Share

Bab 6

Penulis: yanticeudah
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-17 16:20:32

"Nay...plis maafkan aku, aku nggak mau kita pisah, aku akan berusaha berobat, kata orang bisa sembuh kok," ungkap Mas Dimas.

"Kalau memang bisa sembuh kenapa Mas tidak berobat dari dulu?" Tanyaku sinis.

"Udah Nay, cuma mungkin aku tidak terlalu yakin untuk berobat sampai sembuh," ungkapnya.

"Apa mungkin karena mamang nggak mau sembuh??" Pikirku. Jika Mas Dimas seperti ini aku tidak akan mendapatkan keturunan dari Mas Dimas.

Harus kah aku bertahan dan memberikan Mas Dimas kesempatan? Jika Mama dan Papaku tahu tentang Mas Dimas mereka pasti akan sangat terpukul.

"Aku tahu, aku sudah tak jujur pada mu dari awal, tapi aku tak bisa mengatakan padamu, karena takut kamu akan menolakku. Aku sudah terlanjur cinta saat pertama kali melihatmu Nay," ungkap Mas Dimas bersungguh-sungguh. Aku menatap netranya, mencari kesungguhan di sana.

Aku juga punya banyak pertimbangan untuk memutuskan hubungan pernikahan ini, Papa dan Mama pasti akan sangat malu karena mereka selalu membanggakan Mas Dimas di depan kerabat dan teman- temannya.

Aku menelan saliva berkali-kali, dengan harapan yang aku putuskan ini adalah yang terbaik.

"Baiklah, kita coba berobat dulu Mas," ungkapku dengan nada berat.

"Syukurlah," Mas Dimas menghampiriku dan memelukku.

"Terima kasih Nay... Aku tahu kamu akan menerima ini, aku belum mau bercerai denganmu, i love you sayang..." Ucap Mas Dimas, ia mengecup pucuk kepalaku dengan lembut.

Aku pun kembali luluh, karena besarnya rasa cintaku pada Mas Dimas. Mengalahkan rasa hati yang telah tercabik-cabik karena merasa dibohongi.

"Love you..too," balasku dengan suara serak.

~~~

Hari berlalu, aku merahasiakan aib suamiku ini pada Mama dan Papa juga keluarganya, aku tahu aku tak bisa menyimpan hal ini sendiri.

Namun, aku juga tak mau Mama dan Papa menjadi terpukul karena adanya masalah ini. Aku takut orang tuaku dan orang tua Mas Dimas akan ribut karena hal ini. Biarlah aku memberikan kesempatan pada Mas Dimas dulu, siapa tahu dengan pengobatan atau terapi Mas Dimas bisa sembuh.

Sore ini Mas Dimas akhirnya berangkat ke Bali karena urusan kerjaan, aku sudah menghubungi Mertuaku jika kami  tak jadi ke sana karena Mas Dimas harus ke luar kota karena pekerjaan.

Namun, ada sedikit hal yang mengganjal pikiranku, tak memperbolehkan aku ikut ke Bali juga? Aku tak mau berburuk sangka pada Mas Dimas, hanya saja hatiku selalu mengatakan ada yang tak beres soal Mas Dimas.

"Mas berangkat ya sayang..." Pamitnya padaku saat aku mengantarkannya ke bandara.

"Baik Mas, hati-hati, hari Senin Mas udah pulang kan?" Tanyaku.

"Insya Allah kalau kerjaannya udah beres," Ungkapnya sambil mengecup pipiku.

"Ya."

"Dimas! Dimas!" Seru seseorang dari kejauhan. Mas Dimas menoleh ke belakang  dan melambaikan tangannya,, aku menyipitkan mataku memperhatikan pria yang memanggil nama Mas Dimas.

"Itu siapa Mas?" Tanyaku.

"Oh dia itu Rendi, dia juga ikut ke Bali karena kami berdua satu tim," ungkap Mas Dimas.

"Oh, itu yang namanya Rendi itu," ungkapku.

"Yah, nanti kapan-kapan aku kenalin ya," ucap Mas Dimas sambil mengacak rambutku dan tersenyum.

"Ya udah, Mas berangkat ya!"

Aku mengangguk Mas Dimas pun berjalan meninggalkan aku menemui Rendi yang sepertinya sudah menunggunya dari tadi di bandara.

Hari Minggu aku mengajak Mela untuk bertemu, aku rasa Mela adalah teman yang tepat untuk mengeluhkan tentang kegelisahanku. Aku paling tak bisa menyimpan ini sendirian.

Biasanya Mama tempat aku berbagi hal apa pun. Namun tidak dengan hal yang satu ini, aku harus menyimpannya dulu, setidaknya setelah Mas Dimas sembuh. Mungkin.

"Tumben ngajak gue Nay? Gue pikir orang yang udah bersuami nggak boleh nongki-nongki bareng sohibnya lagi," cetus Mela sambil melirikku.

"Mas Dimas sedang ke Bali," jawabku tanpa menanggapi sindiran halus Mela.

"Oh pantes aja, kalau enggak mana ingat lu sama sahabatku yang jomblonya udah karatan ini," ucap Mela. Aku hanya tertawa kecil menanggapinya.

"Kenapa sih Nay? Kusut banget muka lu kayak pakaian kusut yang nggak pernah disetrika."

"Ada hal yang ingin aku sampaikan pada mu Mel." Ucapku dengan berat. Mela yang tadinya cuek kini serius menatapku.

"Apa sih Nay? jangan bikin gue penasaran dong," ungkap Mela.

"Tapi kamu janji ya, jaga rahasia ini, walaupun pada Egi," ucapku.

"Iya, iya, suwer... Gue janji!"

"Jadi Mel... kamu ingat aku cerita soal teman aku yang nggak pernah disentuh suaminya setelah dua Minggu menikah?" Tanyaku. Mela berpikir sejenak.

"Emm, gue ingat, gue ingat Nay. Emang kenapa? Benaran Jhony suaminya nggak mau bangun?" Tanya Mela balik.

Aku mengangguk.

"Tuh kan benar firasat gue." Ucap Mela sambil menepuk pundakku.

"Tapi Mel, sebenarnya yang aku ceritain waktu itu adalah ceritaku," ucapku kemudian.

"A-apaaa??" Mata Mela membola sempurna, hingga semua yang hadir di sana terkejut saat mendengar suara Mela yang lantang.

"Mel, jangan teriak, orang pada liatin tuh," ungkapku malu.

"Maaf, maaf, gue  kaget Nay. Jadi beneran itu bukan teman Lo?" Tanya Mela lagi.

"Iya Mel. Itu ceritaku bukan cerita temanku," ungkapku sedih.

"Nggak mungkin lo jangan bercanda. Mas Dimas itu perkasa, lihat tubuhnya atletis, sering nge gym. Makan makanan sehat masak iya letoy ah...becanda lo, Nay." Mela tertawa ngakak. Mela tak percaya karena melihat tampilan fisik Mas Dimas yang memang bak iklan minuman berenergi di Televisi.

"Namun itu lah kenyataannya Mel," ungkapku pada Naya dengan raut wajah serius. Mela menghentikan tawanya.

"Mas Dimas, tak bisa melakukan kewajibannya sebagai suami dalam hal di ranjang," ungkapku pada Naya.

"Ya Tuhan ..Nay, Kok bisa? Apa sebelum menikah kalian tak pernah membicarakan hal ini?" Tanya Mela. Aku menggeleng.

"Jadi Mas Dimas nggak jujur sama lo Nay.."

Kemudian aku menceritakan pada Mela dari awal hingga aku mengetahui hal menyakitkan itu. Aku juga mengatakan Jika Mas Dimas ingin menjalani terapi atau pengobatan.

"Rasa cintaku pada Mas Dimas mengalahkan segalanya Mel," ucapku. Mela mengangguk mengerti.

"Yah, gue sependapat sama Lo Nay... lanjutkan aja dulu pernikahan Lo yang masih seumur jagung itu, kita lihat setelah melakukan terapi atau pengobatan tak ada hasilnya. Barulah kita pikirkan lagi," ucap Mela bijak. Mela adalah sahabat yang sangat mengerti aku, apa pun yang aku ceritakan padanya tak  pernah bocor pada orang lain. Apa  lagi Mela adalah sahabat yang pintar memberikan solusi atas permasalahan kita.

"Makasih ya Mel. Kamu adalah sahabat aku yang paling best," ungkapku tulus.

"Its okey Nay...lo yang sabar ya Nay...," ucap Naya sambil mengelus lenganku. Aku mengangguk dan tersenyum.

Makanan yang kami pesan pun tiba, aku dan Mela makan sambil mengobrol hal-hal ringan.

"Eh Egi mana, Mel?" Tanyaku  sambil melahap spaghetti ke dalam mulutku.

"Katanya dia ada acara ke mana ya? Pokoknya luar kota juga, menghadiri nikahan sepupunya gitu," ungkap Mela.

"Oh..."

"Eh ni statusnya Egi, eh di Bali lho dia lihat nih!" Ucap Mela menunjukkan story Egi sedang berada di sebuah hotel mewah dengan backsound "kita bikin romantis". Kemudian ada kasur dengan seprei berwarna putih.

"Ah benar, dia ke Bali, sekalian liburan mungkin Mel. Apa  yang dipikirkan Egi selain membahagiakan diri sendiri," timpalku.

Namun aku berinisiatif untuk melihat  story-story Egi di ponselku, namun kenapa tak ada. Hanya ada di ponsel Mela.

Apa dia mem-privasi story dia padaku. Untuk apa? Aku merasa heran mengapa Story Egi di ponselku tak ada, apa aku yang kurang memperhatikan itu. Karena aku tak terlalu suka melihat story-story orang lain. Entahlah, tak terlalu suka saja. Namun Mas Dimas juga di Bali, Egi juga.

***

Bersambung!!

Bab terkait

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 7

    Ah, untuk apa memikirkan hal yang tak penting untuk sekarang ini, rumah tanggaku saja dalam masalah. Malah memikirkan story Egi yang tidak ada hubungannya dengan rumah tanggaku. "Ihh, keren semalam kayaknya dia makan malam di restoran di tepi pantai yang harga makanannya selangit itu, aku mau dong ke sana,," ungkap Mela kemudian. "Lihat Mel?" Ungkapku sambil melihat ponsel Mela, Mela menunjukkan padaku. Aku jadi ingat semalam Mas Dimas juga mengunggah story nya sedang makan malam di restoran itu. Mengapa kebetulan sama dengan story Egi? "Mas Dimas juga makan malam di situ semalam Mel," ucapku. Tapi, Mas Dimas makan malam bareng Rendy dan Bosnya. Apa Mas Dimas tidur bareng Rendi juga ya? Ah...pikiran apa pula ini. Apa mungkin aku terlalu berlebihan, terlalu overthinking karena saat ini pikiranku sedang sangat kacau. "Jangan-jangan mereka ketemu lagi Nay. Mas Dimas dan Egi saling kenal kan?" Aku mengangguk dan hanya tersenyum getir dan menepis semua prasangka buruk ku. "Seru ya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 8

    Pagi harinya Mas Dimas tak menyapaku, ia sepertinya masih marah padaku, seharusnya aku yang marah padanya. Tapi kenapa jadi kebalik ya? Saat Mas Dimas baru selesai mandi, aku menghampirinya. "Mas maafkan aku, aku percaya kok, jika kamu lembur. Tapi kalau Sabtu Minggu, aku minta waktumu. Aku ingin seperti orang-orang pengantin baru, jalan berdua, makan berdua, gitu," ucapku sambil menahan gengsi dari dalam diriku. Ia tersenyum dan mengecup ku sekilas. "Yah, aku juga minta maaf ya, aku tuh capek banget lho sayang...mana harus bolak balik ke Bali, ngurusin proyek. Kamu tahu kan, proyek yang aku pegang bukan hanya di Bali. Ini untuk kamu juga kan?" Aku mengangguk dan tersenyum, melihat wajah tampan itu tersenyum padaku, membuat semua yang telah terjadi seolah terlupakan. "Nah gitu dong kamu harus paham. Uang bulanan kamu bulan ini, nanti aku transfer ya?" "Masih ada kok Mas, yang bulan lalu aja masih utuh," ucapku. Dia menyentuh daguku dan memandangiku. "Kewajiban aku menafkahi is

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 9

    Aku heran juga, Mas Dimas itu keren dan sangat komunikatif tapi mengapa dia tak pernah menjalin hubungan dengan wanita. "Katanya dia nggak mau pacaran, Ay...katanya kalau ketemu yang cocok langsung dinikahi, dia anti pacaran, begitu katanya," ucap ibu sambil meletakkan beberapa camilan di dalam piring. Ah, masak? Apa Mas Dimas itu seperti Ikhwan-ikhwan yang memang tak mau pacaran. Namun aku lihat, saat bertemu dengan teman kantornya yang lawan jenis, Mas Dimas tak menundukkan pandangan layaknya Ikhwan-ikhwan Sholeh. "Oh gitu, Bu!" "Iy, Seperti kamu, pas kenal langsung dinikahi, pacarannya setelah menikah, hubungannya halal lagi," ucap ibu sambil tersenyum padaku. Aku hanya tersenyum pahit mendengar penuturan ibu. Mas Dimas tak seperti itu, memperlakukan aku dengan baik di awal pernikahan namun tidak akhir-akhir ini. "Memang halal untuk disentuh namun..sentuhan itu tak pernah aku dapatkan, Bu," ungkapku dalam hati. Ucapan itu h

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 10

    Aku menahan semua yang aku rasakan pada kedua orang tuaku, biarlah semua ini aku pendam sendiri. Menutupi aib suamiku karena cinta. Yah, cinta. "Nggak ada apa-apa kok, Ma. Berantem-berantem kecil gitu biasalah, namanya juga suami istri," ungkapku. "Tapi Mama lihat hubungan kalian itu hambar dan dingin, bukan seperti pasangan suami istri lainnya. Terus kok kalian nggak bulan madu ya?" Aku tersenyum tipis menunjukan semua baik-baik saja. "Belum Ma, Mas Dimas sedang sibuk, katanya dia mau menyelesaikan proyek nya dulu yang di kota ini, baru setelah itu kami bulan madu, Ma," dustaku. "Ohh.." Mama membulatkan mulutnya. "Dimas kan bolak balik ke Bali, masak kamu nggak diajak kan Bisa sekalian gitu sambil bulan madu," ucap Papa. Aku berpikir cepat, agar orang tuaku tak curiga. Alasan apa lagi yang harus aku berikan pada mereka. "Anu Pa...Mas Dimas kan perginya untuk bekerja, lagi pula aku sedang sibuk di kantor saat Mas Dimas pergi ke Bali, Susah Ma, untuk menyesuaikan jadwal kami

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 11

    Dengan tangan bergetar aku menautkan aplikasi Mas Dimas pada laptopku agar setiap pesan yang masuk ke ponsel Mas Dimas bisa aku pantau. Namun entah mengapa, semua berjalan dengan lambat. Aku cemas dan takut Mas Dimas kembali, saat aku belum menyelesaikan ini. "Done, Alhamdulillah!" Aku meletakkan lagi ponsel Mas Dimas di tempat biasa. Saat aku hendak mematikan laptopku, tedengar kenop pintu diputar oleh seseorang. Itu pasti Mas Dimas. Pintu terbuka, bertepatan dengan itu, aku menutup laptopku dan pura-pura merapikan jilbabku. Mas Dimas menatapku agak lama dan mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. "Kamu lihat ponselku nggak?" Tanyanya. "Tuh!" Sahutku menunjuk ponsel Mas Dimas dengan cuek. Aku berharap ia tak curiga dan tak mengetahui jika aku menautkan aplikasi chat itu pada laptopku. "Ah, untunglah, aku pikir terjatuh," ungkapnya. Aku tak menanggapi dan terus berpura-pura merapikan jilbab dan make-upku. "Em, maaf soal tadi malam ya Nay...aku khilaf dan tak bermaksud unt

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 12

    Jantungku terasa berhenti berdetak. Aku melirik pada Mas Dimas yang tersenyum sambil terus menyentuh layar ponselnya lihai membalas pesan dari Rendi. Sepertinya dia memang tak sadar jika pesan-pesannya aku sadap. Karena aku tahu Mas Dimas tak terlalu suka mengotak atik ponselnya. "Sssstttt!" Hanya pesan itu yang dibalas oleh Mas Dimas pada Rendi. Kemudian Rendi membalas emoticon tertawa terpingkal-pingkal. Jadi inilah alasan Mas Dimas tak mengajakku ke Bali. Karena Mas Dimas ingin bermesraan dengan yang wanita lain. "Aku yakin Mas Dimas selingkuh, yah..dia selingkuh di belakangku. Apa jangan-jangan, penyakit nya itu juga sebenarnya bohong. Dia berpura-pura," pikirku. Namun tiba-tiba aku ingat pada benda yang dimiliki oleh Mas Dimas, mainan s*ks untuk wanita yang dirancang khusus menyerupai benda milik pria itu. Apa mungkin Mas Dimas menggunakan benda itu untuk berselingkuh? Tapi untuk apa? Sedangkan dia tetap tak bisa mendapatkan kepuasan batin. Semua teka-teki ini tak mampu a

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 13

    Egi menatapku, ingin tahu langkah selanjutnya yang akan aku lakukan. Aku pikir tak ada salahnya aku mengatakan rencanaku toh mereka berusaha adalah sahabat baikku."Entahlah Gi, mungkin aja aku ngikutin dia sore ini, jadi aku bisa memergoki dia dengan selingkuhannya itu," ucapku sambil menguatkan hati ini, walapun aku sebenarnya tak sanggup melihat kenyataan yang nanti akan aku saksikan sendiri."Mungkin setelah melihat kebusukan Mas Dimas dengan mataku sendiri, aku akan minta cerai, aku hanya ingin memastikan saja jika bukti chat itu benar menunjukan kalau dia berselingkuh," lanjutku dengan nada lemah dan juga hampir putus asa. Rasanya hidupku hancur, membayangkan rumah tangga yang baru seumur jagung aku bangun kini harus runtuh begitu saja.Egi dan Mela menganguk-angguk,. mereka merasa berempati atas kejadian yang telah menimpaku. "Gue nggak tahu, mungkin ini keputusan yang terbaik buat Lo Nay...tapi ada baiknya lo selidiki dulu, mungkin saja Mas Dimas itu tidak begitu orangnya,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 14

    Aku jadi berpikir sendiri, mengapa Mas Dimas seolah-olah seperti mengetahui aku menguntitnya. Kenapa dia tidak naik mobilnya? Jika aku menyadap ponselnya, bisa jadi Mas Dimas mengetahuinya, tapi kenapa dia tak marah padaku? ia terlihat santai saja dan tak pernah membahas hal itu padaku. Esok harinya sikap Mas Dimas biasa saja, dia tampak santai dan juga sangat tenang. Sikap Mas Dimas ini lah yang membuat aku jatuh cinta dulu, tenang dan juga berkharisma. Namun sikap tenang Mas Dimas ini, kini menjadi misteri. Ia bahkan seperti menghindar untuk ribut denganku. "Mas ada yang ingin aku tanyakan," ungkapku dingin. Aku juga sedang tak ingin ribut dan berharap Mas Dimas jujur jika dia mengatakan berselingkuh dariku. "Ada apa Nay?" tanyanya santai. "Em...kamu yakin masih mau bertahan denganku??" tanyaku. Ia menoleh padaku dan mengernyitkan dahinya. "Kamu kok ngomong gitu, seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu, bukan kamu," Ungkapnya sambil menatapku dengan tatapan hangat

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25

Bab terbaru

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 28

    Aku pulang ke rumah dengan hati yang sangat bahagia, bisa berbaikan dengan Mela adalah harapanku. Aku juga sama seperti Mela tak tahan lama-lama tidak mengobrol dengannya. Tiba-tiba saja aku ingat, jika aku punya gaun berwarna biru muda. Tapi sepertinya Mas Dimas tidak punya kemeja biru. Ada tidak ya? Gegas aku melajukan mobil pulang ke arah rumah dan menanti kepulangan Mas Dimas. Tak sabar ingin memberi tahu Mas dimas jika Mela dan Egi akan bertunangan nanti malam. Begitu tiba di rumah, ternyata mas Dimas sudah pulang, mobilnya sudah terparkir rapi di garasi.“Tumben dia pulang cepat, “ gumamku. Gegas aku turun dari mobil dan menemui Mas dimas. Ia sedang duduk di ruang keluarga sambil memijat kepalanya. “Mas..? ““Hey sayang kamu udah pulang?” Mas Dimas menyambut ku dengan kecupan di bibir. “Iya, tumben Mas pulang cepat, “ ungkapku. “Iya, kebetulan semua kerajaan udah selesai aku kerjakan dengan cepat tadi siang, “ jawab Mas Dimas. Wajahnya terlihat kusut dan juga seperti kele

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 27

    Hari berlalu, Egi dan Mela sudah tak pernah lagi datang ke rumahku. Sejak kejadian itu, Mela mungkin mengadukan hal ini pada Egi. Ia menyampaikan pada Egi, jika aku keberatan jika Egi selalu datang ke rumah ini. “Nay.. Kalian kenapa? Kok sekarang Mela sudah jarang datang ke rumah ini? “ tanya Mas Dimas saat menyadari Mela yang kini jarang datang ke rumah ini. “Apa nya yang kenapa? Aku dan Mela baik-baik saja kok. Mungkin Mela aja yang terlalu baperan,” ungkapku. “Kalau ada masalah lebih baik bicarakan baik-baik jangan seperti ini. Sampai Egi juga nggak pernah kemari lagi. Ada apa sih? “ selidik Mas Dimas lagi. "Nggak ada Mas, namanya sahabatan terkadang sering terjadi salah paham. Nanti juga baikan lagi kok, “ ucapku santai. Aku tak mungkin menceritakan apa yang telah terjadi di antara kami. “Egi juga nggak pernah datang ke sini lagi, emang ada apa sih? “ tanya Mas Dimas mengulang pertanyaannya. Aku melihat mata Mas Dimas, entah dia pura-pura bertanya atau memang benar-benar ta

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 26

    Aku meraih celana dalam berwarna maroon itu, tentu saja dengan tangan kiriku, takut nanti ternyata celana dalam itu adalah milik Egi. Apa lagi celana dalam bekas pakai. “Tapi, mirip punya Mas Dimas, aku hapal betul merk dan ukuran celananya, “ gumamku sambil memperhatikan celana yang ada di tangan kiri ku ini. Darahku berdesir saat mengingat jika kemungkinan Egi dan Mas Dimas semalam sempat melakukan... Gegas aku keluar dari kamar itu dan menemui Mas Dimas yang masih tidur di kamar. Dengan setelah berlari aku masuk ke kamar dan membangunkan Mas Dimas. “Mas? Mas? Bangun! “ ucapku sambil berdiri dengan menjinjing celana dalam berwarna maroon gelap itu. “Mas! Mas! Bangun! “ seruku. Mas Dimas menggeliat, ia membuka matanya sesaat, tapi kemudian ia tidur lagi. “Mas, ada yang ingin aku tanyakan, “ ucapku lagi sambil Menggoyang-goyangkan bahu Mas Dimas dengan kesal. “Apa sih sayang... Aku ngantuk banget, “ keluhnya sambil bangkit dari tidurnya dan mengucek matanya. “Ini punya siapa?

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 25

    Aku sudah berdamai dengan keadaan, walaupunMas Dimas yang tak bisa menjadi laki-laki perkasa. Sepertinya aku yang harus benar-benar menunggu Mas Dimas bisa sembuh. Ia sudah banyak berubah dan aku menghargai itu. Namun, beberapa hari kemudian Egi kembali bertandang ke rumahku di malam Sabtu. Katanya dia suntuk di rumah sendirian. Ia tak datang bersama Mela. Katanya Mela ada acara keluarga, jadi tak bisa menemani Egi. “Suntuk Naya... Aku bosan sendirian di rumah, Mela juga nggak bisa aku ajak keluar, katanya ada acara keluarga. Kebetulan Mas Dimas ngajak aku main game bola, ya kenapa aku tolak, “ ungkap Egi beralasan. Alhasil Mas Dimas dan juga Egi bermain game hingga larut malam. Aku segera berpamitan pada mereka dan tidur ke kamar. Membiarkan mereka berdua yang asik sekali bermain game. “Aku tidur duluan ya Mas, ngantuk, “ pamitku. “Ya, ya Nay. Kamu tidur duluan aja, ” Mas Dimas menjawab tanpa menoleh padaku. Karena matanya fokus ke

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 24

    Dan mereka ternyata sedang.... “Eh kalian! “ sapa Mas Dimas santai. Ia melanjutkan mencabut uban Egi yang ada di bagian depan kepalanya sambil berbincang-bincang. Hei, tadi apa yang aku lihat, tadi aku melihat adegan mereka sedang berciuman, kepala Mas Dimas bergerak ke kiri dan ke kanan. Benar, aku melihat mereka, tak seperti ini sedang berbincang-bincang. “Uban pacar kamu banyak juga ya Mel. Kamu nggak pernah nyabutin? “ tanya Mas Dimas sambil fokus mencari uban di kepala Egi, apa mereka seakrab inj sekarang?? Heran. “Enggak Mas, gue paling males kalau disuruh cabutin uban, Egi sering minta ke gue untuk nyabutin ubannya, “ jawab Mela.“Ini Gi, dapat satu lagi,” ucap Mas Dimas sambil memberikan satu helai uban ke tangan Egi. Aku masih bengong dan munhkin terlihat melongo di depan mereka berdua. Mas Dimas menghentikan aktifitasnya dan melihat ke arah kami berdua dengan raut wajah keheranan. “Kalian kenapa? Wajahnya tegang gitu? Bengong kayak sapi ompong, “ tanya Mas Dimas. Egi ter

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 23

    Mela tersenyum dan bangkit dari duduknya. "Aku tinggal dulu ya Yang.., " ucap Mela lembut. Aku mendorong bahu Mela, geli melihat mereka yang biasanya berumur elo-gue jadi sayang-sayangan. "Kamu ya Mel, kalau sama Egi aja pakai aku-kamu, sama aku Gue-Elo, udah sayang-sayang pula lagi sekarang, " ungkapku meledek Mela. "Ya iyalah namanya juga baru jadian, pasti deh mesra, iyakan ayang... " ucap Mela lagi manja.Egi hanya tersenyum sekilas saja. Sikap Egi memang agak dingin sebagai cowok, disitulah letak pesinanya. Begitu kata Mela padaku. Sedangkan Mela hanya cengar-cengir tak jelas. "Huu... dasar! " aku kembali mendorong tubuh Mela pelan, ia hanya tertawa tengil. Kemudian aku beralih pada Egi. “Egi kami tinggal dulu ya, nanti kalau Mas Dimas sudah selesai mandi, dia yang akan nemenin kamu, “ ungkapku pada Egi sebelum pergi ke dapur. “Iya, santai aja kali.” Aku tersenyum dan meninggalkan Egi dan pergi ke dapur untuk memasak bersama Mela. “Masak yang enak ya Nay! “ ser

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 22

    Bab 23 “Egi kenapa? “ tanyaku penasaran. “Egi menerima cinta gue Nay... “ Seru Mela di seberang sana. “Oh ya? Aku turut senang mendengarnya, jadi kalian memutuskan untuk jadian? “ tanyaku sambil tersenyum. “Iya, Egi bilang ingin menjalin hubungan dengan gue, istilahnya kayak penjajakan dulu gitu Nay,” Ucap Melalui di sebarang sana. Dia terdengar begitu bahagia. “Oh gitu, semoga langgeng ya... “ “Oke, makasih ya Nay, gue bahagia banget.. “ Ucap Mela sambil tertawa kecil. Ia mengakhiri pembicaraan setelah berbasa basi sejenak. Aku kembali menemui Mas Dimas sambil tersenyum, aku ikut bahagia karena Mela sahabatku menemui cinta sejatinya. Cuma ada yang aneh, dari gerak gerik Egi yang aku lihat ia sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda jika Egi menyukai Mela. Tapi.. Entahlah hati orang siapa yang tahu, apa lagi kalau laki-laki, susah ditebak. “Telepon dari siapa Nay? “ tanya Mas Dimas. “Mela, dia baru aja jadian, “ jawabku sambil tak henti-hentinya bibir ini mena

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 21

    Aku pulang lebih dulu, sehingga aku tak bertemu dengan Mela lagi, entah bagiamana nasib Mela setelah bicara dengan Egi tadi. Apa mereka jadian ya?? Atau malah Mela ditolak oleh Egi. Namun aku enggan untuk bertanya pada Mela. Begitu tiba di rumah aku kaget saat tiba-tiba Mas Dimas memberikan aku sebuket bunga mawar merah. Sebenarnya Mas Dimas sangat romantis, namun sayang Mas Dimas tak bisa mencintaiku. Ia lebih cinta pada pacar laki-lakinya itu daripada aku sebagai istrinya. "Ini Bunga untukmu," ucapnya sambil mengulurkan buket bunga mawar itu padaku. Aku menerimanya dengan ekspresi wajah datar. "Untuk apa ini?" tanyaku. "Untuk istri aku dong.." Aku tersenyum sekilas dan meletakkan bunga mawar merah itu di atas nakas. Tanpa mengatakan apa pun. Terserah dia mau mengatakan aku tak menghargai pemberian darinya. "Naya...nanti ikut aku ya, ada yang ingin aku tunjukkan padamu," ungkapnya tanpa merasa bersalah ia telah melukai hatiku. "Kemana?" Tanyaku datar, sambil mengganti paka

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 20

    Mas Dimas dan aku saling tatap, ada suasana tegang saat ini, aku meminta Mas Dimas meninggalkan laki-laki itu. Namun aku melihat dari mata Mas Dimas ia agak ragu. Seperti apa laki -laki itu, hingga Mas Dimas seperti tak rela melepaskannya. Mengapa ada manusia yang tak bersyukur dan menyalahi kodrat Tuhan, padahal Mas Dimas adalah orang yang mengerti agama. "Akan aku usahakan Nay, namun beri aku waktu, aku akan bertanggung jawab penuh padamu, nanti aku akan membelikan kamu sebuah rumah, untuk kita tinggal berdua," ungkapnya. "Bukan tanggung jawab saja yang aku butuhkan Mas, aku juga butuh teladan dan aku butuh kamu cintai," ungkapku dengan nafas memburu. "Ya aku tahu Nay. Tapi seperti yang aku bilang tadi, aku akan belajar mencintaimu, pelan-pelan. Beri aku waktu," ucap Mas Dimas lagi. "Sampai kapan? Sampai kapan aku akan memberi mu waktu??" tanyaku dengan tatapan tajam. "Entahlah Nay, tapi aku aja berusaha," ungkap Mas Dimas bersungguh-sungguh. Aku memalingkan wajahku dariny

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status