Chapter: Bab 54Pagi ini, aku terbangun dengan perasaan yang lebih ringan. Cahaya matahari yang masuk melalui jendela kamar aku membuatku merasa lebih hidup dan merasakan hangatnya sinar mentari. Aku meregangkan tubuhku dan mengambil napas dalam-dalam, merasakan udara segar yang masuk ke dalam paru-paruku.Aku melihat sekeliling kamar dan merasa bersyukur atas semua yang aku miliki. Kamar yang sederhana namun nyaman, tempat tidur yang empuk, dan jendela yang menghadap ke taman yang hijau. Aku juga bersyukur bisa berkumpul lagu dengan kedua orang tuaku, walaupun aku harus berpisah dengan pasangan hidupku. Semua ini membuatku merasa lebih baik dan lebih bersemangat untuk menghadapi hari ini. Dari pada saat bersama Mas Dimas, hidup dengan orang yang tak pernah mau menghargai aku. Aku turun dari tempat tidur dan berjalan ke jendela. Aku membuka jendela dan merasakan angin pagi yang sejuk. Aku jadi ingat masa kecil dulu, aku belum berani tidur sendirian karena takut ada yang mengintip dari jendela, mam
Last Updated: 2025-03-24
Chapter: Bab 53Masih teringat tragedi aku terjatuh di depan lift di kantor Wijaya group. Itu adalah pengalaman yang sangat memalukan bagiku. Rasanya aku tidak ingin muncul lagi di sana. Namun takdir berkata lain, aku malah dipanggil untuk wawancara kerja. Sebuah email masuk dari perusahaan Wijaya Group jika lusa dipanggil untuk wawancara kerja. "Padahal aku nggak berharap lho Bu, rasanya perusahaan itu nggak cocok deh sama aku,“ ungkapku memberi alasan. “Semua orang berharap bisa bekerja di perusahaan itu, kamu malah nggak mau, aneh. “ Tiba-tiba Mama seperti mengingat sesuatu. “Kamu malu kan karena pernah terjatuh di depan lift itu ya... “Aku tertawa. “Iya Ma, rasanya memalukan sekali, Ma.”“Ah, palingan orang udah lupa sama wajah kamu, ini kesempatan kamu bisa bekerja di perusahaan besar Naya. Ini adalah kesempatan emas untukmu, “ ucap Mama memberikan semangat padaku. Hari ini aku sudah berpakaian rapi, make up tipis-tipis, dan setelan hitam putih, dan jilbab senada. Setelah perceraian denga
Last Updated: 2025-03-23
Chapter: Bab 52Lift berhenti di lantai tiga, aku segera keluar dari lift tersebut, sedangkan dua orang yang aku pikir mungkin adalah keluarga dari Wijaya group itu melanjutkan naik ke lantai selanjutnya. Mungkin ke ruangan pemimpin perusahaan ini. Aku segera menuju ruangan HRD, menemui Mbak Anya sesuai arahan dari resepsionis di lantai dasar tadi. “Saya mau melamar pekerjaan, katanya ada lowongan kerja di sini?? “ tanyaku begitu bertemu dengan Mbak Anya. "Benar Mbak, Mbak bawa persyaratannya?? “ tanya balik. “Iya, ada. “ Aku menyerahkan beberapa berkas lamaran padanya. Ia menerima nya dan sesekali memerhatikan dengan aku seksama. “Tahu dari siapa ada lowongan pekerjaan di sini? “ tanya wanita itu. “Dari Papa, beliau mendapatkan informasi dari temannya, “ jawabku. Ia hanya tersenyum tipis, apa dia ingin menanyakan aku dapat rekomendasi dari siapa lagi. Sepertinya perusahaan ini sudah tak baik-baik saja. Aku juga tak terlalu berharap untuk bekerja di sini. “Baik lamaran Anda kami terima.
Last Updated: 2025-03-22
Chapter: Bab 51Aku duduk di teras rumah, menatap ke arah matahari yang terbenam di ufuk barat. Aku merasa lega dan ringan, seperti beban yang telah lama memikulku akhirnya terangkat. Semua sudah berakhir. Perceraianku dengan Mas Dimas telah selesai, dan aku akhirnya bisa melanjutkan hidupku tanpa bayang-bayang masa lalu yang menyakitkan. Dan yang paling menggembirakan adalah permohonanku pada pengadilan untuk pembatalan pernikahan diterima jadi statusku di KTP masih belum menikah. Aku mengambil napas dalam-dalam, merasakan udara yang segar dan bebas. Aku merasa seperti aku bisa bernapas lagi, seperti aku bisa hidup lagi. Aku memandang ke sekeliling, melihat rumah yang telah menjadi saksi bisu atas semua yang telah terjadi. Aku merasa sedikit nostalgia, tapi aku tahu bahwa aku harus melanjutkan hidupku. Aku berdiri, merentangkan tangan dan menghadap ke arah matahari yang terbenam. Aku merasa seperti aku bisa memulai lagi, seperti aku bisa menjadi diri sendiri lagi. “Selamat tinggal, masa
Last Updated: 2025-03-21
Chapter: Bab 50“Naya?? “ panggil Mas Dimas, membuat aku menoleh padanya. “Ya? “ Ia tertawa getir dan menatapku dengan mata berkaca-kaca. “Entah ucapan apa yang tepat aku katakan padamu, mengucapkan selamat karena kita telah bercerai atau apa, aku ngak tahu, “ ucapnya sambil tertawa kecil. “Terima kasih atas semua yang telah kamu berikan Mas, baik itu kasih sayang walaupun hanya sekejap, uang, kemewahan, juga luka yang sempat kau torehkan. Aku lega akhirnya aku bisa bercerai denganmu, walaupun sebenarnya jauh di lubuk hatiku, aku masih mencintai kamu, Mas, “ ucapku dengan perasaan yang campur aduk, seolah kata-kata ini keluar dari hati. Aku hanya tak ingin lagi bersitegang dengan Mas Dimas di saat terakhir begini. Tak ku pungkiri ada rasa sedih di hati ini, namun ini adalah jalan takdir yang harus aku pilih. “Boleh aku memelukmu untuk terakhir kalinya? “ Pinta Mas Dimas dengan suara serak. Aku tersenyum dan mengangguk. Mas Dimas memelukku erat dan mengusap punggungku lembut. “Maafkan aku
Last Updated: 2025-03-20
Chapter: Bab 49~Ruangan persidangan~ Aku duduk di ruang sidang, menunggu kedatangan ibu mertuaku. Sebentar lagi sidang akan segera dimulai. Sebelum itu Barra sudah memberikan keterangan sebagai saksi, jika hubungan kami hanya sekedar kenalan biasa. Itu pun karena Barra menemukan dompetku. Aku menunggu ibu mertuaku, yang juga akan menjadi saksi dalam sidang ini. Aku tahu bahwa ibu mertuaku akan menyatakan bahwa Mas Dimas adalah seorang gay dan Mas Dimas tetap pada pendirian nya. Waktu itu, ibu ragu untuk datang ke persidangan ini karena ia malah memihak padaku, bukan pada anaknya. Bagaimana perasaan Mas Dimas jika ia tahu ibu datang untukku, bukan untuknya. Beberapa saat kemudian ibu tiba bersama Dela dan Dira. Mas Dimas agak kaget saat melihat keluarga nya datang. Ia sampai berdiri dan langsung menemui ibu. Aku juga menghampiri ibu dan mengalaminya. “Alhamdulillah.. Ibu hadir, do’akan Bu, agar Naya dan aku tak jadi bercerai, “ ucap Mas Dimas sambil melirikku. Ibu tak memberikan tanggapan
Last Updated: 2025-03-19
Chapter: Bab 214Esok harinya kami mengadakan resepsi di sebuah gedung, resepsi hanya dilakukan sekali saja, aku tak terlalu suka yang ribet-ribet jadinya cukup satu kali undangannya dari kedua belah pihak. Pihak Zahra mengatakan tak mampu membuat acara di rumahnya lagian membuang-buang uang saja, jadi kamu memutuskan melakukan satu kali acara. Resepsi digelar meriah banyak sanak keluarga yang hadir, termasuk ibu Rania yang kemarin sudah berada di rumahku. Ia begitu bahagia melihat aku bersanding dengan Zahra, begitu juga Ayah dan Ibu ada keharuan di wajah mereka, melepas anak semata wayang mereka. Saat sedang berdiri di pelaminan, Dirga membisikkan sesuatu ke telingaku. "Ka, kamu tahu, kemarin polisi berhasil menangkap Clarissa, dalang yang menular kita dulu," bisiknya. "Oh ya?" Dirga mengangguk. "Dia pulang ke Indonesia, entah dari mana informasi yang polisi dapatkan, akhirnya dia tertangkap juga," ucap Dirga. "Alhamdulillah, biarkan dia mendapatkan hukuman atas apa yang dia lakukan,"
Last Updated: 2024-06-25
Chapter: Bab 213Kabar hubunganku dengan Zahra tersebar ke seluruh kantor, mereka tak menyangka akhirnya aku dan Zahra bisa berjodoh, mereka langsung mencari tahu pada Dirga dan juga Zahra. Tak butuh waktu lama akhirnya Zahra menerima perjodohan ini dan aku akan melamar Zahra dalam waktu dekat ini.Bisik-bisik di kantor pun mulai terdengar, mereka tak menyangka jika akhirnya aku memilih Zahra yang sederhana. Tak sengaja aku mendengar percakapan karyawanku yang sedang berdiri di dekat depan kantorku."Aku nggak nyangka lho, kok bisa Pak Raka jatuh cinta sama Zahra yang hidupnya sederhana dan juga gayanya biasa saja." Terdengar suara seorang karyawan perempuan yang sepertinya kurang suka dengan aku memilih Zahra."Iya, aku juga heran, masak CEO seleranya cuma begitu, nggak berkelas banget nggak sih." Aku geram dan juga ingin marah dan melabrak mereka tapi saat aku hendak melangkah menghampiri mereka. "Kalian nggak boleh gitu, memandang orang lain dari luarnya saja, walaupun Zahra itu sederhana tapi di
Last Updated: 2024-06-22
Chapter: Bab 212“Zahra?” gumamku sambil terus menatap gadis yang dari tadi menunduk kini malah melotot padaku. Matanya membeliak, seolah-olah hendak keluar dari kelopak matanya. Aku juga ikut membeliakkan mataku, tak kalah terkejutnya seperti yang Zahra rasakan. “Pak Raka?” ucap Zahra. Kulihat ibu dan yang lain menatap heran pada kami berdua, ternyata yang akan dijodohkan saling mengenal. Aku juga tak sempat bertanya pada ibu siapa nama wanita yang akan dijodohkan denganku. “Kalian saling kenal?” tanya Tante Sukma. Zahra mengangguk. Kemudian aku menjelaskan karena melihat raut wajah mereka yang bingung. “Zahra adalah karyawan aku di kantor, ia juga teman SMA-ku,” jawabku. “Berarti kalian sudah saling kenal dong,” ucap Tante Sukma. Aku mengangguk hampir bersamaan dengan Zahra. “Wah, wah, menarik ni, jadi ngapain dikenalin lagi ya kan Jeng Nisa, ternyata anaknya saling kenal, tinggal nanyak ke mereka saja, apa kalian cocok satu sama lain,” ucap Tante Sukma. “Benar Jeng, aku nggak nyangka t
Last Updated: 2024-06-07
Chapter: Bab 211Malam ini aku masih tiduran di kamarku, sebenarnya malam ini aku dan ibu akan berkunjung ke rumah gadis yang akan dijodohkan oleh Ibu, gadis itu adalah anak dari temannya dari temennya ibuku, Tante Sukma. Tante Sukma adalah teman yang baru ibu temui di acara pengajian akhir-akhir ini, istilahnya teman baru. Aku benar-benar tidak bersemangat sedikit pun, menolak pun aku tak mungkin. Sore tadi Mama mengatakan padaku. Jika dia tidak percaya pada dengan pilihanku. “Tuh, contohnya si Briana kan nggak genah, malah kayak memaksakan diri untuk bersamamu, pokoknya kali ini kamu nurut sama Ibu,” ucap Ibu, sepertinya ucapan ibu tak bisa dibantah lagi. Tapi untuk mengganti bajuku saja enggan aku malah mengantuk. Tok! Tok! Pintu kamar di ketuk, itu pasti ibu, dia pasti menyuruhku ganti baju, padahal sudah dari tadi sore ibu mewanti-wantiku. Aku beranjak dari tidurku dengan malas dan membuka pintu kamarku. Wajah cantik ibu terlihat di depan pintu dengan jilbab lebarnya yang menjuntai. Ibu menili
Last Updated: 2024-06-04
Chapter: Bab 210Aku berjalan keluar cafe tersebut berjalan dengan langkah gontai. Ternyata Zahra telah dijodohkan dengan orang lain. Apa aku harus menyerah begitu saja? Apa aku harus pasrah pada keadaan dan menerima Briana lagi? Aku tak lagi kembali ke kantor, karena aku tak sanggup untuk bertatap muka dengan Zahra. Ku putuskan untuk mengatakan semua ini pada ibu, ya pada ibuku. Aku segera memacu mobilku di jakanyang padat, aku ingin segera tiba di rumah dan bertemu dengan ibu. Tak beberapa lama aku bertemu dengan ibu dan ingin melepaskan semua bebanku ini. “Eh, eh, kok kusut gitu? Kenapa Nak?” Sapa Ibu dengan senyum hangatnya. Aku nafas dan menghempaskan bobot tubuhku di sofa tepat di samping Ibuku. “Ada apa ayo cerita,” ucap ibu penuh perhatian. Kemudian aku menceritakan soal Briana masa laluku yang telah kembali, ia ingin aku kembali padanya. “Maksud kamu Briana teman kuliah kamu itu?!” tanya ibu terkejut. Aku mengangguk lemah. “Udah, nggak usah. Ibu nggak akan setuju, kalau udah nggak norm
Last Updated: 2024-05-30
Chapter: Bab 209"Dirga, biasa aja dong. Jangan begitu, aku kan cowok normal," ucapku dengan wajah kusut. Dirga tersenyum penuh arti padaku, membuat aku salah tingkah. "Sejak kapan kamu jatuh cinta pada Zahra?" tanya Dirga dengan tatapan tajam. "Nggak tahu, Ga. Entah sejak kapan, rasa itu tumbuh begitu saja di hatiku. Mungkin saat dia ikut wawancara di kantor ini, aku juga tak tahu," aku tergelak gugup. Dirga menatapku sambil tersenyum simpul. "Em, aku tahu saat itu. Sewaktu aku mau menyatakan cinta pada Zahra, raut wajahmu berubah, wajar tak menentu. Aku tahu sebenarnya kau sudah menaruh hati padanya, tapi kau tak mau mengakuinya." Aku tercenung sesaat, berpikir kembali perasaan yang terus kubendung selama ini. "Yah, padahal aku sudah berusaha menyembunyikan perasaan ini dan menjaga sikap agar tak seorang pun yang tahu jika aku sebenarnya menaruh hati pada Zahra." "Benar kan?" tanya Dirga. "Mungkin..." aku menjawab dengan ragu. Dirga tertawa. "Raka, Raka, kamu masih saja menyembunyikan perasaanmu,"
Last Updated: 2024-05-24