Share

Kabur

Penulis: Widya Yasmin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Keesokan paginya, saat ketiga adikku sekolah, sementara kedua orang tuaku tengah pergi ke pasar, diam-diam aku meninggalkan rumah dengan membawa koper. Aku tak bisa lagi membiarkan diri ini berada dalam tekanan mereka.

"Mau kemana, Neng Kirana?" tanya Mang Agus, tukang ojek di kampungku.

"Tolong antar saya ke simpang tol, Mang, saya mau pergi ke Jakarta."

"Loh, tapi bukankah kamu akan dinikahkan dengan Juragan Karta?"

Mendengar pertanyaannya seketika bulir bening berjatuhan hingga membasahi pipi. Perasaan pedih ini sulit sekali kusembunyikan, terlebih aku tak memiliki siapapun untuk mengadu.

"Mamang ngerti apa yang kamu rasakan, ayo naik, akan mamang antar ke simpang tol," ujarnya lalu memberikan helm.

Setelah itu Mang Agus membawaku ke jalan yang sepi.

"Kenapa lewat sini, Mang?"

"Biar gak ketemu sama orang tuamu atau Juragan Karta."

Aku mencoba memercayainya, karena setahuku Mang Agus adalah tukang ojek yang baik dan jujur. Namun, air mataku tiba-tiba tak berhenti mengalir, memikirkan bagaimana nasibku selanjutnya.

"Mamang bisa ngerti perasaan Neng, semua orang tahu kalau Neng selalu diperlakukan seperti anak tiri oleh si Herlan dan si Sumiati, jadi tidak salah jika Neng tiba-tiba kabur."

"Iya, Mang, sejak kecil aku selalu melakukan semua yang mereka katakan, tapi tetap saja mereka tak pernah menyayangiku."

"Sebenarnya mamang dan Bi Titin sudah lama merasa kasihan sama kamu, karena mereka sangat keterlaluan padamu, tapi kami tidak bisa berbuat apa-apa."

"Apakah aku ini anak pungut, Mang? Soalnya mereka tak pernah terlihat menyayangiku."

"Soal itu mamang gak tahu, soalnya waktu pertama kali datang di kampung ini mereka membawamu yang masih bayi."

"Maksudnya bagaimana?"

Belum sempat ia menjawab pertanyaanku, tiba-tiba tampak Juragan Karta bersama anak buahnya. Mang Agus lalu putar arah, lalu mencari jalan lain. Setelah itu ia langsung melajukan motornya dengan kencang, hingga kami tak lagi bisa mengobrol.

Beberapa saat kemudian, kami telah tiba di simpang tol. Saat turun dari motor, kulihat bis jurusan Jakarta tengah melaju ke arahku.

"Neng ada tujuan di Jakarta?" tanya Mang Agus tiba-tiba.

Aku hanya menggeleng dan menunjukkan wajah pilu. Tiba-tiba ia langsung meraih dompetnya, lalu mengeluarkan sebuah kertas.

"Ini alamat si Fitri di Jakarta, Neng Kirana datangi aja alamat itu, soalnya beberapa hari lalu si Fitri bilang di telpon, kalau majikannya lagi nyari pembantu satu lagi."

"Iya, Mang, aku akan kesana aja." Aku meraih kertas bertuliskan alamat majikan anaknya Mang Agus.

"Kalau begitu cepetan naik bis, sebelum kedua orang tuamu menyusul ke sini."

Aku mengangguk, lalu memberikan selembar uang berwarna hijau untuk ongkos ojek.

"Hati-hati ya, Neng," ujarnya sembari membantuku membawakan tas dan mengantarku masuk ke bis.

"Hatur nuhun, Mang."

Ia mengangguk, lalu keluar dari bis dan melambaikan tangan. Aku menghela napas, semoga saja setelah ini aku menemukan kebahagiaan.

Karena perjalanan menuju Jakarta lumayan lama, aku menyandarkan kepala di kursi bis sembari memejamkan mata, kebetulan aku hanya duduk seorang diri, karena kursi sebelahku masih kosong.

"Teh, bangun, Teh, ongkos." Aku terhenyak saat mendengar sebuah suara.

Saat membuka mata, kulihat seorang lelaki berambut gondrong tengah menghitung lembaran uang berwarna ungu.

"Kemana?" tanyanya.

"Terminal Jakarta."

Setelah itu ia menyebutkan ongkos yang harus kubayar. Aku segera merogoh tas kecil untuk mengambil dompet. Namun, wajahku tiba-tiba menegang, saat tak menemukan dompetku du tas tersebut.

"Kenapa?" tanyanya.

"Dompet saya hilang."

Seketika ia langsung mendengus kesal saat mendengar jawabanku, seolah tak mempercayai apa yang aku ucapkan.

"Biar saya yang bayar," ucap seorang wanita dengan riasan tebal yang duduk di sebrang tempat dudukku.

"Masya Allah, terima kasih, Bu."

Ia mengangguk dan tersenyum, lalu pindah ke sebelahku setelah membayarkan ongkos kepada kondektur.

"Perkenalkan saya Rosalinda, panggil saja saya Linda." Ia mengulurkan tangannya.

"Saya Kirana, Bu."

"Kamu mau kemana?" tanyanya.

"Mau nyari kerja ke Jakarta."

"Sudah ada tujuan?"

"Iya, saya mau ke rumah majikan teman saya."

"Kerja apa?" Ia kembali bertanya.

"Jadi pembantu rumah tangga."

"Ngomong-ngomong, kamu sudah menikah?"

"Meski telah berusia 25 tahun, tapi saya belum pernah menikah."

"Kalau pacar?" Ia kembali bertanya.

Dahiku mengernyit saat mendengar pertanyaannya.

"Saya hanya memastikan bahwa tidak ada yang mengganggu konsentrasimu nanti saat bekerja," ujarnya.

"Saya belum pernah pacaran."

Tiba-tiba senyumnya mengembang saat mendengar jawabanku.

"Gadis cantik sepertimu tidak pantas menjadi pembantu, ikutlah dengan saya, maka saya akan naikkan derajat kamu."

"Maksud Ibu?"

"Saya akan menjadikan kamu model."

"T-tapi.."

"Semua keputusan ada di tangan kamu, saya gak akan memaksa. Tapi kalau kamu menjadi model, selain mendapatkan uang yang jauh lebih banyak, kamu juga akan lebih dihargai sebagai manusia."

Aku termenung mendengar ucapan wanita itu, bayangan saat menjadi TKW di luar negri kembali tergambar dalam ingatan. Betapa aku sangat menderita dan sering dipandang sebelah mata saat menjadi seorang pembantu.

"Tapi apakah orang sepertiku bisa menjadi model?"

"Tentu saja bisa, kamu sangat cantik, tinggi, tubuh kamu indah, selain itu kulitmu putih mulus."

Tanpa banyak berpikir lama akhirnya aku menyetujui ucapan wanita itu. Setelah lumayan lama melaju, akhirnya bis yang kami naiki berhenti di terminal Jakarta.

"Ayo kita cari tempat makan dulu!" ajaknya.

Aku mengangguk, lalu mengikutinya. Setelah itu kami memasuki sebuah restoran. Setelah memesan meja, kami dipersilahkan duduk oleh pelayan restoran tersebut.

"Pesan saja apa yang kamu mau," ujar Bu Linda saat pelayan memberikan menu.

"Emm.. tapi saya tidak lapar."

"Kamu pasti merasa canggung, kan, kalau begitu biar saya saja yang pesan."

Setelah itu ia memesan beberapa menu makanan, lalu minta izin untuk ke toilet. Setelah itu aku menunggu sendirian dengan wajah canggung. Baru beberapa menit saja ia pergi, tiba-tiba aku juga merasa ingin ke toilet. Maka kuputuskan untuk menyusulnya.

Setibanya di toilet, tiba-tiba terdengar suara seorang wanita di ruangan sebelah yang tampaknya tengah menelpon.

"Saya baru sampai di terminal, Bos, barang yang saya bawa sangat bagus, Bos pasti puas, usianya sih 25 tahun, tapi saya jamin kalau dia masih perawan."

Degh! Aku terhenyak saat mendengar obrolan tersebut. Aku sangat yakin bahwa itu adalah suara Bu Linda. Tanpa berlama-lama aku langsung berlari dari toilet lalu mengambil koperku dan bergegas kabur.

Aku berlari terbirit-birit meninggalkan restoran itu, sebelum wanita yang kemungkinan seorang mucikari itu menjualku.

Saat tengah berlari, tiba-tiba aku bertabrakan dengan seorang wanita bertubuh gempal berjilbab lebar yang baru saja keluar dari bis.

"M-maaf, Bu."

"Loh, Non Bella." Ia langsung menatap wajahku dengan wajah terkejut seolah ia telah menemukan seseorang yang telah lama tak ia temui.

"Saya bukan Bella, Bu."

"Non, saya Mbok Minten, masa Non gak kenal?" Ia memelukku dengan erat hingga membuatku bingung.

Meskipun baru pertama kali bertemu, tapi aku yakin dia orang baik. Sepertinya aku harus ikut dengannya agar bisa terlepas dari wanita bernama Rosalinda itu.

"Iya, Mbok, saya Bella, ayo bawa saya pergi!"

"Iya, Mbok akan bawa Non Bella ke rumah mertua Non, mereka pasti sangat senang saat melihat Non."

Apa dia bilang, Mertua? Bagaimana mungkin tiba-tiba aku memiliki mertua, sementara aku belum pernah menikah. Namun, aku harus tetap mengikutinya, sebelum Bu Linda menemukanku. Tidak berapa lama kemudian, wanita yang mengaku bernama Mbok Minten itu menyetop taksi, lalu aku mengikutinya masuk ke taksi tersebut.

Bersambung

Bab terkait

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Salah Paham

    "Non Bella selama ini kemana aja?" Selama di perjalanan, wanita yang mengaku bernama Mbok Minten itu terus memegangi tanganku sembari terus menanyakan hal yang sama. Sementara aku terus menoleh kanan kiri, memastikan taksi yang kami naiki telah melaju jauh meninggalkan restoran tempat Bu Linda berada."Bu atau Mbok, sebenarnya saya bukan Bella, jadi saya mau turun aja di sini." Setelah menyadari bahwa kami telah melaju sangat jauh, aku memutuskan untuk keluar dari taksi ini."Non jangan seperti itu, Non. Kita harus pulang ke rumah keluarga suami Non. Den Leo pasti akan senang dengan kedatangan Non.""Leo siapa?""Anaknya Non Bella.""Anak?""Oalah, sepertinya Non mengalami hilang ingatan," ujarnya sembari menatapku dengan tatapan pilu."Em...tapi...""Non tenang aja, nanti simbok akan bantu Non Bella untuk mengingat semuanya.""Tapi saya bukan Bella.""Kamu itu Bella, nama suami kamu Mas Gio."Kepalaku pusing saat mendengar ucapan Mbok Minten, mataku seketika berkunang-kunang, lalu

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Dikira Hilang Ingatan

    "Meski hilang ingatan, tapi ikatan batin antara Non Bella dan Den Leo sangat kuat," ujar Mbok Minten sembari tersenyum saat aku mengelus rambut anak lelaki berusia 4 tahun yang tengah terlelap di pangkuanku."Apakah benar, Mbok pengasuhku sejak kecil?""Iya, mbok yang menjaga Non Bella sejak berusia 5 tahun, karena kedua orang tua Non selalu sibuk bekerja. Bahkan ketika menikah, Non Bella meminta pada keluarga ini agar simbok tetap mengurusi semua kebutuhan Non.""Apakah sekarang kedua orang tuaku masih hidup?""Tentu saja, mereka pasti akan senang jika bertemu dengan Non Bella," ujar Mbok Minten."Kalau begitu ayo kita temui mereka! Aku ingin bertemu dengan mereka."Aku sengaja mencari alasan untuk keluar dari rumah ini, lalu setelah itu aku akan kabur saat dalam perjalanan. Memiliki suami kaya raya adalah impianku, tapi suami dan keluarga ini bukanlah milikku, karena aku bukanlah Bella. Jika aku tetap berada di rumah ini, maka kelak aku akan mendapatkan masalah besar ketika Bella ya

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Teriakan Minta Tolong

    "Bella, sejak kapan kamu pintar memasak, padahal dulu kamu masuk dapur saja tak pernah mau," ujar Opa William."Karena aku bukan Bella, Opa."Tiba-tiba kulihat lelaki berambut putih sebagian itu seketika memegangi kepalanya."Opa mohon, jangan lagi mengatakan hal itu.""Ayo, Mas, kita tunggu di meja makan saja!" Oma Sandra langsung menggandeng suaminya itu, sementara Mama Clara masih menatapku tanpa berkedip."Mama kenapa bengong begitu, mau bantu?"Seketika ia langsung terhenyak dengan pertanyaanku."Kamu lanjutkan masak, mama hanya penasaran bagaimana rasa masakanmu, pasti tidak seenak Villia."Aku hanya tersenyum getir dan kembali fokus memasak. Saat di Arab dulu, semua anggota keluarga di sana memuji semua masakanku. Mereka bilang aku cocok menjadi koki restoran bintang lima."Mbak Carlota, daripada bengong aja, mending bantuin saya iris wortel dan buncis, iris memanjang seperti korek api, ya."Seketika ia mendelik sinis, tetapi tetap melakukan apa yang aku minta.Beberapa saat ke

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Villia Cemburu

    Wanita yang wajahnya mirip denganku itu terus berlari bahkan berkali-kali terjatuh. Sementara lelaki yang membawa pisau itu terus mengejarnya tanpa rasa iba. Hingga tiba-tiba wanita itu terjebak di tepi jurang, sementara si lelaki bersiap menghunuskan pisaunya."Jangaaaaaaan!" teriakku.Seketika wanita itu melompat ke jurang tersebut hingga membuatku seketika berteriak histeris."Bella! Bella! Kamu kenapa?" Seketika aku langsung terbangun saat seseorang mengguncangkan tubuhku. Perlahan kubuka mata, lalu kulihat Gio menatapku dengan tatapan cemas bercampur penasaran."Kamu mimpi buruk?" tanyanya sembari duduk di sampingku dan mencoba untuk memelukku.Aku langsung beringsut menjauhinya, hingga membuatnya mengernyitkan dahi."Kamu kenapa tidak mau kusentuh? Aku hanya ingin membuatmu lebih tenang." Ia malah menarik tanganku lalu memelukku dengan erat.Seketika dadaku berdebar kencang saat berada dalam pelukannya. Tidak, ini tidak boleh terjadi, dia suami orang, jadi aku tak boleh diam sa

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Bertemu Orang Tua Bella

    "Mama mau kemana?" tanya Leo."Mama mau menemui orang tua mama.""Aku mau ikut," rengeknya."Tapi Leo kan harus sekolah." Seorang wanita berpakaian baby sitter tiba-tiba muncul, tampaknya ia adalah pengasuh Leo yang diceritakan Mbok Minten baru masuk hari ini setelah kemarin izin tak masuk kerja karena keluarganya sakit."Memangnya Leo udah sekolah?""Iya, Non Bella, Leo kan sudah PAUD. Kok Non Bella bisa lupa? Ngomong-ngomong, selamat datang kembali di rumah ini," sapanya lembut."Saya hilang ingatan, ngomong-ngomong nama kamu siapa?""Saya Tiar, Non.""Leo, Sayang. Hari ini Leo sekolah, ya, gak usah ikut sama mama." Aku membujuknya."Emm...oke, deh."Dia anak yang sangat pintar dan menggemaskan, andai saja aku tak berada dalam situasi ini, aku ingin menjadi ibunya. Namun, aku harus secepatnya meninggalkan rumah ini, sebelum mereka menyadari bahwa aku bukanlah Bella, lalu menuduhku sebagai penipu. Setelah itu Tiar membawa Leo ke kamar, sementara aku bergegas menuju meja makan."Kamu

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Klien dari Turki

    Aku menatap satu persatu foto Bella saat dia masih kecil. Ada foto saat dia memotong kue ulang tahun, ada foto saat berlibur bersama kedua orang tuanya, bahkan ada juga foto bersama teman-temannya saat mereka masih mengenakan seragam SD. Meskipun Mbok Minten pernah mengatakan bahwa kedua orangtuanya selalu sibuk bekerja, tapi dari foto-foto itu aku bisa melihat kalau kedua orangtuanya selalu meluangkan waktu untuk Bella, dia sangat beruntung karena memiliki semua hal yang aku inginkan di dunia ini."Tampaknya kamu sangat suka melihat foto-fotomu saat masih kecil?" tanya wanita yang dipanggil Bunda oleh Gio hingga membuyarkan lamunanku.Aku hanya mengangguk dan tersenyum."Ayo, bunda ajak kamu ke kamarmu," ujarnya sembari menuntunku ke sebuah kamar.Setibanya di sana, kulihat foto-foto Bella memenuhi seluruh dinding di kamar itu. Dari mulai saat SD, SMP, SMA bahkan ada juga foto saat ia wisuda."Kamu ingat foto-foto itu, Sayang?"Aku hanya menggeleng."Gak apa-apa, nanti lambat Laun ka

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Mr. George dan Miss Allara

    "Tapi aku masih kangen sama Ayah dan Bunda." Aku mencoba mencari alasan agar tidak ikut bersamanya, karena ketika Gio mengetahui bahwa aku tidak lancar bahasa Inggris, maka ia akan mencurigai bahwa aku bukanlah Bella."Sudahlah, Sayang, kamu ikut saja bersama Gio, nanti kamu bisa datang kesini kapanpun kamu mau," ujar Bunda.Akhirnya aku tak bisa lagi menolak keinginan Gio untuk menemaninya menemui kliennya itu. Sepanjang perjalanan, dadaku berdebar kencang, andai nanti semuanya terungkap, aku akan mengatakan bahwa sejak awal aku sudah berusaha mengatakan bahwa aku bukanlah Bella. Aku akan berusaha membela diri, jika mereka malah menuntutku.Setibanya di sebuah restoran, kami langsung mendatangi sepasang suami istri yang kemungkinan adalah Mr. George dan istrinya."O çok güzel," ucap wanita bermata hijau berambut coklat itu.Seketika aku langsung tersenyum saat mendengar bahwa ia mengatakan bahwa aku cantik dengan bahasa Turki. Aku tersenyum bukan karena pujiannya, tapi karena dia men

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Kemunculan Bella

    "Fitri, kamu Fitri, kan?" Aku kembali bertanya padanya."Kamu kenal dia, Beb?" tanya lelaki tua itu.Wanita yang wajahnya sama persis dengan Fitri itu menggeleng."Maaf, Mbak, mungkin Mbak salah orang. Saya Celine, bukan Fitri," ujarnya sembari menarik tangan lelaki tua itu agar segera pergi meninggalkanku.Bagaimana mungkin dia menyangkal bahwa dirinya adalah Fitri, padahal tanda lahir di keningnya bisa membuktikan bahwa dia adalah Fitri."Kamu kenal dia?" tanya Gio tiba-tiba."Sepertinya aku salah orang.""Siapa Fitri yang kamu maksud, setahuku kamu gak punya teman yang namanya Fitri?""Sudahlah, jangan dibahas." Setelah itu aku langsung mengajak Gio untuk segera pulang.Sebenarnya ada untungnya juga jika wanita yang wajahnya sama persis dengan Fitri itu pura-pura tidak mengenaliku, karena dengan cara itu rahasiaku sebagai Kirana tidak terbongkar di hadapan Gio. Namun, tetap saja aku merasa penasaran, mengapa tiba-tiba penampilan Fitri begitu terbuka, padahal setiap pulang kampung d

Bab terbaru

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Lelaki Yang Bersama Mama Clara

    Selama dalam perjalanan, Gio hanya terdiam, ekspresi wajahnya sama persis seperti semalam."Apa sejak malam kamu terus termenung karena telah mengetahui sesuatu?" Aku memberanikan diri untuk bertanya."Maksud kamu?""Bagaimana jika pelaku yang sebenarnya adalah mama kamu?""Siapapun pelakunya, dia tetap harus mendapatkan hukuman sesuai dengan perbuatannya. Namun...."Aku melihat ada raut kepedihan saat ia mengatakannya, lalu setelah itu ia kembali fokus menyetir."Namun kenapa, Gio?""Kita harus memiliki bukti yang kuat untuk memastikan bahwa Mama pelakunya.""Tapi kamu bersedia, kan, untuk membantuku menyelidikinya?"Ia mengangguk, tetapi kulihat ada gurat kepedihan di wajahnya.Aku bisa mengerti bagaimana perasaannya jika benar Mama Clara adalah dalang dibalik kematian Bella. Hati Gio pasti akan sangat hancur ketika wanita yang telah melahirkannya dipenjara, terlebih ia telah kehilangan ayahnya ketika ia berusia 5 tahun.Opa William pernah bercerita bahwa kakekku meninggal ketika Be

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Pengakuan Villia Pada Gio

    "Bagaimana caranya kamu tahu kalau aku dibawa ke hutan?" tanyaku pada Gio di dalam mobil setelah sejak tadi ia hanya diam."Tadi kebetulan aku sedang berada di jalan, pulang meeting. Lalu Tiar mengabarkan bahwa kamu diculik, ia shar location juga memberitahukan plat mobil si penculik. Setelah itu aku langsung mengejar sambil menelpon polisi.""Gio, untuk kedua kalinya, aku sangat berterima kasih karena lagi-lagi kamu menyelamatkanku.""Iya." Ia hanya menjawab datar sembari fokus menyetir, aku jadi semakin curiga jika ia menyembunyikan sesuatu dariku.Tidak lama kemudian, kami telah tiba. Setibanya di rumah, tampak Opa William dan semua orang menyambut kedatanganku."Mamaaa!" teriak Leo yang langsung menghambur ke pelukanku sembari berlinang air mata.Aku langsung memeluknya dengan erat, untunglah penculik tadi tidak menyakitinya sedikit pun."Saat Tiar mengatakan bahwa kamu diculik, jujur saja opa sangat khawatir sama kamu." Opa William menatapku nanar sembari sesekali memegangi dadan

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Penyelamat

    Dalam keadaan tubuh terikat dan mulut yang disumpal kain, aku menyandarkan kepala di jok mobil. Seluruh tubuh ini dibanjiri keringat, sementara dadaku terasa berguncang hebat memikirkan apa yang akan terjadi padaku selanjutnya. Kulihat para penjahat itu tertawa riang sembari melajukan mobil yang membawaku entah kemana. Sesekali terdengar obrolan mereka yang membuatku seketika bergidik ngeri."Sebelum kita singkirkan, kita nikmati dulu dia," ujar seorang lelaki berkepala botak yang sejak tadi menatapku penuh nafsu."Tentu saja, hari ini kita akan berpesta." Yang lainnya ikut menyahut, lalu setelah itu mereka kembali tertawa hingga membuat darah di tubuhku seakan berhenti mengalir.Jika harus memilih, aku lebih baik memilih mati daripada harus menjadi budak nafsu mereka. Mobil yang membawaku terus melaju menjauh dari keramaian kota, lalu mataku membelalak saat kulihat deretan pepohonan yang begitu rimbun disertai suara burung dan binatang alam lainnya, pertanda mobil ini memasuki kawasa

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Diculik Lagi

    Setelah jam besuk berakhir, aku segera pulang. Selama di perjalanan, aku masih terus kepikiran ucapan Villia yang mengatakan bahwa pelaku sebenarnya bukanlah dia. Hatiku bertanya-tanya, jika bukan dia, lalu siapa lagi?"Non, sekarang kita kemana?" tanya Pak Jono."Kita ke sekolah Leo aja.""Baik, Non."Setelah itu ia melajukan mobilnya menuju sekolah Leo, lalu tidak lama kemudian, kami telah tiba. Setibanya di sana, kebetulan sudah waktunya jam istirahat. Tampak Tiar sedang menyuapi Leo makan."Hai Sayang." Aku berjalan menghampirinya.Leo menoleh, lalu seketika senyumnya mengembang saat melihatku."Mamaaa!" Leo langsung merentangkan tangannya lalu memelukku."Kok makannya disuapin? Leo kan anak pintar, harusnya makan sendiri." Aku mengelus lembut rambutnya."Oh, iya, kan bentar lagi aku jadi kakak, jadi aku harus makan sendiri." Dahiku mengernyit saat mendengar ucapannya, bisa-bisanya ia begitu ngotot untuk mendapatkan adik, sementara aku dan Gio tidak memiliki hubungan apapun."Sini

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Bukan Villia Pelakunya

    "Leo Sayang. Hari ini mama capek banget. Mama istirahat dulu, ya." Aku mencoba mengalihkan pembicaraan."Tapi Mama bisa, kan, ngasih adik buat aku?" Ia menatapku penuh harap."Itu gak mungkin, Leo. Mama gak mungkin ngasih adik buat Leo."Tiba-tiba ia tertunduk lesu. "Tapi kenapa? Bukankah tadi Papa bilang akan memberikan semua yang aku minta?" Kali ini ia menatap Gio sembari merengut."Papa sih mau aja ngasih Leo adik, cuma mamanya aja yang gak mau." Gio melirik ke arahku sembari memicingkan mata.Mataku membulat mendengar ucapannya, bisa-bisanya ia menjadikan Leo sebagai alasan untuk mendekatiku."Besok kita bahas lagi, ya, sekarang mama capek banget." Aku kembali mengalihkan pembicaraan."Tapi Mama harus janji dulu, akan memberikan adik buat aku.""Oma akan pastikan Mama dan Papa memberi adik baru untuk Leo." Tiba-tiba Mama Clara muncul lalu menyahuti obrolan kami."Horeeeee!" Leo seketika bersorak gembira.Aku menghela napas dengan apa yang dilakukan Gio juga Mama Clara, bisa-bisan

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Gio Semakin Agresif

    "Keluar kalian semua!" teriak para preman berwajah sangar itu sembari bersiap menghantamkan balok ke mobil Gio.Meskipun merasa takut, akhirnya kami semua keluar, karena mereka mengepung setiap penjuru mobil dan bersiap memecahkan kaca mobil."Apa mau kalian?" tanya Gio, ia tampak sangat tenang, tak kulihat sedikit pun rasa takut dalam dirinya, padahal jumlah para preman itu sangatlah banyak."Serahkan Kirana pada kami, maka setelah itu kalian bisa pergi!"Saat mendengar ucapan dari salah satu preman, aku baru sadar jika mereka adalah orang suruhan Juragan Karta."Ngapain kalian mau membawa putri saya? Tak akan saya biarkan kalian melakukannya!" teriak Ayah sembari melindungiku dengan badannya."Kirana itu calon istri juragan kami, apalagi ayahnya masih berhutang pada juragan kami," ujar seorang lelaki berkepala botak.Dahiku mengernyit saat mendengar ucapannya, padahal kini Ratih telah menjadi istrinya sebagai penebus hutang, tetapi mengapa ia masih saja mengincarku.Sementara itu Gi

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Reaksi Ibu Angkat

    "Jangan lagi kamu menyentuh meskipun hanya sehelai rambut putriku!" Bunda langsung menarik tanganku. Lalu, Plaaaaaak! tangannya melayang dan mendarat di pipi wanita yang selama bertahun-tahun kupanggil Ibu."Ibuu....!" Kulihat Rani dan Ratna berlari menuju ibunya."Kalian...." Ibu tampak tercengang saat melihat Ayah dan Bunda, terlebih saat Bunda menyebutku sebagai putrinya."Kenapa, kamu terkejut karena saya dan putri saya yang kamu culik saat bayi bisa bersatu kembali? Meskipun kamu merantau ke kota ini lalu mengubah namamu dari Ijah menjadi Sumiati, kenyataannya kamu tetap kami temukan!" Bunda tampak tersenyum sinis, sementara Ibu angkatku tampak gemetaran.Sementara itu Gio hanya terdiam sembari menggenggam erat tanganku, sebenarnya aku ingin melepaskannya, tetapi jemarinya begitu kuat mengunci jemariku."Sebenarnya apa alasan kamu dan Sopian menculik putri kami, lalu memperlakukannya dengan semena-mena?" tanya Ayah.Kulihat Ibu tampak gemetaran, lalu matanya langsung memerah dan

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Ke Bandung

    "Bangunlah, Gio. Semuanya sudah terjadi. Meskipun kamu bersujud di kaki kami, Bella tak akan kembali pada kami.""Aku sangat menyesal, Ayah, Bunda, tetapi aku memang tak pernah mencintai Bella, pernikahan kami terjadi karena paksaan dari Opa, andai saja saat itu aku tak pernah menerima perjodohan kami, mungkin Bella tak akan tersakiti dengan sikapku.""Egois kamu!" bentak Bunda sembari menatap tajam ke arahnya."Sudahlah, Bunda. Kita tidak bisa terus-menerus menyalahkan Gio. Mungkin kita yang salah karena telah membiarkan Bella menikah dengan lelaki yang tidak pernah mencintainya," ujar Ayah.Gio memang bersalah karena telah menyakiti Bella, tetapi apa yang ia katakan ada benarnya juga. Mungkin ia tak bisa memaksakan hatinya untuk mencintai Bella. Pernikahannya terjadi atas kehendak Opa William, bahkan mungkin Gio pernah diancam tidak mendapatkan warisan jika tidak menerima perjodohan itu."Baiklah, Gio. Sekarang kami berniat untuk ke Bandung, jadi silakan kamu pergi.""Bolehkah aku i

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Setelah Semuanya Terungkap

    Keesokan paginya, aku langsung mandi setelah tersadar dari mimpiku semalam. Meskipun pikiranku masih tertaut pada ucapan Bella yang mengatakan bahwa Gio sangat mencintaiku. Tidak, aku tidak boleh terbawa perasaan. Aku harus sadar bahwa yang dicintai Gio adalah Bella, bukan aku. Lagipula jr tak boleh mencintai dia, karena dia adalah salah satu penyebab kematian Bella.Beberapa saat kemudian, setelah aku selesai mandi, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. "Siapa?" tanyaku tanpa membuka pintu, bisa saja itu Gio, dia tak boleh melihatku yang hanya mengenakan handuk seperti ini."Non Bella, eh maksud mbok, Non Bianca sudah ditunggu di meja makan oleh Tuan William dan lainnya.""Iya, Mbok, aku baru selesai mandi, mau berpakaian dulu.""Iya, Non," ujarnya.Setelah itu aku segera berpakaian dan berdandan. Lalu beberapa saat kemudian, aku telah selesai, lalu aku segera turun menuju ruang makan. Kulihat semua orang telah berada di kursinya masing-masing, termasuk kedua orang tuaku."Mornin

DMCA.com Protection Status