Share

Bab 7

Auteur: yanticeudah
last update Dernière mise à jour: 2025-01-18 09:29:07

Ah, untuk apa memikirkan hal yang tak penting untuk sekarang ini, rumah tanggaku saja dalam masalah. Malah memikirkan story Egi yang tidak ada hubungannya dengan rumah tanggaku.

"Ihh, keren semalam kayaknya dia makan malam di restoran di tepi pantai yang harga makanannya selangit itu, aku mau dong ke sana,," ungkap Mela kemudian.

"Lihat Mel?" Ungkapku sambil melihat ponsel Mela, Mela menunjukkan padaku.

Aku jadi ingat semalam Mas Dimas juga mengunggah story nya sedang makan malam di restoran itu. Mengapa kebetulan sama dengan story Egi?

"Mas Dimas juga makan malam di situ semalam Mel," ucapku.

Tapi, Mas Dimas makan malam bareng Rendy dan Bosnya. Apa Mas Dimas tidur bareng Rendi juga ya? Ah...pikiran apa pula ini. Apa mungkin aku terlalu berlebihan, terlalu overthinking karena saat ini pikiranku sedang sangat kacau.

"Jangan-jangan mereka ketemu lagi Nay. Mas Dimas dan Egi saling kenal kan?" Aku mengangguk dan hanya tersenyum getir dan menepis semua prasangka buruk ku.

"Seru ya? Tapi Betewe Lo kok nggak ikut Nay?" tanya Mela penasaran.

"Mas Dimas kan kerja Nay, bukan untuk pergi liburan, nanti lain kali kami atur waktu untuk bulan madu," ungkapku pada Mela. Bulan madu seperti apa? Bahkan untuk merasakan malam pertama saja tak bisa.

Setelah berbicara beberapa saat aku pun memutuskan untuk pulang ke rumah, begitu juga dengan Mela yang katanya ingin segera tiba di rumah dan beristirahat, karena besok kami harus bekerja kembali seperti biasa.

~~~

Mas Dimas pulang, setelah tiga malam di Bali, ia tampak lelah, namun terlihat sangat bahagia. Aku bisa melihat saat ia senyum-senyum sendiri.

"Bahagia banget kayaknya Mas," tegurku. Ia tersenyum dan memelukku.

"Bahagia dong, karena aku udah ketemu kamu," ucapnya. Aku tersenyum dan tersipu-sipu malu.

"Oh ya?" Tanyaku tak yakin.

"Iya dong!" Sahutnya sambil mengecup keningku. Sesaat kami terdiam, mas Dimas kembali sibuk dengan ponselnya.

"Emm, Mas kapan kita pergi ke pengobatan, aku udah ketemu lho pengobatan alternatifnya, katanya di sana banyak yang bisa sembuh Mas," ungkapku.

"Ya, nantilah kapan-kapan kita ke sana," Ungkapnya dengan nada malas.

"Kok gitu? Mas udah janji mau berobat, sekarang kok nggak mau!" Ucapku mulai tersulut emosi.

"Aku capek Nay, aku baru saja pulang, bukannya disambut dengan baik, malah ngomongin yang nggak penting!" Ucap Mas Dimas.

"Apa kata Mas? Nggak penting? Nggak penting? Ini demi rumah tangga kita, demi kelanjutan rumah tangga kita, Mas. Bisa-bisanya kamu bilang nggak penting," ungkapku dengan nada kesal.

"Tapi nggak dalam waktu dekat ini dong. Aku sibuk, aku banyak pekerjaan!" Ungkapnya dengan nada marah.

"Iya aku tahu, setidaknya kamu bilang iya aja, apa susahnya sih!" Ia menarik nafas dan mendengus kesal, kemudian ia menatapku dengan tatapan tajam sambil menahan amarahnya yang hendak meledak.

"Cukup! Aku nggak mau berdebat denganmu, aku capek!" Ungkapnya dengan nada pelan namun penuh penekanan.

"Aku mau mandi!" Ia pun berlalu ke kamar mandi dan meninggalkan aku begitu saja.

Aku terduduk di ranjang, menghela nafas berat, aku berharap Mama dan papa tak mendengarkan pertengkaran kami ini. Padahal baru saja dia minta maaf dan berjanji akan melakukan pengobatan untuk kesembuhannya, sekarang ia malah tak mau.

Setelah ia pulang dari Bali, kehidupan kami sebagai sepasang suami istri terasa hambar. Tak ada peluk cium seperti biasanya, apa lagi lebih dari itu. Mas Dimas juga selalu pulang malam, dengan alasan lembur dan lembur. Jika sudah di rumah ia akan langsung mandi dan kemudian tidur.

Mas Dimas baru saja selesai mandi, tadi aku menawarkan untuk makan malam, namun ia mengatakan sudah makan di luar. Setelah mengeringkan rambutnya dengan handuk Mas Dimas merebahkan tubuhnya di sampingku.

"Mas kamu dari mana?!" Tanyaku pada Mas Dimas dengan nada datar, hari ini Sabtu ia keluar dari siang sampai malam.

"Kenapa sih kamu bawel banget!!" Sentaknya tiba-tiba.

"Mas aku kan nanyak kamu dari mana, masak karena itu pun kamu marah," ungkapku dengan nada lembut.

"Aku dari kafe nongkrong-nongkrong bareng teman-teman aku, nggak boleh? Selama aku menikah dengan mu, semua kamu selidiki, aku seperti menikah dengan penyidik saja, bawel banget," ucapnya sinis.

"Aku ini istrimu Mas, aku berhak tau kemana kamu pergi. Akhir-akhir ini juga, kamu selalu saja pulang malam, Mas kemana aja sih? Masak iya selalu lembur," ungkapku mengeluarkan isi hatiku yang selalu aku pendam.

Sampai-sampai orang tuaku bertanya mengapa Mas Dimas selalu saja pulang malam. Berbagai alasan aku utarakan agar Mama dan Papaku tak mengetahui perubahan sikap Mas Dimas.

"Kamu nggak percaya!? Harus ya saat aku sedang bekerja di kantor aku kontenin agar kamu percaya? Heran, kamu bawel banget tahu nggak jadi istri," ucapnya dengan nada marah. Ia merebahkan tubuhnya dan tidur membelakangiku. Hanya bertanya dia pulang dari mana saja, aku dibilang bawel.

Aku hanya bisa menghela nafas berat, menyaksikan kehidupan pernikahan yang aku impikan sempurna, sekarang berantakan seperti ini. Aku seperti menikah untuk mengubah status saja. Tak bisa mendapatkan hak ku sebagai istri. Apa aku harus memberitahu adik Mas Dimas atau orang tuanya?? Entahlah.

Aku merasa pernikahan yang aku impikan sempurna dan bahagia, kini sirna. Mas Dimas yang tak pernah marah padaku, dari mulai mengenalnya kini telah berubah. Aku juga merasa Mas Dimas seperti menutupi sesuatu, tapi entah apa.

Semalaman aku tak tak bisa tidur, namun Mas Dimas tidur nyenyak Hinga dengkuran halusnya Terdengar ke telingaku. Apa dia tak merasa bersalah sedikitpun??

***

Bersambung!

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Commentaires (1)
goodnovel comment avatar
Abyan Indra
selidiki saja, jangan" suamimu suka sesama jenis alias jeruk ... makan ...
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Related chapter

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 8

    Pagi harinya Mas Dimas tak menyapaku, ia sepertinya masih marah padaku, seharusnya aku yang marah padanya. Tapi kenapa jadi kebalik ya? Saat Mas Dimas baru selesai mandi, aku menghampirinya. "Mas maafkan aku, aku percaya kok, jika kamu lembur. Tapi kalau Sabtu Minggu, aku minta waktumu. Aku ingin seperti orang-orang pengantin baru, jalan berdua, makan berdua, gitu," ucapku sambil menahan gengsi dari dalam diriku. Ia tersenyum dan mengecup ku sekilas. "Yah, aku juga minta maaf ya, aku tuh capek banget lho sayang...mana harus bolak balik ke Bali, ngurusin proyek. Kamu tahu kan, proyek yang aku pegang bukan hanya di Bali. Ini untuk kamu juga kan?" Aku mengangguk dan tersenyum, melihat wajah tampan itu tersenyum padaku, membuat semua yang telah terjadi seolah terlupakan. "Nah gitu dong kamu harus paham. Uang bulanan kamu bulan ini, nanti aku transfer ya?" "Masih ada kok Mas, yang bulan lalu aja masih utuh," ucapku. Dia menyentuh daguku dan memandangiku. "Kewajiban aku menafkahi is

    Dernière mise à jour : 2025-01-18
  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 9

    Aku heran juga, Mas Dimas itu keren dan sangat komunikatif tapi mengapa dia tak pernah menjalin hubungan dengan wanita. "Katanya dia nggak mau pacaran, Ay...katanya kalau ketemu yang cocok langsung dinikahi, dia anti pacaran, begitu katanya," ucap ibu sambil meletakkan beberapa camilan di dalam piring. Ah, masak? Apa Mas Dimas itu seperti Ikhwan-ikhwan yang memang tak mau pacaran. Namun aku lihat, saat bertemu dengan teman kantornya yang lawan jenis, Mas Dimas tak menundukkan pandangan layaknya Ikhwan-ikhwan Sholeh. "Oh gitu, Bu!" "Iy, Seperti kamu, pas kenal langsung dinikahi, pacarannya setelah menikah, hubungannya halal lagi," ucap ibu sambil tersenyum padaku. Aku hanya tersenyum pahit mendengar penuturan ibu. Mas Dimas tak seperti itu, memperlakukan aku dengan baik di awal pernikahan namun tidak akhir-akhir ini. "Memang halal untuk disentuh namun..sentuhan itu tak pernah aku dapatkan, Bu," ungkapku dalam hati. Ucapan itu h

    Dernière mise à jour : 2025-01-19
  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 10

    Aku menahan semua yang aku rasakan pada kedua orang tuaku, biarlah semua ini aku pendam sendiri. Menutupi aib suamiku karena cinta. Yah, cinta. "Nggak ada apa-apa kok, Ma. Berantem-berantem kecil gitu biasalah, namanya juga suami istri," ungkapku. "Tapi Mama lihat hubungan kalian itu hambar dan dingin, bukan seperti pasangan suami istri lainnya. Terus kok kalian nggak bulan madu ya?" Aku tersenyum tipis menunjukan semua baik-baik saja. "Belum Ma, Mas Dimas sedang sibuk, katanya dia mau menyelesaikan proyek nya dulu yang di kota ini, baru setelah itu kami bulan madu, Ma," dustaku. "Ohh.." Mama membulatkan mulutnya. "Dimas kan bolak balik ke Bali, masak kamu nggak diajak kan Bisa sekalian gitu sambil bulan madu," ucap Papa. Aku berpikir cepat, agar orang tuaku tak curiga. Alasan apa lagi yang harus aku berikan pada mereka. "Anu Pa...Mas Dimas kan perginya untuk bekerja, lagi pula aku sedang sibuk di kantor saat Mas Dimas pergi ke Bali, Susah Ma, untuk menyesuaikan jadwal kami

    Dernière mise à jour : 2025-01-20
  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 11

    Dengan tangan bergetar aku menautkan aplikasi Mas Dimas pada laptopku agar setiap pesan yang masuk ke ponsel Mas Dimas bisa aku pantau. Namun entah mengapa, semua berjalan dengan lambat. Aku cemas dan takut Mas Dimas kembali, saat aku belum menyelesaikan ini. "Done, Alhamdulillah!" Aku meletakkan lagi ponsel Mas Dimas di tempat biasa. Saat aku hendak mematikan laptopku, tedengar kenop pintu diputar oleh seseorang. Itu pasti Mas Dimas. Pintu terbuka, bertepatan dengan itu, aku menutup laptopku dan pura-pura merapikan jilbabku. Mas Dimas menatapku agak lama dan mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. "Kamu lihat ponselku nggak?" Tanyanya. "Tuh!" Sahutku menunjuk ponsel Mas Dimas dengan cuek. Aku berharap ia tak curiga dan tak mengetahui jika aku menautkan aplikasi chat itu pada laptopku. "Ah, untunglah, aku pikir terjatuh," ungkapnya. Aku tak menanggapi dan terus berpura-pura merapikan jilbab dan make-upku. "Em, maaf soal tadi malam ya Nay...aku khilaf dan tak bermaksud unt

    Dernière mise à jour : 2025-01-21
  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 12

    Jantungku terasa berhenti berdetak. Aku melirik pada Mas Dimas yang tersenyum sambil terus menyentuh layar ponselnya lihai membalas pesan dari Rendi. Sepertinya dia memang tak sadar jika pesan-pesannya aku sadap. Karena aku tahu Mas Dimas tak terlalu suka mengotak atik ponselnya. "Sssstttt!" Hanya pesan itu yang dibalas oleh Mas Dimas pada Rendi. Kemudian Rendi membalas emoticon tertawa terpingkal-pingkal. Jadi inilah alasan Mas Dimas tak mengajakku ke Bali. Karena Mas Dimas ingin bermesraan dengan yang wanita lain. "Aku yakin Mas Dimas selingkuh, yah..dia selingkuh di belakangku. Apa jangan-jangan, penyakit nya itu juga sebenarnya bohong. Dia berpura-pura," pikirku. Namun tiba-tiba aku ingat pada benda yang dimiliki oleh Mas Dimas, mainan s*ks untuk wanita yang dirancang khusus menyerupai benda milik pria itu. Apa mungkin Mas Dimas menggunakan benda itu untuk berselingkuh? Tapi untuk apa? Sedangkan dia tetap tak bisa mendapatkan kepuasan batin. Semua teka-teki ini tak mampu a

    Dernière mise à jour : 2025-01-22
  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 13

    Egi menatapku, ingin tahu langkah selanjutnya yang akan aku lakukan. Aku pikir tak ada salahnya aku mengatakan rencanaku toh mereka berusaha adalah sahabat baikku."Entahlah Gi, mungkin aja aku ngikutin dia sore ini, jadi aku bisa memergoki dia dengan selingkuhannya itu," ucapku sambil menguatkan hati ini, walapun aku sebenarnya tak sanggup melihat kenyataan yang nanti akan aku saksikan sendiri."Mungkin setelah melihat kebusukan Mas Dimas dengan mataku sendiri, aku akan minta cerai, aku hanya ingin memastikan saja jika bukti chat itu benar menunjukan kalau dia berselingkuh," lanjutku dengan nada lemah dan juga hampir putus asa. Rasanya hidupku hancur, membayangkan rumah tangga yang baru seumur jagung aku bangun kini harus runtuh begitu saja.Egi dan Mela menganguk-angguk,. mereka merasa berempati atas kejadian yang telah menimpaku. "Gue nggak tahu, mungkin ini keputusan yang terbaik buat Lo Nay...tapi ada baiknya lo selidiki dulu, mungkin saja Mas Dimas itu tidak begitu orangnya,

    Dernière mise à jour : 2025-01-24
  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 14

    Aku jadi berpikir sendiri, mengapa Mas Dimas seolah-olah seperti mengetahui aku menguntitnya. Kenapa dia tidak naik mobilnya? Jika aku menyadap ponselnya, bisa jadi Mas Dimas mengetahuinya, tapi kenapa dia tak marah padaku? ia terlihat santai saja dan tak pernah membahas hal itu padaku. Esok harinya sikap Mas Dimas biasa saja, dia tampak santai dan juga sangat tenang. Sikap Mas Dimas ini lah yang membuat aku jatuh cinta dulu, tenang dan juga berkharisma. Namun sikap tenang Mas Dimas ini, kini menjadi misteri. Ia bahkan seperti menghindar untuk ribut denganku. "Mas ada yang ingin aku tanyakan," ungkapku dingin. Aku juga sedang tak ingin ribut dan berharap Mas Dimas jujur jika dia mengatakan berselingkuh dariku. "Ada apa Nay?" tanyanya santai. "Em...kamu yakin masih mau bertahan denganku??" tanyaku. Ia menoleh padaku dan mengernyitkan dahinya. "Kamu kok ngomong gitu, seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu, bukan kamu," Ungkapnya sambil menatapku dengan tatapan hangat

    Dernière mise à jour : 2025-01-25
  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 15

    Abah yang dari tadi hanya diam melihat ke arah Mas Dimas, begitu juga dengan ibu dan kedua adiknya. Aku harap mereka paham arah pembicaraan ku kemana. "Tapi banyak juga perempuan yang rahimnya nggak subur sehingga susah mendapatkan momongan Ay," ucap Mas Dimas. "Iya, tapi kalau suaminya memang nggak niatan punya anak dan tidak mau ikut program hamil dengan sang istri, apa istri juga yang harus disalahkan? terkadang pasangan suami istri itu tak bisa punya anak bukan karena istrinya yang nggak subur, tapi karena suaminya yang nggak bisa kasih keturunan," Ucapku dengan dengan emosi yang agak aku tahan. Semua orang menatapku, aku sudah tak sanggup lagi disalahkan seperti ini, biar orang tua Mas Dimas tahu jika anaknya yang tak mau punya anak. "Nay...? Sayang..." Ucap Mas Dimas sambil menggeleng. Ia takut rahasianya terbongkar, tapi aku memberi tahu kedua orang tuanya kali ini. "Eh, eh kalian kenapa? Ada apa?" tanya Ibu dengan raut wajah bingung. "Nay plis ..jangan.." Ucap Mas Dima

    Dernière mise à jour : 2025-01-26

Latest chapter

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 54

    Pagi ini, aku terbangun dengan perasaan yang lebih ringan. Cahaya matahari yang masuk melalui jendela kamar aku membuatku merasa lebih hidup dan merasakan hangatnya sinar mentari. Aku meregangkan tubuhku dan mengambil napas dalam-dalam, merasakan udara segar yang masuk ke dalam paru-paruku.Aku melihat sekeliling kamar dan merasa bersyukur atas semua yang aku miliki. Kamar yang sederhana namun nyaman, tempat tidur yang empuk, dan jendela yang menghadap ke taman yang hijau. Aku juga bersyukur bisa berkumpul lagu dengan kedua orang tuaku, walaupun aku harus berpisah dengan pasangan hidupku. Semua ini membuatku merasa lebih baik dan lebih bersemangat untuk menghadapi hari ini. Dari pada saat bersama Mas Dimas, hidup dengan orang yang tak pernah mau menghargai aku. Aku turun dari tempat tidur dan berjalan ke jendela. Aku membuka jendela dan merasakan angin pagi yang sejuk. Aku jadi ingat masa kecil dulu, aku belum berani tidur sendirian karena takut ada yang mengintip dari jendela, mam

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 53

    Masih teringat tragedi aku terjatuh di depan lift di kantor Wijaya group. Itu adalah pengalaman yang sangat memalukan bagiku. Rasanya aku tidak ingin muncul lagi di sana. Namun takdir berkata lain, aku malah dipanggil untuk wawancara kerja. Sebuah email masuk dari perusahaan Wijaya Group jika lusa dipanggil untuk wawancara kerja. "Padahal aku nggak berharap lho Bu, rasanya perusahaan itu nggak cocok deh sama aku,“ ungkapku memberi alasan. “Semua orang berharap bisa bekerja di perusahaan itu, kamu malah nggak mau, aneh. “ Tiba-tiba Mama seperti mengingat sesuatu. “Kamu malu kan karena pernah terjatuh di depan lift itu ya... “Aku tertawa. “Iya Ma, rasanya memalukan sekali, Ma.”“Ah, palingan orang udah lupa sama wajah kamu, ini kesempatan kamu bisa bekerja di perusahaan besar Naya. Ini adalah kesempatan emas untukmu, “ ucap Mama memberikan semangat padaku. Hari ini aku sudah berpakaian rapi, make up tipis-tipis, dan setelan hitam putih, dan jilbab senada. Setelah perceraian denga

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 52

    Lift berhenti di lantai tiga, aku segera keluar dari lift tersebut, sedangkan dua orang yang aku pikir mungkin adalah keluarga dari Wijaya group itu melanjutkan naik ke lantai selanjutnya. Mungkin ke ruangan pemimpin perusahaan ini. Aku segera menuju ruangan HRD, menemui Mbak Anya sesuai arahan dari resepsionis di lantai dasar tadi. “Saya mau melamar pekerjaan, katanya ada lowongan kerja di sini?? “ tanyaku begitu bertemu dengan Mbak Anya. "Benar Mbak, Mbak bawa persyaratannya?? “ tanya balik. “Iya, ada. “ Aku menyerahkan beberapa berkas lamaran padanya. Ia menerima nya dan sesekali memerhatikan dengan aku seksama. “Tahu dari siapa ada lowongan pekerjaan di sini? “ tanya wanita itu. “Dari Papa, beliau mendapatkan informasi dari temannya, “ jawabku. Ia hanya tersenyum tipis, apa dia ingin menanyakan aku dapat rekomendasi dari siapa lagi. Sepertinya perusahaan ini sudah tak baik-baik saja. Aku juga tak terlalu berharap untuk bekerja di sini. “Baik lamaran Anda kami terima.

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 51

    Aku duduk di teras rumah, menatap ke arah matahari yang terbenam di ufuk barat. Aku merasa lega dan ringan, seperti beban yang telah lama memikulku akhirnya terangkat. Semua sudah berakhir. Perceraianku dengan Mas Dimas telah selesai, dan aku akhirnya bisa melanjutkan hidupku tanpa bayang-bayang masa lalu yang menyakitkan. Dan yang paling menggembirakan adalah permohonanku pada pengadilan untuk pembatalan pernikahan diterima jadi statusku di KTP masih belum menikah. Aku mengambil napas dalam-dalam, merasakan udara yang segar dan bebas. Aku merasa seperti aku bisa bernapas lagi, seperti aku bisa hidup lagi. Aku memandang ke sekeliling, melihat rumah yang telah menjadi saksi bisu atas semua yang telah terjadi. Aku merasa sedikit nostalgia, tapi aku tahu bahwa aku harus melanjutkan hidupku. Aku berdiri, merentangkan tangan dan menghadap ke arah matahari yang terbenam. Aku merasa seperti aku bisa memulai lagi, seperti aku bisa menjadi diri sendiri lagi. “Selamat tinggal, masa

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 50

    “Naya?? “ panggil Mas Dimas, membuat aku menoleh padanya. “Ya? “ Ia tertawa getir dan menatapku dengan mata berkaca-kaca. “Entah ucapan apa yang tepat aku katakan padamu, mengucapkan selamat karena kita telah bercerai atau apa, aku ngak tahu, “ ucapnya sambil tertawa kecil. “Terima kasih atas semua yang telah kamu berikan Mas, baik itu kasih sayang walaupun hanya sekejap, uang, kemewahan, juga luka yang sempat kau torehkan. Aku lega akhirnya aku bisa bercerai denganmu, walaupun sebenarnya jauh di lubuk hatiku, aku masih mencintai kamu, Mas, “ ucapku dengan perasaan yang campur aduk, seolah kata-kata ini keluar dari hati. Aku hanya tak ingin lagi bersitegang dengan Mas Dimas di saat terakhir begini. Tak ku pungkiri ada rasa sedih di hati ini, namun ini adalah jalan takdir yang harus aku pilih. “Boleh aku memelukmu untuk terakhir kalinya? “ Pinta Mas Dimas dengan suara serak. Aku tersenyum dan mengangguk. Mas Dimas memelukku erat dan mengusap punggungku lembut. “Maafkan aku

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 49

    ~Ruangan persidangan~ Aku duduk di ruang sidang, menunggu kedatangan ibu mertuaku. Sebentar lagi sidang akan segera dimulai. Sebelum itu Barra sudah memberikan keterangan sebagai saksi, jika hubungan kami hanya sekedar kenalan biasa. Itu pun karena Barra menemukan dompetku. Aku menunggu ibu mertuaku, yang juga akan menjadi saksi dalam sidang ini. Aku tahu bahwa ibu mertuaku akan menyatakan bahwa Mas Dimas adalah seorang gay dan Mas Dimas tetap pada pendirian nya. Waktu itu, ibu ragu untuk datang ke persidangan ini karena ia malah memihak padaku, bukan pada anaknya. Bagaimana perasaan Mas Dimas jika ia tahu ibu datang untukku, bukan untuknya. Beberapa saat kemudian ibu tiba bersama Dela dan Dira. Mas Dimas agak kaget saat melihat keluarga nya datang. Ia sampai berdiri dan langsung menemui ibu. Aku juga menghampiri ibu dan mengalaminya. “Alhamdulillah.. Ibu hadir, do’akan Bu, agar Naya dan aku tak jadi bercerai, “ ucap Mas Dimas sambil melirikku. Ibu tak memberikan tanggapan

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 48

    “Bara?! “ gumamku. Si preman itu datang dengan gaya khas pakaiannya. Ia berdiri di sampingku sambil menatap sang Hakim. “Untuk menghadirkan saksi, penggugat harus melaporkan sebelum sudang di mulai minggu depan. Untuk hari ini sidang ditutup! “ pak Hakim mengetuk palu dan meninggalkan ruangan sidang. Sidang hari ini pun berakhir. Aku menatap tajam Mas Dimas yang ada di sampingku. Apa yang diinginkan Mas Dimas, padahal dia tak ingin bercerai? Tapi mengapa dia memfitnah ku?? “Mau apa sih Mas? Ingin merusak nama baikku, agar nama kita sama-sama jelek di mata orang iya? “ Mbak Rere memegang bahuku, begitu juga dengan Mama ikut menenangkan aku. Tapi kesabaranku terhadap Mas Dimas sudah tak bisa aku tahan lagi. “Sebelum palu diketuk oleh Hakim, kamu masih istri aku Naya! Bisa-bisanya kamu menemui preman itu!” “Mas, aku ketemu dia hanya sekedar makan saja, sama saat aku bertemu dengan Egi, kamu nggak pernah marah! Kenapa kamu malah memfitnah aku yang bukan-bukan?!“ “Fitnah katamu

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 47

    Aku kini berada di ruangan sidang, mengambil nafas berkali-kali agar tak gugup. Saat berada di kursi ini rasanya aku tak bisa bernafas dengan benar. Jantungku berdetak lebih cepat tak berirama. Tapi aku masih berusaha untuk tenang. Mama masih setia menemaniku untuk menghadiri sidang. Dialah yang selalu setia menyemangati anak satu-satunya. Karena Mama aku bisa berdiri di sini, menghadapi proses sidang yang melelahkan ini. “Kamu bisa Naya.. Kamu bisa, setelah ini kamu akan hidup lebih baik lagi, mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, hidup tenang bersama Mama dan Papa, “ ucap Mama. “Nanti suatu saat Allah akan beri ganti yang lebih baik, “ ucap Mama. Aku terhenyak saat tiba-tiba Mas Dimas melangkah masuk ke ruang sidang, ternyata dia hadir. Entah apa yang ia rencanakan, aku tak tahu. Apakah mungkin dia akan menceraikan aku tanpa mempersulit prosesnya? Mustahil. Mas Dimas duduk di samping ku dan menyapaku dengan senyuman nya. Aku hanya menganggukkan kepala saja. Pak Hakim mulai

  • Tujuh Bulan Menikah Aku Masih Perawan    Bab 46

    Seketika Barra yang aku kirimkan sebuah pesan langsung menghubungi aku. “Halo Naya.. Kamu baru saja mengirimkan pesan padaku kan? “ tanyanya dengan semangat yang membara. “Ya.”“Oke-oke. Aku mau, nanti kita makan ya?”“Baik, tapi setelah itu hubungan kita selesai. “ “Oke. Sesuai kesepakatan! “ ungkap Barra di ujung sana. Aku menutup sambungan telepon dari Bara. Sebenarnya aku tak ingin bertemu lagi dengan Barra, tapi demi memenuhi janjiku, agar Bara tak menganggu ku lagi. “Kamu mau kemana Nay? “ tegur Mama. “Aku keluar sebentar ya Ma. Cari angin! “ “Besok kan kamu sidang, lebih baik persiapkan mental dan tenaga untuk menghadapi hari esok, “ ucap Mama. Ia keberatan jika aku pergi. “Hanya sebentar Ma, aku pengen makan di luar, sumpek sekali rasanya di rumah terus, “ ucapku membuat alasan. Tentu saja aku tak mengatakan pada Mama jika aku akan bertemu dengan Barra nanti Mama malah memarahiku. Mama pikir aku cewek ganjen yang belum cerai sudah cari yang lain. Padahal kenyataan nya

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status