Empat mobil mewah terlihat saling berdampingan di garasi rumah Bima. Mereka berempat Rendra, Bima, Dewa dan Bayu langsung masuk kedalam rumah. Mereka semua sangat penasaran dengan kabar yang diterima Rendra. Tingkat penasaran mereka semua pun berbeda-beda. Rendra penasaran kenapa Non bisa ada dirumah Bima. Bima penasaran siapa gerangan saudara si Rendra sehingga bisa nyangkut dirumahnya. Dewa dan Bayu penasaran dengan sikap Rendra yang tampak cemas setengah mati hanya karena saudaranya yang pingsan. Jauh dari sikap keseharian Rendra yang cuek tingkat akut. Lagian Saudara dari mana coba?secara si Rendra anak tunggal, dan semua sepupu-sepupunya juga mereka kenal dengan baik.
Tok tok tok
Bima mengetuk pintu kamar adiknya. Karena menurut Bik Asma, teman Intanlah yang pingsan dan sekarang sedang beristirahat dikamar adiknya itu. Menurut Bik Asma juga, teman adiknya itu sudah siuman beberapa jam yang lalu.
Ceklek!
Saat Intan membuka pintu kamarnya, tampak seorang gadis cantik imut sedang berbaring di ranjangnya. Ke empat pria itu sejenak menahan nafas saat melihat gadis itu hanya mengenakan kaus daleman putih saja. Ory yang tidak tahu bahwa akan ada laki-laki yang masuk kedalam kamar Intan, refleks segera menyambar selimut dan menutupi sekujur tubuhnya.
"Lho Non! Ory! Oryza Sativa Wiryawan!"
Ketiga pria itu memanggil nama Ory dengan tiga panggilan yang berbeda."Kalian kenal dengan Non juga? Bima? Dewa?" Rendra tampak takjub melihat dua temannya mengenal Non.
"Ya kenal lah Ren, Ory ini temen SD adek gue sekaligus OG gue dikantor. Nah lo bisa sodaraan dari mana sama si Ory? Trus kenapa lo manggil dia Non?"
Sekarang gantian Bima yang mengintrogasi Rendra."Lah si Non ini kan tinggal di rumah gue sekarang. Dia dibawa sama asisten rumah tangga gue buat numpang tinggal diapartemen gue. Dan kami biasa manggil dia dengan sebutan Non."
Rendra mulai menjelaskan tentang Non kepada Bima. Sekarang Rendra dan Bima menatap Dewa meminta penjelasan."Dan lo Wa, lo kenal dimana dengan si Non gue, dan darimana lo bisa tau namanya selengkap itu."
"Ya jelaslah gue tau nama lengkap dia. Gue kan bulan lalu baru ngucap ijab kabul dirumahnya, jadi namanya masih nempel diotak Gue. Supaya lebih lengkap lagi, nih gue kasih tau lo pada nama dia yang selengkapnya sekarang adalah Oryza Sativa Dewangga. Dia ini istri gue yang kabur itu!"
Dewa dengan gemas menatap tajam Ory yang sudah begitu ketakutan melihat kedatangan Dewa. Ory bahkan sudah gemetar saat pintu kamar Intan terbuka dan melihat Dewa ada diantara Rendra dan Bima.
"Istri lo yang kabur?" Otak Rendra langsung dengan cepat menyambung-nyambungkan beberapa kejadian yang diucapkan ibu Dewa tadi.Yatim piatu, Ibu tiri, ayah yang baru saja meninggal.
"Jadi kamu ini anak Om Restu Wiryawan? Anak tiri Ibu Wina?" Sekarang gantian Rendra yang menatap tajam Ory yang sedari tadi sudah tampak begitu gelisah dan serba salah.
"I—iya Tuan. Tuan kenal dengan almarhum Ayah dan Ibu tiri Saya?" Entah mengapa sekarang Ory merasa dunia ini begitu sempit, karena dia bertemu dengan orang yang itu-itu juga. Bahkan saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
"Jelas saya mengenal mereka semua Non. Bahkan Saya sangat mengenal mereka berdua. Karena Saya adalah anak kandung ibu tirimu. Dengan kata lain, kamu ini adalah adik tiriku!"
Ory membelalakkan dua mata bulat almond nya. Kepalanya mendadak merangkai-rangkai akibat yang akan ditimbulkan akibat sudah diketahuinya identias aslinya. Bagaimana nanti jikalau Dewa atau ibu tirinya kembali mengekangnya?
Dewa bahkan seolah-olah bisa melihat otak kecil berandal cilik itu berputar-putar penuh rencana. Tapi kali ini Dewa tidak akan lagi melepas istri ciliknya ini. Dia sudah sangat menyesal membuat ibu nya sedih dan kecewa. Sekarang dia bertekad untuk memenuhi semua keinginan ibunya."Ayo Ory, sekarang kita pulang." Dewa langsung mencoba meraih lengan Ory. Mendengar perkataan Dewa, Ory langsung melompat turun dari ranjang dan bersembunyi dibalik punggung kekar Rendra yang secara otomatis langsung pasang badan untuk melindunginya.
"Ory nggak mau pulang sama Mas Dewa. Ory mau pulang ke apartemen sama Tuan Rendra. Tuan, Ory masih boleh tinggal diapartemen kan Tuan?boleh ya ya ya ?" Ory mulai mengguncang-guncang lengan kekar Rendra. Mata bulatnya menatap penuh harap pada Rendra.
"Kamu tidak usah memanggil Saya dengan sebutan Tuan lagi Non. Saya ini kakak kamu. Panggil saja saya Kak Rendra, ok? Dan tentu saja kamu masih boleh tinggal di apartemen saya sesuka kamu sampai ka-pan-pun. Sesuka kamu, sayang."
Rendra mengelus sayang surai indah Ory.
"Lepasin tangan lo dari bini gue Ndra. Dan kamu Ory, ayo kita pulang sekarang. Memangnya kamu mau masuk neraka karena sudah melawan suami?" Wajah Dewa sudah memerah karena emosi melihat Ory yang terus saja berlindung pada Rendra. Bahkan saat ini Ory malah sudah berada dalam pelukan protektif Rendra.
"Lo jangan main paksa begitu sama adek gue ya, Wa. Kalo dia emang nggak mau pulang sama lo, lo gak berhak maksa dia." Rendra pun sudah mulai terkait emosinya.
"Udah udah kalian jangan pada ribut disini. Demi kebaikan bersama, untuk sementara Ory tinggal disini aja bareng adek gue dan Gue. Ntar kalo dia udah baikan, baru kita tanya dia mau tinggal dimana."
Bima mencoba menengahi pertikaian antara dua temannya ini. Walau jujur di lubuk hatinya yang terdalam, dia tidak rela si cantik ini menjadi istri si playboy mesum Dewa. Karena sebenarnya dia juga masih mencari celah untuk mendapatkan hati Ory. Dari Ory SD dulu, sebenarnya Bima sudah suka pada Ory.Tapi kenyataan yang diterima sekarang malah seperti ini. Tapi Bima bukanlah type laki-laki lembek yang gampang menyerah. Lihat saja, dia akan berjuang sekuat tenaga untuk mendapatkan Ory."Enggak bisa!" Teriak Dewa dan Rendra berbarengan.
"Kalian tadi denger kan nyokap gue nyuruh gue nyari bini gue? Lagian paling bentaran lagi juga nyokap gue bakalan nyampe sini. Dan kamu Ory denger ya,Saya mau membawa kamu pulang itu bukan karena Saya ingin dekat-dekat dengan kamu. Tapi ini pure karena Saya tidak mau mengecewakan Ibu Saya yang sudah berjanji pada ayahmu untuk selalu menjaga dan melindungi kamu. Jadi kamu tidak usah besar kepala dan berasumsi yang tidak-tidak. Faham?"
Tett..tett..tett..
"Nah itu pasti nyokap gue sampe." Dewa langsung keluar untuk menyambut ibunya.
Ory makin ketakutan dan makin memeluk erat Rendra. Jantung Rendra mendadak berdetak lebih cepat dari yang seharusnya, saat menghirup harum rambut Ory dan hangatnya tubuh mungil Ory dalam dekapannya.
"Ory kenapa Sayang? Tadi sempat pingsan ya kata Dewa? Sini sayang duduk dekat Mama." Bu Mita menghampiri Ory masih berada dalam pelukan Rendra. Ory nampak bimbang dan memandang bolak balik antara Bu Mita dan Rendra.
"Kamu itu punya telinga atau tidak? Dipanggil ibu mertua bukannya salim cium tangan. Ini malah diam seperti patung."
Dewa kembali memelototi Ory. Ory bukannya tidak tahu sopan santun. Dia hanya bingung harus bersikap seperti apa dan mempercayai siapa. Saat ini orang yang dia kenal cukup dekat hanya Rendra. Jadi kepadanya lah Ory mencari perlindungan."Dewa! Jangan bersikap kasar begitu dengan istrimu. Sini Ory, duduk dekat Mama. Mama tidak akan memarahimu Nak, Mama cuma ingin mendengar semuanya dari mulut Ory sendiri."
Bu Mita menepuk-nepuk sofa yang sedang didudukinya di kamar Intan.
Perlahan Ory melepas pegangan tangannya pada Rendra, dan mulai duduk dengan kaku disamping mertuanya. Ory menarik nafas panjang beberapa kali sebelum memulai ceritanya.
"Ory minta maaf ya Ma, kalau sudah membuat mama malu dan marah. Sebenarnya Ory tidak bermaksud seperti itu.Ory cuma belum ingin menikah diusia Ory yang masih tujuh belas tahun ini Ma. Ory masih ingin sekolah dan juga kuliah. Makanya Ory kabur dengan Bik Asih dan tinggal di apartemen majikan barunya, Tuan Rendra. Ory sama sekali tidak tahu kalau Tuan Rendra itu kakak tiri Ory Ma."
Ory terus menundukkan wajahnya selagi menjelaskan alasan kepergiannya sesaat setelah akad."Jadi semua ini Bik Asih yang mengaturnya? Baiklah Mama bisa mengerti alasanmu. Tapi Nak, kamu itu sekarang sudah sah menjadi istri Dewa, menantu Mama. Tidak baik suami istri itu tinggal terpisah Ory. Jadi mari sekarang kita pulang ya?" Bujuk Ibu Mita.
"Lagi pula, papamu sudah berpesan pada mama sebelum kepergiannya,nuntuk selalu menjaga dan melindungimu, Sayang. Kalau Ory memang tidak mau menikah dengan Dewa,tidak apa-apa.Mama akan melakukan pembatalan pernikahan, dengan syarat, kamu akan mama adopsi secara legal untuk menjadi putri mama. Sehingga mama dapat menjagamu dan melindungi kamu setiap saat, Sayang. Tetapi ada baiknya semua keputusan yang akan kamu ambil itu dipikirkan terlebih dahulu masak-masak. Mama pribadi lebih menyukai kamu menjadi menantu mama daripada anak mama, Sayang." Ibu Mita mengelus surai indah Ory penuh rasa sayang.
Ory mulai menggigit-gigit bibir bawahnya karena bingung harus bersikap bagaimana. Pemandangan Ory yang sedang menggigit bibirnya sontak membuat empat pria dewasa diruangan itu merasa on seketika. Masing-masing dari mereka mencoba membuang pandangan mereka kearah lain, agar junior mereka tidak menggeliat bangun.
"Beri Ory waktu untuk berfikir beberapa hari boleh Ma? Nanti kalau Ory sudah siap mental, Ory sendiri yang akan kerumah mama dan tinggal disana. Saat ini biar Ory ikut dengan Tuan Rendra ya Ma?"
"Kak Rendra Non. Jangan panggil saya dengan sebutan Tuan lagi. Ingat, saya ini kakakmu sekarang,"Lagi-lagi Rendra mengingatkan Ory akan status mereka berdua sekarang.
"Adik-adikan! adik ketemu gede. Mana tiri lagi!" Dewa terus saja menyindir-nyindir Rendra.
"Gue heran ngeliat lo Wa. Katanya lo ga suka sama Ory, tapi kenapa kata-kata lo malah berbanding lurus dengan sikap lo."
Rendra menaikkan satu alisnya,menggoda sekaligus mengejek Dewa.Dewa cuma mendengus sambil melengos menuju ke garasi. Dia sangat lega, karena ibunya sudah tidak marah lagi karena istri ciliknya sudah ditemukan. Tetapi kenapa dia merasa ikut senang juga ya? Dewa menggeleng-gelengkan kepalanya,mengusir perasaan baru yang mulai tumbuh dihatinya.
Dewa sedang sibuk menghadapi tumpukan dokumen dan arsip-arsip legal perusahaan saat ponsel nya bergetar, dan menghadirkan nama ibunya memanggil."Ya Ma, ada apa nih siang-siang begini mama menghubungi Dewa? Mama masak enak ya, jadi mau nyuruh Dewa makan siang dirumah?"Dewa sejenak menyingkirkan tumpukan berkas yang harus dibaca dan di tanda tangani tersebut, dan berniat menggoda mamanya dengan menjawab panggilannya dengan candaan."Kamu ini ya Wa, setiap mama nelpon, makanan aja yang dibahas. Makanya cepetan bujuk istrimu supaya mau pulang dan masakin kamu. Bukannya tiap hari malah masakin Bima."Dewa mengernyitkan alisnya. Ngapain juga Ory tiap hari pake masakin si Bima makanan. Emangnya Ory itu istrinya apa? Lha dia yang beneran suaminya aja nggak pernah dimasakin."Darimana mama tau Ory tiap hari masakin Bima, Ma?" Dewa penasaran juga akhirnya.Diseberang sana Bu Mita tersenyum
Ory menatap tidak percaya saat melihat pantulan dirinya sendiri dikaca salon yang meriasnya. Dia tahu dia memang mendapat berkah dari Tuhan terlahir dengan paras yang begitu rupawan, namun hari ini dia benar-benar takjub dengan wajahnya sendiri setelah dirias pria tampan namun melambai tersebut.Wajah remaja cantik alaminya cuma diberi riasan tipis dan seulas lipstik warna peach. Namun karena bentuk bibirnya yang memang nampak seksi dari sononya, jadi makin menantang seolah minta dicium.Kissableitu adalah istilah Intan untuk menggambarkan lekuk bibirnya.Napsuin pengen dicipok!Intan terkadang memang tidak suka memfilter,mana kata-kata yang pantas dan tidak pantas untuk diucapkan.Rambut ikalnya cuma dibuat bergelombang, kemudian diikat longgar ala abg Korea. Ory menggunakan anting-anting berbentuk dua bintang besar, hadiah dari Intan beberapa hari lalu."Subhanallah, kam
"Anda siapa?" Tanya Ory pelan, seakan terhipnotis mata segelap malam yang hanya sejengkal jaraknya dari matanya sendiri itu."Raven Artharwa Al Rasyid. Ternyata kamu memiliki ingatan yang kurang bagus ya Ory. Padahal baru beberapa jam yang lalu kita bertemu di kantor Bima."Ory langsung membelalakkan mata indahnya. Ting! seolah ada lampu pijar tak kasat mata yang menyala di benaknya. Pria tampan ini adalah yasalam ternyata suami Celine. Calon istri tak jadi Dewa yang tadi masuk tiba-tiba keruangan Bima. Mengetahui pria ini masih terikat hubungan sebagai suami istri dengan Celine, membuat Ory seketika bersikap defensif. Jangan sampai lagi dia berurusan dengan Madam Medusa itu. Belum lagi Ory sempat melepaskan tangannya yang digenggam erat oleh Raven didadanya, tiba-tiba saja dia merasa tangannya ditarik paksa kearah yang berlawanan dan kemudian tubuhnya dipeluk posesif oleh Rendra."Tolong anda jangan bersikap kurang ajar
Hari ini Rendra berulang tahan yang ke dua puluh delapan. Ory ingin sekali memberi hadiah buat Rendra. Terlepas mau atau tidaknya Rendra mengakui Ory sebagai adik tirinya, Ory tetap harus berterima kasih karena Rendra sudah mau mengizinkan Ory untuk menumpang sementara diapartemennya. Tadi pagi Bik Asih berbelanja bahan makanan agak sedikit istimewa, sehingga mengusik rasa ingin tahu Ory. Melalui Bik Asih jugalah akhirnya Ory tahu, bahwa Rendra hari ini berulang tahun dan sibibik ingin memasak makanan yang sedikit istimewa buat tuannya. Karena itulah minggu pagi ini Ory terdampar di mall dan sedang terkagum-kagum melihat jajaran jam tangan mahal yang dirasanya akan sangat cocok bila menghiasi pergelangan tangan kekar Rendra. Masalahnya adalah harga jam tersebut yang sangat tidak cocok dengan isi kantongnya."Daddy, Ibell mau beli yang ini aja Dad. Om, mommy ini berapa harganya? Coba tolong di scankan barcodenya ya Om?"Ory kaget saat ada seo
Dewa sudah mempersiapkan segalanya untuk menyambut kedatangan Ory. Masih segar dalam ingatannya kata-kata ibunya saat Dewa ingin sesegera mungkin melakukan pembatalan pernikahan. Ibunya sepertinya berusaha menunda-nunda terealisasinya pembatalan tersebut. Setiap Dewa ingin membahasnya, Ibunya selalu bilang sabar dulu, tunggu bulan depan. Sampai akhirnya setahun sudah pembatalan pernikahan itu tertunda.Puncaknya adalah minggu lalu, saat Dewa sudah benar-benar akan menemui Bima untuk melengkapi dokumen pembatalan itu, tetapi kembali gagal saat ibunya menangis dan akhirnya mengajukan satu persyaratan buat Dewa, yaitu Dewa harus memberinya cucu. Dewa langsung mengiyakan. Apa sih susahnya menghamili Ory? Tinggal menyemburkan benih doang, pasti melendung itu perut si gadis abege.Suara bel yang berbunyi nyaring pada pukul 11.30 WIB langsung menghadirkansmirkdiwajah dingin Dewa.Finally, dombanya datang juga. Ory
Rendra berjalan sambil merangkul sayang bahu Ory. Dia melihat sepertinya Ory masihshockatas tuduhan Celine yang mengatakan bahwa dia sudah menjadicabenya Bima. Sementara Rendra sendiri juga tengah pusing akan permintaanabsurdmamanya. Bayangkan saja mamanya memintanya untuk segera menikahi Ory setelah Dewa resmi melakukan pembatalan pernikahan mereka berdua. Ingatannya kembali pada kejadian dua hari lalu di rumah mamanya.Flashback On"Rendra kamu tau kan, sampai usiamu sedewasa ini mama tidak pernah meminta apapun dari kamu? Nah untuk kali ini aja mama memohon pada mu, untuk mengabulkan satu saja permintaan Mama. Rupanya di tua bangka itu sudah merubah surat wasiatnya tanpa setahu mama. Dia sudah mengalihkan semua harta dan asset-asset berharganya hanya untuksi berandalcilik itu. Dan mama tidak rela si Dewayang ba
Hari ini Ory gembira sekali. Dia sudah menerima ijazah SMU nya. Akhirnya setelah menjadi yatim piatu diusianya yang ke delapan belas tahun tepat dihari ini, dia berhasil juga menamatkan SMUnya dengan sukses. Mengingat kemasa lalu, saat terakhir dia merayakan ultah bersama ayahnya adalah saat usianya yang ke enam belas tahun. Tiup lilin, kado istimewa biasanya telah dipersiapkan oleh ayahnya dari jauh-jauh hari. Ultah ketujuh belasnya mulai suram, ayahnya telah pergi meninggalkannya dan menjadikannya anak yatim piatu. Ibu tirinya bahkan sudah menikahkannya dua minggu kemudian dengan Dewa demi menghindari tanggung jawab untuk membesarkannya. Time flies, rasanya baru saja dia menikah dengan Dewa dan ternyata sudah setahun juga pernikahan ecek-eceknya. Bagaimana tidak disebut ecek-ecek, statusnya saja punya suami. Padahal tinggal saja berjauhan, bahkan hubungan mereka berdua seperti orang yang tidak saling mengenal. Dewa pun sama se
Hingar bingar suara musik yang memekakkan telinga menyambut kedatangan dua remaja cantik itu di Exodus. Intan memakai mini dress sexy berwarna hitam yang memperlihatkan punggung mulusnya. Sedangkan Ory mengenakan flare mini skirt berwarna putih dengan lengan mulusnya yang terbuka dibagian pangkal lengannya. Pendeknya gaunnya semakin memperjelas jenjangnya kaki mulus Ory. Kedua remaja itu tidak menyadari bahwa hampir seluruh pengunjung pria di club ini memandang Ory dengan mulut berliur. Ory dan Intan terus berjalan menuju kursi-kursi yang disediakan disudut ruangan. Mata Ory membulat seketika saat melihat orang-orang yang dikenalnya bertingkah begitu mesum didepan matanya. Dewa suami ecek-eceknya tampak sedang melumat ganas bibir wanita kurang yang tampak sedang meremas-remas selangkangannya, Rendra kakak tirinya tampak sedang memeluk mesra wanita seksi yang sekarang terlihat sedang menggerayangi tubuh kekarnya, Bima juga menciumi lengan
"Bar, kamu kapan sih menikah Nak? Mama sudah kepengen sekali menggendong cucu dari kamu. Michellia aja anaknya sudah mau dua. Masa kamu kalah sama adikmu, Bar? Umur kamu juga udah tiga puluh tahun, lho. Mama kadang heran, papamu itu dulu, pacarnya di setiap sudut kota ada. Di setiap tikungan rumah juga ada. Lah kamu, umur segini juga pacarannya cuma satu kali. Perempuan di dunia ini tidak semuanya sama seperti Diandra, Bar. Nggak semua nya materialiatis. Atau kamu mama jodohin mau?" Ory yang sudah putus asa ketika melihat anak sulungnya masih betah melajang diusianya yang ke tiga puluh, mulai berpikir untuk menjodohkan anaknya dengan salah satu anak dari sahabat-sahabatnya. Akbar yang hanya pernah pacaran sekali saja dengan Diandra Sasmita, teman sekampusnya selama tiga tahun. Dan ternyata pada tahun ketiga itulah, Diandra tiba-tiba meminta putus dari Akbar, dan menikah dengan seorang duda seusia ayahnya karena faktor harta. Semenjak itu Akbar merasa kalau wanita itu
Dewa akui dia bukanlah orang yang baik-baik amat. Dosanya masih bleberan ke mana-mana. Ibadah pun sekedarnya saja. Dalam doa rasa-rasanya dia tidak pernah meminta apa-apa. Tapi saat ini, untuk pertama kalinya, dia sungguh-sungguh berdoa kepada yang Maha Kuasa, untuk keselamatan istri dan anaknya. Untuk pertama kalinya juga, dia bisa merasakan bagaimana seseorang bisa mencintai orang lain, melebihi cintanya pada diri sendiri.Dewa mulai membaca ayat kursi satu kali, surat al-A'raf ayat 54 dan surat Al-Falaq satu kali. Tidak lama kemudian Ory pun sampai pada bukaan terakhir dan mulai mengejan."Ahhhhhh! Ya Allah!" Ory mulai mengejan sekuat tenaga. Rasa sakitnya bahkan sampai membuatnya tidak malu lagi untuk menjerit sekuat-kuatnya."Ayo mulai lagi, tarik napas, mulai!" Dokter Ajeng memberi aba-aba." Ya Allah, sakit ya Allah!" Di tengah perjuangannya melahirkan anaknya ini, tiba-tiba Ory terbayang i
Ory mengaduh kesakitan saat hendak meraih remote tv di kamarnya. Sebenarnya dari dini hari tadi, perutnya terus saja berkontraksi. Tetapi Ory tidak menganggapnya serius, karena dokter kandungannya mengatakan kemungkinan besar ia baru akan melahirkan satu minggu lagi. Ory mengira rasa mulas di perutnya itu adalah akibat dari memakan rujak yang pedas semalam."Auchh... sshhh..."Namun semakin lama, kontraksi mulasnya makin konstan ritmenya. Ory merasa dia mulai berkeringat dingin. Saat ini tidak ada seorang pun di rumah, karena kedua mertuanya tengah menjenguk eyang Dewa yang sedang sakit. Pembantu rumah tangga dan Mang Jaja, supirnya, tengah berbelanja kebutuhan rumah tangga ke supermaket. Dewa pada jam seperti ini tentu saja masih di kantor. Bahkan Satpam di depan rumah pun tadi pagi meminta izin pulang, karena anaknya menjadi korban tabrak lari saat akan berangkat ke sekolah. Dan saat ini sang Satpam tengah mengurus anaknya di rumah sakit
Malam pergantian tahun akan segera berganti dalam hitungan menit. Raven sengaja membuat perayaan old and new dengan seluruh staff karyawan maupun buruh pemetik teh hariannya. Dia ingin semakin mengakrabkan diri antara dirinya sebagai pemilik perkebunan dengan semua pekerjanya yang berasal dari segala lapisan. Suara musik, tawa riuh, berbagai macam makanan dan minuman tumpah ruah dalam kemeriahan pesta. Ory yang akhir-akhir ini begitu mudah lelah karena perut besarnya, menghempaskan pinggulnya di sebuah ayunan yang khusus dibuatkan Raven untuknya. Ada dua ayunan di sana. Satu milik Ibell dan satu lagi miliknya. Tiba -tiba Ory melihat satu bayangan gelap tampak di belakangnya. Ory kaget dan menoleh cepat sambil bersiap-siap lari. Horror juga malam-malam di tempat sepi begini."Ry....Ory, jangan takut. Ini Mas Ry." Dewa langsung menangkap lengan Ory saat melihat kaki Ory sudah menekuk, siap untuk berl
BUGH! BUGH! KRAKKKK!Suara daging yang saling bertumbukan dan tulang patah, terdengar di seantero ruangan. Ruang tamu yang tadinya rapi sekarang lebih menyerupai kapal pecah. Raven yang sudah babak belur dan berdarah-darah ternyata tidak menyerah begitu saja dihajar oleh Dewa. Mereka berdua saling bergumul dan bergelut dengan amarah menggila."Udah! Udah lo bedua! Udah gue bilang! Pada mau mati lo bedua? Fine, gue sih nggak masalah. Asal lo-lo bedua duelnya jangan di depan mata gue. Gue nggak mau repot jadi saksi kematian lo bedua!" Bima dengan napas terengah-engah, berusaha menahan laju tubuh Dewa yang ingin terus menerjang ke depan.Butuh dua orang satpam ditambah Bayu dan Rendra untuk menahan laju tubuh Dewa, yang hari ini seperti mendapat kekuatan ekstra. Dewa mengamuk seperti orang gila akibat kemarahannya.Sedangkan Bayu dan Rendra juga berusaha sekuat tenaga, menahan tubuh Raven ya
Delapan bulan kemudian.Hingar bingar alunan musik remix terdengar di salah satu club elit ibukota. Para pengunjungnya bergoyang seksi-seks panas bersama. Mereka menghilangkan kepenatan dan kejenuhan setelah seharian bekerja. Di salah satu ruang VVIP, tampak Dewa dan kawan-kawannya tengah duduk santai menikmati serunya suasana. Di saat teman-temannya mengobrol hebohnya, Dewa duduk acuh sembari memainkan ponselnya. Bima yang penasaran mencoba mengintip apa yang sedari tadi dipandangi Dewa di ponselnya sambil tersenyum-senyum sendiri. Bima meringis setelah mengetahui apa objek yang membuat sahabatnya ini tenggelam dalam dunianya sendiri. Ternyata sedari tadi Dewa terus memandangi galeri photo yang kesemuanya adalah wajah close up
Ory baru saja menyelesaikan makan siangnya dibantu oleh Bik Asih, saat pintu ruang rawat inapnya terbuka. Dua orang yang sangat dikenalnya muncul. Ya, sepertinya Dewa datang dengan membawa bukti hidup yang semalam dikatakannya. Dewa berdiri tegak di depannya dengan Celine yang menggelendotinya seperti seekor anak koala."Ory... Mas ma-""Cukup, Mas. Mas tidak perlu melanjutkan kata-kata Mas lagi. Ory sudah mengerti dan menyetujui apapun keinginan Mas sekarang. Ory juga akan menunjuk Pak Firman sebagai kuasa hukum Ory. Jadi kita berdua tidak perlu lagi saling bertemu di persidangan. Besok pagi, Bik Asih akan mengambil barang-barang pribadi Ory dari rumah Mas. Ory akan pastikan semua akan berjalan seperti yang Mas inginkan. Kalau tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, Ory ingin istirahat sekarang. Kalau mau keluar jangan lupa pintunya ditutup lagi ya, Mas. Selamat siang Mbak Celine Mas Dewa."Ory pun segera memaling
Pintu UGD yang terbuka tiba-tiba mengejutkan Dewa dan Rendra. Mereka berdua bergegas menyambut kedatangan dokter yang menunjukkan air muka resah."Bagaimana keadaan istri saya, Dokter? Apakah ada luka dalam serius yang dialaminya? Tadi kepalanya mengeluarkan banyak sekali darah!"Dengan suara terbata-bata Dewa yang cemas luar biasa langsung mendatangi dokter yang menangani istrinya."Pasien kehilangan banyak darah akibat benturan keras di kepala dan tulang bahu yang bergeser. Selebihnya hanya luka-luka luar akibat bergesekan dengan aspal. Saat ini pasien membutuhkan transfusi darah golongan AB yang agak langka. Sementara stok darah golongan AB di rumah sakit ini dan PMI kebetulan juga dalam keadaan kosong. Apakah ada keluarga pasien yang memiliki golongan darah sama yang bisa menjadi pendonor untuk pasien?""Kedua orang tuanya sudah meninggal dan kebetulan pasien ini anak tunggal. Golongan darah kami sekel
"Mas, apa Mas sungguh-sungguh mencintai Ory?" Dewa mengernyitkan keningnya mendengar istrinya menanyakan hal yang sebenarnya tidak perlu untuk dipertanyakan lagi. Bahkan cicak di dinding dan Tobi si ikan arwana yang seumur hidupnya di aquarium pun tahu, kalau ia cinta mati dengan istri ciliknya ini."Pertanyaan macam apa itu Ry? Mulut Mas bahkan sampai pegel terus menerus bilang kalau Mas cinta sama kamu.""Tapi mengapa Mas tidak pernah mengatakannya di depan orang lain? Kenapa Mas selalu menghindar kalau ditanya oleh teman-teman Mas, apakah Mas mencintai Ory? Mas gengsi dan tidak mau mengakui mencintai Ory di depan orang lain dan cuma mau mengatakannya saat berdua dengan Ory? begitu?" Suara Ory mulai bergelombang karena Dewa seolah-olah malu kalau diketah