Share

Tiga Saudara Kembar Cerdik
Tiga Saudara Kembar Cerdik
Author: Vannesya

Bab 1

Di Kantor Perusahaan Bintang Utara Internasional.

Sekretaris itu mengetuk pintu kantor bos sambil memegang kotak paket yang agak berat.

“Bos, ini paket Anda.”

“Ya!” jawab Gideon Gandrio, masih menundukkan kepalanya, mengurus dokumen.

“Bos, kurir menyuruh Anda untuk membuka paketnya setelah Anda menerimanya dan mengembalikannya jika ada masalah.”

Gideon mengangkat matanya, tatapannya yang tajam dipenuhi dengan sedikit ketidaksenangan.

Sekretaris itu segera menundukkan kepalanya, tidak berani menatapnya sama sekali.

Gideon memperhatikan paket itu. Tangannya tanpa sadar terulur, seolah-olah bungkusan itu memiliki kekuatan ajaib.

Ketika kotak itu terbuka, dia terkejut karena melihat seorang bayi laki-laki tergeletak di dalamnya.

Seolah mendengar suara orang, bayi laki-laki itu membuka matanya, menyeringai pada Gideon, dan menggerakkan anggota tubuhnya dengan lincah.

Seolah-olah bayi itu melihat Gideon dan merasa gembira.

Wajahnya yang bulat kecil dan matanya yang jernih itu sangat terlihat imut.

Gideon menatapnya dan hati dinginnya tiba-tiba terasa hangat.

Gideon mengulurkan tangan dan mengambil catatan di dada bayi laki-laki itu.

Gideon, nama bayi ini adalah Kevin Gandrio. Maaf, aku telah merepotkanmu. Aku berharap kamu bisa menjaganya dengan baik di masa depan.

Tatapan mata Gideon tiba-tiba berubah dingin dan kenangan setahun yang lalu muncul dibenaknya dimana Agnes mengikatnya di tempat tidur, sampai Gideon ingin membunuhnya...

“Di mana si kurirnya?” tanya Gideon.

Wajah sekretaris itu menjadi pucat karena ketakutan. “Masih … di bawah.”

Gideon mengeluarkan anak itu dari kotak paket dan pergi keluar kantor.

Namun, di luar gerbang perusahaan, Gideon tidak menemukan orang yang dicarinya.

Oh! Betul juga!

Gideon pikir Agnes tidak punya keberanian untuk datang.

Anak yang dia gendong mengulurkan tangan kecilnya yang gemuk dan tersenyum pada Gideon …

Bersembunyi tidak jauh, Agnes, mengenakan pakaian pekerja petugas bersih-bersih dan topi sambil menatap Gideon yang menggendong Kevin. Matanya penuh dengan keengganan.

Dia berkata dalam hati, 'Kevin, maafkan Ibu'.

Agnes baru saja melahirkan tiga orang bayi laki-laki beberapa hari lalu. Jika putra bungsunya, Kevin Gandrio, tidak memiliki penyakit jantung bawaan dan membutuhkan biaya pengobatan yang besar, Agnes tidak akan rela memberikan anaknya, darah dagingnya sendiri, kepada Gideon.

Gideon pasti sangat amat membencinya.

Jika bukan karena hal itu, Agnes tidak akan bersembunyi selama setahun dan memberi Kevin kepada Gideon dengan cara seperti itu.

Kevin adalah putra kandungnya Gideon, jadi Gideon tidak seharusnya melampiaskan kebenciannya kepada Kevin.

Namun, Agnes hanya mengambil risiko.

Agnes mengela napas lega saat melihat Gideon yanga akhirnya kembali ke kantornya dengan Kevin di pelukannya. Namun, saat Agnes berbalik dan pergi, hatinya masih terasa sakit bukan main.

Agnes mungkin tidak akan melihatnya lagi.

7 tahun kemudian.

“Ibu, apakah Ibu sudah di sini? Acaranya sebentar lagi dimulai.”

Suara lembut Leo Liberty terdengar dari telepon. Agnes mengambil telepon dan melangkah maju, menjawab, “Sebentar, sebentar lagi, Ibu sudah masuk tempatnya.”

Namun, bagian belakang panggung tempat itu bagaikan labirin yang membuat Agnes bingung.

“Leo, sepertinya Ibu tersesat.”

Agnes berdiri di area belakang panggung yang seperti labirin itu dan merasa kebingungan juga.

Leo mengeluh tak berdaya, seperti orang dewasa kecil. “Ibu, di mana Ibu? Aku akan menyuruh Adik untuk menjemput Ibu.”

“Aku di …” Agnes melihat sekeliling. Setiap ruangan terlihat sama, begitu pula koridornya. Tidak ada tanda-tanda yang jelas.

Saat Agnes melangkah mundur untuk melihat sekeliling, dia tidak sengaja menginjak kaki seseorang dan hampir terjatuh.

Dia segera berbalik dan menundukkan kepalanya untuk meminta maaf. “Maaf, maaf”

Napas dingin seakan membuatnya menggigil.

Itu hanyalah sebuah ketidaksengajaan dia menginjakkan kakinya. Dia sudah minta maaf. Apakah perlu orang itu marah segitunya?

Agnes mengangkat kepalanya dan ketika dia melihat wajah tegas Gideon, dia tercengang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status