Annika menjadi murung mendengarnya. Dia bergumam, "Zakki, kalau benar seperti ini, hubungan kita nggak akan menjadi begini."Annika merasa malu sehingga tidak berbicara lagi. Dia mengambil tasnya dan ingin pergi. Akan tetapi, Zakki sontak mencondongkan badan dan menahan tangannya sambil berkata, "Temani aku makan."Annika menggeleng sembari menimpali, "Zakki, kamu nggak seharusnya berinvestasi untukku. Kamu makan saja, aku pulang dulu."Zakki tetap menahannya. Tatapannya menjadi suram. Sesaat kemudian, dia seperti telah memikirkan semuanya dengan cermat sehingga mengambil jasnya dan berkata, "Aku akan mengantarmu pulang."Zakki selalu bersikap tegas. Dia membawa Annika keluar dari ruang privat, lalu keduanya berjalan ke tempat parkir. Zakki membuka pintu mobil dan terlihat gumpalan putih di samping kursi pengemudi. Itu adalah Meta.Meta meringkuk di jok kulit, tampak tertidur lelap. Begitu mendengar suara, ia mendongak menatap Annika dengan lugu. Dalam sekejap, kesedihan menyelimuti ha
Annika berjalan di jalanan batu yang sempit. Dia mendapati ada banyak pot tanaman di halaman, membuat musim dingin ini tampak hidup seperti musim semi. Di sebuah pintu yang terbuat dari marmer, terlihat pula lukisan yang dilukis oleh ibunya saat masih hidup.Sementara itu, ruang tamu telah direnovasi. Gaya ruangan ini masih sama, tetapi semua furniturnya diganti dengan yang baru, termasuk karpet. Di belakang sofa, terlihat sebuah mural yang luar biasa besar. Bintang berkelap-kelip. Pada malam musim panas, Annika yang masih kecil tidur nyenyak di dalam tenda kecil.Sesudah mengamati cukup lama, Annika baru pergi dengan mata berkaca-kaca. Salju menjadi makin lebat, terlihat seperti bulu-bulu yang jatuh dari langit malam.....Setelah Annika pergi, Zakki kembali ke ruang privat dan menyantap makanan sendiri dengan ekspresi datar. Tidak berselang lama, Dania datang untuk mencarinya.Begitu masuk, Dania menyerahkan sebuah laporan dan berkata, "Ini hasil analisis terbaru dari dokter, asisten
Zakki mengakhiri panggilan, lalu duduk di atas sofa. Dia memandang hujan lebat di luar sambil membayangkan Annika juga bersandar di sini bersamanya .... Zakki tentu saja bisa pergi menemui Annika sekarang dan mendapatkan wanita ini beserta hatinya lagi.Jika tidak ada halangan, dia bisa mendapatkan Annika kembali malam ini. Annika akan melingkarkan lengannya di leher Zakki dan menerima sentuhan darinya seperti dulu, hanya karena Annika mencintai Zakki.Namun, Zakki sama sekali tidak pergi. Menurutnya, dia tidak perlu melakukan ini. Selain itu, dia juga berpikir bahwa dirinya sudah mendapatkan Annika sekali lagi. Di sisi lain, Annika terjebak lagi dalam hubungan ini secara fisik maupun perasaan ....Pada malam sunyi yang diiringi suara hujan, pelayan mengetuk pintu ruang kerja Zakki sembari menyampaikan, "Tuan, ada seorang pria dari Keluarga Barani yang datang mencari Tuan. Dia bilang ingin bertemu dengan Tuan."Pria dari Keluarga Barani .... Zakki menebak bahwa pria itu adalah Harry.
Larut malam, Dania terkesiap. Sesaat kemudian, dia sadar dan berkata, "Pak Zakki, hanya garis keturunan utama dari Keluarga Ruslan yang bisa menikmati fasilitas bangsal VIP, Shilla .... Kalau Annika tahu, dia pasti marah."Zakki membentaknya, "Lakukan saja apa yang kukatakan!"Dania tentu tidak berani membangkang perintah Zakki. Namun, sebelum menutup telepon, dia berkata, "Pak Zakki, aku rasa kamu akan menyesal nanti."Setelah menutup telepon, Dania mengembuskan napas. Dia bahkan mendongak untuk mencegah air mata mengalir turun. Dari awal hingga akhir, dia tahu betul bagaimana Annika bisa kembali ke sisi Zakki dan betapa kejamnya Zakki pada Annika. Zakki telah berulang kali mengecewakan Annika!Dulu, Dania berpikir bahwa Zakki mencintai Annika. Kini, dia tahu bahwa cinta itu tidak ada apa-apanya di hati Zakki yang keras seperti batu!....Keesokan malam, salju belum kunjung berhenti. Saat keluar dari balai musik, Annika melihat mobil Zakki yang terparkir di luar. Dia pun berhenti. Kep
Rasanya sudah lama sekali Annika tidak kembali ke vila. Setelah memarkir mobil di depan gerbang vila, Zakki menyerahkan mantel pada Annika. Setelah itu, dia menatapnya dalam-dalam seraya berkata, "Saljunya nggak lebat. Ayo jalan-jalan sebentar.""Dia gimana?" tanya Annika, takut Meta akan kedinginan.Zakki melirik Meta sekilas, lalu kembali menatap Annika sambil berkata pelan, "Aku akan menggendongnya, tapi kamu jangan cemburu, ya."Annika mengenakan mantelnya, lalu membuka pintu mobil dan turun. "Aku nggak bakal cemburu!" sahutnya.Zakki terkekeh-kekeh. Kemudian, dia mencondongkan tubuh untuk menggendong Meta. Sambil mengelus kepala anjing kecil itu, dia berbisik, "Ibumu marah, tuh!" Meta menggonggong dua kali sebagai tanggapan.Zakki juga memakai mantelnya, lalu turun mobil sambil menggendong Meta. Dia menutup pintu mobil dengan punggung tangan, lalu segera menyusul Annika dan berjalan bersisian dengannya. Meta berbaring dengan manis dalam dekapan Zakki. Salju perlahan turun ke bumi.
Tubuh Annika telah tenggelam dalam hasrat. Dia merasa tidak aman dan ingin bangun, tetapi malah ditahan oleh Zakki secara lembut. Pria itu mendekati telinga Annika, lalu memiringkan kepalanya untuk mencium kedua mata istrinya yang basah.Kemudian, Zakki berkata dengan suara yang rendah dan serak, "Ada beberapa hal yang menurutku diperlukan. Nyonya Ruslan, aku ingin menyenangkanmu. Aku ingin membuatmu senang .... Katakan padaku, apa yang harus kulakukan? Sekarang, kamu ingin aku melakukan apa?"Zakki berbicara demikian sambil menggenggam erat tangan istrinya .... Zakki memiliki paras yang tampan dan pandai merayu. Wanita mana yang mampu menahan diri dari pria seperti ini? Apalagi, Annika telah mencintainya selama 6 tahun. Dia sangat mudah ditaklukkan oleh pria itu.Ketika Zakki menciumnya, dia tanpa sadar mengangkat tubuhnya dan merespons ciumannya dengan gemetar. Namun, pria itu malah menjauh sambil tersenyum lembut.Annika telah bergairah sekarang. Dia merangkul leher suaminya dengan
Annika pergi ke rumah sakit untuk menjemput Sania. Setelah sopir memarkir mobil, pintu langsung dibuka seseorang dari luar. Annika terkejut saat mendapati Jeremy berdiri di luar mobil. Di tengah lapangan parkir yang diselimuti salju tipis, sosok pria itu tampak murung.Bertemu Jeremy lagi membuat hati Annika terasa rumit. Jadi, dia hanya duduk dalam diam di mobil.Akhirnya, Jeremy yang pertama angkat suara, "Annika, aku mau ngobrol sebentar denganmu!"....Di sebuah kafe tepi jalan, Annika duduk sambil memandangi pemandangan salju di luar jendela. Dia mengaduk kopi di meja tanpa suara.Jeremy bertanya, "Gimana kabar dia?"Annika tersadar dari lamunan dan menatap Jeremy yang duduk berhadapan dengannya. Seperti biasa, pria itu masih berpakaian necis dan tanpa cacat. Hanya saja, dia tidak menyalakan rokok meski tangannya terus menggenggam kotak rokok. Jeremy tampak sedikit gelisah.Annika menaruh pengaduk dan menyesap kopinya. Tanpa memandang Jeremy, dia perlahan berkata, "Setiap aku meng
Justin berujar sambil tersenyum, "Respon pasar sangat bagus. Semua tiket konser pertama di Kota Handa sudah ludes sejak semalam."Annika terkejut mendengarnya. Setelah mempertimbangkannya sejenak, dia berkata, "Gimana kalau aku pergi besok pagi saja?"Mendengar itu, Justin tidak kuasa menahan diri untuk menggodanya.Setelah panggilan dimatikan, Sania berujar gembira, "Aku nggak apa-apa. Annika, kamu urus saja kariermu. Sampaikan juga makasih buat Zakki dariku!" Dia mendekap lembut Annika dan berbisik, "Dia memperlakukanmu dengan baik sekarang, jadi jalanilah hari-harimu semaksimal mungkin. Lupakan semua yang sudah berlalu.""Ya!" sahut Annika dengan suara yang sedikit serak.Kedua sahabat itu berpisah dengan senyum di tengah linangan air mata. Seolah-olah, keduanya kembali menjadi sosok mereka di masa lalu.....Begitu Annika masuk ke mobil, sopir yang melihat suasana hatinya cukup baik pun bertanya, "Nyonya, apa kita pulang ke vila sekarang?"Sambil menyandar ke kursi, Annika memesan