Share

Teriakan Minta Tolong

Penulis: Widya Yasmin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Bella, sejak kapan kamu pintar memasak, padahal dulu kamu masuk dapur saja tak pernah mau," ujar Opa William.

"Karena aku bukan Bella, Opa."

Tiba-tiba kulihat lelaki berambut putih sebagian itu seketika memegangi kepalanya.

"Opa mohon, jangan lagi mengatakan hal itu."

"Ayo, Mas, kita tunggu di meja makan saja!" Oma Sandra langsung menggandeng suaminya itu, sementara Mama Clara masih menatapku tanpa berkedip.

"Mama kenapa bengong begitu, mau bantu?"

Seketika ia langsung terhenyak dengan pertanyaanku.

"Kamu lanjutkan masak, mama hanya penasaran bagaimana rasa masakanmu, pasti tidak seenak Villia."

Aku hanya tersenyum getir dan kembali fokus memasak. Saat di Arab dulu, semua anggota keluarga di sana memuji semua masakanku. Mereka bilang aku cocok menjadi koki restoran bintang lima.

"Mbak Carlota, daripada bengong aja, mending bantuin saya iris wortel dan buncis, iris memanjang seperti korek api, ya."

Seketika ia mendelik sinis, tetapi tetap melakukan apa yang aku minta.

Beberapa saat kemudian, chiken cordon bleu yang kumasak telah siap untuk dihidangkan. Lalu tanpa berlama-lama aku langsung membawanya ke meja makan. Kulihat semua anggota keluarga ini masih berada di kursi masing-masing, tampaknya mereka merasa penasaran dengan rasa makanan yang kumasak.

"Horeee! Aku mau makan masakan Mama!" seru Leo yang tampak antusias.

"Tentu saja, makanan ini memang sengaja mama masak untuk Leo."

"Ekhem!" Tiba-tiba kulihat Gio berdehem. "Aku juga ingin mencoba masakanmu."

"Baiklah, tentu saja." Setelah itu aku meminta Mbok Minten menghidangkan makanan tersebut untuk mereka semua, termasuk Villia.

Saat satu suapan chiken cordon bleu itu masuk ke mulut mereka, kulihat reaksi mereka semua tampak berubah. Mereka langsung menatap heran ke arahku.

"Masakan kamu enak sekali, Bella," puji Opa William, sementara Oma Sandra dan Mama Clara sama sekali tak bersuara, tapi dari cara mereka melahap makanan yang kusajikan, tampaknya mereka sangat menikmatinya.

"Aku akui masakan kamu enak," ucap Gio tiba-tiba.

Terserah, aku sama sekali tidak terbuai dengan pujiannya, toh tidak lama lagi aku akan meninggalkan rumah ini. Lebih baik aku menjadi pembantu di rumah majikan Fitri, daripada aku berpura-pura menjadi Bella lalu suatu saat aku dituntut karena dituduh menipu.

Sementara itu reaksi wajah Villia tiba-tiba menjadi dingin, tampaknya ia tak menyukai saat Gio memujiku.

"Bella, jadi sebenarnya selama ini kamu kemana saja?" tanya Opa William tiba-tiba.

"Aku bukan Bella, Opa."

Sejak kecil aku tak pernah berbohong, jadi sekarang aku tak mungkin mengatakan bahwa aku ini Bella lalu mengarang jawaban dari pertanyaan mereka.

"Bella, tolong jangan katakan itu lagi, opa tahu jika kamu tertekan berada di rumah ini. Makanya kamu terus berusaha untuk meninggalkan rumah ini, tapi opa janji, mulai sekarang tak ada lagi orang yang menyakiti dan membuatmu tak nyaman berada di rumah ini."

Seketika ekspresi wajah Oma Sandra, Mama Clara, Villia, bahkan juga Carlota berubah, mereka semua mendelik sinis ke arahku, seolah mereka semua sangat membenci Bella.

"Mama jangan ninggalin Leo lagi." Leo yang sejak tadi asyik melahap makanannya seketika berderai air mata.

"Iya, Sayang, mama janji gak akan ninggalin Leo."

"Bella, aku minta maaf jika selama ini aku selalu bersikap buruk padamu, tapi aku janji, mulai sekarang aku akan berusaha menjadi suami yang baik buat kamu," ucap Gio.

Hatiku bergetar saat mendengar ucapan lelaki tampan yang wajahnya mirip Justin Bieber itu, tapi aku harus sadar bahwa aku ini bukanlah Bella, jadi sebisa mungkin aku harus menghindarinya.

"Bella.." Tiba-tiba Gio meraih tanganku hingga membuat lamunanku buyar.

"I..iya, kenapa?" Aku langsung menghempaskan tangannya.

"Aku janji mulai saat ini akan selalu ada buat kamu."

"I..iya."

"Bella, jadi masakan apa saja yang bisa kamu masak?" tanya Oma Sandra setelah menghabiskan satu piring chiken cordon bleu yang disajikan untuknya.

"Masakan western, Turki, Arab, China, Korea, Indonesia, semuanya aku bisa."

"Apa? Masakan Turki? Benarkah kamu bisa membuat masakan Turki?" Tiba-tiba wajah yang tadi dingin itu seketika berubah hangat.

"Iya, betul, aku bisa membuat masakan Turki. Dari mulai kebab, kofte, simit, baklava, manti, kumpir, dondurma, semuanya."

"Wah, oma gak sabar mau nyobain kebab dan dondurma buatan kamu. Tapi bagaimana bisa kamu tiba-tiba bisa memasak semua masakan itu?"

"Entahlah, Oma, aku juga gak tahu kenapa tiba-tiba aku jadi bisa masak semua makanan yang aku sebutkan."

"Apakah selama ini kamu berada di Turki?"

Seketika kepalaku langsung sakit saat mendengar pertanyaan Oma Sandra. Haruskah aku mengatakan bahwa aku pernah bekerja di restoran lalu bekerja menjadi TKW di Arab?

"Sudahlah, sepertinya Bella masih belum sembuh, jangan terlalu banyak diberikan pertanyaan," ujar Opa William tiba-tiba.

"Iya, Bella tak bisa mengingat semuanya, kemungkinan dia mengalami hal buruk hingga ia amnesia." Gio menyahut.

Aku hanya menghela napas mendengar ucapan mereka, terserah mereka mau bicara apa, tapi besok aku harus segera kabur dari rumah ini.

"Yang penting mulai sekarang kamu jangan lagi meninggalkan rumah ini, karena saya tidak sanggup melihat Leo terus-menerus menangis," ujar Mama Sandra dengan wajah dingin.

"Ayo Leo, kita ke kamar Leo, kepala mama sakit." Aku langsung mengalihkan pembicaraan karena mulai bingung dengan obrolan mereka.

"Biar Leo tidur bersama Mbok Minten aja, ayo aku antar kamu ke kamar," ujar Gio.

"T-tapi.."

"Aku mau tidur sama Mama," rengek Leo.

"Leo Sayang, Mama sekarang masih sakit dan butuh untuk istirahat, jadi biarkan Mama tidur bersama papa, agar papa bisa menjaganya," bujuk Gio sembari mengelus rambut Leo.

"Gio benar Bella, kalian harus lebih sering menghabiskan waktu berdua, siapa tahu itu bisa membantumu untuk mengingat semuanya," ujar Opa William.

Aku tak bisa lagi membantah, lalu terpaksa mengikuti Gio ke kamar.

"Tidurlah, aku akan selalu menjagamu," ucap Gio setibanya di kamar.

"Tapi.."

"Tapi kenapa? Katakan saja, aku akan melakukan apapun yang kamu katakan."

Entah mengapa sikap Gio begitu mencurigakan, sikapnya sangat dingin ketika melihatku pertama kali datang, seolah ia tak menginginkan kedatanganku. Lalu kini, ia tiba-tiba menjadi hangat kepadaku. Jika aku tebak, sepertinya Bella merasa tidak nyaman dengan sikap Gio dan keluarganya, makanya ia memutuskan untuk kabur dari rumah ini.

"Bella.."

"I..iya.." Lagi-lagi ia membuyarkan lamunanku.

"Jadi, apa yang ingin kamu katakan?"

"Untuk sementara waktu, aku tak bisa tidur bersama kamu."

"Tapi kenapa? Bukankah selama ini kamu selalu ingin aku berada di sampingmu?" Seketika dahinya langsung mengernyit saat mendengar jawabanku.

"Tolong, aku belum siap untuk tidur bersamamu."

"Baiklah, kalau begitu aku akan tidur di sofa," ujarnya sembari meraih bantal lalu berbaring di sofa.

Aku menghela napas lega, lalu segera membaringkan tubuh. Apa yang terjadi hari ini begitu melelahkan, aku harus segera tidur agar memiliki energi untuk melarikan diri dari rumah ini besok.

"Toloooooong! Toloooong!" Aku terhenyak saat mendengar suara teriakan wanita.

Lalu saat kubuka mata, aku sangat terkejut karena berada di sebuah tempat yang entah di mana.

"Tolooooooong!" Tiba-tiba kulihat seorang wanita yang tengah berlari ketakutan, tampak di belakang wanita itu seorang lelaki mengejarnya sembari membawa pisau.

"Toloooooong!" Wanita itu kembali berteriak meminta tolong dan menoleh ke arahku.

Seketika aku langsung terhenyak saat melihat wajah wanita itu yang sama persis denganku.

Bersambung.

Bab terkait

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Villia Cemburu

    Wanita yang wajahnya mirip denganku itu terus berlari bahkan berkali-kali terjatuh. Sementara lelaki yang membawa pisau itu terus mengejarnya tanpa rasa iba. Hingga tiba-tiba wanita itu terjebak di tepi jurang, sementara si lelaki bersiap menghunuskan pisaunya."Jangaaaaaaan!" teriakku.Seketika wanita itu melompat ke jurang tersebut hingga membuatku seketika berteriak histeris."Bella! Bella! Kamu kenapa?" Seketika aku langsung terbangun saat seseorang mengguncangkan tubuhku. Perlahan kubuka mata, lalu kulihat Gio menatapku dengan tatapan cemas bercampur penasaran."Kamu mimpi buruk?" tanyanya sembari duduk di sampingku dan mencoba untuk memelukku.Aku langsung beringsut menjauhinya, hingga membuatnya mengernyitkan dahi."Kamu kenapa tidak mau kusentuh? Aku hanya ingin membuatmu lebih tenang." Ia malah menarik tanganku lalu memelukku dengan erat.Seketika dadaku berdebar kencang saat berada dalam pelukannya. Tidak, ini tidak boleh terjadi, dia suami orang, jadi aku tak boleh diam sa

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Bertemu Orang Tua Bella

    "Mama mau kemana?" tanya Leo."Mama mau menemui orang tua mama.""Aku mau ikut," rengeknya."Tapi Leo kan harus sekolah." Seorang wanita berpakaian baby sitter tiba-tiba muncul, tampaknya ia adalah pengasuh Leo yang diceritakan Mbok Minten baru masuk hari ini setelah kemarin izin tak masuk kerja karena keluarganya sakit."Memangnya Leo udah sekolah?""Iya, Non Bella, Leo kan sudah PAUD. Kok Non Bella bisa lupa? Ngomong-ngomong, selamat datang kembali di rumah ini," sapanya lembut."Saya hilang ingatan, ngomong-ngomong nama kamu siapa?""Saya Tiar, Non.""Leo, Sayang. Hari ini Leo sekolah, ya, gak usah ikut sama mama." Aku membujuknya."Emm...oke, deh."Dia anak yang sangat pintar dan menggemaskan, andai saja aku tak berada dalam situasi ini, aku ingin menjadi ibunya. Namun, aku harus secepatnya meninggalkan rumah ini, sebelum mereka menyadari bahwa aku bukanlah Bella, lalu menuduhku sebagai penipu. Setelah itu Tiar membawa Leo ke kamar, sementara aku bergegas menuju meja makan."Kamu

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Klien dari Turki

    Aku menatap satu persatu foto Bella saat dia masih kecil. Ada foto saat dia memotong kue ulang tahun, ada foto saat berlibur bersama kedua orang tuanya, bahkan ada juga foto bersama teman-temannya saat mereka masih mengenakan seragam SD. Meskipun Mbok Minten pernah mengatakan bahwa kedua orangtuanya selalu sibuk bekerja, tapi dari foto-foto itu aku bisa melihat kalau kedua orangtuanya selalu meluangkan waktu untuk Bella, dia sangat beruntung karena memiliki semua hal yang aku inginkan di dunia ini."Tampaknya kamu sangat suka melihat foto-fotomu saat masih kecil?" tanya wanita yang dipanggil Bunda oleh Gio hingga membuyarkan lamunanku.Aku hanya mengangguk dan tersenyum."Ayo, bunda ajak kamu ke kamarmu," ujarnya sembari menuntunku ke sebuah kamar.Setibanya di sana, kulihat foto-foto Bella memenuhi seluruh dinding di kamar itu. Dari mulai saat SD, SMP, SMA bahkan ada juga foto saat ia wisuda."Kamu ingat foto-foto itu, Sayang?"Aku hanya menggeleng."Gak apa-apa, nanti lambat Laun ka

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Mr. George dan Miss Allara

    "Tapi aku masih kangen sama Ayah dan Bunda." Aku mencoba mencari alasan agar tidak ikut bersamanya, karena ketika Gio mengetahui bahwa aku tidak lancar bahasa Inggris, maka ia akan mencurigai bahwa aku bukanlah Bella."Sudahlah, Sayang, kamu ikut saja bersama Gio, nanti kamu bisa datang kesini kapanpun kamu mau," ujar Bunda.Akhirnya aku tak bisa lagi menolak keinginan Gio untuk menemaninya menemui kliennya itu. Sepanjang perjalanan, dadaku berdebar kencang, andai nanti semuanya terungkap, aku akan mengatakan bahwa sejak awal aku sudah berusaha mengatakan bahwa aku bukanlah Bella. Aku akan berusaha membela diri, jika mereka malah menuntutku.Setibanya di sebuah restoran, kami langsung mendatangi sepasang suami istri yang kemungkinan adalah Mr. George dan istrinya."O çok güzel," ucap wanita bermata hijau berambut coklat itu.Seketika aku langsung tersenyum saat mendengar bahwa ia mengatakan bahwa aku cantik dengan bahasa Turki. Aku tersenyum bukan karena pujiannya, tapi karena dia men

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Kemunculan Bella

    "Fitri, kamu Fitri, kan?" Aku kembali bertanya padanya."Kamu kenal dia, Beb?" tanya lelaki tua itu.Wanita yang wajahnya sama persis dengan Fitri itu menggeleng."Maaf, Mbak, mungkin Mbak salah orang. Saya Celine, bukan Fitri," ujarnya sembari menarik tangan lelaki tua itu agar segera pergi meninggalkanku.Bagaimana mungkin dia menyangkal bahwa dirinya adalah Fitri, padahal tanda lahir di keningnya bisa membuktikan bahwa dia adalah Fitri."Kamu kenal dia?" tanya Gio tiba-tiba."Sepertinya aku salah orang.""Siapa Fitri yang kamu maksud, setahuku kamu gak punya teman yang namanya Fitri?""Sudahlah, jangan dibahas." Setelah itu aku langsung mengajak Gio untuk segera pulang.Sebenarnya ada untungnya juga jika wanita yang wajahnya sama persis dengan Fitri itu pura-pura tidak mengenaliku, karena dengan cara itu rahasiaku sebagai Kirana tidak terbongkar di hadapan Gio. Namun, tetap saja aku merasa penasaran, mengapa tiba-tiba penampilan Fitri begitu terbuka, padahal setiap pulang kampung d

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Pesan Dari Bella

    "katakan pada orang tuaku agar mereka segera mencari jasadku," ujarnya sembari memegangi kedua bahuku hingga seketika seluruh tubuh ini bergetar hebat disertai bulu kuduk yang meremang semua."Aaaaaaaaaaaak!" Aku kembali berteriak histeris karena ketakutan, wajah Bella begitu menakutkan, selama ini aku belum pernah melihat penampakan hantu senyata itu."Bella...Bellaaa..." Tiba-tiba terdengar suara Gio, disertai sentuhan hangat di pipiku.Aku langsung tersentak dan menyadari bahwa aku tengah terbaring di tempat tidur. Kukerjap-kerjapkan kedua mata ini, barangkali aku masih bermimpi, karena aku sangat yakin jika tadi aku tengah mandi."Bella, kamu mimpi buruk lagi?" tanyanya lalu duduk di sampingku."Bukankah kamu tadi sudah keluar dari kamar, kenapa tiba-tiba kamu ada di sini?""Tadi aku mau mengambil HPku, lalu tiba-tiba aku mendengar kamu terus berteriak histeris."Aku terdiam mendengar ucapan Gio, rupanya tadi itu hanyalah mimpi, tapi mengapa terasa sangat nyata."Kamu mimpi apa, k

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Menemui Ayah dan Bunda

    "Jangan bicara sembarangan di depan anak kecil!" Aku langsung menutup telinga Leo lalu menatap tajam pada Villia."Kenapa? Kamu takut rahasiamu terbongkar?""Ma, apa yang dikatakan Mama Villia benar? Apakah Mama bukan Mama Bella?" Leo menatapku penuh tanya sembari memegangi ujung bajuku."Leo gak perlu mendengarkan ucapannya, karena aku adalah Mama Bella, mamanya Leo, Mama yang sudah melahirkan Leo."Anak lelaki bermata coklat itu langsung memelukku dengan erat."Dan kamu Villia, aku peringatkan jangan bicara macam-macam di hadapan Leo!" Ia hanya tersenyum sinis saat mendengar peringatan dariku, sementara aku mencoba menahan diri untuk tidak gemetar, karena kenyataannya aku sangat takut jika rahasiaku terbongkar. Selain itu aku juga bingung, bagaimana caranya dia mengetahui bahwa aku bukan Bella?"Ayo, Ma! Aku ingin sarapan nasi goreng buatan Mama," ujar Leo.Aku mengangguk lalu bergegas meninggalkan Villia yang masih menatapku dengan senyum sinisnya."Kebetulan kamu datang, Bella. L

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Mengaku

    "Sayang, kok gak bilang-bilang mau datang?" tanya Bunda yang langsung menyambutku dengan hangat.Aku tersenyum sembari menatap wajah cantik nan teduh itu."Aku kangen sama Bunda. Boleh aku peluk Bunda sebentar saja?""Tentu saja, Sayang." Aku berharap waktu bisa berhenti sebentar saja, rasanya sangat nyaman saat berada dalam pelukan wanita asing ini, dia bukanlah ibuku, tapi hatiku terasa hangat saat berada dalam pelukannya."Kamu datang kesini sendiri?" tanya Ayah sembari duduk di sampingku."Aku diantar Pak Jono, soalnya Gio ke Singapura buat meeting sama kliennya.""Leo gak dibawa? Ayah dan Bunda kangen banget sama dia.""Leo sekarang sedang sekolah.""Oh, ya, mau makan apa? Nanti ayah suruh pelayan buat siapkan.""Gak perlu, Ayah, Bunda, sebenarnya ada hal penting yang ingin aku sampaikan."Aku menatap kedua paruh baya itu, mereka terlihat sangat baik, jadi aku tak tega jika harus terus membohongi mereka. Meski hari ini adalah hari terakhirku melihat mereka, aku akan mencoba untuk

Bab terbaru

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Lelaki Yang Bersama Mama Clara

    Selama dalam perjalanan, Gio hanya terdiam, ekspresi wajahnya sama persis seperti semalam."Apa sejak malam kamu terus termenung karena telah mengetahui sesuatu?" Aku memberanikan diri untuk bertanya."Maksud kamu?""Bagaimana jika pelaku yang sebenarnya adalah mama kamu?""Siapapun pelakunya, dia tetap harus mendapatkan hukuman sesuai dengan perbuatannya. Namun...."Aku melihat ada raut kepedihan saat ia mengatakannya, lalu setelah itu ia kembali fokus menyetir."Namun kenapa, Gio?""Kita harus memiliki bukti yang kuat untuk memastikan bahwa Mama pelakunya.""Tapi kamu bersedia, kan, untuk membantuku menyelidikinya?"Ia mengangguk, tetapi kulihat ada gurat kepedihan di wajahnya.Aku bisa mengerti bagaimana perasaannya jika benar Mama Clara adalah dalang dibalik kematian Bella. Hati Gio pasti akan sangat hancur ketika wanita yang telah melahirkannya dipenjara, terlebih ia telah kehilangan ayahnya ketika ia berusia 5 tahun.Opa William pernah bercerita bahwa kakekku meninggal ketika Be

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Pengakuan Villia Pada Gio

    "Bagaimana caranya kamu tahu kalau aku dibawa ke hutan?" tanyaku pada Gio di dalam mobil setelah sejak tadi ia hanya diam."Tadi kebetulan aku sedang berada di jalan, pulang meeting. Lalu Tiar mengabarkan bahwa kamu diculik, ia shar location juga memberitahukan plat mobil si penculik. Setelah itu aku langsung mengejar sambil menelpon polisi.""Gio, untuk kedua kalinya, aku sangat berterima kasih karena lagi-lagi kamu menyelamatkanku.""Iya." Ia hanya menjawab datar sembari fokus menyetir, aku jadi semakin curiga jika ia menyembunyikan sesuatu dariku.Tidak lama kemudian, kami telah tiba. Setibanya di rumah, tampak Opa William dan semua orang menyambut kedatanganku."Mamaaa!" teriak Leo yang langsung menghambur ke pelukanku sembari berlinang air mata.Aku langsung memeluknya dengan erat, untunglah penculik tadi tidak menyakitinya sedikit pun."Saat Tiar mengatakan bahwa kamu diculik, jujur saja opa sangat khawatir sama kamu." Opa William menatapku nanar sembari sesekali memegangi dadan

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Penyelamat

    Dalam keadaan tubuh terikat dan mulut yang disumpal kain, aku menyandarkan kepala di jok mobil. Seluruh tubuh ini dibanjiri keringat, sementara dadaku terasa berguncang hebat memikirkan apa yang akan terjadi padaku selanjutnya. Kulihat para penjahat itu tertawa riang sembari melajukan mobil yang membawaku entah kemana. Sesekali terdengar obrolan mereka yang membuatku seketika bergidik ngeri."Sebelum kita singkirkan, kita nikmati dulu dia," ujar seorang lelaki berkepala botak yang sejak tadi menatapku penuh nafsu."Tentu saja, hari ini kita akan berpesta." Yang lainnya ikut menyahut, lalu setelah itu mereka kembali tertawa hingga membuat darah di tubuhku seakan berhenti mengalir.Jika harus memilih, aku lebih baik memilih mati daripada harus menjadi budak nafsu mereka. Mobil yang membawaku terus melaju menjauh dari keramaian kota, lalu mataku membelalak saat kulihat deretan pepohonan yang begitu rimbun disertai suara burung dan binatang alam lainnya, pertanda mobil ini memasuki kawasa

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Diculik Lagi

    Setelah jam besuk berakhir, aku segera pulang. Selama di perjalanan, aku masih terus kepikiran ucapan Villia yang mengatakan bahwa pelaku sebenarnya bukanlah dia. Hatiku bertanya-tanya, jika bukan dia, lalu siapa lagi?"Non, sekarang kita kemana?" tanya Pak Jono."Kita ke sekolah Leo aja.""Baik, Non."Setelah itu ia melajukan mobilnya menuju sekolah Leo, lalu tidak lama kemudian, kami telah tiba. Setibanya di sana, kebetulan sudah waktunya jam istirahat. Tampak Tiar sedang menyuapi Leo makan."Hai Sayang." Aku berjalan menghampirinya.Leo menoleh, lalu seketika senyumnya mengembang saat melihatku."Mamaaa!" Leo langsung merentangkan tangannya lalu memelukku."Kok makannya disuapin? Leo kan anak pintar, harusnya makan sendiri." Aku mengelus lembut rambutnya."Oh, iya, kan bentar lagi aku jadi kakak, jadi aku harus makan sendiri." Dahiku mengernyit saat mendengar ucapannya, bisa-bisanya ia begitu ngotot untuk mendapatkan adik, sementara aku dan Gio tidak memiliki hubungan apapun."Sini

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Bukan Villia Pelakunya

    "Leo Sayang. Hari ini mama capek banget. Mama istirahat dulu, ya." Aku mencoba mengalihkan pembicaraan."Tapi Mama bisa, kan, ngasih adik buat aku?" Ia menatapku penuh harap."Itu gak mungkin, Leo. Mama gak mungkin ngasih adik buat Leo."Tiba-tiba ia tertunduk lesu. "Tapi kenapa? Bukankah tadi Papa bilang akan memberikan semua yang aku minta?" Kali ini ia menatap Gio sembari merengut."Papa sih mau aja ngasih Leo adik, cuma mamanya aja yang gak mau." Gio melirik ke arahku sembari memicingkan mata.Mataku membulat mendengar ucapannya, bisa-bisanya ia menjadikan Leo sebagai alasan untuk mendekatiku."Besok kita bahas lagi, ya, sekarang mama capek banget." Aku kembali mengalihkan pembicaraan."Tapi Mama harus janji dulu, akan memberikan adik buat aku.""Oma akan pastikan Mama dan Papa memberi adik baru untuk Leo." Tiba-tiba Mama Clara muncul lalu menyahuti obrolan kami."Horeeeee!" Leo seketika bersorak gembira.Aku menghela napas dengan apa yang dilakukan Gio juga Mama Clara, bisa-bisan

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Gio Semakin Agresif

    "Keluar kalian semua!" teriak para preman berwajah sangar itu sembari bersiap menghantamkan balok ke mobil Gio.Meskipun merasa takut, akhirnya kami semua keluar, karena mereka mengepung setiap penjuru mobil dan bersiap memecahkan kaca mobil."Apa mau kalian?" tanya Gio, ia tampak sangat tenang, tak kulihat sedikit pun rasa takut dalam dirinya, padahal jumlah para preman itu sangatlah banyak."Serahkan Kirana pada kami, maka setelah itu kalian bisa pergi!"Saat mendengar ucapan dari salah satu preman, aku baru sadar jika mereka adalah orang suruhan Juragan Karta."Ngapain kalian mau membawa putri saya? Tak akan saya biarkan kalian melakukannya!" teriak Ayah sembari melindungiku dengan badannya."Kirana itu calon istri juragan kami, apalagi ayahnya masih berhutang pada juragan kami," ujar seorang lelaki berkepala botak.Dahiku mengernyit saat mendengar ucapannya, padahal kini Ratih telah menjadi istrinya sebagai penebus hutang, tetapi mengapa ia masih saja mengincarku.Sementara itu Gi

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Reaksi Ibu Angkat

    "Jangan lagi kamu menyentuh meskipun hanya sehelai rambut putriku!" Bunda langsung menarik tanganku. Lalu, Plaaaaaak! tangannya melayang dan mendarat di pipi wanita yang selama bertahun-tahun kupanggil Ibu."Ibuu....!" Kulihat Rani dan Ratna berlari menuju ibunya."Kalian...." Ibu tampak tercengang saat melihat Ayah dan Bunda, terlebih saat Bunda menyebutku sebagai putrinya."Kenapa, kamu terkejut karena saya dan putri saya yang kamu culik saat bayi bisa bersatu kembali? Meskipun kamu merantau ke kota ini lalu mengubah namamu dari Ijah menjadi Sumiati, kenyataannya kamu tetap kami temukan!" Bunda tampak tersenyum sinis, sementara Ibu angkatku tampak gemetaran.Sementara itu Gio hanya terdiam sembari menggenggam erat tanganku, sebenarnya aku ingin melepaskannya, tetapi jemarinya begitu kuat mengunci jemariku."Sebenarnya apa alasan kamu dan Sopian menculik putri kami, lalu memperlakukannya dengan semena-mena?" tanya Ayah.Kulihat Ibu tampak gemetaran, lalu matanya langsung memerah dan

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Ke Bandung

    "Bangunlah, Gio. Semuanya sudah terjadi. Meskipun kamu bersujud di kaki kami, Bella tak akan kembali pada kami.""Aku sangat menyesal, Ayah, Bunda, tetapi aku memang tak pernah mencintai Bella, pernikahan kami terjadi karena paksaan dari Opa, andai saja saat itu aku tak pernah menerima perjodohan kami, mungkin Bella tak akan tersakiti dengan sikapku.""Egois kamu!" bentak Bunda sembari menatap tajam ke arahnya."Sudahlah, Bunda. Kita tidak bisa terus-menerus menyalahkan Gio. Mungkin kita yang salah karena telah membiarkan Bella menikah dengan lelaki yang tidak pernah mencintainya," ujar Ayah.Gio memang bersalah karena telah menyakiti Bella, tetapi apa yang ia katakan ada benarnya juga. Mungkin ia tak bisa memaksakan hatinya untuk mencintai Bella. Pernikahannya terjadi atas kehendak Opa William, bahkan mungkin Gio pernah diancam tidak mendapatkan warisan jika tidak menerima perjodohan itu."Baiklah, Gio. Sekarang kami berniat untuk ke Bandung, jadi silakan kamu pergi.""Bolehkah aku i

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Setelah Semuanya Terungkap

    Keesokan paginya, aku langsung mandi setelah tersadar dari mimpiku semalam. Meskipun pikiranku masih tertaut pada ucapan Bella yang mengatakan bahwa Gio sangat mencintaiku. Tidak, aku tidak boleh terbawa perasaan. Aku harus sadar bahwa yang dicintai Gio adalah Bella, bukan aku. Lagipula jr tak boleh mencintai dia, karena dia adalah salah satu penyebab kematian Bella.Beberapa saat kemudian, setelah aku selesai mandi, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. "Siapa?" tanyaku tanpa membuka pintu, bisa saja itu Gio, dia tak boleh melihatku yang hanya mengenakan handuk seperti ini."Non Bella, eh maksud mbok, Non Bianca sudah ditunggu di meja makan oleh Tuan William dan lainnya.""Iya, Mbok, aku baru selesai mandi, mau berpakaian dulu.""Iya, Non," ujarnya.Setelah itu aku segera berpakaian dan berdandan. Lalu beberapa saat kemudian, aku telah selesai, lalu aku segera turun menuju ruang makan. Kulihat semua orang telah berada di kursinya masing-masing, termasuk kedua orang tuaku."Mornin

DMCA.com Protection Status