Share

Bab 12

Gideon terdiam, menundukkan pandangannya karena merasa bersalah, dan berbisik setelah beberapa saat. “Aku tahu kalau aku sibuk dengan bisnisku selama dua tahun terakhir dan mengabaikanmu, tetapi dalam dua tahun terakhir ini juga, aku sudah berusaha sekuat tenaga untuk menolak pekerjaan demi menemanimu. Tidak bisakah kamu memberiku kesempatan lagi?”

Bintang menatapnya dengan matanya yang indah dan sedikit terkejut.

Di hatinya yang paling dalam, Bintang sedikit gemetar dan perasaan kesal terhadap Gideon pun memudar.

Kapan Gideon, orang yang paling berkuasa dan ditakuti semua orang di Jisara, pernah berbicara dengan nada rendah hati seperti itu?

Mobilnya berhenti di depan Vila Ocean dan Gideon menggendong Bintang masuk ke dalam.

“Halo, Tuan.”

Dua baris pelayan berdiri rapi, memberi salam hormat, tetapi saat melihat Bintang digendong Gideon, mereka semua terkejut.

Mereka merasa kalau Kevin sudah kembali.

Lalu mereka mengira apakah Kevin pergi keluar lagi.

Gideon menurunkan Bintang dan memberi tahu dengan nada lembut. “Bersikap baiklah dan dengarkan aku, jangan pergi kemana-mana.”

“Pergilah bermain, aku akan memanggilmu saat makan malam sudah siap.”

Gideon masih tidak tega untuk berkata-kata kasar.

Bintang melihat sekeliling vila. Vila itu didekorasi dengan mewah, berkelas, dan elegan, tetapi terlihat sedikit kuno.

Kamar pertama di lantai dua adalah kamar Kevin. Bintang membuka pintu dan tertegun sejenak saat melihat Kevin di depan papan gambarnya.

Mendengar suara itu, Kevin meletakkan alat gambarnya dan berbalik. Dia juga terkejut ketika melihat Bintang.

Bintang segera menutup pintu dan berbisik, “Ternyata kamu sudah kembali?”

“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Kevin balik. Nada suaranya dingin dan cuek.

Bintang mengangkat alisnya dengan cuek. “Dia salah orang.”

Kevin mengerti.

Kevin berjalan mendekat, duduk di sampingnya, dan mengarahkan pandangannya pada lukisan di papan gambarnya.

Lukisan itu menunjukkan sosok wanita, tetapi tanpa mata, hidung ataupun mulut.

Kevin segera merobohkan lukisan itu dan berpura-pura tenang untuk menyembunyikan emosinya.

Bintang berpura-pura tidak tahu dan bertanya sambil tersenyum, “Ke mana kamu tadi pergi?”

Kevin mengabaikannya. Bagaimana mungkin dia, sebagai seorang laki-laki yang sombong dan angkuh, mengatakan kalau dia tadi mau mencari mereka? Dia bahkan sempat tersesat dan akhirnya harus kembali dengan tangan kosong.

“Apa kamu mau menemui Ibu?” Bintang bertanya lagi.

Kevin menatapnya, matanya penuh harapan, tetapi dia berkata, “Aku tidak mau.”

Bintang tersenyum, seolah-olah dia bisa melihat apa yang ada di dalam pikiran Kevin. Dia melihat lukisan yang telah Kevin sobek dan bertanya, “Apa kamu tidak penasaran kenapa Ibu menitipkanmu pada Ayah?”

Kevin terdiam.

Bagaimana bisa Kevin tidak penasaran.

“Aku punya cara agar kamu bisa bertemu Ibu, tapi kamu harus bekerja sama denganku,” kata Bintang dengan percaya diri.

Kevin menatapnya.

Ketukan pintu menghentikan mereka berdua. Bintang mengisyaratkan untuk diam dan bersembunyi di lemari.

Kevin melirik pintu lemari yang tertutup dan berdiri membuka pintu kamarnya.

“Kenapa kamu mengunci pintu? Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk tidak mengunci pintu?” Gideon berkata dengan marah.

Kevin mengabaikannya.

“Ayo pergi, waktunya makan malam.” Gideon memegang tangan Kevin.

Sebelum meninggalkan kamarnya, Kevin melirik lagi ke arah lemari.

Ketika tidak ada lagi suara di dalam kamar, Bintang keluar dari lemari dan menelepon Leo dengan jam tangannya.

“Hai, Leo.”

Leo menjawab telepon hanya setelah satu kali berdering.

“Leo, beri tahu Ibu kalau aku baik-baik saja sekarang dan Kevin juga baik-baik saja, dia sudah kembali ke rumah.”

“Dia sudah kembali?” Leo mengerutkan kening.

“Jangan khawatir, pria jahat itu masih tidak tahu kebenarannya,” ucap Bintang.

“Kevin sudah kembali dan kapan kamu akan pulang? Ibu khawatir padamu.”

“Aku mau Ibu bertemu dengan Kevin.”

“Bukankah Kevin tidak menyukai Ibu?” Leo berkata tidak senang.

Leo, tidak tahu kenapa, agak tidak suka kepada Kevin karena perlakuan buruk Gideon pada ibunya.

“Tapi Ibu selalu merindukan Kevin. Pertunjukanmu sudah selesai dan Ibu belum berencana untuk kembali. Bukankah Ibu bermaksud untuk bertemu Kevin dulu? Aku ingin memenuhi keinginan Ibu,” ujar Bintang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status