Agnes menyiapkan sarapan. Leo dan Bintang kompak dan bangun tepat waktu.Untuk sarapan, Agnes membeli roti panggang dari toko roti dan menggoreng dua butir telur.“Ibu, pertunjukanku sudah selesai. Kapan kita pulang?” tanya Leo.Ayahnya tidak menyukai mereka, jadi mereka tidak perlu lagi berlama-lama di situ.Tangan Agnes yang sedang menuangkan susu terhenti sejenak, lalu dia berkata perlahan, “Tunggu dua hari lagi.”Leo mengangguk patuh. “Kalau begitu, aku akan menelepon Om Wawan nanti dan memintanya untuk menunda perjalanan selama beberapa hari.”“Oke!” kata Agnes setuju.Agnes sudah berencana, ketika menemani Leo ke kota ini, dia juga ingin bertemu dengan orang yang sangat penting.Adik perempuan Gideon, Rola, adalah sahabat Agnes. Agnes selalu meluangkan waktu agar dia dan Rola bisa bertemu, termasuk pada malam itu. Namun, setahun kemudian, Rola mengalami kecelakaan mobil dan Agnes juga lagi dicari oleh Gideon, jadi Agnes tidak bisa berhubungan lagi dengannya.Meskipun Agnes sudah
“Agnes, aku memberimu waktu satu hari untuk meninggalkan Jisara. Jika aku melihatmu lagi, jangan salahkan aku jika bersikap kasar padamu.” Gideon memperingatkan dengan kasar.Geri yang berada di luar pintu mendesah pelan. “Tuan Gideon, kenapa kamu bersikap begitu munafik?”Geri berpikir kalau Gideon sudah tidak pernah bertemu Agnes selama tujuh tahun dan Gideon dulu mencari Agnes seperti orang gila. Sekarang setelah mereka bertemu lagi, Gideon malah mencoba mengusir Agnes.Agnes mencibir, “Jangan khawatir, bahkan tanpa kamu suruh, aku akan meninggalkan kota ini. Kamu tidak perlu mengusirku.”“Agnes!” Gideon menggertakkan giginya dan menarik Agnes, memaksanya untuk berdiri.Agnes marah dan berkata, “Gideon, apa yang kamu lakukan? Aku sudah bilang kalau aku akan pergi dan kamu masih saja belum puas.”“Agnes, apa kamu mengetes kesabaranku? Jangan pikir aku tidak akan melakukan apa pun padamu.” Gideon mencengkeram kerah baju Agnes dengan erat.Menghadapi kebencian Gideon, Agnes sudah mati
Agnes menahan rasa sakit di pinggangnya dan mengejar ke bawah dan berdiri di depan pintu mobil untuk menghalangi Gideon.“Gideon, berikan anakku padaku.”Mata Agnes yang penuh tekad itu menunjukkan sikapnya yang serius. Tidak mungkin Gideon menabraknya dengan mobilnya. Bagaimanapun Agnes tidak akan membiarkannya membawa Bintang.“Agnes, jangan menantang kesabaranku lagi.” Gideon memperingatkannya dengan suara yang dalam.“Lepaskan aku!” teriak Bintang.Bintang menggigit lengan Gideon dengan keras.Gideon mengerutkan kening kesakitan, menatap Bintang yang hanya memperhatikan ibunya dan malah bersikap kejam padanya.Gideon merasa sakit hati dan marah.“Ke! Vin!” teriak Gideon.“Hah?”Bintang berbicara sambil menatap Gideon dengan bingung saat dia berusaha keras menahan marahnya.Agnes juga sedikit terkejut. Ternyata Gideon mengira kalau Bintang adalah Kevin.Bintang? Kevin?Di pikiran Agnes terlintas sosok mirip Bintang yang ditemuinya di kantor kemarin dan dia tiba-tiba menyadari bahwa
Gideon terdiam, menundukkan pandangannya karena merasa bersalah, dan berbisik setelah beberapa saat. “Aku tahu kalau aku sibuk dengan bisnisku selama dua tahun terakhir dan mengabaikanmu, tetapi dalam dua tahun terakhir ini juga, aku sudah berusaha sekuat tenaga untuk menolak pekerjaan demi menemanimu. Tidak bisakah kamu memberiku kesempatan lagi?”Bintang menatapnya dengan matanya yang indah dan sedikit terkejut.Di hatinya yang paling dalam, Bintang sedikit gemetar dan perasaan kesal terhadap Gideon pun memudar.Kapan Gideon, orang yang paling berkuasa dan ditakuti semua orang di Jisara, pernah berbicara dengan nada rendah hati seperti itu?Mobilnya berhenti di depan Vila Ocean dan Gideon menggendong Bintang masuk ke dalam.“Halo, Tuan.”Dua baris pelayan berdiri rapi, memberi salam hormat, tetapi saat melihat Bintang digendong Gideon, mereka semua terkejut.Mereka merasa kalau Kevin sudah kembali.Lalu mereka mengira apakah Kevin pergi keluar lagi.Gideon menurunkan Bintang dan memb
Dalam hal perasaan, perasaan Bintang lebih peka daripada Leo.Ini juga menjadi alasan kenapa Agnes sering menyebut Bintang sebagai anak berhati hangat.“Apa yang kamu ingin aku lakukan?” Leo mencoba kompromi.Leo juga tahu bahwa ibunya merindukan Kevin. Oleh karena itu, Leo mengesampingkan perasaan kesalnya terhadap ayahnya yang jahat itu.“Kevin tidak tahu di mana kita tinggal. Nanti aku akan mengirimmu titik lokasiku. Besok, jam sembilan pagi, kamu bisa datang menjemputnya. Aku akan menggantikan posisinya di rumah ini untuk mencegah orang jahat itu mengetahui hal ini dan membuat masalah lagi dengan Ibu.”Bintang mengulangi rencananya.“Oke!” ujar Leo setuju.Di lantai bawah, Kevin segera menghabiskan semangkuk nasi, lalu bangkit dan pergi ke dapur, mengambil mangkuk dan sumpit lain lagi, menyimpan sisa nasi, mengambil beberapa makanan, dan kembali ke kamar.Gideon melihatnya dan ingin menegurnya, tetapi akhirnya dia menahan perkataannya.Dengan keanehan tingkah Kevin, Gideon sudah te
Gideon mengeluh dan mengusap alisnya.“Bos Gideon, mobilnya sudah siap.” Geri datang melapor.Gideon menahan emosinya, lalu berdiri dan melangkah keluar dari vila.Kurang dari lima menit setelah mobil Gideon pergi, sebuah mobil berwarna hitam berhenti di sudut luar vila Gideon.“Hei, Bintang, aku sudah sampai,” ujar Leo.“Oke!” jawab Bintang.Bintang menutup telepon, menggigit rotinya, menatap Kevin, dan mengangkat alisnya. “Leo sudah sampai.”Kevin menatapnya.Di luar vila, di dalam mobil, Leo melihat sekeliling hingga dia melihat Kevin keluar, lalu dia membuka pintu dan melambaikan tangan padanya sambil berkata, “Di sini.”Kevin meliriknya, menghampirinya, dan masuk ke dalam mobil.Mobilnya pun pergi.Leo memiringkan kepalanya dan menatap Kevin, lalu mengangguk dengan serius seperti orang dewasa kecil. “Tidak heran orang-orang bisa salah sangka, kalian memang sama persis.”Kevin terlihat tidak senang dilihat dari tatapannya dan ekspresi wajahnya sangat datar.“Halo, namaku Leo, kakak
Agnes sangat gembira dengan kedatangan Kevin. Dia ingin menyiapakan banyak makanan enak, tetapi dia tidak terlalu pintar memasak.Takut Kevin akan memakan makanannya dalam diam karena merasa tidak enak.Setelah berpikir sejenak, Agnes memutuskan untuk berpikir positif dan membuat tiga mangkuk hidangan terbaiknya, mi goreng.Leo dan Bintang sudah mengakui kalau itu adalah makanan terenak yang pernah ibunya masak.Kevin dan Leo, yang sedang duduk di sofa, saling memandang dengan tak satu pun dari mereka berbicara.Leo tidak suka dengan sikap dingin Kevin terhadap Agnes.“Kevin, Leo, kemarilah makan.” Agnes memanggil mereka.Kevin dan Leo berdiri dan berjalan beriringan.“Ibu, aromanya sangat enak,” puji Leo.Agnes tersenyum dan ketika dia melihat Kevin, dia menjadi gugup. “Kevin, aku tidak tahu apakah ini sesuai dengan seleramu. Kalau kamu nanti tidak suka, aku akan mengajakmu makan di luar.”Kevin tidak berkata apa-apa, menatap mi goreng di mangkuk, yang di atasnya ada telur goreng berb
Agnes berusaha keras menahan perasaannya dan melanjutkan kata-katanya. “Saat aku melahirkan kalian bertiga, aku bahkan tidak punya waktu untuk merasa bahagia. Dokter mengatakan padaku kalau kamu memiliki penyakit jantung bawaan dan perlu dirawat di rumah sakit.”“Aku bahkan meninggalkan keluargaku dan membawa kalian bertiga. Pengobatannya menghabiskan semua uang yang aku punya, tetapi kondisimu waktu itu belum juga membaik. Dokter mengatakan kalau kamu perlu dioperasi dan biayanya sangat besar,” ucap Agnes.“Ayahmu adalah seorang bos di Grup Bintang Utara. Rumah Sakit Bintang Utara adalah rumah sakit terbaik di negara ini dan punya peralatan medis terlengkap. Hanya dengan menitipkanmu kepadanya …”“Baiklah, berhenti bicara.” Sebelum Agnes selesai berbicara, suara dingin Kevin menyela. “Aku ingin menyendiri sebentar.”Menurut Kevin, hanya ada satu alasan, yaitu karena dia bukan anak yang sehat dan tidak pantas untuk tinggal bersama ibunya.Agnes ingin menjelaskan lagi, tetapi saat melih