Ory menatap tidak percaya saat melihat pantulan dirinya sendiri dikaca salon yang meriasnya. Dia tahu dia memang mendapat berkah dari Tuhan terlahir dengan paras yang begitu rupawan, namun hari ini dia benar-benar takjub dengan wajahnya sendiri setelah dirias pria tampan namun melambai tersebut.
Wajah remaja cantik alaminya cuma diberi riasan tipis dan seulas lipstik warna peach. Namun karena bentuk bibirnya yang memang nampak seksi dari sononya, jadi makin menantang seolah minta dicium. Kissable itu adalah istilah Intan untuk menggambarkan lekuk bibirnya. Napsuin pengen dicipok! Intan terkadang memang tidak suka memfilter, mana kata-kata yang pantas dan tidak pantas untuk diucapkan.
Rambut ikalnya cuma dibuat bergelombang, kemudian diikat longgar ala abg Korea. Ory menggunakan anting-anting berbentuk dua bintang besar, hadiah dari Intan beberapa hari lalu.
"Subhanallah, kamu cantik sekali Ory. Mama rasa Dewa sudah buta karena tidak bisa melihat kecantikan luar dalam kamu Ory. Mama seperti melihat mama kamu dulu dimasa-masa remajanya."
Mata Bu Mita tampak dilapisi cairan bening karena teringat sahabatnya yang sudah terlebih dahulu menemui Sang Khalik. Ory cuma bisa tersenyum canggung. Dia sudah kenyang mendengar pujian dari orang-orang yang memuji kecantikkannya, entah itu tulus ataupun dengan niat terselubung.
Tapi dia sungguh-sungguh menghargai pujian dari mertuanya ini. Mertua ecek-ecek. Katanya dalam hati. Kadang Ory heran, mempunyai orang tua sebaik Papa Dewo dan Mama Mita, kenapa anaknya bisa semenyebalkan Dewa. Ternyata kebaikan hati itu tidak menurun secara genetika. Ha ha.
"Ayo Ory, kita temui suamimu. Mama ingin memperkenalkan kamu sebagai istri sah Dewa kepada keluarga besar dan kolega-kolega bisnis yang belum mengetahui tentang status Dewa yang sudah mempunyai seorang istri sekarang ini. Nanti Mama ingin mengadakan resepsi secara besar-besaran, mengingat saat akad nikah kalian yang terburu-buru itu begitu sederhana karena keadaan yang tidak memungkinkan."
Bu Mita menggandeng lengan mulus Ory dan menghampiri Dewa yang sedang mengobrol santai dengan teman-teman akrabnya. Diantara kumpulan para executive muda itu terlihat Rendra, Bima dan Bayu. Saat Bu Mita dan Ory tiba disana, Dewa sampai ternganga melihat kecantikan istri ciliknya. Rendra terdiam ditengah-tengah obrolannya, Bima bahkan terang-terangan terpesona sementara Bayu bahkan seperti mengeluarkan air liurnya.
Ory yang dipandangi dengan penuh nafsu oleh para pemilik hormon testoteron disana nampak kebingungan. Bagaimana tidak, mereka semua tadi tertawa-tawa seru dan saling meledek, tapi sekarang semuanya mendadak menjadi patung.
"Wa, ayo ikut mama dan Ory menyapa keluarga besar dan kolega-kolega yang belum kenal dengan istrimu. Sekalian perkenalkan Ory kepada mereka semua. Biar mereka tau kalau kamu itu sudah beristri sekarang."
Dewa cuma mengangguk dan mengekori dua perempuan cantik berbeda generasi didepannya. Setelah berbasa basi sejenak dengan keluarga besar lainnya, Dewa kembali menemui teman-temannya dan Ory mulai melangkah menuju taman belakang. Ory memang termasuk orang yang tidak begitu menyukai keramaian.
"Oh jadi kamu istrinya Dewa, sekarang? Sungguh tidak disangka, seleranya bisa terjun bebas seperti ini."
Celine wanita yang tadi dilihat Ory dikantor Bima memandangi Ory mulai dari ujung kaki sampai ujung kepala dengan sikap melecehkan.
"Kamu tau siapa saya gadis cilik? Saya ini pacarnya Dewa. Kalau saja dulu tidak ada satu kejadian yang menyebabkan pernikahan kami batal, pasti saat ini Sayalah yang menjadi istri Dewa. Saya peringatkan kamu ya Ory, Saya telah datang kembali kesini untuk merebut kembali posisi Saya yang telah kamu rebut. Kamu siap-siap saja ditendang oleh Dewa. Gadis cilik seperti kamu, mana bisa memenuhi segala fantasi seksual pria dewasa seperti Dewa."
Lagi-lagi Celine mencoba memprovokasi dan menjatuhkan mental Ory.
"Kalau begitu selamat berjuang ya Bu." Ory cuma menanggapi singkat atas ancaman panjang lebar Celine. Celine geram sekali melihat sikap santai Ory yang seakan-akan tidak takut dengan segala intimidasinya. Sudut matanya melihat Dewa yang sepertinya sedang berjalan menuju kearah tempat mereka berbicara.Seketika ide cemerlang hinggap dikepala Celine. Tiba-tiba saja dia bertingkah seolah-olah didorong oleh Ory dan terjatuh serta disiram oleh minuman Ory. Padahal dia sendiri yang menarik minuman Ory agar tumpah dan membasahi gaun putihnya tersebut. Celine langsung berakting kesakitan dan menangis tersedu-sedu.
"Ada apa ini?" Dewa langsung membantu Celine bangun dan menutupi bekas minuman tumpah didada Celine dengan jas nya. Celine masih bersikap playing victim dan menangis tersedu-sedu.
"Aku nggak tahu apa-apa Wa. Tiba-tiba saja istri kamu ini marah-marah dan mendorong ku. Dia bilang agar aku tidak mendekati kamu dan mengusir aku dari pesta ini. Padahal kan Farah sendiri yang mengundangku kesini. Aku sama sekali tidak tahu kalau akan ketemu dengan kamu disini."
Celine masih terus menangis sedih sambil memeluk Dewa dan membenamkan wajahnya didada bidangnya. Dasar modus! batin Ory. Dewa tampak menarik nafas panjang dan menegur Ory.
"Kamu tidak boleh bersikap kasar pada orang yang lebih tua Ory. Lagi pula Celine kan tidak ada salah apa-apa sama kamu. Ayo minta maaf!"
Dewa mulai membentak Ory, karena dilihatnya Ory cuma diam. Sebenarnya Ory sedang bingung melihat tingkah absurd Celine.
Dia yang ngancam, ngamuk-ngamuk, pura-pura jatuh eh pake memfitnah dia lagi. Bener-bener drama queen sejati mantan pacar suaminya ini.
"Minta maaf untuk apa Mas? Lha kan si Ibu yang ngomel-ngomelin Ory dari tadi. Trus menjatuhkan diri sendiri, malah narik tangan Ory sampai minuman Ory tumpah kena bajunya. Kenapa jadi Ory yang harus minta maaf?"
"Sudahlah Mas, namanya juga masih anak-anak. Aku nggak apa-apa koq. Cuma kakiku sedikit keseleo aja. Auhhh!!"
Celine mendesis kesakitan."Ya sudah kita kedokter dan aku akan mengantarkanmu pulang."
Dewa dengan sigap segera menggendong Celine ala bridal style. Sudut bibir Celine tersenyum sinis memandang Ory."Ory, bilang sama mama kalau Mas ada keperluan sebentar. Kalau nanti kelamaan, kamu minta diantar pulang Mang Jaja saja."
"Tidak usah Mas. Hari ini Ory mau nginap dirumah Intan. Besok pagi Bang Bima mau mengajak kami jalan-jalan katanya. Jadi nanti Saya ikut Bang Bima saja sekalian pulang."
Wajah Dewa langsung menggelap seketika. Dewa tau Bima itu suka dengan Ory. Dasar Bima, sudah tau Ory istri orang masih saja cari-cari kesempatan.
"Tidak boleh! kamu tidak boleh menginap dirumah Bima. Kamu itu perempuan bersuami, tidak pantas menginap dirumah bujangan."
Dewa mengultimatum.
"Tapi kan Ory boboknya dengan Intan, bukan dengan Bang Bima. Masak tidak boleh?"
Ory mulai mengerucutkan bibirnya karena kesal. Mendengar kata bobok dan Bima langsung saja Dewa membayangkan jika Ory memang benar-benar di boboin Bima. Langsung saja naluri membunuhnya keluar. Sampai matipun dia tidak rela membayangkan ada pria lain yang mencumbu Ory selain dirinya.
"Sekali saya bilang tidak boleh, ya tidak boleh!mengerti kamu. Case closed!"
Dewa langsung berlalu sambil menggendong Celine. Ory kesal langsung menghentak-hentakkan kakinya sambil memaki-maki Dewa dalam hati. Semua nama hewan yang ada dalam kebun binatang sudah diabsennya satu persatu. Bagaimana pun dia masih bocah berusia tujuh belas tahun yang sedang labil-labilnya. Rasa-rasanya dia sangat ingin mencekik leher Dewa dan membuangnya kerawa-rawa agar dimakan buaya.
Tanpa dia sadari, sedari tadi bahkan sebelum drama Celine dimulai, sepasang mata tajam telah mengawasi gerak geriknya. Pria tampan yang sangat jarang tersenyum itu bahkan terkekeh pelan melihat cara melampiaskan marah ala Ory yang berjingkrak-jingkak menginjak-injak tanah sambil membayangkan bahwa yang diinjaknya itu adalah tubuh Dewa.
"Iiihhhh kesel kesel kesel!!!mati kau! Mati kau!"
Ory sekarang bahkan sudah memukul-mukul kursi taman sambil membayangkan bahwa itu adalah wajah menyebalkan Dewa. Tiba-tiba saja Ory merasa kedua tangan tidak memukuli kursi taman yang keras lagi, melainkan memukul benda keras namun hangat dan kenyal.
Ory kaget dan seketika menghentikan pukulan ala fighter One Pride ditivi. Pelan-pelan dia memandangi intens benda apa yang sekarang dipukulnya. Pandangannya terarah pada kemeja putih pria yang dilapisi tuxedo abu-abu dan dasi garis-garis. Ya Allah dia rupanya sudah memukuli dada seorang pria. Pandangan Ory makin keatas dan menemukan leher yang kokoh, makin keatas menemukan rahang persegi ala Channing Tatum kalau dia brewokan. Makin keatas bibir seksi cipokable dan akhirnya sepasang mata tajam beralis tebal yang menatapnya balik dalam-dalam.
"Aaaaahhhh! Maaf...Ma—maaf, Saya tidak sengaja memukuli anda. Tapi kenapa bisa begini ya? Tadi saya memukuli kursi, kenapa sekarang tiba-tiba jadi malah memukuli An-anda?"
Ory bertanya takut-takut. Walau ini orang gantengnya subhanallah macam pangeran Arab, tapi badannya besar dan seram sekali. Ory sampai berasa jadi Tinkerbell didekatnya.
"Tentu saja bisa, karena Saya yang memindahkan objek kemarahan kamu pada dada saya saja. Kamu boleh memukulinya sepuasmu. Saya tidak tega melihatmu memukuli kursi taman yang keras itu. Lihat tanganmu sudah memerahkan?"
Dia mulai mengecupi pelan-pelan jari jemari Ory yang terasa panas dan memerah. Dengan cepat Ory menarik kedua tangannya, namun pria itu tetap menahannya dan malah kini memenjarakannya didada bidangnya.
Dua netra mata mereka saling berpandangan dalam diam. Wajah mereka begitu dekat, sehingga Ory bisa merasakan nafas hangat yang terasa diwajahnya.
"Anda siapa?" Tanya Ory pelan, seakan terhipnotis mata segelap malam yang hanya sejengkal jaraknya dari matanya sendiri itu.
"Raven Artharwa Al Rasyid."
"Anda siapa?" Tanya Ory pelan, seakan terhipnotis mata segelap malam yang hanya sejengkal jaraknya dari matanya sendiri itu."Raven Artharwa Al Rasyid. Ternyata kamu memiliki ingatan yang kurang bagus ya Ory. Padahal baru beberapa jam yang lalu kita bertemu di kantor Bima."Ory langsung membelalakkan mata indahnya. Ting! seolah ada lampu pijar tak kasat mata yang menyala di benaknya. Pria tampan ini adalah yasalam ternyata suami Celine. Calon istri tak jadi Dewa yang tadi masuk tiba-tiba keruangan Bima. Mengetahui pria ini masih terikat hubungan sebagai suami istri dengan Celine, membuat Ory seketika bersikap defensif. Jangan sampai lagi dia berurusan dengan Madam Medusa itu. Belum lagi Ory sempat melepaskan tangannya yang digenggam erat oleh Raven didadanya, tiba-tiba saja dia merasa tangannya ditarik paksa kearah yang berlawanan dan kemudian tubuhnya dipeluk posesif oleh Rendra."Tolong anda jangan bersikap kurang ajar
Hari ini Rendra berulang tahan yang ke dua puluh delapan. Ory ingin sekali memberi hadiah buat Rendra. Terlepas mau atau tidaknya Rendra mengakui Ory sebagai adik tirinya, Ory tetap harus berterima kasih karena Rendra sudah mau mengizinkan Ory untuk menumpang sementara diapartemennya. Tadi pagi Bik Asih berbelanja bahan makanan agak sedikit istimewa, sehingga mengusik rasa ingin tahu Ory. Melalui Bik Asih jugalah akhirnya Ory tahu, bahwa Rendra hari ini berulang tahun dan sibibik ingin memasak makanan yang sedikit istimewa buat tuannya. Karena itulah minggu pagi ini Ory terdampar di mall dan sedang terkagum-kagum melihat jajaran jam tangan mahal yang dirasanya akan sangat cocok bila menghiasi pergelangan tangan kekar Rendra. Masalahnya adalah harga jam tersebut yang sangat tidak cocok dengan isi kantongnya."Daddy, Ibell mau beli yang ini aja Dad. Om, mommy ini berapa harganya? Coba tolong di scankan barcodenya ya Om?"Ory kaget saat ada seo
Dewa sudah mempersiapkan segalanya untuk menyambut kedatangan Ory. Masih segar dalam ingatannya kata-kata ibunya saat Dewa ingin sesegera mungkin melakukan pembatalan pernikahan. Ibunya sepertinya berusaha menunda-nunda terealisasinya pembatalan tersebut. Setiap Dewa ingin membahasnya, Ibunya selalu bilang sabar dulu, tunggu bulan depan. Sampai akhirnya setahun sudah pembatalan pernikahan itu tertunda.Puncaknya adalah minggu lalu, saat Dewa sudah benar-benar akan menemui Bima untuk melengkapi dokumen pembatalan itu, tetapi kembali gagal saat ibunya menangis dan akhirnya mengajukan satu persyaratan buat Dewa, yaitu Dewa harus memberinya cucu. Dewa langsung mengiyakan. Apa sih susahnya menghamili Ory? Tinggal menyemburkan benih doang, pasti melendung itu perut si gadis abege.Suara bel yang berbunyi nyaring pada pukul 11.30 WIB langsung menghadirkansmirkdiwajah dingin Dewa.Finally, dombanya datang juga. Ory
Rendra berjalan sambil merangkul sayang bahu Ory. Dia melihat sepertinya Ory masihshockatas tuduhan Celine yang mengatakan bahwa dia sudah menjadicabenya Bima. Sementara Rendra sendiri juga tengah pusing akan permintaanabsurdmamanya. Bayangkan saja mamanya memintanya untuk segera menikahi Ory setelah Dewa resmi melakukan pembatalan pernikahan mereka berdua. Ingatannya kembali pada kejadian dua hari lalu di rumah mamanya.Flashback On"Rendra kamu tau kan, sampai usiamu sedewasa ini mama tidak pernah meminta apapun dari kamu? Nah untuk kali ini aja mama memohon pada mu, untuk mengabulkan satu saja permintaan Mama. Rupanya di tua bangka itu sudah merubah surat wasiatnya tanpa setahu mama. Dia sudah mengalihkan semua harta dan asset-asset berharganya hanya untuksi berandalcilik itu. Dan mama tidak rela si Dewayang ba
Hari ini Ory gembira sekali. Dia sudah menerima ijazah SMU nya. Akhirnya setelah menjadi yatim piatu diusianya yang ke delapan belas tahun tepat dihari ini, dia berhasil juga menamatkan SMUnya dengan sukses. Mengingat kemasa lalu, saat terakhir dia merayakan ultah bersama ayahnya adalah saat usianya yang ke enam belas tahun. Tiup lilin, kado istimewa biasanya telah dipersiapkan oleh ayahnya dari jauh-jauh hari. Ultah ketujuh belasnya mulai suram, ayahnya telah pergi meninggalkannya dan menjadikannya anak yatim piatu. Ibu tirinya bahkan sudah menikahkannya dua minggu kemudian dengan Dewa demi menghindari tanggung jawab untuk membesarkannya. Time flies, rasanya baru saja dia menikah dengan Dewa dan ternyata sudah setahun juga pernikahan ecek-eceknya. Bagaimana tidak disebut ecek-ecek, statusnya saja punya suami. Padahal tinggal saja berjauhan, bahkan hubungan mereka berdua seperti orang yang tidak saling mengenal. Dewa pun sama se
Hingar bingar suara musik yang memekakkan telinga menyambut kedatangan dua remaja cantik itu di Exodus. Intan memakai mini dress sexy berwarna hitam yang memperlihatkan punggung mulusnya. Sedangkan Ory mengenakan flare mini skirt berwarna putih dengan lengan mulusnya yang terbuka dibagian pangkal lengannya. Pendeknya gaunnya semakin memperjelas jenjangnya kaki mulus Ory. Kedua remaja itu tidak menyadari bahwa hampir seluruh pengunjung pria di club ini memandang Ory dengan mulut berliur. Ory dan Intan terus berjalan menuju kursi-kursi yang disediakan disudut ruangan. Mata Ory membulat seketika saat melihat orang-orang yang dikenalnya bertingkah begitu mesum didepan matanya. Dewa suami ecek-eceknya tampak sedang melumat ganas bibir wanita kurang yang tampak sedang meremas-remas selangkangannya, Rendra kakak tirinya tampak sedang memeluk mesra wanita seksi yang sekarang terlihat sedang menggerayangi tubuh kekarnya, Bima juga menciumi lengan
Dewa sudah mempersiapkan segalanya untuk menyambut kedatangan Ory. Masih segar dalam ingatannya, kata-kata ibunya saat ia ingin sesegera mungkin melakukan pembatalan pernikahan. Ibunya seperti berusaha menunda-nunda terealisasinya pembatalan tersebut. Setiap kali ia ingin membahasnya, ibunya selalu bilang sabar dulu, dan menunggu hingga bulan depan. Sampai akhirnya setahun sudah pembatalan pernikahan itu tertunda. Puncaknya adalah minggu lalu, saat ia sudah benar-benar akan menemui Bima untuk melengkapi dokumen pembatalan. Tetapi kembali gagal saat ibunya menangis dan mengajukan satu persyaratan buatnya. Yaitu dirinya harus segera memberinya cucu. Waktu itu dirinya langsung mengiyakan. Apa sih susahnya menghamili Ory? Tinggal menyemburkan benih saja, pasti akan melendung itu perut si gadis abege. Suara bel yang berbunyi nyaring pada pukul 11.30 WIB, seketika menghadirkan smirk di wajah dingin Dewa. Finally
Seminggu telah berlalu sejak peristiwa pemaksaan Dewa pada Ory. Mungkin bagi Dewa hal tersebut sangatlah biasa, mengingat predikatnya sebagai playboy mesum akut. Tapi bagi Ory hal itu menjadikannya begitu trauma. Sejak hari nahas itu, Ory menjadi begitu sensitif dengan sentuhan. Dia menjadi tidak nyaman dengan yang namanya skinship. Bahkan untuk bersalaman saja rasanya ia enggan. Begitu juga dengan tatapan. Ory begitu ketakutan dengan tatapan pria yang sifatnya intens ataupun intimate. Bila para wanita biasanya akan sangat tersanjung bila ditatap dengan spesial, sebaliknya, Ory refleks ingin melarikan diri. Trauma yang ditimbulkan akibat malam itu sangat membekas di hatinya. Hari ini hari libur. Itu artinya Ory bisa menghabiskan adalah waktunya dengan Intan untuk hang out atau sekedar jalan-jalan di mall. Ory membuka lemari. Entah kenapa hari ini ia ingin mempraktekkan make up ala korean style yang bar
"Bar, kamu kapan sih menikah Nak? Mama sudah kepengen sekali menggendong cucu dari kamu. Michellia aja anaknya sudah mau dua. Masa kamu kalah sama adikmu, Bar? Umur kamu juga udah tiga puluh tahun, lho. Mama kadang heran, papamu itu dulu, pacarnya di setiap sudut kota ada. Di setiap tikungan rumah juga ada. Lah kamu, umur segini juga pacarannya cuma satu kali. Perempuan di dunia ini tidak semuanya sama seperti Diandra, Bar. Nggak semua nya materialiatis. Atau kamu mama jodohin mau?" Ory yang sudah putus asa ketika melihat anak sulungnya masih betah melajang diusianya yang ke tiga puluh, mulai berpikir untuk menjodohkan anaknya dengan salah satu anak dari sahabat-sahabatnya. Akbar yang hanya pernah pacaran sekali saja dengan Diandra Sasmita, teman sekampusnya selama tiga tahun. Dan ternyata pada tahun ketiga itulah, Diandra tiba-tiba meminta putus dari Akbar, dan menikah dengan seorang duda seusia ayahnya karena faktor harta. Semenjak itu Akbar merasa kalau wanita itu
Dewa akui dia bukanlah orang yang baik-baik amat. Dosanya masih bleberan ke mana-mana. Ibadah pun sekedarnya saja. Dalam doa rasa-rasanya dia tidak pernah meminta apa-apa. Tapi saat ini, untuk pertama kalinya, dia sungguh-sungguh berdoa kepada yang Maha Kuasa, untuk keselamatan istri dan anaknya. Untuk pertama kalinya juga, dia bisa merasakan bagaimana seseorang bisa mencintai orang lain, melebihi cintanya pada diri sendiri.Dewa mulai membaca ayat kursi satu kali, surat al-A'raf ayat 54 dan surat Al-Falaq satu kali. Tidak lama kemudian Ory pun sampai pada bukaan terakhir dan mulai mengejan."Ahhhhhh! Ya Allah!" Ory mulai mengejan sekuat tenaga. Rasa sakitnya bahkan sampai membuatnya tidak malu lagi untuk menjerit sekuat-kuatnya."Ayo mulai lagi, tarik napas, mulai!" Dokter Ajeng memberi aba-aba." Ya Allah, sakit ya Allah!" Di tengah perjuangannya melahirkan anaknya ini, tiba-tiba Ory terbayang i
Ory mengaduh kesakitan saat hendak meraih remote tv di kamarnya. Sebenarnya dari dini hari tadi, perutnya terus saja berkontraksi. Tetapi Ory tidak menganggapnya serius, karena dokter kandungannya mengatakan kemungkinan besar ia baru akan melahirkan satu minggu lagi. Ory mengira rasa mulas di perutnya itu adalah akibat dari memakan rujak yang pedas semalam."Auchh... sshhh..."Namun semakin lama, kontraksi mulasnya makin konstan ritmenya. Ory merasa dia mulai berkeringat dingin. Saat ini tidak ada seorang pun di rumah, karena kedua mertuanya tengah menjenguk eyang Dewa yang sedang sakit. Pembantu rumah tangga dan Mang Jaja, supirnya, tengah berbelanja kebutuhan rumah tangga ke supermaket. Dewa pada jam seperti ini tentu saja masih di kantor. Bahkan Satpam di depan rumah pun tadi pagi meminta izin pulang, karena anaknya menjadi korban tabrak lari saat akan berangkat ke sekolah. Dan saat ini sang Satpam tengah mengurus anaknya di rumah sakit
Malam pergantian tahun akan segera berganti dalam hitungan menit. Raven sengaja membuat perayaan old and new dengan seluruh staff karyawan maupun buruh pemetik teh hariannya. Dia ingin semakin mengakrabkan diri antara dirinya sebagai pemilik perkebunan dengan semua pekerjanya yang berasal dari segala lapisan. Suara musik, tawa riuh, berbagai macam makanan dan minuman tumpah ruah dalam kemeriahan pesta. Ory yang akhir-akhir ini begitu mudah lelah karena perut besarnya, menghempaskan pinggulnya di sebuah ayunan yang khusus dibuatkan Raven untuknya. Ada dua ayunan di sana. Satu milik Ibell dan satu lagi miliknya. Tiba -tiba Ory melihat satu bayangan gelap tampak di belakangnya. Ory kaget dan menoleh cepat sambil bersiap-siap lari. Horror juga malam-malam di tempat sepi begini."Ry....Ory, jangan takut. Ini Mas Ry." Dewa langsung menangkap lengan Ory saat melihat kaki Ory sudah menekuk, siap untuk berl
BUGH! BUGH! KRAKKKK!Suara daging yang saling bertumbukan dan tulang patah, terdengar di seantero ruangan. Ruang tamu yang tadinya rapi sekarang lebih menyerupai kapal pecah. Raven yang sudah babak belur dan berdarah-darah ternyata tidak menyerah begitu saja dihajar oleh Dewa. Mereka berdua saling bergumul dan bergelut dengan amarah menggila."Udah! Udah lo bedua! Udah gue bilang! Pada mau mati lo bedua? Fine, gue sih nggak masalah. Asal lo-lo bedua duelnya jangan di depan mata gue. Gue nggak mau repot jadi saksi kematian lo bedua!" Bima dengan napas terengah-engah, berusaha menahan laju tubuh Dewa yang ingin terus menerjang ke depan.Butuh dua orang satpam ditambah Bayu dan Rendra untuk menahan laju tubuh Dewa, yang hari ini seperti mendapat kekuatan ekstra. Dewa mengamuk seperti orang gila akibat kemarahannya.Sedangkan Bayu dan Rendra juga berusaha sekuat tenaga, menahan tubuh Raven ya
Delapan bulan kemudian.Hingar bingar alunan musik remix terdengar di salah satu club elit ibukota. Para pengunjungnya bergoyang seksi-seks panas bersama. Mereka menghilangkan kepenatan dan kejenuhan setelah seharian bekerja. Di salah satu ruang VVIP, tampak Dewa dan kawan-kawannya tengah duduk santai menikmati serunya suasana. Di saat teman-temannya mengobrol hebohnya, Dewa duduk acuh sembari memainkan ponselnya. Bima yang penasaran mencoba mengintip apa yang sedari tadi dipandangi Dewa di ponselnya sambil tersenyum-senyum sendiri. Bima meringis setelah mengetahui apa objek yang membuat sahabatnya ini tenggelam dalam dunianya sendiri. Ternyata sedari tadi Dewa terus memandangi galeri photo yang kesemuanya adalah wajah close up
Ory baru saja menyelesaikan makan siangnya dibantu oleh Bik Asih, saat pintu ruang rawat inapnya terbuka. Dua orang yang sangat dikenalnya muncul. Ya, sepertinya Dewa datang dengan membawa bukti hidup yang semalam dikatakannya. Dewa berdiri tegak di depannya dengan Celine yang menggelendotinya seperti seekor anak koala."Ory... Mas ma-""Cukup, Mas. Mas tidak perlu melanjutkan kata-kata Mas lagi. Ory sudah mengerti dan menyetujui apapun keinginan Mas sekarang. Ory juga akan menunjuk Pak Firman sebagai kuasa hukum Ory. Jadi kita berdua tidak perlu lagi saling bertemu di persidangan. Besok pagi, Bik Asih akan mengambil barang-barang pribadi Ory dari rumah Mas. Ory akan pastikan semua akan berjalan seperti yang Mas inginkan. Kalau tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, Ory ingin istirahat sekarang. Kalau mau keluar jangan lupa pintunya ditutup lagi ya, Mas. Selamat siang Mbak Celine Mas Dewa."Ory pun segera memaling
Pintu UGD yang terbuka tiba-tiba mengejutkan Dewa dan Rendra. Mereka berdua bergegas menyambut kedatangan dokter yang menunjukkan air muka resah."Bagaimana keadaan istri saya, Dokter? Apakah ada luka dalam serius yang dialaminya? Tadi kepalanya mengeluarkan banyak sekali darah!"Dengan suara terbata-bata Dewa yang cemas luar biasa langsung mendatangi dokter yang menangani istrinya."Pasien kehilangan banyak darah akibat benturan keras di kepala dan tulang bahu yang bergeser. Selebihnya hanya luka-luka luar akibat bergesekan dengan aspal. Saat ini pasien membutuhkan transfusi darah golongan AB yang agak langka. Sementara stok darah golongan AB di rumah sakit ini dan PMI kebetulan juga dalam keadaan kosong. Apakah ada keluarga pasien yang memiliki golongan darah sama yang bisa menjadi pendonor untuk pasien?""Kedua orang tuanya sudah meninggal dan kebetulan pasien ini anak tunggal. Golongan darah kami sekel
"Mas, apa Mas sungguh-sungguh mencintai Ory?" Dewa mengernyitkan keningnya mendengar istrinya menanyakan hal yang sebenarnya tidak perlu untuk dipertanyakan lagi. Bahkan cicak di dinding dan Tobi si ikan arwana yang seumur hidupnya di aquarium pun tahu, kalau ia cinta mati dengan istri ciliknya ini."Pertanyaan macam apa itu Ry? Mulut Mas bahkan sampai pegel terus menerus bilang kalau Mas cinta sama kamu.""Tapi mengapa Mas tidak pernah mengatakannya di depan orang lain? Kenapa Mas selalu menghindar kalau ditanya oleh teman-teman Mas, apakah Mas mencintai Ory? Mas gengsi dan tidak mau mengakui mencintai Ory di depan orang lain dan cuma mau mengatakannya saat berdua dengan Ory? begitu?" Suara Ory mulai bergelombang karena Dewa seolah-olah malu kalau diketah