Home / Fiksi Remaja / Tingkat Dua / Part 1 • Arunika

Share

Tingkat Dua
Tingkat Dua
Author: coochocinoou

Part 1 • Arunika

Orang bilang awal umur dua puluhan adalah saat yang tepat untuk coba-coba, waktu yang sempurna untuk out of the comfort zone dan benar-benar menemukan apa yang sebenarnya menjadi passion diri. Bukan berarti main-main dengan setiap yang di kerjakan, tetapi lebih berusaha sebaik mungkin untuk menemukan sebuah kenyamanan di dalamnya.

Jika toh nanti tidak sesuai yang diharapkan, masih ada kesempatan lain untuk mencoba hal baru yang tidak pernah kita duga sebelumnya.

Dan aku rasa, mengisinya dengan diam-diam menyukai seseorang bukalah hal yang salah juga.

"Pojok kanan, kemeja biru, lengannya di gulung nyampe siku." Bisik Fayka padaku, Salsa dan Raini yang sedang mengikuti kuliah umum bersama anak-anak dari satu jurusan.

Kami yang biasanya hanya kuliah bersama teman sekelas, kini mendapat kesempatan untuk kuliah bersama kakak tingkat dan adik tingkat karena adanya dosen tamu yang datang.

"Yang mana?" Tanya Raini mencoba memastikan.

Entah kenapa aku ikut menoleh mengikuti instruksi yang diberikan oleh Fayka. Jika dia mengatakan ada laki-laki tampan di ruangan ini, maka aku jelas yakin jika orang tersebut memang benar-benar lebih dari sekedar tampan.

Kali ini siapa lagi, batinku ikut penasaran akan sosok yang dimaksud oleh perempuan cantik pemilik standar ketampanan yang sangat tinggi ini.

"Bego!" Umpatnya setelah menyadari bahwa ketiga dari kami langsung menengok dan menimbulkan sedikit kegaduhan di ruangan yang sunyi senyap.

"Jangan langsung nengok semua njir!" Lanjutnya masih berbisik-bisik agar tidak menjadi pusat perhatian.

"Siapa?" Ucap Raini saat lirikannya sudah menangkap jelas sosok yang paling menonjol diantara teman-temannya.

"Ganteng banget sih emang!!" Lanjutnya dengan penuh semangat

Aku membenarkan perkataan Raini dalam hati. Memang benar bahwa laki-laki yang duduk dipojokkan bersama teman-temannya itu, memiliki tampang yang good looking. Tipe yang sangat mudah menarik perhatian di manapun dia berada.

"Kating, ketua hima yang baru jadi kemaren!" Fayka memberikan satu informasi setelah beberapa saat tidak ada yang bersuara diantara kami.

Semua dari kami meringis tidak enak, karena tiba-tiba Bagas yang merupakan salah satu aktivis kelas menoleh dan memelototi kami berempat.

"Radit namanya, Raditya." Fayka yang duduk paling kiri sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah kami bertiga agar apa yang dikatakannya masih dapat jelas terdengar.

Bagas sudah kembali menghadap ke depan sehingga obrolan kami bisa kembali diteruskan.

"Dia senyum woy!"

Untuk beberapa saat kami terdiam, saat sosok yang sedang mengobrol dengan teman disampingnya itu mengembangkan senyum tipisnya. Damndamage-nya nggak ada obat!

"Manis banget, ya Allah." Aku Raini yang diangguki oleh Salsa dan Fayka.

Dimataku cowok berkemeja biru itu memang terlalu keren. Sangking kerennya, aku bahkan merasa bahwa kami tidak hidup di dunia yang sama.

Dan alasan itu pula yang membuat one side story-ku tidak akan pernah aku tunjukan padanya. As simple like that.

Lagipula kata orang rasa suka yang dipendam itu akan lebih bertahan lama daripada yang diungkapkan kan? Dan itu adalah teori yang masih aku yakini hingga sekarang.

Makanya aku hanya memandangnya dari kejauhan dan mengamati segala perilakunya dalam diam. Seperti saat ini, saat teman-temanku memilih membicarakannya aku tetap memilih bungkam, seolah tidak tertarik dengan pembahasan yang mereka debatkan. Mengunci mulutku rapat-rapat dan hanya mendengar celotehan mereka yang tak henti-henti memuji ketampanannya yang bak tokoh-tokoh utama di novel romansa.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status