Agnes berusaha keras menahan perasaannya dan melanjutkan kata-katanya. “Saat aku melahirkan kalian bertiga, aku bahkan tidak punya waktu untuk merasa bahagia. Dokter mengatakan padaku kalau kamu memiliki penyakit jantung bawaan dan perlu dirawat di rumah sakit.”“Aku bahkan meninggalkan keluargaku dan membawa kalian bertiga. Pengobatannya menghabiskan semua uang yang aku punya, tetapi kondisimu waktu itu belum juga membaik. Dokter mengatakan kalau kamu perlu dioperasi dan biayanya sangat besar,” ucap Agnes.“Ayahmu adalah seorang bos di Grup Bintang Utara. Rumah Sakit Bintang Utara adalah rumah sakit terbaik di negara ini dan punya peralatan medis terlengkap. Hanya dengan menitipkanmu kepadanya …”“Baiklah, berhenti bicara.” Sebelum Agnes selesai berbicara, suara dingin Kevin menyela. “Aku ingin menyendiri sebentar.”Menurut Kevin, hanya ada satu alasan, yaitu karena dia bukan anak yang sehat dan tidak pantas untuk tinggal bersama ibunya.Agnes ingin menjelaskan lagi, tetapi saat melih
Setelah menghitung waktu, Bintang menelepon Leo.“Leo, Ibu sudah bertemu Kevin?” tanya Bintang.“Ya, mereka ada di kamar sekarang. Kevin bilang, dia mau bicara dengan Ibu,” jawab Leo.Begitu selesai bicara, pintu kamar terbuka dan Kevin berjalan keluar, ekspresinya tidak lagi seperti di awal-awal.“Sudah selesai,” ujar Leo.“Tanyakan bagaimana pembicaraannya,” jawab Bintang.“Oke!” jawab Leo.Leo tidak menutup telepon. Dia menatap Kevin dan bertanya, “Di mana Ibu?”“Sedang merevisi desain kerjaannya.” Kevin berkata dengan dingin.“Apa yang kalian bicarakan?” tanya Leo.Kevin meliriknya dan berkata dengan dingin, “Kamu tidak perlu tahu.”“Kamu …” Leo mengepalkan tangannya.Merasa kesal.Suara Bintang terdengar dari ponsel. “Leo, hari sudah larut, antar Kevin pulang.”Leo menahan amarahnya dan berkata dengan kesal, “Ayo pergi, sudah waktunya kamu pulang.”“Berapa lama kamu berencana untuk tinggal di Jisara?” tanya Kevin, matanya terlihat antusias.“Ibu ingin bertemu denganmu. Sekarang ke
Agnes merevisi desainnya secepat mungkin dan mengirimkannya kembali ke perusahaan dalam waktu satu jam, lalu mematikan ponselnya. Sekarang Agnes hanya ingin menemani Kevin dengan sepenuh hati dan menebus cinta yang telah hilang padanya selama bertahun-tahun.“Kevin, maukah pergi ke taman hiburan bersama?” Agnes memanggil dengan lembut dari balik pintu.Tidak ada tanda apa-apa dari dalam ruangan.“Kevin … Kevin … Kevin …” Agnes memanggil beberapa kali.Setelah beberapa menit.Pintu kamar pun perlahan terbuka dan Kevin muncul dengan ekspresi datarnya. Dia berkata dengan dingin, “Taman hiburan, sangat kekanak-kanakan, aku tidak mau pergi.”Huh …Nada bicara Kevin benar-benar terdengar mirip nada bicara seseorang.Agnes tersenyum lembut dan berkata, “Bagaimana mungkin kalau taman hiburan itu kekanak-kanakan? Ada begitu banyak hal menyenangkan di sana. Ya, kan, Leo?”Agnes berkedip kepada Leo.Menurut Agnes, anak-anak harus menikmati masa kecilnya. Menilai Gideon, Agnes takut Gideon tidak p
“Kevin, kamu masih mau bermain ini?” tanya Agnes.“Tidak.” Kevin turun dari komidi putar.Agnes mengangkat alisnya, tetapi tidak memaksanya lagi. Ada begitu banyak hal menyenangkan di taman hiburan yang cukup untuk mereka mainkan sepanjang sore.“Kevin, Leo, lihat, kereta luncur itu. Apa kalian ingin naik itu? Sepertinya sangat mengasyikkan.” Agnes terus membujuk.“Kereta luncur, aku ingin menaikinya, aku mau naik itu.” Leo berkata dengan semangat sambil bertepuk tangan.Di Negara Franeska, hanya orang dewasa yang boleh bermain kereta luncur. Setiap kali Leo dan Bintang melihat para remaja bersenang-senang menaiki permainan itu, mereka sangat iri.Agnes tidak menyangka bahwa Jisara memiliki wahana kereta luncur kecil untuk anak-anak. Meskipun tidak semenarik wahana untuk orang dewasa, tetapi tetap saja itu bisa jadi pengalaman yang menyenangkan.“Baiklah, kalau begitu kamu jaga baik-baik adikmu,” pinta Agnes sambil tersenyum.Hal itu juga menjadi kesempatan bagus untuk mendekatkan kedu
Kevin melangkah maju dengan marah dan mendorong wanita paruh baya itu dengan keras, tetapi dengan tubuhnya yang kecil, bagaimana bisa dia mendorong orang dewasa seberat 70 kilogram itu?“Hei, dasar anak tak berpendidikan, beraninya kamu melawanku.” Wanita paruh baya itu mengangkat tangannya dan mau memukulnya.“Kevin!”Agnes, yang baru saja kembali dari membeli air minum, melangkah mendekat dan dengan cepat memeluk Kevin. Dia menatap wanita paruh baya itu dan berkata dengan dingin, “Bu, apa yang telah dilakukan anakku padamu? Apa perlu berlaku seperti itu pada anakku?”Pelukan hangat itu membuat Kevin tercengang. Apakah seperti itu rasanya pelukan seorang ibu?Wanita paruh baya itu menatap Agnes dan berkata dengan nada meremehkan, “Apakah kamu ibu dari dua orang anak yang tidak memiliki sopan santun ini?”“Bu, tolong jaga ucapanmu,” kata Agnes dengan nada yang dingin.Wanita paruh baya itu mencibir. “Kenapa? Putramu mendorong putriku hingga terjatuh dan kamu tidak meminta maaf. Kamu pi
Sepanjang sore itu, Gideon tersenyum tipis.Geri heran saat mengetuk pintu. Ini pertama kalinya dia melihat bosnya dalam suasana hati yang baik setelah sekian lama.“Kevin memanggilku ‘ayah’ hari ini.”Ketika Gideon melihat Geri, dia berkata dengan bangga. Bagaimanapun juga, hal itu adalah pertama kalinya terjadi selama dia hidup.“Apa Anda sedang berhalusinasi?” Geri tidak bisa menahan diri untuk tidak bercanda.Menurut Geri, Kevin lebih sulit didekati dan dilayani daripada Gideon, bosnya sendiri.Ekspresi Gideon berubah masam dan Geri tanpa rasa takut mengingatkan kembali semua yang pernah dilakukan Gideon sebelumnya.“Anda lupa kalau di hari ulang tahun Kevin dua tahun lalu, Anda memesan seluruh tiket pengunjung taman hiburan agar dia memanggilmu ayah, tapi dia malah pergi begitu saja karena dia bilang taman hiburan itu membosankan.”“Dan tahun lalu, Anda tahu dia suka melukis, jadi Anda mengundang pelukis internasional yang terkenal itu, Tuan Yeri, untuk menjadi gurunya. Namun, ket
”Halo, Bu Direktur, apakah kliennya masih belum puas dengan desainnya?”“Tidak, klien sangat puas dengan desain kali ini. Aku punya kabar baik lain untukmu.”Agnes sedikit mengernyit dan firasat kuatnya mengatakan bahwa apa yang dikatakan direkturnya mungkin bukan hal baik.“Perusahaan Bintang Utara Internasional telah setuju untuk bekerja sama dengan kita dan secara khusus memintamu untuk menjadi penanggung jawab proyek ini. Kamu kebetulan berasal dari Jisara dan bos mengatakan bahwa kamu juga familiar dengan kota Jisara. Untuk menjadi penanggung jawab di proyek ini, kamu akan langsung dipindahkan kembali ke cabang perusahaan di Jisara untuk menjabat sebagai direktur cabang. Bagaimana? Apa kamu menyukainya?” jelas direktur itu.“Haha!” Agnes tertawa datar.“Bu Direktur, kamu tahu kalau aku tidak punya rencana untuk kembali ke Jisara. Alasanku kembali berlibur kali ini adalah karena Leo ada pertunjukan. Bisakah kamu berbicara dengan bos untuk menggantikanku dengan orang lain?”Agnes ti
Setelah pulang ke rumah, Agnes memberi tahu Leo tentang keputusan dari perusahaan.Baik Leo, Bintang, maupun Kevin, dia merasa mereka semua berhak tahu.“Jadi, Bu, kita tidak akan kembali untuk sementara waktu?” tanya Leo.Agnes mengangguk dengan serius. “Yah, Ibu mungkin masih belum bisa kembali hingga ketika nanti sekolahmu sudah dimulai.”Leo menatap kamar yang tertutup itu, lalu menatap Agnes, dan dia mengerti.Leo berpikir kalau ibunya ingin lebih lama di sini karena Kevin.Leo segera memberi tahu Bintang tentang hal itu.Kemudian, Leo menatap Kevin dengan dengan tidak ramah dan berkata, “Ibu tidak akan pergi dalam waktu dekat, bisakah kamu bertukar posisi lagi dengan Bintang?”Kakak beradik itu tidak pernah bersama selama tujuh tahun terakhir dan Kevin selalu berekspresi datar serta tidak mau mengobrol dengan Leo.Hubungan antara keduanya itu tidak terlalu baik.“Karena kamu tidak pergi dalam waktu dekat, kenapa kamu terburu-buru menyuruhku pulang?” kata Kevin dengan nada cuek.N