Annika tertegun sesaat. Begitu menoleh, dia langsung melihat Jeremy. Padahal pria ini akan segera bertunangan dan terlihat begitu keren di layar lebar, tetapi wajahnya malah menjadi begitu lesu dan matanya juga memerah sekarang."Di mana Sania?" tanya Jeremy dengan suara serak dan cengkeraman yang menjadi makin kuat. Hal ini pun membuat Annika kesakitan.Annika pun tersadar kembali. Dia menatap Jeremy, lalu membalas dengan lirih, "Kemarin kami sempat mengobrol di telepon. Dia lagi di Kota Brata. Jeremy, kamu sudah mau bertunangan, ngapain cari dia lagi?"Jeremy melepaskan tangan Annika, lalu menyalakan rokok dengan agak kesal. Asap seketika mengepul di udara ....Jeremy menjentikkan rokoknya sembari menjawab, "Sejak semalam, aku nggak bisa menghubunginya lagi. Annika, bukannya aku nggak ingin melepaskannya, tapi aku nggak bisa melupakannya!"Annika menegur, "Jeremy, kamu sudah mau bertunangan lho! Kamu mau jadiin dia wanita simpanan? Calon istrimu itu pasti akan mencari masalah dengann
Suara Zakki terdengar rendah sekaligus lembut seperti seorang suami, kekasih, dan orang tua. Dia menyuruh Annika untuk tidak menangis. Katanya, dia akan pulang besok dan menyuruh orang untuk mencari Sania.Beberapa saat kemudian, Annika akhirnya berhenti menangis. Zakki memegang ponselnya sembari mendengar suara napas Annika dan tak kuasa berkata, "Annika, aku menyuruhmu jangan menangis, tapi aku malah menyukai dirimu yang seperti ini. Kalau kamu menangis, aku ingin sekali menindasmu dengan makin kejam. Aku ingin kamu menangis sambil merangkul leherku, lalu memanggilku dan memohon dengan lemas ...."Begitu mendengarnya, Annika langsung mengakhiri panggilan itu. Melihat ini, Zakki sontak terkekeh-kekeh. Kemudian, dia menghubungi sekretarisnya dan memanggilnya kemari.Dania belum sempat beristirahat, tetapi sudah dipanggil oleh atasannya lagi. Ketika mengetuk pintu, dia sampai berpikir apakah dirinya seharusnya meminta kenaikan gaji?Begitu masuk, terlihat Zakki yang bersandar di kursi s
Zakki sangat pintar menilai orang. Lagi pula, dia sudah tidur dengan Annika selama bertahun-tahun sehingga tahu betul apa yang disukai wanita ini. Dia pun tidak keberatan menyenangkan hati wanita.Bagi Zakki, Annika yang tidak bisa memuaskan hasrat sendiri sangatlah menggoda. Sayangnya, malam itu Zakki tidak sepenuhnya puas karena mempertimbangkan suasana hati wanita ini.Saat ini, Annika pun berjarak sangat dekat dengan Zakki. Terlihat tubuhnya yang agak gemetaran. Dia tahu wanita ini sedang dibingungkan oleh cinta dan bukan. Annika ingin menjauh, tetapi tidak sanggup menolak pesona Zakki. Sementara itu, Keluarga Chandra yang kehilangan kuasa adalah peluang yang paling baik untuk Zakki.Zakki mendekati Annika lagi. Dia sontak merangkul bahu Annika, lalu menggunakan tangan lain untuk mengelus anjing itu. Suaranya terdengar sangat lembut saat bertanya, "Kamu masih ingin pelayanan seperti itu? Senyaman itu, ya?"Annika segera memalingkan wajahnya. Dia pernah mencintai pria ini selama 6 t
Dalam perjalanan ke rumah sakit, Annika mengepalkan tangannya dengan erat. Dia tidak bertanya apa pun pada Zakki.Koridor di rumah sakit terasa panjang. Annika samar-samar bisa mendengar tangisan seorang wanita yang terdengar kesakitan dan familier. Dia pun mempercepat langkah kakinya.Sesudah mendorong pintu, Zakki yang berdiri di belakang berbisik, "Anak buah Evania memukulnya sampai telinga kanannya tuli. Kami menemukannya di sebuah gudang terlantar."Annika seketika berkaca-kaca. Dia menggenggam gagang pintu dengan gemetaran. Sesaat kemudian, dia baru berjalan masuk.Jeremy dan calon istrinya tiba duluan. Terlihat Sania yang terduduk lemas di ranjang dan kehilangan banyak berat badan. Dia tidak mendengarkan Jeremy dan Evania yang berbicara karena memang tidak bisa mendengar lagi.Kini, Sania bak mayat berjalan. Begitu melihat Annika, sorot matanya baru terlihat lebih hidup. Annika memeluknya sambil berkata dengan bibir yang bergetar, "Maaf, aku terlambat."Sania menangis dengan ker
Pada larut malam, Jeremy sempat kembali ke rumah sakit. Sania hanya mendongak melirik sekilas, lalu membenamkan kepalanya di lutut. Dia masih terjerumus dalam ketakutan dan tidak ingin punya hubungan dengan pria ini lagi.Jeremy mengurungkan niatnya untuk berbicara dan pergi. Ketika berjalan di koridor yang kosong, dia bisa mendengar jelas suara langkah kakinya sendiri. Dia membuka jendela, membiarkan angin malam berembus masuk.Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki di belakang. Jeremy tahu orang yang datang adalah Zakki. Dia menyalakan rokok dengan tangan yang bergetar sambil berkata, "Aku cukup terpana saat melihatnya untuk pertama kali. Aku berusaha untuk mendapatkannya, tapi tahu aku nggak mungkin menikahinya.""Sampai sekarang, aku masih berpikiran seperti itu. Bagaimanapun, hal ini memang nggak realistis. Zakki, yang bisa kulakukan hanya melepaskannya, membiarkannya hidup dengan tenang," ujar Jeremy.Jeremy menunduk menatap rokok di tangannya, lalu meneruskan dengan suara renda
Pagi harinya ketika bangun, Annika langsung melihat wajah tampan Zakki. Pria ini berbaring di sofa dengan satu tangan di belakang kepala sendiri dan satu tangan lagi merangkul pinggang Annika. Terasa kehangatan dari telapak tangannya.Kemeja Zakki tampak berantakan, tetapi celananya masih rapi, hanya ikat pinggangnya yang lepas. Di sisi lain, penampilan Annika masih termasuk rapi. Akan tetapi, intuisi wanita memberitahunya bahwa pakaian dalamnya telah dilepaskan oleh pria ini. Pada saat yang sama, dia mendapati kain tipis dan kecil di sela-sela sofa.Dalam sekejap, wajah Annika memerah. Dia benar-benar berhubungan intim dengan Zakki semalam! Annika pun berusaha untuk bergeser, tetapi pinggangnya digenggam erat oleh Zakki. Jadi, dia terpaksa berbaring kembali dan tubuh keduanya menempel. Suasana seketika menjadi aneh ....Zakki menepuk pinggangnya dengan ringan. Dengan mata yang masih terpejam, dia berucap dengan suara serak, "Jangan sembarangan bergerak. Kalau sampai aku tergoda lagi,
Senyuman Annika seketika menghilang. Dia memalingkan wajahnya, tetapi Meta malah menjilat lehernya. Annika yang merasa geli pun menghindar dan kebetulan membenamkan kepalanya di leher Zakki. Dia berkata dengan suara agak manja, "Zakki, bawa dia pergi."Zakki menggendong Meta pergi, tetapi tidak melepaskan Annika. Dia menindih Annika dengan sorot mata yang dipenuhi gairah, lalu berbisik dengan lembut di samping telinga Annika, "Boleh nggak?"Wajah Annika menjadi sangat merah. Dia membalas dengan suara yang bergetar, "Nggak boleh!"Zakki menindihnya cukup lama. Sesudah jauh lebih tenang, dia baru melepaskan wanita itu sembari merapikan pakaiannya dan berujar, "Ada rapat penting pagi ini, aku akan datang lagi nanti malam.""Aku punya urusan malam ini," sahut Annika dengan cepat.Zakki pun terkekeh-kekeh, lalu pura-pura bertanya dengan tidak acuh, "Mau ketemu siapa? Jony, ya?"Annika tidak perlu memberinya penjelasan, tetapi tetap menjawab, "Nyonya Lukita memperkenalkan investor kepadaku.
Melisa menyetujui usul Annika. Dia berkata kepada pelayan, "Itu saja pesanannya. Tamu yang satu lagi akan tiba sebentar lagi, makanannya boleh langsung disajikan."Pelayan pun mengangguk mengiakan. Setelah hanya tersisa mereka berdua di dalam ruangan, Melisa berkata, "Sebelum kemari, aku dengar suamiku bilang Jeremy bertengkar hebat dengan calon istrinya demi temanmu itu. Pada malam pertunangannya, dia bahkan mengundang banyak selebritas. Orang tuanya sampai marah besar!"Melisa menghela napas, lalu meneruskan, "Sebenarnya, semua pria sama saja. Mereka mengaku rela mati untukmu sekarang, tapi ujung-ujungnya akan bosan. Nggak ada gunanya berharap pada pria, lebih baik kita menghasilkan uang sendiri."Hati Annika sontak sakit mendengarnya. Dia teringat pada Sania yang kehilangan pendengarannya dan begitu menderita, tetapi hanya dibayar dengan uang 100 miliar.Melihat ekspresi Annika ini, Melisa pun tidak melanjutkan lagi. Pelayan yang masuk untuk menyajikan membuat suasana menjadi lebih