Share

Bab 14

Author: yanticeudah
last update Last Updated: 2025-01-25 17:21:01
Aku jadi berpikir sendiri, mengapa Mas Dimas seolah-olah seperti mengetahui aku menguntitnya. Kenapa dia tidak naik mobilnya? Jika aku menyadap ponselnya, bisa jadi Mas Dimas mengetahuinya, tapi kenapa dia tak marah padaku? ia terlihat santai saja dan tak pernah membahas hal itu padaku.

Esok harinya sikap Mas Dimas biasa saja, dia tampak santai dan juga sangat tenang. Sikap Mas Dimas ini lah yang membuat aku jatuh cinta dulu, tenang dan juga berkharisma.

Namun sikap tenang Mas Dimas ini, kini menjadi misteri. Ia bahkan seperti menghindar untuk ribut denganku.

"Mas ada yang ingin aku tanyakan," ungkapku dingin. Aku juga sedang tak ingin ribut dan berharap Mas Dimas jujur jika dia mengatakan berselingkuh dariku.

"Ada apa Nay?" tanyanya santai.

"Em...kamu yakin masih mau bertahan denganku??" tanyaku. Ia menoleh padaku dan mengernyitkan dahinya.

"Kamu kok ngomong gitu, seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu, bukan kamu," Ungkapnya sambil menatapku dengan tatapan hangat
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 15

    Abah yang dari tadi hanya diam melihat ke arah Mas Dimas, begitu juga dengan ibu dan kedua adiknya. Aku harap mereka paham arah pembicaraan ku kemana. "Tapi banyak juga perempuan yang rahimnya nggak subur sehingga susah mendapatkan momongan Ay," ucap Mas Dimas. "Iya, tapi kalau suaminya memang nggak niatan punya anak dan tidak mau ikut program hamil dengan sang istri, apa istri juga yang harus disalahkan? terkadang pasangan suami istri itu tak bisa punya anak bukan karena istrinya yang nggak subur, tapi karena suaminya yang nggak bisa kasih keturunan," Ucapku dengan dengan emosi yang agak aku tahan. Semua orang menatapku, aku sudah tak sanggup lagi disalahkan seperti ini, biar orang tua Mas Dimas tahu jika anaknya yang tak mau punya anak. "Nay...? Sayang..." Ucap Mas Dimas sambil menggeleng. Ia takut rahasianya terbongkar, tapi aku memberi tahu kedua orang tuanya kali ini. "Eh, eh kalian kenapa? Ada apa?" tanya Ibu dengan raut wajah bingung. "Nay plis ..jangan.." Ucap Mas Dima

    Last Updated : 2025-01-26
  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 16

    Hari berlalu pernikahan kami masih seperti biasa hambar tanpa rasa, dingin tanpa ada kehangatan. Katanya Mas Dimas telah menjalani pengobatan, ia juga memperlihatkan beberapa obat yang harus ia minum padaku. Entah karena dipaksa orang tuanya Mas Dimas sudah mau pergi berobat atau karena kesadaran dari dirinya. Aku juga tidak tahu. Aku juga tak tahu apa dia benar-benar pergi berobat atau hanya kedok saja. Sampai sekarang rahasia ini masih aku simpan baik-baik di depan kedua orang tuaku. "Alhamdulillah kalau kamu udah mau berobat Mas, namanya juga kita ikhtiar, siapa tahu bisa sembuh," ungkapku. "Ya aku juga berharap begitu, makanya tolong jangan cerita sana sini, ini kan aib suami kamu," ucap Mas Dimas. Di satu sisi mungkin aku salah, namun di sisi lain, aku juga butuh teman curhat untuk menceritakan apa yang aku rasakan. "Dan satu lagi tak ada yang perlu kamu khawatirkan tentang aku, aku tidak selingkuh dengan wanita lain, bagaimana aku bisa selingkuh sedangkan si Jhony-ku saj

    Last Updated : 2025-01-28
  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 17

    "Ayo kita ikuti mereka," ucap Mela sambil menarik tanganku. Ia memberikan aku sebuah masker dan kaca mata hitam agar aku mengenakannya. Mela menutup kepalanya dengan syal yang entah dari mana dia temukan. Kami berjalan berjingkat-jingkat mengikuti Ma Dimas dan teman lelakinya itu.Begitu sampai di lobby ternyata mereka sedang berdiri di meja resepsionis sepertinya sedang chek in.'kita tunggu di sini aja Nay..," ucap Mela. Aku melihat Mela dengan cekatan mengambil gambar Mas Dimas."Sebagai bukti Nay," ucap Mela. Aku mengangguk, aku malah lupa untuk mengambil foto Mas Dimas. Aku masih sulit untuk mencerna semua ini, dari awal mas Dimas mengaku pergi ke luar kota untuk meninjau beberapa proyek yang sedang ia kerjakan. Kemudian tiba-tiba sekarang dia ada di sini, chek ini di hotel dengan seorang laki-laki yang tidak aku kenal."Cowok itu siapa ya Nay?" Tanya Mela. Aku tak menyahut karena aku juga tak mengenal cowok berjaket dan mengenakan topi itu, bahkan cowok itu mengenakan masker w

    Last Updated : 2025-01-31
  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 18

    Aku tak bisa tidur hingga larut malam, Mela yang dari tadi setia menemani aku akhirnya tumbang juga. Aku tak lagi menggangu Mela, kasihan dari tadi dia mendengar keluh kesah ku yang tiada henti Aku bangkit dan mengambil ponselku, ingin rasanya aku menghubungi Mas Dimas dan menyampaikan segala kekecewaan ini padanya. Namun, entah mengapa aku tak ada kata-kata yang bisa aku ungkapkan. Aku begitu shock saat mengetahui kebenaran ini. Bahkan saat dia menghubungiku pun aku tak menjawab telepon darinya Aku bangun dan berwudhu, rasanya sudah lama aku tak bersimpuh di sepertiga malam seperti ini, mengadukan semua keluhan dan masalah hidupku pada Rabb-ku. Tempat paling nyaman untuk mengadu dan juga berserah, aku serahkan semuanya pada-Mu Tuhan, jika Mas Dimas tetap memilih jalan hidupnya, aku akan mundur walaupun rasa cinta pada Mas Dimas begitu besar. Esok harinya, seluruh tubuhku rasanya sakit semua, kepalaku pusing dan tubuhku sangat lemah. Semalaman sampai pagi aku tak bisa tidu

    Last Updated : 2025-02-01
  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 19

    Aku menatap Mas Dimas dengan tatapan yang agak tajam, raut wajah Mas Dimas terlihat bingung melihat aku begitu serius malam ini."Ada yang ingin aku bicarakan, Mas," ungkapku membuka suara. Mas Dimas memperbaiki duduknya dan menatapku dengan serius namun masih terlihat santai."Soal apa sayang ...kayaknya serius banget," ungkapnya."Mas benar-benar ke luar kota kemarin?" Tanyaku menyelidik."Ya tentu, aku kan udah bilang aku keluar kota bareng Rendy, meninjau proyek yang hampir rampung dikerjakan, takutnya ada salah," jawabnya panjang lebar."Jangan bohong, sekali ini tolong jujur padaku," ucapku dengan tenang. Ia menarik nafas panjang lalu menatapku, raut wajah yang semula tenang berubah menjadi kesal."Aku itu kerja Naya ..kerja untuk masa depan kita nanti, untuk kita, kenapa kamu selalu mencurigai aku? Aku capek baru saja pulang dari luar kota, bukannya disambut dengan baik, malah ditanya ini dan itu," ucap Mas Dimas dengan nada agak tinggi. "Oh ya?" Aku tersenyum sinis. Ia melih

    Last Updated : 2025-02-03
  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 20

    Mas Dimas dan aku saling tatap, ada suasana tegang saat ini, aku meminta Mas Dimas meninggalkan laki-laki itu. Namun aku melihat dari mata Mas Dimas ia agak ragu. Seperti apa laki -laki itu, hingga Mas Dimas seperti tak rela melepaskannya. Mengapa ada manusia yang tak bersyukur dan menyalahi kodrat Tuhan, padahal Mas Dimas adalah orang yang mengerti agama. "Akan aku usahakan Nay, namun beri aku waktu, aku akan bertanggung jawab penuh padamu, nanti aku akan membelikan kamu sebuah rumah, untuk kita tinggal berdua," ungkapnya. "Bukan tanggung jawab saja yang aku butuhkan Mas, aku juga butuh teladan dan aku butuh kamu cintai," ungkapku dengan nafas memburu. "Ya aku tahu Nay. Tapi seperti yang aku bilang tadi, aku akan belajar mencintaimu, pelan-pelan. Beri aku waktu," ucap Mas Dimas lagi. "Sampai kapan? Sampai kapan aku akan memberi mu waktu??" tanyaku dengan tatapan tajam. "Entahlah Nay, tapi aku aja berusaha," ungkap Mas Dimas bersungguh-sungguh. Aku memalingkan wajahku dariny

    Last Updated : 2025-02-04
  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 21

    Aku pulang lebih dulu, sehingga aku tak bertemu dengan Mela lagi, entah bagiamana nasib Mela setelah bicara dengan Egi tadi. Apa mereka jadian ya?? Atau malah Mela ditolak oleh Egi. Namun aku enggan untuk bertanya pada Mela. Begitu tiba di rumah aku kaget saat tiba-tiba Mas Dimas memberikan aku sebuket bunga mawar merah. Sebenarnya Mas Dimas sangat romantis, namun sayang Mas Dimas tak bisa mencintaiku. Ia lebih cinta pada pacar laki-lakinya itu daripada aku sebagai istrinya. "Ini Bunga untukmu," ucapnya sambil mengulurkan buket bunga mawar itu padaku. Aku menerimanya dengan ekspresi wajah datar. "Untuk apa ini?" tanyaku. "Untuk istri aku dong.." Aku tersenyum sekilas dan meletakkan bunga mawar merah itu di atas nakas. Tanpa mengatakan apa pun. Terserah dia mau mengatakan aku tak menghargai pemberian darinya. "Naya...nanti ikut aku ya, ada yang ingin aku tunjukkan padamu," ungkapnya tanpa merasa bersalah ia telah melukai hatiku. "Kemana?" Tanyaku datar, sambil mengganti paka

    Last Updated : 2025-02-06
  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 22

    Bab 23 “Egi kenapa? “ tanyaku penasaran. “Egi menerima cinta gue Nay... “ Seru Mela di seberang sana. “Oh ya? Aku turut senang mendengarnya, jadi kalian memutuskan untuk jadian? “ tanyaku sambil tersenyum. “Iya, Egi bilang ingin menjalin hubungan dengan gue, istilahnya kayak penjajakan dulu gitu Nay,” Ucap Melalui di sebarang sana. Dia terdengar begitu bahagia. “Oh gitu, semoga langgeng ya... “ “Oke, makasih ya Nay, gue bahagia banget.. “ Ucap Mela sambil tertawa kecil. Ia mengakhiri pembicaraan setelah berbasa basi sejenak. Aku kembali menemui Mas Dimas sambil tersenyum, aku ikut bahagia karena Mela sahabatku menemui cinta sejatinya. Cuma ada yang aneh, dari gerak gerik Egi yang aku lihat ia sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda jika Egi menyukai Mela. Tapi.. Entahlah hati orang siapa yang tahu, apa lagi kalau laki-laki, susah ditebak. “Telepon dari siapa Nay? “ tanya Mas Dimas. “Mela, dia baru aja jadian, “ jawabku sambil tak henti-hentinya bibir ini mena

    Last Updated : 2025-02-09

Latest chapter

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 55

    Ah.. Mungkinkah pria itu adalah... Tapi tak mungkin, ia sangat rapi dan tak ada kumis maupun jambang di bagian wajahnya. Ia juga tak memakai pakaian preman nya saat setiap kali bertemu denganku. Entah kenapa tiba-tiba aku ingat pada Barra. Sudah begitu lama aku tak mendengar kabar dari Barra. Apa lagi bertemu dengan nya secara langsung. Tak mungkin Barra tiba-tiba bisa berubah Sedrastis itu. Pak Wijaya berdiri dengan tegap di tengah-tengah para karyawan dan juga orang-orang kepercayaannya yang ada di sekitarnya. Ia masih tampak gagah walau pun umurnya sudah tak lagi muda. “Selamat pagi. Senang bisa bertemu dengan kalian semua. Terima kasih karena kalian semua telah mendedikasikan diri kalian di perusahaan Wijaya grup. Saya menghargai kerja keras kalian.” “Selamat datang untuk karyawan baru yang telah bergabung di tahun ini, berikan yang terbaik untuk perusahaan ini. “ Aku mendengar kan pidato dan arahan ketua Wijaya grup ini dengan saksama. Ia begitu berwibawa saat bicara di depan

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 54

    Pagi ini, aku terbangun dengan perasaan yang lebih ringan. Cahaya matahari yang masuk melalui jendela kamar aku membuatku merasa lebih hidup dan merasakan hangatnya sinar mentari. Aku meregangkan tubuhku dan mengambil napas dalam-dalam, merasakan udara segar yang masuk ke dalam paru-paruku.Aku melihat sekeliling kamar dan merasa bersyukur atas semua yang aku miliki. Kamar yang sederhana namun nyaman, tempat tidur yang empuk, dan jendela yang menghadap ke taman yang hijau. Aku juga bersyukur bisa berkumpul lagu dengan kedua orang tuaku, walaupun aku harus berpisah dengan pasangan hidupku. Semua ini membuatku merasa lebih baik dan lebih bersemangat untuk menghadapi hari ini. Dari pada saat bersama Mas Dimas, hidup dengan orang yang tak pernah mau menghargai aku. Aku turun dari tempat tidur dan berjalan ke jendela. Aku membuka jendela dan merasakan angin pagi yang sejuk. Aku jadi ingat masa kecil dulu, aku belum berani tidur sendirian karena takut ada yang mengintip dari jendela, mam

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 53

    Masih teringat tragedi aku terjatuh di depan lift di kantor Wijaya group. Itu adalah pengalaman yang sangat memalukan bagiku. Rasanya aku tidak ingin muncul lagi di sana. Namun takdir berkata lain, aku malah dipanggil untuk wawancara kerja. Sebuah email masuk dari perusahaan Wijaya Group jika lusa dipanggil untuk wawancara kerja. "Padahal aku nggak berharap lho Bu, rasanya perusahaan itu nggak cocok deh sama aku,“ ungkapku memberi alasan. “Semua orang berharap bisa bekerja di perusahaan itu, kamu malah nggak mau, aneh. “ Tiba-tiba Mama seperti mengingat sesuatu. “Kamu malu kan karena pernah terjatuh di depan lift itu ya... “Aku tertawa. “Iya Ma, rasanya memalukan sekali, Ma.”“Ah, palingan orang udah lupa sama wajah kamu, ini kesempatan kamu bisa bekerja di perusahaan besar Naya. Ini adalah kesempatan emas untukmu, “ ucap Mama memberikan semangat padaku. Hari ini aku sudah berpakaian rapi, make up tipis-tipis, dan setelan hitam putih, dan jilbab senada. Setelah perceraian denga

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 52

    Lift berhenti di lantai tiga, aku segera keluar dari lift tersebut, sedangkan dua orang yang aku pikir mungkin adalah keluarga dari Wijaya group itu melanjutkan naik ke lantai selanjutnya. Mungkin ke ruangan pemimpin perusahaan ini. Aku segera menuju ruangan HRD, menemui Mbak Anya sesuai arahan dari resepsionis di lantai dasar tadi. “Saya mau melamar pekerjaan, katanya ada lowongan kerja di sini?? “ tanyaku begitu bertemu dengan Mbak Anya. "Benar Mbak, Mbak bawa persyaratannya?? “ tanya balik. “Iya, ada. “ Aku menyerahkan beberapa berkas lamaran padanya. Ia menerima nya dan sesekali memerhatikan dengan aku seksama. “Tahu dari siapa ada lowongan pekerjaan di sini? “ tanya wanita itu. “Dari Papa, beliau mendapatkan informasi dari temannya, “ jawabku. Ia hanya tersenyum tipis, apa dia ingin menanyakan aku dapat rekomendasi dari siapa lagi. Sepertinya perusahaan ini sudah tak baik-baik saja. Aku juga tak terlalu berharap untuk bekerja di sini. “Baik lamaran Anda kami terima.

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 51

    Aku duduk di teras rumah, menatap ke arah matahari yang terbenam di ufuk barat. Aku merasa lega dan ringan, seperti beban yang telah lama memikulku akhirnya terangkat. Semua sudah berakhir. Perceraianku dengan Mas Dimas telah selesai, dan aku akhirnya bisa melanjutkan hidupku tanpa bayang-bayang masa lalu yang menyakitkan. Dan yang paling menggembirakan adalah permohonanku pada pengadilan untuk pembatalan pernikahan diterima jadi statusku di KTP masih belum menikah. Aku mengambil napas dalam-dalam, merasakan udara yang segar dan bebas. Aku merasa seperti aku bisa bernapas lagi, seperti aku bisa hidup lagi. Aku memandang ke sekeliling, melihat rumah yang telah menjadi saksi bisu atas semua yang telah terjadi. Aku merasa sedikit nostalgia, tapi aku tahu bahwa aku harus melanjutkan hidupku. Aku berdiri, merentangkan tangan dan menghadap ke arah matahari yang terbenam. Aku merasa seperti aku bisa memulai lagi, seperti aku bisa menjadi diri sendiri lagi. “Selamat tinggal, masa

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 50

    “Naya?? “ panggil Mas Dimas, membuat aku menoleh padanya. “Ya? “ Ia tertawa getir dan menatapku dengan mata berkaca-kaca. “Entah ucapan apa yang tepat aku katakan padamu, mengucapkan selamat karena kita telah bercerai atau apa, aku ngak tahu, “ ucapnya sambil tertawa kecil. “Terima kasih atas semua yang telah kamu berikan Mas, baik itu kasih sayang walaupun hanya sekejap, uang, kemewahan, juga luka yang sempat kau torehkan. Aku lega akhirnya aku bisa bercerai denganmu, walaupun sebenarnya jauh di lubuk hatiku, aku masih mencintai kamu, Mas, “ ucapku dengan perasaan yang campur aduk, seolah kata-kata ini keluar dari hati. Aku hanya tak ingin lagi bersitegang dengan Mas Dimas di saat terakhir begini. Tak ku pungkiri ada rasa sedih di hati ini, namun ini adalah jalan takdir yang harus aku pilih. “Boleh aku memelukmu untuk terakhir kalinya? “ Pinta Mas Dimas dengan suara serak. Aku tersenyum dan mengangguk. Mas Dimas memelukku erat dan mengusap punggungku lembut. “Maafkan aku

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 49

    ~Ruangan persidangan~ Aku duduk di ruang sidang, menunggu kedatangan ibu mertuaku. Sebentar lagi sidang akan segera dimulai. Sebelum itu Barra sudah memberikan keterangan sebagai saksi, jika hubungan kami hanya sekedar kenalan biasa. Itu pun karena Barra menemukan dompetku. Aku menunggu ibu mertuaku, yang juga akan menjadi saksi dalam sidang ini. Aku tahu bahwa ibu mertuaku akan menyatakan bahwa Mas Dimas adalah seorang gay dan Mas Dimas tetap pada pendirian nya. Waktu itu, ibu ragu untuk datang ke persidangan ini karena ia malah memihak padaku, bukan pada anaknya. Bagaimana perasaan Mas Dimas jika ia tahu ibu datang untukku, bukan untuknya. Beberapa saat kemudian ibu tiba bersama Dela dan Dira. Mas Dimas agak kaget saat melihat keluarga nya datang. Ia sampai berdiri dan langsung menemui ibu. Aku juga menghampiri ibu dan mengalaminya. “Alhamdulillah.. Ibu hadir, do’akan Bu, agar Naya dan aku tak jadi bercerai, “ ucap Mas Dimas sambil melirikku. Ibu tak memberikan tanggapan

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 48

    “Bara?! “ gumamku. Si preman itu datang dengan gaya khas pakaiannya. Ia berdiri di sampingku sambil menatap sang Hakim. “Untuk menghadirkan saksi, penggugat harus melaporkan sebelum sudang di mulai minggu depan. Untuk hari ini sidang ditutup! “ pak Hakim mengetuk palu dan meninggalkan ruangan sidang. Sidang hari ini pun berakhir. Aku menatap tajam Mas Dimas yang ada di sampingku. Apa yang diinginkan Mas Dimas, padahal dia tak ingin bercerai? Tapi mengapa dia memfitnah ku?? “Mau apa sih Mas? Ingin merusak nama baikku, agar nama kita sama-sama jelek di mata orang iya? “ Mbak Rere memegang bahuku, begitu juga dengan Mama ikut menenangkan aku. Tapi kesabaranku terhadap Mas Dimas sudah tak bisa aku tahan lagi. “Sebelum palu diketuk oleh Hakim, kamu masih istri aku Naya! Bisa-bisanya kamu menemui preman itu!” “Mas, aku ketemu dia hanya sekedar makan saja, sama saat aku bertemu dengan Egi, kamu nggak pernah marah! Kenapa kamu malah memfitnah aku yang bukan-bukan?!“ “Fitnah katamu

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 47

    Aku kini berada di ruangan sidang, mengambil nafas berkali-kali agar tak gugup. Saat berada di kursi ini rasanya aku tak bisa bernafas dengan benar. Jantungku berdetak lebih cepat tak berirama. Tapi aku masih berusaha untuk tenang. Mama masih setia menemaniku untuk menghadiri sidang. Dialah yang selalu setia menyemangati anak satu-satunya. Karena Mama aku bisa berdiri di sini, menghadapi proses sidang yang melelahkan ini. “Kamu bisa Naya.. Kamu bisa, setelah ini kamu akan hidup lebih baik lagi, mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, hidup tenang bersama Mama dan Papa, “ ucap Mama. “Nanti suatu saat Allah akan beri ganti yang lebih baik, “ ucap Mama. Aku terhenyak saat tiba-tiba Mas Dimas melangkah masuk ke ruang sidang, ternyata dia hadir. Entah apa yang ia rencanakan, aku tak tahu. Apakah mungkin dia akan menceraikan aku tanpa mempersulit prosesnya? Mustahil. Mas Dimas duduk di samping ku dan menyapaku dengan senyuman nya. Aku hanya menganggukkan kepala saja. Pak Hakim mulai

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status