Dalam perjalanan ke rumah sakit, Annika mengepalkan tangannya dengan erat. Dia tidak bertanya apa pun pada Zakki.Koridor di rumah sakit terasa panjang. Annika samar-samar bisa mendengar tangisan seorang wanita yang terdengar kesakitan dan familier. Dia pun mempercepat langkah kakinya.Sesudah mendorong pintu, Zakki yang berdiri di belakang berbisik, "Anak buah Evania memukulnya sampai telinga kanannya tuli. Kami menemukannya di sebuah gudang terlantar."Annika seketika berkaca-kaca. Dia menggenggam gagang pintu dengan gemetaran. Sesaat kemudian, dia baru berjalan masuk.Jeremy dan calon istrinya tiba duluan. Terlihat Sania yang terduduk lemas di ranjang dan kehilangan banyak berat badan. Dia tidak mendengarkan Jeremy dan Evania yang berbicara karena memang tidak bisa mendengar lagi.Kini, Sania bak mayat berjalan. Begitu melihat Annika, sorot matanya baru terlihat lebih hidup. Annika memeluknya sambil berkata dengan bibir yang bergetar, "Maaf, aku terlambat."Sania menangis dengan ker
Pada larut malam, Jeremy sempat kembali ke rumah sakit. Sania hanya mendongak melirik sekilas, lalu membenamkan kepalanya di lutut. Dia masih terjerumus dalam ketakutan dan tidak ingin punya hubungan dengan pria ini lagi.Jeremy mengurungkan niatnya untuk berbicara dan pergi. Ketika berjalan di koridor yang kosong, dia bisa mendengar jelas suara langkah kakinya sendiri. Dia membuka jendela, membiarkan angin malam berembus masuk.Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki di belakang. Jeremy tahu orang yang datang adalah Zakki. Dia menyalakan rokok dengan tangan yang bergetar sambil berkata, "Aku cukup terpana saat melihatnya untuk pertama kali. Aku berusaha untuk mendapatkannya, tapi tahu aku nggak mungkin menikahinya.""Sampai sekarang, aku masih berpikiran seperti itu. Bagaimanapun, hal ini memang nggak realistis. Zakki, yang bisa kulakukan hanya melepaskannya, membiarkannya hidup dengan tenang," ujar Jeremy.Jeremy menunduk menatap rokok di tangannya, lalu meneruskan dengan suara renda
Pagi harinya ketika bangun, Annika langsung melihat wajah tampan Zakki. Pria ini berbaring di sofa dengan satu tangan di belakang kepala sendiri dan satu tangan lagi merangkul pinggang Annika. Terasa kehangatan dari telapak tangannya.Kemeja Zakki tampak berantakan, tetapi celananya masih rapi, hanya ikat pinggangnya yang lepas. Di sisi lain, penampilan Annika masih termasuk rapi. Akan tetapi, intuisi wanita memberitahunya bahwa pakaian dalamnya telah dilepaskan oleh pria ini. Pada saat yang sama, dia mendapati kain tipis dan kecil di sela-sela sofa.Dalam sekejap, wajah Annika memerah. Dia benar-benar berhubungan intim dengan Zakki semalam! Annika pun berusaha untuk bergeser, tetapi pinggangnya digenggam erat oleh Zakki. Jadi, dia terpaksa berbaring kembali dan tubuh keduanya menempel. Suasana seketika menjadi aneh ....Zakki menepuk pinggangnya dengan ringan. Dengan mata yang masih terpejam, dia berucap dengan suara serak, "Jangan sembarangan bergerak. Kalau sampai aku tergoda lagi,
Senyuman Annika seketika menghilang. Dia memalingkan wajahnya, tetapi Meta malah menjilat lehernya. Annika yang merasa geli pun menghindar dan kebetulan membenamkan kepalanya di leher Zakki. Dia berkata dengan suara agak manja, "Zakki, bawa dia pergi."Zakki menggendong Meta pergi, tetapi tidak melepaskan Annika. Dia menindih Annika dengan sorot mata yang dipenuhi gairah, lalu berbisik dengan lembut di samping telinga Annika, "Boleh nggak?"Wajah Annika menjadi sangat merah. Dia membalas dengan suara yang bergetar, "Nggak boleh!"Zakki menindihnya cukup lama. Sesudah jauh lebih tenang, dia baru melepaskan wanita itu sembari merapikan pakaiannya dan berujar, "Ada rapat penting pagi ini, aku akan datang lagi nanti malam.""Aku punya urusan malam ini," sahut Annika dengan cepat.Zakki pun terkekeh-kekeh, lalu pura-pura bertanya dengan tidak acuh, "Mau ketemu siapa? Jony, ya?"Annika tidak perlu memberinya penjelasan, tetapi tetap menjawab, "Nyonya Lukita memperkenalkan investor kepadaku.
Melisa menyetujui usul Annika. Dia berkata kepada pelayan, "Itu saja pesanannya. Tamu yang satu lagi akan tiba sebentar lagi, makanannya boleh langsung disajikan."Pelayan pun mengangguk mengiakan. Setelah hanya tersisa mereka berdua di dalam ruangan, Melisa berkata, "Sebelum kemari, aku dengar suamiku bilang Jeremy bertengkar hebat dengan calon istrinya demi temanmu itu. Pada malam pertunangannya, dia bahkan mengundang banyak selebritas. Orang tuanya sampai marah besar!"Melisa menghela napas, lalu meneruskan, "Sebenarnya, semua pria sama saja. Mereka mengaku rela mati untukmu sekarang, tapi ujung-ujungnya akan bosan. Nggak ada gunanya berharap pada pria, lebih baik kita menghasilkan uang sendiri."Hati Annika sontak sakit mendengarnya. Dia teringat pada Sania yang kehilangan pendengarannya dan begitu menderita, tetapi hanya dibayar dengan uang 100 miliar.Melihat ekspresi Annika ini, Melisa pun tidak melanjutkan lagi. Pelayan yang masuk untuk menyajikan membuat suasana menjadi lebih
Annika menjadi murung mendengarnya. Dia bergumam, "Zakki, kalau benar seperti ini, hubungan kita nggak akan menjadi begini."Annika merasa malu sehingga tidak berbicara lagi. Dia mengambil tasnya dan ingin pergi. Akan tetapi, Zakki sontak mencondongkan badan dan menahan tangannya sambil berkata, "Temani aku makan."Annika menggeleng sembari menimpali, "Zakki, kamu nggak seharusnya berinvestasi untukku. Kamu makan saja, aku pulang dulu."Zakki tetap menahannya. Tatapannya menjadi suram. Sesaat kemudian, dia seperti telah memikirkan semuanya dengan cermat sehingga mengambil jasnya dan berkata, "Aku akan mengantarmu pulang."Zakki selalu bersikap tegas. Dia membawa Annika keluar dari ruang privat, lalu keduanya berjalan ke tempat parkir. Zakki membuka pintu mobil dan terlihat gumpalan putih di samping kursi pengemudi. Itu adalah Meta.Meta meringkuk di jok kulit, tampak tertidur lelap. Begitu mendengar suara, ia mendongak menatap Annika dengan lugu. Dalam sekejap, kesedihan menyelimuti ha
Annika berjalan di jalanan batu yang sempit. Dia mendapati ada banyak pot tanaman di halaman, membuat musim dingin ini tampak hidup seperti musim semi. Di sebuah pintu yang terbuat dari marmer, terlihat pula lukisan yang dilukis oleh ibunya saat masih hidup.Sementara itu, ruang tamu telah direnovasi. Gaya ruangan ini masih sama, tetapi semua furniturnya diganti dengan yang baru, termasuk karpet. Di belakang sofa, terlihat sebuah mural yang luar biasa besar. Bintang berkelap-kelip. Pada malam musim panas, Annika yang masih kecil tidur nyenyak di dalam tenda kecil.Sesudah mengamati cukup lama, Annika baru pergi dengan mata berkaca-kaca. Salju menjadi makin lebat, terlihat seperti bulu-bulu yang jatuh dari langit malam.....Setelah Annika pergi, Zakki kembali ke ruang privat dan menyantap makanan sendiri dengan ekspresi datar. Tidak berselang lama, Dania datang untuk mencarinya.Begitu masuk, Dania menyerahkan sebuah laporan dan berkata, "Ini hasil analisis terbaru dari dokter, asisten
Zakki mengakhiri panggilan, lalu duduk di atas sofa. Dia memandang hujan lebat di luar sambil membayangkan Annika juga bersandar di sini bersamanya .... Zakki tentu saja bisa pergi menemui Annika sekarang dan mendapatkan wanita ini beserta hatinya lagi.Jika tidak ada halangan, dia bisa mendapatkan Annika kembali malam ini. Annika akan melingkarkan lengannya di leher Zakki dan menerima sentuhan darinya seperti dulu, hanya karena Annika mencintai Zakki.Namun, Zakki sama sekali tidak pergi. Menurutnya, dia tidak perlu melakukan ini. Selain itu, dia juga berpikir bahwa dirinya sudah mendapatkan Annika sekali lagi. Di sisi lain, Annika terjebak lagi dalam hubungan ini secara fisik maupun perasaan ....Pada malam sunyi yang diiringi suara hujan, pelayan mengetuk pintu ruang kerja Zakki sembari menyampaikan, "Tuan, ada seorang pria dari Keluarga Barani yang datang mencari Tuan. Dia bilang ingin bertemu dengan Tuan."Pria dari Keluarga Barani .... Zakki menebak bahwa pria itu adalah Harry.