Setengah jam kemudian, mobil melaju ke dalam vila. Ini adalah rumah yang pernah mereka tempati. Kini, perasaan Clara campur aduk saat kembali ke sini.Begitu pintu belakang mobil dibuka, terlihat seorang gadis kecil berlari keluar. "Ayah," seru Alaia sambil memeluk kaki Satya dengan manja.Satya menggendong Alaia dengan satu tangan dan membawanya ke dalam mobil, lalu menempatkannya di atas pahanya.Lantaran mengerti keadaan, sopir pun segera turun dari mobil.Di dalam mobil sangat gelap. Alaia bersandar di pelukan ayahnya dan menatap Clara dengan hati-hati. Dia masih mengingat ibunya. Bagaimanapun, mereka sudah terpisah selama empat tahun. Jadi, Alaia merasa sedikit segan dan tidak enak hati memanggil Clara sebagai ibu. Begitu juga dengan Clara. Saat ini, perasaan Clara agak tidak karuan saat kembali ke kampung halamannya.Satya mengelus kepala Alaia seraya memandang Clara. Dia bertanya, "Kamu nggak mau memeluknya?"Clara membalas dengan suara bergetar, "Biar aku peluk sebentar." Dia m
Clara terus mencium Alaia.Kala ini, terdengar suara mesin kopi. Satya sedang bersandar di samping. Sosoknya tinggi dan berisi. Setelah jasnya dilepas, terlihat rompi yang memperjelas bentuk tubuhnya yang ideal. Bahunya lebar, pinggangnya ramping. Kalau menurut Aida, Satya bagaikan bunga yang langsung menarik perhatian kupu-kupu begitu mekar.Satya memainkan cangkirnya seraya berujar dengan santai, "Kamu bimbing dia mengerjakan PR saja."Alaia mengerucutkan bibirnya. Dia terlihat tidak senang.Clara bertanya dengan penuh kasih sayang, "Alaia nggak suka mengerjakan PR?"Alaia memeluk Clara, lalu menyahut dengan sedih, "Aku nggak bisa."Tanpa banyak berpikir, Clara langsung membuka buku PR Alaia. Dia seketika tercengang. Semuanya adalah coretan merah. Soal satu ditambah satu yang paling mudah malah ditulis tiga oleh Alaia. Setelah dikoreksi juga tetap salah. Bukan hanya matematika, pelajaran bahasa juga begitu.Clara akhirnya mengerti alasan Satya memintanya melihat ini. Satya ingin memb
Clara tersenyum tipis. Dia berkata, "Kamu benar. Nggak ada yang harus menunggu seseorang. Satya, aku nggak kesal, apalagi marah dan cemburu. Aku mau mengucapkan selamat padamu. Pacarmu sangat muda dan sangat cantik."Satya membalas dengan ekspresi datar, "Terima kasih."Mereka tidak berniat untuk berpisah baik-baik. Clara merasa dirinya tidak pantas untuk tinggal lebih lama lagi. Dia memang pernah tinggal di rumah ini, tetapi Satya sudah memiliki pacar baru. Dia tidak seharusnya mengganggu mereka.Satya tidak menghentikannya.Alaia sedang duduk di depan meja kecil ruang tamu. Dia lanjut mengerjakan PR-nya sambil berlinangan air mata.Ketika Clara kembali, Alaia segera berdiri. Dia menarik-narik sudut pakaian Clara, lalu bertutur dengan patah semangat dan manja, "Aku bodoh."Alaia sangat menyukai ibunya. Dia ingin ibunya sering mengunjunginya. Akan tetapi, dia takut ibunya tidak akan menyukainya jika dia bodoh. Wajah gadis kecil ini terlihat sangat cemas.Bagaimana mungkin Clara tidak m
Lampu lalu lintas sedang menunjukkan warna merah di perempatan jalan.Satya menghentikan mobilnya, lalu menyahut dengan datar, "Kalau aku menikah, istriku bisa menjaganya. Kenapa? Kamu takut istriku menganiaya Alaia?" Selesai melontarkan ini, dia menoleh memandang Clara.Clara tidak bertanya lagi. Dia bersandar di kursi sambil memalingkan wajahnya. Beberapa helai rambutnya terjatuh di atas lengan Satya. Meskipun terhalang oleh lengan kemeja, Satya masih bisa merasa gatal. Satya tak kuasa untuk menunduk dan melihatnya.Dua puluh menit kemudian, mereka tiba di bawah tempat tinggal Clara. Satya tidak naik, melainkan membuat janji untuk makan bersama pada hari minggu. Clara tidak langsung menyetujuinya.Satya tersenyum tipis sembari meyakinkan, "Tenang saja. Ini hanya perkumpulan keluarga. Aku nggak akan bawa orang lain. Semoga kamu juga nggak bawa orang lain."Clara langsung membuka pintu mobil dan turun. Begitu kembali ke apartemen, dia langsung bersandar di pintu. Kedua tungkainya mulai
Pada larut malam, Satya kembali ke kamarnya. Dia melonggarkan dasinya dan hendak mandi. Begitu mendongak, terlihat Alaia yang mengenakan piama sapi. Gadis ini tidur tengkurap di kasur besar. Bokongnya terangkat seperti seekor anak anjing. Lucu sekali.Setelah melepaskan dasinya, Satya duduk di tepi kasur. Alaia berpindah mendekati Satya, lalu memeluk paha ayahnya dengan manja. Akan tetapi, dia tidak mau berbicara.Satya menghela napas. Dia menggendong Alaia. Sementara itu, Alaia menjadikan otot perut Satya sebagai papan cuci dan memainkannya. Setelah beberapa saat, wajah Alaia tampak murung. Gadis kecil ini berkata, "Aku bodoh."Satya memeluk putrinya dengan perasaan sedih, lalu menciumnya.Ketika Alaia berusia dua tahun, Aida membelikan buku anak-anak dan mengajari Alaia mengenali huruf dan angka. Meskipun sudah diajari 100 kali, Alaia tetap tidak bisa. Satya sudah membawa Alaia untuk menguji kecerdasannya. IQ Alaia hanya 52, termasuk keterbelakangan mental ringan. Saat itu, Satya men
Renata tidak biasanya banyak berkomentar. Mata Vigo yang sipit sedikit memelototi istrinya saat dia berucap dingin, "Kamu nggak perlu ikut campur dalam hal ini!"Selama tiga tahun pernikahan mereka, ini pertama kalinya Vigo bersikap sedingin ini. Renata merasa canggung, tetapi dia tetap berbaik hati membantu Vigo melepas pakaian sambil bertanya, "Apa kamu membuat kesalahan di kantor, makanya Kakek memarahimu?"Vigo tidak menjawab pertanyaan Renata. Selain menyetujui syarat Malik untuk menikah dan berkeluarga, dia juga telah menjalani hidup sesuai arahan sang kakek. Namun, Malik masih saja mencurigainya dan meragukan Clara.Vigo yang jengkel mengambil jubah mandinya, lalu melangkah ke kamar mandi tanpa bicara apa-apa. Renata hanya bisa memaksakan sebuah senyum. Tak lama kemudian, dia menyentuh sofa yang tadi diduduki Vigo. Sofa itu masih sedikit hangat. Renata mengusapnya sejenak, lalu perlahan duduk di situ. Pernikahan Vigo dan Renata telah berjalan selama tiga tahun. Dari luar, merek
Beberapa saat kemudian, Clara tersadar dari lamunannya. Dia meminta sang sekretaris melayani klien, lalu mengajak Vigo ke kantor pribadinya. Keduanya jelas-jelas keluarga, tetapi atmosfer di antara mereka terasa canggung.Clara menyeduh teh untuk Vigo sambil bertanya pelan, "Kamu masih suka minum teh oolong?"Vigo duduk di sofa tunggal dan mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Lukisan karya Clara di waktu luang terletak di mana-mana. Dia juga mencium aroma samar parfum yang digunakan wanita itu.Kini, Vigo tidak mampu lagi memanggil Clara dengan panggilan bibi. Dia memandang punggungnya dan berujar dengan suara serak, "Kakek nggak sungguh-sungguh mau menjodohkanmu dengan Herman. Dia hanya ingin memastikan kalau aku ... sudah melupakan perasaan itu."Gerakan Clara waktu mengaduk teh sedikit melambat. Dia berbalik, lalu membalas dengan suara rendah, "Vigo, seharusnya aku turut senang karena Pak Malik sangat menyayangimu. Tapi, masalah jadi rumit karena aku yang nggak bersalah jadi
Satya .... Saat ini, Clara merasa lebih baik dia menghadapi Satya daripada harus terus melihat Vigo. Dia berkata pada pria itu dengan nada formal, "Vigo, kamu bisa lihat sendiri kalau aku lumayan sibuk."Vigo tidak memaksa untuk tetap tinggal. Dia bangkit dari sofa, lalu berucap dengan ekspresi dingin, "Baiklah, aku nggak akan mengganggu hubungan lama kalian yang kembali membara."Vigo berpapasan dengan Satya di luar. Dia benci sekali melihat Satya yang dewasa, tampan, dan berpakaian rapi. Katanya dengan nada dingin, "Pak Satya, kebetulan sekali kita bertemu!"Satya memandang Clara yang berada di dalam ruangan, lalu menoleh pada Vigo. Matanya menyorot tajam saat dia berkata dengan nada yang sama muramnya, "Benar, jarang sekali Pak Vigo bertamu. Apa kamu nggak perlu memikirkan teori konspirasi hari ini? Kenapa malah mengunjungi bibimu?"Vigo membalas dengan nada yang lebih dingin, "Kamu nggak perlu ikut campur." Kemudian, dia bergegas pergi dari situ.Saat jarak mereka menipis, kedua pr
Di dalam kamar presidential suite.Malam pernikahan Devon dan Vloryne penuh gairah dan cinta yang mendalam. Namun di luar sana, pesta pernikahan tetap berlangsung dengan meriah.Ada seorang tamu istimewa yang datang diam-diam. Dia berharap bisa pergi dengan cara yang sama tenangnya, tanpa menarik perhatian siapa pun.Orang itu takut kehadirannya mengganggu suasana hati seseorang, terutama jika orang itu melihat dirinya dan merasa tidak nyaman. Hanya saja tidak disangka, takdir mempertemukan mereka secara kebetulan di koridor hotel.Andre berdiri dengan tenang sambil menatap Ariel. Saat itu, Ariel sedang menemani Gemma ke toilet. Gadis kecil itu masih terlalu muda untuk pergi sendiri, jadi Ariel selalu memastikan dia tidak sendirian. Di sisi Ariel, ada seorang gadis kecil lainnya. Dia seharusnya adalah salah satu dari anak kembar yang Ariel lahirkan untuk Henley. Sementara itu, anak kembarnya yang satu lagi adalah anak laki-laki yang lebih tua dari gadis kecil ini.Anak kembar Ariel be
Keesokan paginya, cahaya pertama matahari menyinari bumi. Hari ini, Keluarga Chandra merayakan hari besar. Putri bungsu Satya dan istrinya akhirnya menikah.Vloryne bahkan menikah dengan cinta masa mudanya. Dia mengenakan pakaian pengantin tradisional, lengkap dengan mahkota foniks dan jubah merah yang indah. Vloryne terlihat memesona. Dia benar-benar wanita tercantik yang pernah dilihat Devon.Dari sisi Keluarga Cendana, Rafa dan Paula luar biasa sibuk. Meskipun bukan keluarga super kaya, Rafa adalah seorang kepala keluarga yang sangat dihormati.Baik di dalam maupun di luar rumah, Rafa mengurus semua tamu dengan sangat terhormat. Akhirnya, dia pun terlihat sangat akrab dengan Zakki.Hanya saja, Satya merasa sedikit terganggu dengan hal ini. Dia bahkan bertanya, "Zakki, kamu sendiri nggak punya besan?"Zakki tidak mempermasalahkannya. Bersama Annika, dia membantu mempersiapkan pernikahan. Pernikahan tradisional memang jauh lebih rumit daripada pernikahan bertema modern. Hanya saja ber
Malam harinya, Jose dan Selvy pulang ke rumah bersama Selena. Begitu sampai, Selena langsung pergi mengerjakan PR.Sementara itu, Selvy menuju kamar untuk melihat putra bungsunya yang sedang tidur. Seorang pengasuh sedang menjaga anak itu. Ketika mendengar langkah kaki masuk ke kamar, dia berbalik lalu bertanya dengan suara pelan, "Nyonya sudah pulang? Dia tidur terus, benar-benar anak yang baik."Selvy hanya tersenyum. Dia memberi isyarat kepada pengasuh agar turun dan beristirahat. Setelah pintu tertutup, dia menunduk untuk menatap putra bungsunya, Sean.Anak kecil itu sudah berusia 8 bulan. Wajahnya sepenuhnya mewarisi ciri khas Jose, bahkan hampir seperti dicetak dari cetakan yang sama. Bahkan, kadang-kadang Selena memandangi wajah adiknya sambil memuji, "Benar-benar mahakarya Tuhan!"Jose pernah menimpali, "Memangnya kamu tahu apa itu mahakarya Tuhan?""Ketampanan suami adalah kebanggaan istri!" balas Selena dengan bangga.Selvy sempat berbisik kepada Jose, "Dia tahu kata-kata itu
Di lantai 2, Vloryne sedang mencoba gaun pengantinnya. Sesuai keinginan Devon, resepsi pernikahan mereka bertema tradisional.Gaun Vloryne dirancang oleh master top di dalam negeri. Gaunnya sangat mewah dan mahkotanya dihiasi mutiara. Harga mahkota itu puluhan miliar.Vloryne tampak sangat cantik. Dia becermin dan menyentuh mahkotanya sambil bergumam, "Devon benar-benar rela menghabiskan uang demi memuaskan hobinya."Clara menepuk kepala Vloryne. Putrinya ini tidak pernah berpikir panjang sebelum bicara. Untung saja, dia menikah dengan pria yang baik.Clara memberikan harta sesan yang banyak untuk Vloryne, sama seperti waktu Alaia menikah. Namun, Vloryne juga menolak saham Grup Chandra seperti Alaia. Uang yang dihasilkan Devon sudah cukup untuk menghidupi mereka.Alaia merapikan gaun Vloryne. Dia merasa tidak rela. Bagaimanapun, Vloryne adalah putri bungsu Keluarga Chandra. Sekarang, Vloryne akan menikah.Vloryne memandang Alaia seraya menggerutu, "Kak, kapan kamu menetap di dalam nege
Xavier berujar, "Kita nggak bisa menahan rasa sakit."Alaia tidak bisa berkata-kata. Arnold sangat aktif, tetapi dia sangat sopan karena didikan Xavier. Begitu melihat Ivander, Arnold menyapa dengan sopan, "Paman Ivander."Ivander mengusap kepala Arnold. Dia merasa tubuh Arnold lebih berisi dari putranya. Mungkin karena Molly terlalu kurus. Nanti Ivander berencana menambah makanan bergizi untuk Alfred.Mobil Ivander melaju di jalan tol. Dia mengantar keluarga Alaia ke kediaman Keluarga Chandra. Anak-anak Satya dan Clara sudah pindah. Hanya tersisa Vloryne yang belum pindah.Alaia yang jarang pulang dipaksa tinggal di kediaman Keluarga Chandra. Alaia tidak menolak. Beberapa hari lagi, dia berencana pergi ke Kota Aruma untuk mengunjungi makam orang tua kandungnya.Mobil Ivander berhenti di tempat parkir kediaman Keluarga Chandra. Semua junior Keluarga Chandra berkumpul. Demi mempersiapkan resepsi pernikahan Vloryne besok, para pria berdiskusi dan para wanita sibuk di lantai 2.Sementara
Sore harinya, Vloryne hendak pulang kerja. Dia melihat mobil Devon di tempat parkir, tetapi Devon tidak berada di dalam mobil.Kebetulan seorang petinggi kampus lewat. Dia berkata kepada Vloryne, "Devon datang ke kampus. Di aula ada upacara penyumbangan, kamu boleh lihat acaranya. Nanti kalian baru pulang bersama. Makan hotpot waktu musim dingin sangat menyenangkan."Vloryne menanggapi, "Pak, kamu pandai menikmati hidup."Petinggi menunjukkan sayuran yang dibawanya dan menimpali, "Lihat, istriku terus desak aku dari tadi. Dia suruh aku pulang masak dan jaga cucu."Vloryne tersenyum dan memandangi petinggi yang berjalan pergi. Kemudian, dia berjalan ke aula sambil membawa termos. Banyak mahasiswa yang menyapa Vloryne.Salah satu mahasiswa berujar, "Bu Vloryne, Pak Devon ada di aula."Setiap orang yang lewat memberi tahu Vloryne hal yang sama. Devon menjadi terkenal di kampus setelah menyumbang 100 miliar.Vloryne yang menaiki tangga aula mendengar suara Devon dari kejauhan. Kala ini, De
Vloryne terdiam menatap Devon. Pria itu mengenakan mantel hitam. Ketika sosoknya yang tinggi berdiri di dalam ruang kerja, suasananya terasa tegang.Devon berjalan ke arah Vloryne, lalu memeluk gadis kecil yang sedang menangis sambil membelai rambutnya. Dia berkata dengan sangat lembut, "Katanya nggak menangis."Vloryne bersandar di pundak Devon sembari bergumam, "Kamu pasti sengaja.""Terharu nggak?" tanya Devon.Vloryne memukul Devon dua kali.Devon terkekeh-kekeh dan membiarkan Vloryne melampiaskan emosinya. Hatinya juga terasa sedih. Lima tahun ini, sebenarnya Devon takut dan cemas Vloryne akan jatuh cinta pada orang lain sebelum dirinya sukses. Jika itu terjadi, apa yang akan dia pakai untuk meminta Vloryne kembali?Cinta antara pria miskin dan putri keluarga kaya hanya ada di dalam novel. Kenyataannya begitu kejam. Vloryne tidak peduli, tetapi Devon tidak rela melihat Vloryne hidup menderita. Kini, Devon dan Vloryne berpelukan di dalam ruang kerja. Mereka akan segera menikah.Di
Rencana pernikahan Devon dan Vloryne berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan.Vloryne terkadang merasa ini hanya ilusi. Semuanya berjalan terlalu lancar seakan-akan perpisahaan beberapa tahun ini tidak pernah terjadi. Vloryne dan Devon seperti selalu bersama.Setelah bertemu kembali, Devon bahkan tidak banyak bertanya tentang kehidupan Vloryne di luar negeri. Dia memperlakukan Vloryne seperti dulu.Vloryne sudah tidak semuda dan secantik dulu lagi, tetapi Devon memperlakukannya seperti gadis berusia 20 tahun. Vloryne diam-diam berpikir bahwa Devon pasti suka gadis berusia 18 tahun. Sayangnya, waktu telah berlalu dan tidak bisa kembali.Devon hanya tersenyum.Pada musim dingin, hari-hari terasa lebih singkat. Setelah pulang kerja, Vloryne datang ke vila Devon, tetapi Devon belum pulang. Dua pembantu yang dipekerjakan Devon sudah mulai menyiapkan makan malam.Ketika Vloryne turun dari mobil, dia menerima panggilan dari Devon. Vloryne bertanya dengan lembut, "Kamu pulang jam berapa?"De
Vloryne kembali menatap Devon dengan polos.Devon mengeluarkan dompet dari mantelnya sambil terkekeh-kekeh. Dia mengambil kartu bank platinum dan menaruhnya di telapak tangan Vloryne. "Ini kartu cadanganku, nggak ada batas pengeluaran," ucapnya.Vloryne berucap pelan, "Baik banget. Terima kasih, Pak Devon!"Devon menepuk-nepuk kepala gadis itu.Vloryne sontak memeluk leher kekasihnya dan berkata, "Terima kasih, Om Gadun."Devon membalas dengan menangkup wajah mungil Vloryne dan menciumnya dalam-dalam. Dahulu, dia adalah seorang dosen dan sekarang dirinya adalah pebisnis andal.Namun, tingkah Vloryne membuatnya tidak bisa menahan diri. Setelah mengakhiri ciumannya, Devon membisikkan kata-kata nakal di telinga gadis itu, membuatnya tertegun sekaligus malu.Devon menggigit ujung hidung Vloryne dan berucap, "Seleramu cukup mengagetkan."Vloryne tidak berani menggoda Devon lagi. Dia duduk lebih tegak dan meminta pria itu untuk mengemudi. Devon menatapnya sejenak, baru menghidupkan mesin.Se