Share

Part 9 • Arunika

"Yakin nggak mau bareng?" Sosoknya bertanya untuk kedua kalinya saat aku tak kunjung juga mengiyakan ajakannya itu.

"Nggak usah, Bang. Temen gue bakalan jemput kok. Abang duluan aja gak papa."

Jarak antara perpustakaan dan gerbang keluar kampus memang sangatlah jauh. Apalagi jika ditempuh sendiri, tentu saja itu akan berkali-kali lipat lebih melelahkan.

"Ya udah kalo gitu. Gue tungguin nyampe temen lo dateng deh! Gue juga nggak ada acara apa-apa kok abis ini." Ucapnya santai sembari menyandarkan kembali punggungnya ke kursi yang tersedia di depan gedung perpustakaan.

"Eh," Aku setengah tidak mengira dengan jawaban yang akan keluar dari mulutnya itu.

"Nggak usah, Bang."

Kulihat Bang Radit mengernyitkan dahinya, "Kenapa?"

"Hmm.. " Aku sungguhan bingung ingin menjawab apa

Bang Radit menghembuskan napasnya, "Keberadaan gue bikin lo nggak nyaman ya?" Lagi-lagi kalimat itu yang keluar dari mulutnya.

Aku menggeleng. "Eh, enggak kok."

''Terus?"

"E.. emm.. gimana ya ngomongnya? Gue nggak mau aja kalo entar ada salah paham aja gitu."

Aku mencoba memberitahunya secara tidak langsung jika keberadaanya disini rentan menimbulkan kesalahpahaman. Orang yang melihat dia duduk semeja denganku akan berasumsi bahwa ada hubungan tertentu diantara kami berdua.

"Soal apa?" Bang Radit menautkan kedua alisnya.

"Hubungan kita." Jawabku setelah memberanikan diri.

"Eh, maksud gue entar temen gue salah ngira kalo ada hubungan diantara kita gitu, Bang." Aku meringis setelah menjelaskan isi pikiranku kepadanya.

"Loh, kalo kaya gitu ya nggak salah paham, Ka. Emang sejak kapan kita nggak ada hubungan apa-apa?"

Astagfirullah - ini beneran si abang enggak paham maksud aku, atau emang sengaja ngeledek? Aku masih belum membalas pertanyaannya barusan.

Kudengar Bang Radit berdehem pelan. "Sori-sori. Bercandaan gue keterlaluan ya?" Ucapnya lebih lanjut.

Aku hanya meringis, memilih untuk tidak menjawab karena bingung harus menggeleng atau menganggguk. Untungnyapun dia seperti memahamiku dengan tidak menuntut jawaban atas pertanyaannya barusan.

***

"Jadi udah sampe mana?" Tanyanya setelah lima menit terlewat dari kejadian tadi.

Aku menggeleng. "Belum ngabarin lagi Bang anaknya."

"Nggak coba di telfon aja? Siapa tau ada kendala gitu di jalan." Bang Radit mencoba memberi usul yang langsung aku iyakan.

Belum juga aku mengambil ponsel, justru lelaki di depanku inilah yang sudah mendapatkan panggilan. Memilih mengurungkan niat, aku menunggu Bang Radit yang saat ini menjawab telepon yang sepertinya cukup penting itu.

Bukannya bermaksud lancang mendengarkan obrolannya, tapi memang dia tidak beranjak dari tempat duduknya sekarang. Alhasil, aku pun sedikit menangkap pembicaraannya dengan rekan di seberang setelah beberapa kali sosoknya menyebut kata 'rapat' dan 'sekarang banget'.

Dan benar saja, tepat setelah ia menutup telepon itu Bang Radit kelihatan tidak enak saat menatapku.

"Kenapa, Bang?" Aku memilih untuk membuka pembicaraan terlebih dulu.

"Rapat?" Lanjutku kemudian.

Masih dengan wajah tidak enaknya, Bang Radit mengangguk mengiyakan. "Tapi gakpapa kok nunggu temen lo nyampe sini dulu."

Aku mengangguk-angguk. Tidak menyangka jika dirinya justru memilih mengucapkan kalimat itu saat sosoknya sendiri sudah di tunggu oleh teman-temannya.

Memang saat bertelepon tadi, ia sudah menyinggung jika anak-anak sudah kumpul dan tinggal menunggu dirinya. Dan pada akhirnya aku memilih berbohong dengan mengatakan bahwa teman yang aku akui akan menjemputku itu baru saja mengirim pesan jika sudah hampir sampai di tempat ini. And of course alasanku barusan mampu membuatnya beranjak pergi meski harus meminta maaf dulu padaku untuk beberapa kali.

***

"Masih di perpus nggak?" Satu kalimat pertama Fayka saat aku menerima panggilannya.

"Hmm" Balasku sembari mengedarkan pandangan ke sekitar.

"Gue nggak jadi dateng ya...." Ucapnya tidak enak.

Aku hanya tersenyum. "Ya kali Fai.... Ini juga udah hampir ashar. Udah nggak kuat juga gue kalo harus ngerjain tugas sekarang." 

Fayka di seberang sana terdengar menghela napas. "Sori ya.... Asli gue nggak expect banget kalo bakal selama itu."

"Nggak papa, Fai. Kaya sama siapa aja!"

"Tapi lo bisa jemput gue kan?" Aku bertanya karena malas untuk berjalan pulang. Jika ingin menggunakan ojek kampus pun aku harus berjalan terlebih dahulu, sehingga best optionnya

adalah meminta sahabatku itu untuk menjemput.

"Aman sis, gue otw sekarang!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status