku memberanikan diri untuk menyentuh bagian sensitifnya Mas Dimas untuk membuktikan kata-kata Mela tadi siang. Aku yakin Mela salah, namun apa alasan lain Mas Dimas tak mau menyentuhku?

Sebelumnya aku tidak pernah melakukannya karena aku masih malu, maklum aku dan Mas Dimas baru saja menikah dan kami juga tak pacaran. Sehingga rasa canggung tentu saja menguasai diri ini.

Nafasku terasa naik turun saat Mas Hanif mulai melancarkan aksinya, menyentuh setiap bagian tubuhku. Apakah ini akan menjadi malam pertamaku??

Namun, saat itu juga tanganku bergerak untuk ikut menyentuh bagian sensitif miliknya. Tapi sayangnya, sepertinya ia sadar dan menepis tanganku dengan kasar.

"Mas..." ucapku lirih.

Aku kaget karena baru saja kami bermesraan, tiba-tiba saja ia tak terima saat aku akan menyentuhnya. Ia langsung bangun dan seperti biasa meninggalkan aku sendiri di ranjang seperti seorang pelac*r yang baru selesai melakukan tugasnya.

Tanpa banyak pertimbangan aku pun bangun dan mengikuti Mas Dimas keluar dari kamarku. Aku tak bisa lagi menahan diri. Aku harus menyelesaikan ini, sudah cukup sabar aku menerima semua alasan Mas Dimas saat aku hendak meminta hakku.

Aku keluar kamar, Seperti biasa ia berdiri di balkon rumah dan menyulut rokoknya sambil menatap langit malam. Aku menghampiri Mas Dimas.

"Aku udah muak Mas! Aku muak dengan berbagai alasan yang Mas berikan, sekarang aku mau mas jujur!" Ucapku.

"Kanapa kamu menolakku?? Kenapa!!? Apa alasanmu??!" seruku. Ia masih bergeming dan terus menerus menyesap rokoknya, seolah aku ini tak ada.

Kemudian aku melirik ke bagian bawah celana Mas Dimas. Untuk memastikan yang dikatakan Mela.

Namun aku sedikit terkejut, saat melihat, tak ada yang menonjol di sana seperti pada laki-laki pada umumnya saat sudah bergairah.

"Ah mungkin saja, karena lampu di sini agak kurang terang, jadinya aku tak bisa melihat dengan jelas, mungkin saja aku salah. Yah, aku berharap aku salah.

"Kamu sudah tahu kan masalahku?" Tanya Mas Dimas dingin dan tak mau menatap ke arahku.

Mas Dimas sepertinya paham dari maksud kerlingan mataku ke arah bagian bawah tubuhnya itu.

"Nggak mungkin..." bisikku.

Rasanya aku belum percaya dengan apa aku dengar. Aku ingin penjelasan langsung dari Mas Dimas sendiri.

"Maksudnya apa Mas? Coba jelasin ke aku?" Ungkapku sambil menatapnya, Berharap aku salah, "aku harap ini salah Tuhan."

"Kamu udah lihat sendiri kan? Kamu udah tahu kan, itulah masalahku, 'dia' tidak bisa bangun, kamu puas??!!" Ucap Mas Dimas dengan nada dingin namun penuh tekanan.

Aku tertawa getir, sesaat aku masih belum bisa mencerna dengan apa yang baru saja aku dengar dari mulut Mas Dimas. Namun inilah kenyataannya.

Bodohnya aku kenapa aku tak memikirkan hal ini sebelumnya, ternyata benar kata Mela, 'benda' Mas Dimas tidak bisa bangun, maksudnya dia memilik penyakit disfungsi ereksi alias belalainya tak bisa bangun, walaupun sudah bercumbu mesra denganku.

Mas Dimas bukan laki-laki perkasa seperti fisiknya yang atletis itu. Ekspektasi ku terlalu tinggi saat pertama berkenalan dengannya.

Aku pikir pria seperti Mas Dimas sudah barang tentu perkasa di ranjang, namun dugaanku salah. Mas Dimas memiliki kekurangan itu.

Aku menutup mulutku dan mundur beberapa langkah, masih belum percaya dengan apa yang dengar. Aku yang terlalu bodoh atau aku yang terlalu terburu-buru dalam menerima Mas Dimas.

"Nggak Mas, aku nggak bisa terima..." Ucapku lirih, tak terasa air mataku mengalir di pipi.

Aku merasa dibohongi, Mas Dimas tidak pernah membicarakan ini sebelumnya padaku. Aku benar-benar merasa dibohongi.

"Tega kamu Mas!" Ucapku sambil masuk ke kamar dan menghempaskan tubuhku di ranjang. Aku benar-benar kecewa pada Mas Dimas. Jadi selama ini dia bukan tak tertarik padaku, namun karena ada masalah pada organ vitalnya.

Aku menangis sejadinya, marah, kesal, merasa dibohongi oleh suamiku sendiri. Bahkan dari keluarga Mas Dimas tak pernah membicarakan hal ini sebelumnya.

"Kamu jahat Mas, kenapa kamu nggak jujur dari awal??" Ucapku sambil menangis. Bulan madu yang aku impikan di pulau Bali hanya jadi harapan palsu, aku terlalu bangga mempunyai Mas Dimas yang gagah dan rupawan. Ternyata....

Tiba-tiba Mas Dimas masuk ke dalam, Setelah sekian lama aku menangis di kamar barulah Mas Dimas masuk ke kamar.

"Naya maafkan aku, aku udah nggak jujur padamu, tapi jika aku jujur kamu pasti menolakku. Inilah alasan aku tak mau menyentuhmu Nay. Karena ini," ucap Mas Dimas. Aku hanya diam dan menoleh sedikitpun pada Mas Dimas. Sambil terus menangis membenamkan wajahku di balik bantal.

"Naya..maafkan aku. Aku tahu kamu merasa dibohongi, namun inilah kenyataannya, Mas mu ini seperti ini," ungkapnya penuh penyesalan. Haruskah aku memaafkan Mas Dimas?

"Naya Plis maafkan aku, aku mencintai mu, sungguh," ungkap Mas Dimas lagi.

Aku bangun dan mengusap air mataku, menatap Mas Dimas yang masih berdiri di sana. Hatiku benar-benar tak bisa menerima ini semua. Aku menelan saliva berkali-kali ingin mengungkapkan yang aku rasakan saat ini. Aku ingin berpisah.

"Kita pisah aja Mas," ucapku pelan walaupun berat namun aku harus mengatakan ini. Aku tak terima merasa dibohongi oleh Mas Dimas.

****

Related chapters

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 6

    "Nay...plis maafkan aku, aku nggak mau kita pisah, aku akan berusaha berobat, kata orang bisa sembuh kok," ungkap Mas Dimas. "Kalau memang bisa sembuh kenapa Mas tidak berobat dari dulu?" Tanyaku sinis."Udah Nay, cuma mungkin aku tidak terlalu yakin untuk berobat sampai sembuh," ungkapnya."Apa mungkin karena mamang nggak mau sembuh??" Pikirku. Jika Mas Dimas seperti ini aku tidak akan mendapatkan keturunan dari Mas Dimas. Harus kah aku bertahan dan memberikan Mas Dimas kesempatan? Jika Mama dan Papaku tahu tentang Mas Dimas mereka pasti akan sangat terpukul."Aku tahu, aku sudah tak jujur pada mu dari awal, tapi aku tak bisa mengatakan padamu, karena takut kamu akan menolakku. Aku sudah terlanjur cinta saat pertama kali melihatmu Nay," ungkap Mas Dimas bersungguh-sungguh. Aku menatap netranya, mencari kesungguhan di sana. Aku juga punya banyak pertimbangan untuk memutuskan hubungan pernikahan ini, Papa dan Mama pasti akan sangat malu karena mereka selalu membanggakan Mas Dimas di

    Last Updated : 2025-01-17
  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 1

    Pesta pernikahan mewah baru saja digelar, aku sangat bahagia bisa menikah dengan seorang Dimas Mahardika, laki-laki tampan dan juga mapan yang baru saja menghalalkanku. Yah, apa lagi yang aku cari dari Mas Dimas, sudah ganteng pekerja keras, memiliki karir yang bagus dan yang paling penting dia mengerti agama. Aku berharap Mas Dimas bisa membimbingku hingga ke jannah-Nya. Aku bisa melihat kebahagiaan di wajah Papa dan Mama saat melihat putri tunggalnya telah menikah dengan orang yang tepat. Walaupun sebenarnya aku dan Mas Dimas belum lama kenal, yang membuat aku yakin, Mas Dimas tidak mengajak aku untuk pacaran tapi melainkan langsung menikah. Siapa yang bisa menolak, dinikahi pria mapan dan juga tampan seperti Mas Dimas. Aku dan Mas Dimas turun dari mobil pengantin dan langsung masuk ke dalam rumahku, aku mengajak Mas Dimas untuk masuk ke kamarku. Kami belum merencanakan bulan madu, karena waktu cuti Mas Dimas tidak panjang. Sehingga bulan madu kita tunda dulu. "Ini kamarku

    Last Updated : 2025-01-07
  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 2

    Aku kaget saat tiba-tiba ia mendorongku, mengapa dia mendorongku? Apa dia tak menginginkan aku bermesraan dengannya. Seketika pikiranku di landa berbagai tanda tanya yang berkecamuk di pikiranku. "Mas, aku istrimu!" Seruku. Ia.masih yang belum sadar karena mungkin kami baru saja menikah kemarin. Ia menatapku sesaat dan mengusap wajahnya dengan tangannya. "Astaghfirullah, maaf sayang aku pikir kamu siapa, otakku belum ngeh kalau aku udah punya istri," ungkapnya. Aku tersenyum dan kembali beringsut untuk mendekatinya. Kembali memeluknya ingin merasakan kehangatan dari tubuh Mas Dimas di pagi yang dingin ini. Biasanya pengantin baru pagi hari adalah hal wajib yang harus dilakukan sepasang suami istri. Apa lagi dari semalam Mas Dimas telah menundanya dengan alasan capek. Biasanya wanita uang seperti itu, namun ini malah terbalik. "Udah nggak capek lagi kan Mas?" Tanyaku lembut. Ia melihat ke arahku dan menggeleng. "Udah enggak lagi sayang, semalam aku tidurnya nyenyak banget," j

    Last Updated : 2025-01-08
  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 3

    Aku agak kaget saat mendengar Rendi memanggil Mas Dinas dengan sebutan sayang. Mengapa seorang lelaki memanggil laki-laki yang lain dengan sebutan sayang. "Maaf, saya istrinya Mas Dimas, ada apa ya?" Tanyaku kemudian. "Eh Maaf, Mbak Naya ya, Dimas mana Mbak?" Tanyanya di seberang sana. "Mas Dimas sedang di toilet," jawabku singkat. "Oh ya udah, nanti aja aku telpon lagi," ucapnya dan menutup sambungan telepon tanpa basa-basi sejenak. Aku meletakkan ponsel Mas Dimas lagi, saat itu juga Mas Dimas kembali dari toilet, hatiku mulai tak tenang saat mengingat rekan kerjanya itu memanggil sebutan sayang pada Mas Dimas. Apa dia sendang bercanda? "Mas tadi ada telepon dari Rendy office," ucapku. Aku melihat raut wajah Mas Dimas agak panik, namun cepat ia sembunyikan dan bertanya," Dia bilang apa?" "Dia nanyak kamu, nanti dia telepon lagi," jawabku. "Oh, dia mau nanyak soal kerjaan mungkin, Nay," ucap Mas Dimas santai. Aku mengangguk-angguk mengerti. "Tapi Mas,.kenapa dia tadi man

    Last Updated : 2025-01-09
  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 4

    Aku menarik tangan Mas Dimas agar dia melihat ke arahku. Karena dari tadi ia terus mengindari tatapanku. "Mas??!" Panggilku lagi, akhirnya di menatapku. "Naya.. bukan itu, bukan itu Nay," jawabnya dengan penuh penekanan. "Jadi kenapa?!" Tanyaku dengan nada tinggi sambil menantang tatapannya. "Aku belum siap Nay, aku belum siap untuk punya anak," jawabnya. Jawaban yang tidak masuk akal, kenapa dia bilang tak siap punya anak, padahal ia bisa membicarakan ini denganku. Aku tertawa getir sambil menggelengkan kepalaku. "Kalau kamu belum siap punya anak, kita bisa menunda punya anak Mas, kenapa kamu tidak mau membicarakan hal ini denganku. Aneh kamu Mas," ungkapku dengan nada kesal, alasan Mas Dimas seperti tak masuk akal. "Ya..tapi aku nggak bisa jelasin ke kamu sekarang, plis aku kasih aku waktu," ucapnya sambil memohon. "Kenapa kamu tak bisa kamu jelaskan padaku, kita itu suami istri, kamu harus terbuka soal apa pun padaku. Apa kamu nggak cinta sama aku?" Tanyaku. Ia berge

    Last Updated : 2025-01-09

Latest chapter

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 6

    "Nay...plis maafkan aku, aku nggak mau kita pisah, aku akan berusaha berobat, kata orang bisa sembuh kok," ungkap Mas Dimas. "Kalau memang bisa sembuh kenapa Mas tidak berobat dari dulu?" Tanyaku sinis."Udah Nay, cuma mungkin aku tidak terlalu yakin untuk berobat sampai sembuh," ungkapnya."Apa mungkin karena mamang nggak mau sembuh??" Pikirku. Jika Mas Dimas seperti ini aku tidak akan mendapatkan keturunan dari Mas Dimas. Harus kah aku bertahan dan memberikan Mas Dimas kesempatan? Jika Mama dan Papaku tahu tentang Mas Dimas mereka pasti akan sangat terpukul."Aku tahu, aku sudah tak jujur pada mu dari awal, tapi aku tak bisa mengatakan padamu, karena takut kamu akan menolakku. Aku sudah terlanjur cinta saat pertama kali melihatmu Nay," ungkap Mas Dimas bersungguh-sungguh. Aku menatap netranya, mencari kesungguhan di sana. Aku juga punya banyak pertimbangan untuk memutuskan hubungan pernikahan ini, Papa dan Mama pasti akan sangat malu karena mereka selalu membanggakan Mas Dimas di

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 5

    Mas Dimas sangat paham cara membuat aku agar tak marah lagi padanya, sentuhan-sentuhan lembut ia berikan padaku, membuat aku semakin bergairah. Tiba-tiba saja aku ingat pada misiku sebelumnya.Ini saatnya aku memberanikan diri untuk menyentuh bagian sensitifnya Mas Dimas untuk membuktikan kata-kata Mela tadi siang. Aku yakin Mela salah, namun apa alasan lain Mas Dimas tak mau menyentuhku?Sebelumnya aku tidak pernah melakukannya karena aku masih malu, maklum aku dan Mas Dimas baru saja menikah dan kami juga tak pacaran. Sehingga rasa canggung tentu saja menguasai diri ini.Nafasku terasa naik turun saat Mas Hanif mulai melancarkan aksinya, menyentuh setiap bagian tubuhku. Apakah ini akan menjadi malam pertamaku??Namun, saat itu juga tanganku bergerak untuk ikut menyentuh bagian sensitif miliknya. Tapi sayangnya, sepertinya ia sadar dan menepis tanganku dengan kasar."Mas..." ucapku lirih.Aku kaget karena baru saja kami bermesraan, tiba-tiba saja ia tak terima saat aku akan menyent

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 4

    Aku menarik tangan Mas Dimas agar dia melihat ke arahku. Karena dari tadi ia terus mengindari tatapanku. "Mas??!" Panggilku lagi, akhirnya di menatapku. "Naya.. bukan itu, bukan itu Nay," jawabnya dengan penuh penekanan. "Jadi kenapa?!" Tanyaku dengan nada tinggi sambil menantang tatapannya. "Aku belum siap Nay, aku belum siap untuk punya anak," jawabnya. Jawaban yang tidak masuk akal, kenapa dia bilang tak siap punya anak, padahal ia bisa membicarakan ini denganku. Aku tertawa getir sambil menggelengkan kepalaku. "Kalau kamu belum siap punya anak, kita bisa menunda punya anak Mas, kenapa kamu tidak mau membicarakan hal ini denganku. Aneh kamu Mas," ungkapku dengan nada kesal, alasan Mas Dimas seperti tak masuk akal. "Ya..tapi aku nggak bisa jelasin ke kamu sekarang, plis aku kasih aku waktu," ucapnya sambil memohon. "Kenapa kamu tak bisa kamu jelaskan padaku, kita itu suami istri, kamu harus terbuka soal apa pun padaku. Apa kamu nggak cinta sama aku?" Tanyaku. Ia berge

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 3

    Aku agak kaget saat mendengar Rendi memanggil Mas Dinas dengan sebutan sayang. Mengapa seorang lelaki memanggil laki-laki yang lain dengan sebutan sayang. "Maaf, saya istrinya Mas Dimas, ada apa ya?" Tanyaku kemudian. "Eh Maaf, Mbak Naya ya, Dimas mana Mbak?" Tanyanya di seberang sana. "Mas Dimas sedang di toilet," jawabku singkat. "Oh ya udah, nanti aja aku telpon lagi," ucapnya dan menutup sambungan telepon tanpa basa-basi sejenak. Aku meletakkan ponsel Mas Dimas lagi, saat itu juga Mas Dimas kembali dari toilet, hatiku mulai tak tenang saat mengingat rekan kerjanya itu memanggil sebutan sayang pada Mas Dimas. Apa dia sendang bercanda? "Mas tadi ada telepon dari Rendy office," ucapku. Aku melihat raut wajah Mas Dimas agak panik, namun cepat ia sembunyikan dan bertanya," Dia bilang apa?" "Dia nanyak kamu, nanti dia telepon lagi," jawabku. "Oh, dia mau nanyak soal kerjaan mungkin, Nay," ucap Mas Dimas santai. Aku mengangguk-angguk mengerti. "Tapi Mas,.kenapa dia tadi man

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 2

    Aku kaget saat tiba-tiba ia mendorongku, mengapa dia mendorongku? Apa dia tak menginginkan aku bermesraan dengannya. Seketika pikiranku di landa berbagai tanda tanya yang berkecamuk di pikiranku. "Mas, aku istrimu!" Seruku. Ia.masih yang belum sadar karena mungkin kami baru saja menikah kemarin. Ia menatapku sesaat dan mengusap wajahnya dengan tangannya. "Astaghfirullah, maaf sayang aku pikir kamu siapa, otakku belum ngeh kalau aku udah punya istri," ungkapnya. Aku tersenyum dan kembali beringsut untuk mendekatinya. Kembali memeluknya ingin merasakan kehangatan dari tubuh Mas Dimas di pagi yang dingin ini. Biasanya pengantin baru pagi hari adalah hal wajib yang harus dilakukan sepasang suami istri. Apa lagi dari semalam Mas Dimas telah menundanya dengan alasan capek. Biasanya wanita uang seperti itu, namun ini malah terbalik. "Udah nggak capek lagi kan Mas?" Tanyaku lembut. Ia melihat ke arahku dan menggeleng. "Udah enggak lagi sayang, semalam aku tidurnya nyenyak banget," j

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 1

    Pesta pernikahan mewah baru saja digelar, aku sangat bahagia bisa menikah dengan seorang Dimas Mahardika, laki-laki tampan dan juga mapan yang baru saja menghalalkanku. Yah, apa lagi yang aku cari dari Mas Dimas, sudah ganteng pekerja keras, memiliki karir yang bagus dan yang paling penting dia mengerti agama. Aku berharap Mas Dimas bisa membimbingku hingga ke jannah-Nya. Aku bisa melihat kebahagiaan di wajah Papa dan Mama saat melihat putri tunggalnya telah menikah dengan orang yang tepat. Walaupun sebenarnya aku dan Mas Dimas belum lama kenal, yang membuat aku yakin, Mas Dimas tidak mengajak aku untuk pacaran tapi melainkan langsung menikah. Siapa yang bisa menolak, dinikahi pria mapan dan juga tampan seperti Mas Dimas. Aku dan Mas Dimas turun dari mobil pengantin dan langsung masuk ke dalam rumahku, aku mengajak Mas Dimas untuk masuk ke kamarku. Kami belum merencanakan bulan madu, karena waktu cuti Mas Dimas tidak panjang. Sehingga bulan madu kita tunda dulu. "Ini kamarku

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status