Hingar bingar suara musik yang memekakkan telinga menyambut kedatangan dua remaja cantik itu di Exodus. Intan memakai mini dress sexy berwarna hitam yang memperlihatkan punggung mulusnya. Sedangkan Ory mengenakan flare mini skirt berwarna putih dengan lengan mulusnya yang terbuka dibagian pangkal lengannya. Pendeknya gaunnya semakin memperjelas jenjangnya kaki mulus Ory. Kedua remaja itu tidak menyadari bahwa hampir seluruh pengunjung pria di club ini memandang Ory dengan mulut berliur.
Ory dan Intan terus berjalan menuju kursi-kursi yang disediakan disudut ruangan. Mata Ory membulat seketika saat melihat orang-orang yang dikenalnya bertingkah begitu mesum didepan matanya. Dewa suami ecek-eceknya tampak sedang melumat ganas bibir wanita kurang yang tampak sedang meremas-remas selangkangannya, Rendra kakak tirinya tampak sedang memeluk mesra wanita seksi yang sekarang terlihat sedang menggerayangi tubuh kekarnya, Bima juga menciumi lengan wanita lainnya sambil meremas-remas bokong seksinya. Ory melirik sekilas Intan yang tampak shock melihat kelakuan abang tercintanya. Raven tampak santai menikmati minumannya sambil sebelah tangannya memeluk wanita yang saat ini sedang mengecupi rahangnya. Bayu juga terlihat sedang sibuk bersilat lidah dengan wanita kurang bahannya. Begini ini rupanya kehidupan orang dewasa? Tapi rasa-rasanya kenapa terlihat begitu menjijikkan ya?
"Abang, Intan mau pesan minuman yang enak ke bartender. Kira-kira jenis minuman apa ya yang cocok buat Intan sama Ory ya? Bisa tidak abang tolong rekomendasikan?"
Intan mencolek lengan kekar abangnya sambil tersenyum mengejek. Ory tahu dibalik senyum Intan ada kekecewaan yang begitu dalam, mengingat ini adalah kali kedua dia memergoki abangnya mesumnya berkelakuan seperti ini. Ory bisa melihat kalau wajah-wajah para pria metroseksual didepannya berubah memucat semuanya.
"Astaga Intan, Ory, sedang apa kalian berdua disini?" Bima kaget mendapati adik dan gadis pujaannya ada didepan matanya dengan pakaian yang begitu seksi dan... yah sangat dewasa. Mulutnya seketika berliur menatap Ory menyeluruh dari ujung kaki sampai kepala. Bima sontak melepaskan wanita yang sedari tadi membelitnya seperti ular. Dari sudut matanya Bima juga melihat Rendra dengan gugup menyingkirkan jalangnya. Raven malah langsung mendorong wanitanya sampai nyaris terjengkang dilantai. Bayu yang Bima ketahui sering melirik adiknya diam-diam tampak merah padam saat berusaha menjauhkan wajahnya dari jalang buasnya. Hanya Dewa yang tampak tidak terpengaruh dengan kedatangan Ory yang nota bene masih sah sebagai istrinya. Luar biasa si Dewa ini. Dia satu-satunya pria yang telah beristri. Tapi dia pula yang paling santai saat dalam keadaan tercyduk seperti ini.
Ory merasa wajahnya berubah-ubah antara memerah dan memucat melihat pemandangan yang menjijikkan didepan matanya. Entah apa yang ada dipikiran almarhum ayahnya saat berfikir makhluk mesum akut ini dapat membahagiakannya. Jujur dalam hati kecilnya, Ory sudah kehilangan kepercayaan dengan makhluk yang disebut sebagai laki-laki itu. Semuanya sama saja rupanya.
"Tan, gue tunggu disana aja ya?" Ory melangkahkan kakinya menuju kursi yang berada disudut club. Sepertinya disana agak sedikit sepi dan tidak banyak wanita-wanita jalangnya. Ory jadi bisa menikmati musik dengan santai dan gembira. Lupakan sajalah suami ecek-eceknya. Anggap saja dia itu manusia yang tak kasat mata.
Rendra dan Raven mengikuti langkah Ory seraya memelototi para pria hidung belang yang sedari tadi sudah memandangi Ory penuh nafsu."Ngapain kamu kesini Non? Bibik tahu kamu kesini?" Rendra tidak tahan untuk tidak menyapa Ory. Matanya seakan-akan tidak lepas menatapi makhluk cantik maha sempurna yang tepat ada dihadapannya ini. Inget Ndra, dia itu adek tiri lo!
"Eh Selamat malam Kak Rendra, Pak Raven. Ory cuma diajak Intan kesini. Kata Intan sih kami mau senang-senang karena Ory sudah berusia 18 tahun tepat dihari ini pukul 12 malam nanti." Ory menjawab apa adanya. Seketika bulu kuduknya meremang saat melihat Dewa mulai menyusul dua orang temannya dan mendekati tempat duduknya.
"Jadi kamu sudah delapan belas tahun hari ini? Sudah merasa dewasa gitu makanya main ke club? Oke selamat ulang tahun ya istriku yang sudah dewasa. Nanti malam saya akan kasih kado ena-ena buat kamu."
Dengan kurang ajar Dewa meraih dagu Ory dan mendaratkan ciuman basah di bibir manisnya. Ory langsung mendorong wajah tampan Dewa sambil menjauhkan tubuhnya. Dia sangat jijik dengan bibir Dewa yang bekas mencium gadis-gadis panggilan itu. Cihhh!! Bibirnya sudah tidak steril sekarang.
"Apa itu kado ena-ena? Ory tidak butuh kado Mas. Ucapan selamat ulang tahun saja sudah cukup buat Ory. Permisi Ory mau menyusul Intan."
Ory mengikuti langkah kaki Intan yang tampak menghempaskan tangan abangnya kasar seraya menuju dance floor.
"Ry kita ngedance ala-ala girl band korea yuk? Sekali-sekali kita lampiaskan semua perasaan kita lewat tarian." Intan mulai tampak meliukkan seksi pinggang rampingnya. Ory merogoh saku kanan gaunnya, mengeluarkan head set serta memasangnya di telinga. Ia meraih ponselnya dan memutar lagu energik favoritnya. Saat musik favoritnya mulai terdengar, Ory pun segera meliuk-liuk kan pinggang rampingnya mengikuti irama lagu dari ponselnya. Sedari kecil Ory suka sekali menari ala ala K-pop. Dulu saat kedua orang tuanya masih hidup, Ory akan menari mengikuti gerakan para girlband dengan sempurna. Ibunya akan bertepuk tangan gembira sementara ayahnya kadang mengomel mengatakan kalau tarian itu terlalu seksis. Tapi akhirnya ayahnya akan membiarkannya asal dirinya senang dan bahagia.
Saat ini Ory ingin mengulang saat-saat indah itu. Dia ingin melupakan sejenak kekisruhan hidupnya. Ya, hanya untuk hari ini saja, dia ingin menjadi sesuka hatinya. Ory membuka lebar kedua tungkai jenjangnya sambil meliukkannya berulang-ulang seperti ingin mengajak untuk bercinta. Dewa seperti bisa merasakan suara nafas tertahan para laki-laki disana. Atmosphere penuh nafsu sudah semakin memanas diruangan ini. Desah nafas menjijikan mulai terdengar saling bersahut-sahutan saat Ory berkali-kali membuka lebar tungkainya dan meliukkan pinggulnya kedepan dan kebelakang dengan gerakan slow motion.
Shittt!!! Dewa merasa juniornya menggeliat minta pelepasan yang sudah begitu lama tertidur. Mungkin selama ini orang berfikir dia sudah meniduri paling sedikit puluhan wanita. Padahal tidak sekalipun Dewa pernah menuntaskan hasratnya. Semenjak dia ditinggalkan Celine dulu, Dewa begitu jijik melihat wanita. Dia begitu dendam dan tidak bisa mempercayai mereka sedikitpun, kecuali ibunya.
Dia sengaja berkamuflase seolah-olah dia adalah penjahat kelamin akut demi untuk menaikkan reputasinya saja. Semua wanita mengira Dewa tertarik pada mereka asal mereka memiliki alat kelamin. Padahal dia sungguh jijik pada mereka semua yang rela menjual diri demi untuk hidup enak dibandingkan jika harus menggunakan otak atau ototnya untuk bekerja keras. Dewa membenci orang yang menyukai hidup senang tapi malas bekerja atau berusaba. Saat ini pandangannya hanya tercurah pada istri kecilnya yang sedang menari-nari dengan gerakan yang begitu vulgar berusaha menggoda seluruh pria yang berada dalam club ini. Dan yeahhh dia berhasil sepertinya!
Rendra yang nota bene adalah kakaknya tampak menggeram penuh nafsu memandang gadis yang selalu disebutnya sebagai adiknya. Bima bahkan terang-terangan menatap istrinya dengan isyarat penuh damba. Si tembok datar Raven terlihat berusaha menahan kemarahannya melihat Ory menjadi santapan seksual para hidung belang. Tangannya tampak terus terkepal seolah-olah ingin memukul seseorang.
Double shitt!!
Dewa seketika merangsek ke dance floor saat melihat beberapa pria yang nekad ingin memeluk Ory dan Intan. Dewa ternganga melihat Rendra langsung melompat saat mendapati beberapa laki-laki yang ingin menjamah Ory dan krakkkk!! Bunyi seperti tulang patah dan jeritan kesakitan terdengar di dance floor. Rendra terlihat seperti kesetanan dan beringas saat membantai para laki-laki yang mencoba menyentuh Ory.
Ory yang begitu ketakutan melihat kekacauan yang diakibatkan olehnya segera berlari menuruni dance floor, malang baginya karena ada beberapa pria yang bersiap-siap untuk memeluknya. Aroma nafas mereka menguarkan bau alkohol yang begitu tajam dan memuakkan.
"Ahhhh lepaskan!! To—ahhh!!" Ory menjerit ngeri saat melihat Raven menerjang pria-pria itu. Ia melihat Raven berkali-kali memberikan bogem mentah sampai mereka menggelepar dengan darah yang mengalir melalui hidung dan bibir yang robek. Ory juga melihat Bima dan Bayu memukuli pria-pria yang mencoba menyentuh Intan.
Ory dan Intan saling memandang dan sama-sama mengangguk sambil menatap pintu keluar. Dalam diam mereka membuat kode-kode yang mereka berdua sepakati. Intan menunjukkan jarinya pada Ory. Satu, dua, tiga. Ory dan Intan berlari sekencang-kencangnya menuju tempat parkir. Setelah menghidupkan mesin Intan dan Ory pun mengebut meninggalkan kekacauan di club yang diakibatkan oleh tarian seksi mereka berdua.
Sementara di tempat kejadian, para body guard sudah berhasil menghentikan kekacauan. Ruangan yang tadi hancur berantakan dengan cepat sudah dirapikan. Para pengacau pun sudah ditendang keluar. Rendra tampak sedang mengeluarkan credit card untuk biaya ganti rugi atas segala kekacauan yang mereka buat.
Dewa mendengus pelan, teman-temannya itu tampak sangat kentara sekali menginginkan istrinya. Mereka bahkan tidak perduli memperlihatkan sikap sok jagoan mereka tepat di depan hidungnya. Kalau saja dia mau, dia bahkan bisa menghajar mereka semua dengan tangan kosong. Dia seorang Airlangga Dewangga yang bahkan sudah belajar bela diri sebelum dia bisa berjalan sempurna. Salahkan saja ayahnya yang begitu terobsesi dengan Bruce Lee dan Jacky Chan. Sehingga anaknya sudah diajari berkelahi bahkan sebelum bisa berjalan.
Tapi tadi katanya dia sudah berusia delapan belas ya? Oke saatnya sudah tiba bagi Dewa untuk memperlakukannya dengan cara dewasa pula. Seringai licik mulai muncul dibibir jantannya sebelum tangan kanannya mulai memegang ponsel.
"Hallo istriku, mama menyuruhmu datang kerumah. Mama ingin mengucapkan selamat ulang tahun dan memberimu kejutan jam 12 malam tepat nanti. Ya, kamu datang aja duluan kesini. Jangan jadi mantu durhaka. Oke oke akan Mas sampaikan pada mama."
Dewa menutup sambungan teleponnya dengan senyum iblis yang masih menghiasi bibirnya.
Ory tidak tahu bahwa kedua orang tuanya sedang bulan madu ke dua di Venesia. Ah sepertinya malam ini akan menjadi malam yang panjang bagi mereka berdua.
Ahhhhhh... Dewa tidak sabar untuk segera merasakan kenikmatan dari tubuh Ory yang nanti akan dibuatnya mendesah-desah dibawahnya. Hidup ini bukankah begitu indah kawan? Harta tahta wanita, itu semua telah ada dalam genggamannya.
Cerita lengkap tersedia di g****e play. Silahkan klik di bio author.Jangan lupa untuk vote ya?😘
Dewa sudah mempersiapkan segalanya untuk menyambut kedatangan Ory. Masih segar dalam ingatannya, kata-kata ibunya saat ia ingin sesegera mungkin melakukan pembatalan pernikahan. Ibunya seperti berusaha menunda-nunda terealisasinya pembatalan tersebut. Setiap kali ia ingin membahasnya, ibunya selalu bilang sabar dulu, dan menunggu hingga bulan depan. Sampai akhirnya setahun sudah pembatalan pernikahan itu tertunda. Puncaknya adalah minggu lalu, saat ia sudah benar-benar akan menemui Bima untuk melengkapi dokumen pembatalan. Tetapi kembali gagal saat ibunya menangis dan mengajukan satu persyaratan buatnya. Yaitu dirinya harus segera memberinya cucu. Waktu itu dirinya langsung mengiyakan. Apa sih susahnya menghamili Ory? Tinggal menyemburkan benih saja, pasti akan melendung itu perut si gadis abege. Suara bel yang berbunyi nyaring pada pukul 11.30 WIB, seketika menghadirkan smirk di wajah dingin Dewa. Finally
Seminggu telah berlalu sejak peristiwa pemaksaan Dewa pada Ory. Mungkin bagi Dewa hal tersebut sangatlah biasa, mengingat predikatnya sebagai playboy mesum akut. Tapi bagi Ory hal itu menjadikannya begitu trauma. Sejak hari nahas itu, Ory menjadi begitu sensitif dengan sentuhan. Dia menjadi tidak nyaman dengan yang namanya skinship. Bahkan untuk bersalaman saja rasanya ia enggan. Begitu juga dengan tatapan. Ory begitu ketakutan dengan tatapan pria yang sifatnya intens ataupun intimate. Bila para wanita biasanya akan sangat tersanjung bila ditatap dengan spesial, sebaliknya, Ory refleks ingin melarikan diri. Trauma yang ditimbulkan akibat malam itu sangat membekas di hatinya. Hari ini hari libur. Itu artinya Ory bisa menghabiskan adalah waktunya dengan Intan untuk hang out atau sekedar jalan-jalan di mall. Ory membuka lemari. Entah kenapa hari ini ia ingin mempraktekkan make up ala korean style yang bar
"Gue sih cuman mau ngingetin lo ya Ry, kalo gue nggak mau bahan materialnya lo ganti sama yang abal-abal, gue mau semuanya harus yang ada label SNI dan sesuai SOP yang kita sepakati bersama. Mungkin dengan begitu biaya produksi kita akan sedikit mengalami kenaikan, tapi itu kan worth it, sebanding dengan hasil yang kita inginkan. Lo mau gegara kita sunat-sunat itu biaya material dan operasional and then jembatan itu ambruk dikarenakan faktor human error yang ujung-ujung nya kita semua bakal gol dan masuk hotel prodeo?" Rendra mulai memakai kaca mata bacanya sambil membalik-balikkan draft proposal penawaran harga yang besok akan segera diberikan pada client. "Ya itu kan cuma sekedar usul doang kali Ren, karena gue lihat penghematan biaya produksi jadi begitu jauh berbeda dan cukup significant itung-itungannya. Cuma yaitu resikonya sih, seperti yang lo bilang. Takut hasil akhir
Akhirnya Ory terpaksa ikut juga masuk kedalam mobil Dewa. Setelah Mama Mita yang menelepon Ory secara langsung langsung dan mengatakan ingin bertemu dengannya. Walau bagaimana pun juga Mama Mita adalah mertuanya, dan dia tidak mau disebut sebagai menantu durhaka. Ory sempat mengingat kehebohan yang tadi terjadi dirumah Fahry. Mereka semua kaget saat tahu bahwa Ory adalah istri sah Dewa. Cuma Radja yang diam saja karena memang dia sudah tahu semua kisah hidup Ory dari sumber yang paling terpercaya, yaitu ayahnya sendiri. Rendra sempat tersinggung saat tahu bahwa ayahnya Radja adalah wali resmi Ory yang legal secara hukum. Apalagi Radja sudah mendaftarkan Ory sebagai mahasiswi di universitas milik ayahnya. Dia seolah-olah merasa tidak dianggap sebagai kakak Ory. Radja merasa Rendra memiliki rasa dengan gadis yang disebutnya sebagai adiknya itu, walau Rendra berusaha keras membantahnya. Tapi dia juga laki-laki, sesama lelaki pasti akan tau arti tata
"Jadi Ory sekarang sudah tamat SMU ya? Bulan depan sudah jadi mahasiswi dong ya, sayang?" Mama Mita mencubit gemas pipi mulus Ory. Semakin dipandang wajah Ory semakin mengingatkannya pada sosok cantik teman masa kecilnya dulu, yang telah merelakan satu ginjalnya demi kelangsungan hidupnya, sehingga dia masih bisa hidup sampai sekarang."Oh ya Ma, tadi kata mama ada yang mau mama bicarakan dengan Ory. Mama mau bicara apa Ma?" Kata-kata Ory membuat Mita mengembalikan ingatannya yang tadi sempat mengembara kemasa lalu."Begini Sayang, waktu di Venesia mama bertemu dengan Wina, ibu tiri kamu. Dan Wina meminta agar pembatalan pernikahanmu dengan Dewa segera dilaksanakan. Mama hanya mau memastikan saja, apakah kamu sudah mantap ingin melakukan pembatalan pernikahan? Sebenarnya mama berat sekali melakukan itu sayang, karena mama sudah pernah berjanji pada orang tuamu dulu untuk menjaga kamu setelah mereka berdua tidak ada lagi didunia ini. Apalag
Ory berlari-lari kecil bersama Mbak Clara sambil membawa berkas-berkas dokumen yang menjadi MOU antara perusahaan Rajawali Putra Persada milik Raven, dengan Graha Indah Nusantara. Sebagai notaris yang menangani semua masalah legal diperusahaan Raven, menjadikan Bima harus selalu ikut dalam setiap penandatanganan dokumen kerjasama perusahaan Raven dengan perusahaan rekanannya. Dan sebagai akibat dari cutinya Bima yang sedang menghadiri pemakaman nenek tercintanya di Medan, membuat Mbak Clara dan Ory sebagai asisten pribadinya yang jadi kelimpungan.Baru saja mereka berdua masuk ke dalam mobil Mang Tisna dengan nafas ngos-ngosan karena berlari-lari, Rini salah seorang admin langsung memanggil Clara untuk menemui client yang baru saja tiba. Mau tidak mau tinggal Ory seorang yang akan mewakili paralegal dari kantor Bima. Karena tidak mungkin mereka meninggalkan kantor kosong dan membiarkan client menunggu berjam-jam.Berhubun
Suara musik berirama EDM berdentam kencang di salah satu club malam papan atas kota metropolitan. Seorang pria tampan mapan tampak termenung sambil sesekali menyesap minuman beralkohol yang berada di tangan kanannya."Wah tumben, Bro dugem sendirian aja. Biasanya berlima, paling banter berempat. Lagi cekcok ya sama hopeng-hopeng lainnya."Sebastian, bartender berjuluk G3 yaitu Ganteng-Ganteng Gay, meracik minuman seraya menyapa ramah Dewa. Dewa and the gangs memang jarang sekali terpisah-pisah."Biasalah, Bro. Lagi pengen main single aja. Pikiran lagi piknik ke mana-mana ini. Gue cuma pengen ngademin otak bentaran doang di sini.""Take your time, Ma Bro." Sebastian mengedipkan mata sebelum kemudian sibuk kembali dengan aktifitas racik meracik minuman mahalnya.Dewa menyesap minuman dengan pikiran meng
Setelah pelepasan pertamanya, lima menit kemudian dirinya sudah kembali meminta pelepasan. Dewa sadar ada yang tidak beres dengan libidonya yang begitu tidak terkontrol ini. Pasti ada sesuatu hal lain yang memicunya. Dalam keadaan terengah-engah menahan nafsu Dewa langsung berlari ke kamar mandi. Dia menghidupkan shower dan berdiri di bawahnya. Dia berusaha mati-matian berdiri di bawah guyuran air dingin demi menurunkan sedikit gairahnya. Samar-samar dia teringat bahwa sebelum reaksi ini terjadi, dia sempat meminum tequila yang ditinggalkannya sejenak ke toilet. Dia juga teringat reaksi kebingungan Celine saat dia akan meninggalkan Club. Fixed, ini semua pasti ulah Celine yang mencampur obat perangsang ke dalam tequilanya. Perempuan satu itu memang gila! Dewa terus menerus membasahi sekujur tubuhnya dengan air dingin. Ia berdiri dibawah curahan shower yang terus mengalir deras demi untuk mendinginkan rasa panas dan gairahnya yang menggila. Dia kh
"Bar, kamu kapan sih menikah Nak? Mama sudah kepengen sekali menggendong cucu dari kamu. Michellia aja anaknya sudah mau dua. Masa kamu kalah sama adikmu, Bar? Umur kamu juga udah tiga puluh tahun, lho. Mama kadang heran, papamu itu dulu, pacarnya di setiap sudut kota ada. Di setiap tikungan rumah juga ada. Lah kamu, umur segini juga pacarannya cuma satu kali. Perempuan di dunia ini tidak semuanya sama seperti Diandra, Bar. Nggak semua nya materialiatis. Atau kamu mama jodohin mau?" Ory yang sudah putus asa ketika melihat anak sulungnya masih betah melajang diusianya yang ke tiga puluh, mulai berpikir untuk menjodohkan anaknya dengan salah satu anak dari sahabat-sahabatnya. Akbar yang hanya pernah pacaran sekali saja dengan Diandra Sasmita, teman sekampusnya selama tiga tahun. Dan ternyata pada tahun ketiga itulah, Diandra tiba-tiba meminta putus dari Akbar, dan menikah dengan seorang duda seusia ayahnya karena faktor harta. Semenjak itu Akbar merasa kalau wanita itu
Dewa akui dia bukanlah orang yang baik-baik amat. Dosanya masih bleberan ke mana-mana. Ibadah pun sekedarnya saja. Dalam doa rasa-rasanya dia tidak pernah meminta apa-apa. Tapi saat ini, untuk pertama kalinya, dia sungguh-sungguh berdoa kepada yang Maha Kuasa, untuk keselamatan istri dan anaknya. Untuk pertama kalinya juga, dia bisa merasakan bagaimana seseorang bisa mencintai orang lain, melebihi cintanya pada diri sendiri.Dewa mulai membaca ayat kursi satu kali, surat al-A'raf ayat 54 dan surat Al-Falaq satu kali. Tidak lama kemudian Ory pun sampai pada bukaan terakhir dan mulai mengejan."Ahhhhhh! Ya Allah!" Ory mulai mengejan sekuat tenaga. Rasa sakitnya bahkan sampai membuatnya tidak malu lagi untuk menjerit sekuat-kuatnya."Ayo mulai lagi, tarik napas, mulai!" Dokter Ajeng memberi aba-aba." Ya Allah, sakit ya Allah!" Di tengah perjuangannya melahirkan anaknya ini, tiba-tiba Ory terbayang i
Ory mengaduh kesakitan saat hendak meraih remote tv di kamarnya. Sebenarnya dari dini hari tadi, perutnya terus saja berkontraksi. Tetapi Ory tidak menganggapnya serius, karena dokter kandungannya mengatakan kemungkinan besar ia baru akan melahirkan satu minggu lagi. Ory mengira rasa mulas di perutnya itu adalah akibat dari memakan rujak yang pedas semalam."Auchh... sshhh..."Namun semakin lama, kontraksi mulasnya makin konstan ritmenya. Ory merasa dia mulai berkeringat dingin. Saat ini tidak ada seorang pun di rumah, karena kedua mertuanya tengah menjenguk eyang Dewa yang sedang sakit. Pembantu rumah tangga dan Mang Jaja, supirnya, tengah berbelanja kebutuhan rumah tangga ke supermaket. Dewa pada jam seperti ini tentu saja masih di kantor. Bahkan Satpam di depan rumah pun tadi pagi meminta izin pulang, karena anaknya menjadi korban tabrak lari saat akan berangkat ke sekolah. Dan saat ini sang Satpam tengah mengurus anaknya di rumah sakit
Malam pergantian tahun akan segera berganti dalam hitungan menit. Raven sengaja membuat perayaan old and new dengan seluruh staff karyawan maupun buruh pemetik teh hariannya. Dia ingin semakin mengakrabkan diri antara dirinya sebagai pemilik perkebunan dengan semua pekerjanya yang berasal dari segala lapisan. Suara musik, tawa riuh, berbagai macam makanan dan minuman tumpah ruah dalam kemeriahan pesta. Ory yang akhir-akhir ini begitu mudah lelah karena perut besarnya, menghempaskan pinggulnya di sebuah ayunan yang khusus dibuatkan Raven untuknya. Ada dua ayunan di sana. Satu milik Ibell dan satu lagi miliknya. Tiba -tiba Ory melihat satu bayangan gelap tampak di belakangnya. Ory kaget dan menoleh cepat sambil bersiap-siap lari. Horror juga malam-malam di tempat sepi begini."Ry....Ory, jangan takut. Ini Mas Ry." Dewa langsung menangkap lengan Ory saat melihat kaki Ory sudah menekuk, siap untuk berl
BUGH! BUGH! KRAKKKK!Suara daging yang saling bertumbukan dan tulang patah, terdengar di seantero ruangan. Ruang tamu yang tadinya rapi sekarang lebih menyerupai kapal pecah. Raven yang sudah babak belur dan berdarah-darah ternyata tidak menyerah begitu saja dihajar oleh Dewa. Mereka berdua saling bergumul dan bergelut dengan amarah menggila."Udah! Udah lo bedua! Udah gue bilang! Pada mau mati lo bedua? Fine, gue sih nggak masalah. Asal lo-lo bedua duelnya jangan di depan mata gue. Gue nggak mau repot jadi saksi kematian lo bedua!" Bima dengan napas terengah-engah, berusaha menahan laju tubuh Dewa yang ingin terus menerjang ke depan.Butuh dua orang satpam ditambah Bayu dan Rendra untuk menahan laju tubuh Dewa, yang hari ini seperti mendapat kekuatan ekstra. Dewa mengamuk seperti orang gila akibat kemarahannya.Sedangkan Bayu dan Rendra juga berusaha sekuat tenaga, menahan tubuh Raven ya
Delapan bulan kemudian.Hingar bingar alunan musik remix terdengar di salah satu club elit ibukota. Para pengunjungnya bergoyang seksi-seks panas bersama. Mereka menghilangkan kepenatan dan kejenuhan setelah seharian bekerja. Di salah satu ruang VVIP, tampak Dewa dan kawan-kawannya tengah duduk santai menikmati serunya suasana. Di saat teman-temannya mengobrol hebohnya, Dewa duduk acuh sembari memainkan ponselnya. Bima yang penasaran mencoba mengintip apa yang sedari tadi dipandangi Dewa di ponselnya sambil tersenyum-senyum sendiri. Bima meringis setelah mengetahui apa objek yang membuat sahabatnya ini tenggelam dalam dunianya sendiri. Ternyata sedari tadi Dewa terus memandangi galeri photo yang kesemuanya adalah wajah close up
Ory baru saja menyelesaikan makan siangnya dibantu oleh Bik Asih, saat pintu ruang rawat inapnya terbuka. Dua orang yang sangat dikenalnya muncul. Ya, sepertinya Dewa datang dengan membawa bukti hidup yang semalam dikatakannya. Dewa berdiri tegak di depannya dengan Celine yang menggelendotinya seperti seekor anak koala."Ory... Mas ma-""Cukup, Mas. Mas tidak perlu melanjutkan kata-kata Mas lagi. Ory sudah mengerti dan menyetujui apapun keinginan Mas sekarang. Ory juga akan menunjuk Pak Firman sebagai kuasa hukum Ory. Jadi kita berdua tidak perlu lagi saling bertemu di persidangan. Besok pagi, Bik Asih akan mengambil barang-barang pribadi Ory dari rumah Mas. Ory akan pastikan semua akan berjalan seperti yang Mas inginkan. Kalau tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, Ory ingin istirahat sekarang. Kalau mau keluar jangan lupa pintunya ditutup lagi ya, Mas. Selamat siang Mbak Celine Mas Dewa."Ory pun segera memaling
Pintu UGD yang terbuka tiba-tiba mengejutkan Dewa dan Rendra. Mereka berdua bergegas menyambut kedatangan dokter yang menunjukkan air muka resah."Bagaimana keadaan istri saya, Dokter? Apakah ada luka dalam serius yang dialaminya? Tadi kepalanya mengeluarkan banyak sekali darah!"Dengan suara terbata-bata Dewa yang cemas luar biasa langsung mendatangi dokter yang menangani istrinya."Pasien kehilangan banyak darah akibat benturan keras di kepala dan tulang bahu yang bergeser. Selebihnya hanya luka-luka luar akibat bergesekan dengan aspal. Saat ini pasien membutuhkan transfusi darah golongan AB yang agak langka. Sementara stok darah golongan AB di rumah sakit ini dan PMI kebetulan juga dalam keadaan kosong. Apakah ada keluarga pasien yang memiliki golongan darah sama yang bisa menjadi pendonor untuk pasien?""Kedua orang tuanya sudah meninggal dan kebetulan pasien ini anak tunggal. Golongan darah kami sekel
"Mas, apa Mas sungguh-sungguh mencintai Ory?" Dewa mengernyitkan keningnya mendengar istrinya menanyakan hal yang sebenarnya tidak perlu untuk dipertanyakan lagi. Bahkan cicak di dinding dan Tobi si ikan arwana yang seumur hidupnya di aquarium pun tahu, kalau ia cinta mati dengan istri ciliknya ini."Pertanyaan macam apa itu Ry? Mulut Mas bahkan sampai pegel terus menerus bilang kalau Mas cinta sama kamu.""Tapi mengapa Mas tidak pernah mengatakannya di depan orang lain? Kenapa Mas selalu menghindar kalau ditanya oleh teman-teman Mas, apakah Mas mencintai Ory? Mas gengsi dan tidak mau mengakui mencintai Ory di depan orang lain dan cuma mau mengatakannya saat berdua dengan Ory? begitu?" Suara Ory mulai bergelombang karena Dewa seolah-olah malu kalau diketah