Dewa sedang sibuk menghadapi tumpukan dokumen dan arsip-arsip legal perusahaan saat ponsel nya bergetar, dan menghadirkan nama ibunya memanggil.
"Ya Ma, ada apa nih siang-siang begini mama menghubungi Dewa? Mama masak enak ya, jadi mau nyuruh Dewa makan siang dirumah?"
Dewa sejenak menyingkirkan tumpukan berkas yang harus dibaca dan di tanda tangani tersebut, dan berniat menggoda mamanya dengan menjawab panggilannya dengan candaan.
"Kamu ini ya Wa, setiap mama nelpon, makanan aja yang dibahas. Makanya cepetan bujuk istrimu supaya mau pulang dan masakin kamu. Bukannya tiap hari malah masakin Bima."
Dewa mengernyitkan alisnya. Ngapain juga Ory tiap hari pake masakin si Bima makanan. Emangnya Ory itu istrinya apa? Lha dia yang beneran suaminya aja nggak pernah dimasakin.
"Darimana mama tau Ory tiap hari masakin Bima, Ma?" Dewa penasaran juga akhirnya.
Diseberang sana Bu Mita tersenyum simpul. Akhirnya anaknya cemburu juga dipancing-pancing ego kelelakiannya. Dia merasa yakin sebenarnya Dewa itu suka pada Ory, cuma dia belum sadar saja akan perasaannya sendiri."Ya tahulah, orang setiap mama kesana pas waktu jam makan siang, Ory selalu mengeluarkan rantang empat susunnya dan melayani Bima makan. Persis sekali seperti melayani suami nya sendiri."
Dewa menggerutu dalam hati mendengar cerita ibunya. Wah, tidak bisa dibiarkan ini. Bima sepertinya terlalu mengeksploitasi tenaga Ory sebagai bawahannya. Nanti dia sendiri yang akan menegur sikap Bima yang keterlaluan pada Ory.
"Belum lagi perlakuan Ory pada Rendra, lebih mencerminkan istri yang baik daripada dengan Bima. Kemarin malam mama kesana saat Rendra sedang mandi dan bersiap-siap kepesta. Kamu tau Wa, Ory yang memilih dan menyiapkan setelan jasnya berikut pakaian dalam dan sepatunya. Ory bahkan mengancingkan bajunya dan memakaikan dasinya. Memang Ory itu istri idaman sekali. Mama yakin siapapun yang akan menikahi Ory kelak, apabila memang akan terjadi pembatalan pernikahan kalian maksud mama, pasti akan berbahagia dunia akhirat."
"Aaminnn."
Dewa menjawab singkat kata-kata mama nya. Dewa sudah tidak tahu lagi, bagaimana lagi menanggapi statement itu.
"Ya sudah. Mama cuma mau minta tolong agar kamu menjemput Ory dikantornya, dan langsung antarkan ke butik Mama ya? Mama mau menyiapkan gaun dan ke salon dengan Ory untuk menghadiri resepsi pernikahan Farah, Wa. Tadi mama sudah minta izin Bima supaya Ory boleh pulang duluan. Kamu juga jangan telat ya datangnya."
"Iya iya Kanjeng Ratu." Dewa langsung mengiyakan titah mamanya. Kalau tidak, sudah bisa dipastikan mamanya bisa ngomel-ngomel panjang seperti rel kereta api. Dengan cepat dirapikannya berkas-berkas dimejanya. Mamanya tadi bilang jam 2 siang baru bisa menjemput Ory, karena dia biasanya jam segitu baru sampai di kantor. Dewa sebenarnya takjub juga melihat tekad Ory yang ingin hidup mandiri sampai pontang panting sendirian mencari rezeki.
Bayangkan saja, sepulang sekolah jam satu siang, dia langsung berangkat ke kantor Bima dengan masih memakai seragam sekolah. Mandi dikantor, bahkan masih sempat menyiapkan makan siang untuk Bima. Memang luar biasa istri ciliknya ini.
Dewa tiba di kantor Bima pukul 02.10 wib. Dia langsung saja melenggang keruangan Bima seperti biasanya. Saat Dewa membuka pintu, dia di sambut oleh pemandangan yang membuatnya membelalakkan matanya. Dia takjub melihat Bima yang sedang sibuk membaca berkas-berkas, sementara disampingnya Ory sedang menyuapinya makan seperti anak usia lima tahun. Dimeja dekat sofa bahkan nampak rantang empat susun yang berisi lauk pauk rumahan yang pasti dibawa oleh Ory dari rumah.
"Wah wah tingkah lo udah kayak raja minyak dari Arab aja ya Bim. Makan sampe pake disuapin segala. Lo perlu dayang-dayang kagak buat ngipasin lo!" Dewa langsung saja mengomentari pemandangan bagai harem didepannya.
"Gue nggak perlu dikipasin karena zaman sekarang udah pake AC. Dan lo ngapain siang-siang udah ada disini."
Bima masih saja berbicara sambil mengunyah.
"Eh Ory, kamu juga koq mau-maunya dijadiin dayang-dayang siBima. Sampai segitunya ya kamu cari duit." Dewa begitu penasaran melihat betapa loyalnya Ory terhadap atasannya.
"Ory, coba kamu jelaskan sama Dewa, sebagai apa posisimu disini." Bima cuma menimpali dengan acuh tak acuh kata-kata sindiran Dewa.
"Sebagai OG pribadi Pak Bima." Jawab Ory jujur.
"Denger kan lo WA. Dia ini OG pribadi gue. Jadi tugas dia ya ngurusin semua hal-hal yang berkaitan dengan pribadi gue."
Bima menyudahi makannya dan beranjak menuju wastafel untuk membersihkan diri. Ory menyusun kembali makanan dan beranjak ke pantry untuk mencuci segala peralatan makan tadi.
Lima belas menit kemudian, Ory sudah rapi dan mencangklong tas slempangnya.
"Ayo Mas, mama sudah nungguin kita daritadi." Baru saja Ory beserta Dewa melewati pintu ruangan Bima, bahu Dewa bersinggungan dengan sepasang suami istri yang ingin masuk keruangan Bima.
"Ups! sorry Pak, Saya tidak sengaja."
"Dewa!" Sebuah suara feminim menyebut nama Dewa dengan bibir gemetar.
"Celine?" Dewa menatap tidak percaya kepada wanita cantik yang dahulu sempat menjadi pusat segala perhatiannya. Matanya dengan rakus memandangi setiap detail wajah jelita yang secara tidak sengaja ditemuinya. Dulu, berhari, berbulan bahkan bertahun-tahun dia mencari sosok jelita yang dicintainya sepenuh hati ini. Ya dia yang meninggalkannya hanya berselang seminggu menjelang pernikahan mereka berdua.
"Dewa, maafkan Aku. Maaf Dewa."
Dengan kedua lengan memeluk dirinya sendiri Celine terus mengucapkan kata maaf kepada Dewa yang masih saja berdiri mematung. Ory yang melihat sepertinya ada sesuatu yang belum terselesaikan diantara Dewa dan wanita cantik itu memilih segera keluar ruangan dan memanggil taksi online. Dewa pun sepertinya sudah lupa akan tujuannya semula untuk menjemputnya.
"Ehm, sebaiknya kita semua masuk dulu dan duduk disini. Celine, walaupun kita semua ini teman lama, tapi Gue disini harus bersikap professional sesuai dengan tugas gue. Kalo lo emang mau nyelesaiin dulu masalah lo yang belum kelar sama Dewa, Gue bisa nunggu diluar dulu sama Raven. Gimana?"
Bima langsung mengambil alih pembicaraan yang mulai terlihat sedikit tegang karena keterdiaman Dewa.
"Nggak usah Bim. Ini malah moment yang paling tepat untuk menjelaskan kepada Dewa, bahkan ada Raven juga disini."
Celine memandang Dewa dengan rasa bersalah sekaligus penuh kerinduan.
"Wa, kamu ingat pesta lajang yang aku buat dua bulan sebelum pernikahan kita? Saat pesta itu berlangsung aku mabuk berat Wa, begitu juga Raven. Saat mabuk rupanya Randy membawa kami semua pulang kerumahnya, karena takut mengantarkan kami pulang kerumah dalam keadaan hang over parah.
Dan kami berdua yang sama-sama dalam keadaan tidak sadar malah melakukan hubungan suami istri. Dan parahnya lagi, bulan depannya aku hamil Wa. Mau tidak mau kami harus menikah demi bayi yang tidak bersalah dirahimku. Karena itulah Aku kabur ke LA ikut bersama Raven dan tinggal disana. Kami mencoba bertahan berumah tangga selama lima tahun demi Isabelle putri kecil kami. Tapi karena pada dasarnya kami tidak saling mencintai, kami tidak sanggup menjalaninya Wa. Makanya kami berdua mencari Bima untuk mendaftarkan perceraian kami dengan baik-baik."
Celine mengakhiri penjelasannya sambil menangis terisak-isak.
"Ya sudahlah Celine. Semua sudah terlanjur terjadi. Lagipula kejadian itu juga sudah lama. Aku juga sudah melupakannya."
Dewa bisa saja mengatakan tidak apa-apa, tapi jauh dilubuk hatinya, rasa sakit itu kembali menggeliat, seakan-akan mengulang kembali saat-saat 6 tahun lalu. Walau mungkin Dewa sudah tidak mencintainya sebesar dulu, tetapi rasa sayang itu tetap ada.
"Wa, Gue minta maaf sama lo. Walau seperti apapun kejadiannya waktu itu, tetap aja kami berdua salah. Dan sebentar lagi Celine akan terbebas dari statusnya sebagai istri gue. Jadi kalian bebas untuk mencoba saling menjajaki lagi. Fyi, anak kami Isabelle, Gue yang akan mengasuhnya, bukan karena Gue egois ingin merebutnya dari Celine. Tapi Celine lah yang menginginkannya."
Raven orang yang dulu sangat pelit berbicara, untuk pertama kalinya bisa mengucapkan kalimat sepanjang itu tanpa jeda.
"Enam tahun nggak ketemu dengan lo, sekalinya ketemu, lo bisa juga ya Ven ngomong sepanjang itu. Hahaha".
Bima tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Coba nanti kalo lo punya anak. Dan anak lo doyan ngomong sepanjang rel kereta api setiap harinya, lambat laun lo akan terbiasa untuk mengikuti ritme nya. Trust me." Raven tersenyum kecil.
"Nampaknya lo sangat menyayangi anak lo ya Ven." Dewa tidak tahan untuk tidak menanggapi. Raven terlihat menarik nafas panjang.
"Seperti apapun kondisi pembuahannya, anak itu tidak bersalah Wa. Dia juga nggak pernah minta dilahirkan. Gue mencintai Isabel lebih dari diri gue sendiri. Dan gue tidak pernah menyesal memilikinya."
Entah mengapa saat mengatakan kalimat itu, Raven melihat ke arah Celine. Dan Celine sendiri tampak tidak suka mendengar kata-kata Raven. Jelas sekali Celine tidak nyaman saat mereka membahas anaknya tersebut.
"Lho Ory mana ya Bim?" Dewa tiba-tiba celingukan mencari-cari Ory.
"Maaf Pak Dewa, tadi Ory nitip pesen untuk jalan duluan katanya. Permisi Pak."
Sekretaris Bima langsung berlalu setelah menyampaikan pesan Ory. Dewa langsung menepuk jidatnya. Alamat bakal diomelin kanjeng Ratu semaleman ini mah kayaknya.
"Gue duluan ya semuanya. Ada urusan." Dewa langsung berlari terbirit-birit ke parkiran.
Sementara 3 pasang mata yang ditinggalkan, memandanginya dengan 3 pemikiran berbeda. Dalam hati Celine dan Raven bertanya-tanya. Siapa yang dimaksud dengan Ory?
Ory menatap tidak percaya saat melihat pantulan dirinya sendiri dikaca salon yang meriasnya. Dia tahu dia memang mendapat berkah dari Tuhan terlahir dengan paras yang begitu rupawan, namun hari ini dia benar-benar takjub dengan wajahnya sendiri setelah dirias pria tampan namun melambai tersebut.Wajah remaja cantik alaminya cuma diberi riasan tipis dan seulas lipstik warna peach. Namun karena bentuk bibirnya yang memang nampak seksi dari sononya, jadi makin menantang seolah minta dicium.Kissableitu adalah istilah Intan untuk menggambarkan lekuk bibirnya.Napsuin pengen dicipok!Intan terkadang memang tidak suka memfilter,mana kata-kata yang pantas dan tidak pantas untuk diucapkan.Rambut ikalnya cuma dibuat bergelombang, kemudian diikat longgar ala abg Korea. Ory menggunakan anting-anting berbentuk dua bintang besar, hadiah dari Intan beberapa hari lalu."Subhanallah, kam
"Anda siapa?" Tanya Ory pelan, seakan terhipnotis mata segelap malam yang hanya sejengkal jaraknya dari matanya sendiri itu."Raven Artharwa Al Rasyid. Ternyata kamu memiliki ingatan yang kurang bagus ya Ory. Padahal baru beberapa jam yang lalu kita bertemu di kantor Bima."Ory langsung membelalakkan mata indahnya. Ting! seolah ada lampu pijar tak kasat mata yang menyala di benaknya. Pria tampan ini adalah yasalam ternyata suami Celine. Calon istri tak jadi Dewa yang tadi masuk tiba-tiba keruangan Bima. Mengetahui pria ini masih terikat hubungan sebagai suami istri dengan Celine, membuat Ory seketika bersikap defensif. Jangan sampai lagi dia berurusan dengan Madam Medusa itu. Belum lagi Ory sempat melepaskan tangannya yang digenggam erat oleh Raven didadanya, tiba-tiba saja dia merasa tangannya ditarik paksa kearah yang berlawanan dan kemudian tubuhnya dipeluk posesif oleh Rendra."Tolong anda jangan bersikap kurang ajar
Hari ini Rendra berulang tahan yang ke dua puluh delapan. Ory ingin sekali memberi hadiah buat Rendra. Terlepas mau atau tidaknya Rendra mengakui Ory sebagai adik tirinya, Ory tetap harus berterima kasih karena Rendra sudah mau mengizinkan Ory untuk menumpang sementara diapartemennya. Tadi pagi Bik Asih berbelanja bahan makanan agak sedikit istimewa, sehingga mengusik rasa ingin tahu Ory. Melalui Bik Asih jugalah akhirnya Ory tahu, bahwa Rendra hari ini berulang tahun dan sibibik ingin memasak makanan yang sedikit istimewa buat tuannya. Karena itulah minggu pagi ini Ory terdampar di mall dan sedang terkagum-kagum melihat jajaran jam tangan mahal yang dirasanya akan sangat cocok bila menghiasi pergelangan tangan kekar Rendra. Masalahnya adalah harga jam tersebut yang sangat tidak cocok dengan isi kantongnya."Daddy, Ibell mau beli yang ini aja Dad. Om, mommy ini berapa harganya? Coba tolong di scankan barcodenya ya Om?"Ory kaget saat ada seo
Dewa sudah mempersiapkan segalanya untuk menyambut kedatangan Ory. Masih segar dalam ingatannya kata-kata ibunya saat Dewa ingin sesegera mungkin melakukan pembatalan pernikahan. Ibunya sepertinya berusaha menunda-nunda terealisasinya pembatalan tersebut. Setiap Dewa ingin membahasnya, Ibunya selalu bilang sabar dulu, tunggu bulan depan. Sampai akhirnya setahun sudah pembatalan pernikahan itu tertunda.Puncaknya adalah minggu lalu, saat Dewa sudah benar-benar akan menemui Bima untuk melengkapi dokumen pembatalan itu, tetapi kembali gagal saat ibunya menangis dan akhirnya mengajukan satu persyaratan buat Dewa, yaitu Dewa harus memberinya cucu. Dewa langsung mengiyakan. Apa sih susahnya menghamili Ory? Tinggal menyemburkan benih doang, pasti melendung itu perut si gadis abege.Suara bel yang berbunyi nyaring pada pukul 11.30 WIB langsung menghadirkansmirkdiwajah dingin Dewa.Finally, dombanya datang juga. Ory
Rendra berjalan sambil merangkul sayang bahu Ory. Dia melihat sepertinya Ory masihshockatas tuduhan Celine yang mengatakan bahwa dia sudah menjadicabenya Bima. Sementara Rendra sendiri juga tengah pusing akan permintaanabsurdmamanya. Bayangkan saja mamanya memintanya untuk segera menikahi Ory setelah Dewa resmi melakukan pembatalan pernikahan mereka berdua. Ingatannya kembali pada kejadian dua hari lalu di rumah mamanya.Flashback On"Rendra kamu tau kan, sampai usiamu sedewasa ini mama tidak pernah meminta apapun dari kamu? Nah untuk kali ini aja mama memohon pada mu, untuk mengabulkan satu saja permintaan Mama. Rupanya di tua bangka itu sudah merubah surat wasiatnya tanpa setahu mama. Dia sudah mengalihkan semua harta dan asset-asset berharganya hanya untuksi berandalcilik itu. Dan mama tidak rela si Dewayang ba
Hari ini Ory gembira sekali. Dia sudah menerima ijazah SMU nya. Akhirnya setelah menjadi yatim piatu diusianya yang ke delapan belas tahun tepat dihari ini, dia berhasil juga menamatkan SMUnya dengan sukses. Mengingat kemasa lalu, saat terakhir dia merayakan ultah bersama ayahnya adalah saat usianya yang ke enam belas tahun. Tiup lilin, kado istimewa biasanya telah dipersiapkan oleh ayahnya dari jauh-jauh hari. Ultah ketujuh belasnya mulai suram, ayahnya telah pergi meninggalkannya dan menjadikannya anak yatim piatu. Ibu tirinya bahkan sudah menikahkannya dua minggu kemudian dengan Dewa demi menghindari tanggung jawab untuk membesarkannya. Time flies, rasanya baru saja dia menikah dengan Dewa dan ternyata sudah setahun juga pernikahan ecek-eceknya. Bagaimana tidak disebut ecek-ecek, statusnya saja punya suami. Padahal tinggal saja berjauhan, bahkan hubungan mereka berdua seperti orang yang tidak saling mengenal. Dewa pun sama se
Hingar bingar suara musik yang memekakkan telinga menyambut kedatangan dua remaja cantik itu di Exodus. Intan memakai mini dress sexy berwarna hitam yang memperlihatkan punggung mulusnya. Sedangkan Ory mengenakan flare mini skirt berwarna putih dengan lengan mulusnya yang terbuka dibagian pangkal lengannya. Pendeknya gaunnya semakin memperjelas jenjangnya kaki mulus Ory. Kedua remaja itu tidak menyadari bahwa hampir seluruh pengunjung pria di club ini memandang Ory dengan mulut berliur. Ory dan Intan terus berjalan menuju kursi-kursi yang disediakan disudut ruangan. Mata Ory membulat seketika saat melihat orang-orang yang dikenalnya bertingkah begitu mesum didepan matanya. Dewa suami ecek-eceknya tampak sedang melumat ganas bibir wanita kurang yang tampak sedang meremas-remas selangkangannya, Rendra kakak tirinya tampak sedang memeluk mesra wanita seksi yang sekarang terlihat sedang menggerayangi tubuh kekarnya, Bima juga menciumi lengan
Dewa sudah mempersiapkan segalanya untuk menyambut kedatangan Ory. Masih segar dalam ingatannya, kata-kata ibunya saat ia ingin sesegera mungkin melakukan pembatalan pernikahan. Ibunya seperti berusaha menunda-nunda terealisasinya pembatalan tersebut. Setiap kali ia ingin membahasnya, ibunya selalu bilang sabar dulu, dan menunggu hingga bulan depan. Sampai akhirnya setahun sudah pembatalan pernikahan itu tertunda. Puncaknya adalah minggu lalu, saat ia sudah benar-benar akan menemui Bima untuk melengkapi dokumen pembatalan. Tetapi kembali gagal saat ibunya menangis dan mengajukan satu persyaratan buatnya. Yaitu dirinya harus segera memberinya cucu. Waktu itu dirinya langsung mengiyakan. Apa sih susahnya menghamili Ory? Tinggal menyemburkan benih saja, pasti akan melendung itu perut si gadis abege. Suara bel yang berbunyi nyaring pada pukul 11.30 WIB, seketika menghadirkan smirk di wajah dingin Dewa. Finally
"Bar, kamu kapan sih menikah Nak? Mama sudah kepengen sekali menggendong cucu dari kamu. Michellia aja anaknya sudah mau dua. Masa kamu kalah sama adikmu, Bar? Umur kamu juga udah tiga puluh tahun, lho. Mama kadang heran, papamu itu dulu, pacarnya di setiap sudut kota ada. Di setiap tikungan rumah juga ada. Lah kamu, umur segini juga pacarannya cuma satu kali. Perempuan di dunia ini tidak semuanya sama seperti Diandra, Bar. Nggak semua nya materialiatis. Atau kamu mama jodohin mau?" Ory yang sudah putus asa ketika melihat anak sulungnya masih betah melajang diusianya yang ke tiga puluh, mulai berpikir untuk menjodohkan anaknya dengan salah satu anak dari sahabat-sahabatnya. Akbar yang hanya pernah pacaran sekali saja dengan Diandra Sasmita, teman sekampusnya selama tiga tahun. Dan ternyata pada tahun ketiga itulah, Diandra tiba-tiba meminta putus dari Akbar, dan menikah dengan seorang duda seusia ayahnya karena faktor harta. Semenjak itu Akbar merasa kalau wanita itu
Dewa akui dia bukanlah orang yang baik-baik amat. Dosanya masih bleberan ke mana-mana. Ibadah pun sekedarnya saja. Dalam doa rasa-rasanya dia tidak pernah meminta apa-apa. Tapi saat ini, untuk pertama kalinya, dia sungguh-sungguh berdoa kepada yang Maha Kuasa, untuk keselamatan istri dan anaknya. Untuk pertama kalinya juga, dia bisa merasakan bagaimana seseorang bisa mencintai orang lain, melebihi cintanya pada diri sendiri.Dewa mulai membaca ayat kursi satu kali, surat al-A'raf ayat 54 dan surat Al-Falaq satu kali. Tidak lama kemudian Ory pun sampai pada bukaan terakhir dan mulai mengejan."Ahhhhhh! Ya Allah!" Ory mulai mengejan sekuat tenaga. Rasa sakitnya bahkan sampai membuatnya tidak malu lagi untuk menjerit sekuat-kuatnya."Ayo mulai lagi, tarik napas, mulai!" Dokter Ajeng memberi aba-aba." Ya Allah, sakit ya Allah!" Di tengah perjuangannya melahirkan anaknya ini, tiba-tiba Ory terbayang i
Ory mengaduh kesakitan saat hendak meraih remote tv di kamarnya. Sebenarnya dari dini hari tadi, perutnya terus saja berkontraksi. Tetapi Ory tidak menganggapnya serius, karena dokter kandungannya mengatakan kemungkinan besar ia baru akan melahirkan satu minggu lagi. Ory mengira rasa mulas di perutnya itu adalah akibat dari memakan rujak yang pedas semalam."Auchh... sshhh..."Namun semakin lama, kontraksi mulasnya makin konstan ritmenya. Ory merasa dia mulai berkeringat dingin. Saat ini tidak ada seorang pun di rumah, karena kedua mertuanya tengah menjenguk eyang Dewa yang sedang sakit. Pembantu rumah tangga dan Mang Jaja, supirnya, tengah berbelanja kebutuhan rumah tangga ke supermaket. Dewa pada jam seperti ini tentu saja masih di kantor. Bahkan Satpam di depan rumah pun tadi pagi meminta izin pulang, karena anaknya menjadi korban tabrak lari saat akan berangkat ke sekolah. Dan saat ini sang Satpam tengah mengurus anaknya di rumah sakit
Malam pergantian tahun akan segera berganti dalam hitungan menit. Raven sengaja membuat perayaan old and new dengan seluruh staff karyawan maupun buruh pemetik teh hariannya. Dia ingin semakin mengakrabkan diri antara dirinya sebagai pemilik perkebunan dengan semua pekerjanya yang berasal dari segala lapisan. Suara musik, tawa riuh, berbagai macam makanan dan minuman tumpah ruah dalam kemeriahan pesta. Ory yang akhir-akhir ini begitu mudah lelah karena perut besarnya, menghempaskan pinggulnya di sebuah ayunan yang khusus dibuatkan Raven untuknya. Ada dua ayunan di sana. Satu milik Ibell dan satu lagi miliknya. Tiba -tiba Ory melihat satu bayangan gelap tampak di belakangnya. Ory kaget dan menoleh cepat sambil bersiap-siap lari. Horror juga malam-malam di tempat sepi begini."Ry....Ory, jangan takut. Ini Mas Ry." Dewa langsung menangkap lengan Ory saat melihat kaki Ory sudah menekuk, siap untuk berl
BUGH! BUGH! KRAKKKK!Suara daging yang saling bertumbukan dan tulang patah, terdengar di seantero ruangan. Ruang tamu yang tadinya rapi sekarang lebih menyerupai kapal pecah. Raven yang sudah babak belur dan berdarah-darah ternyata tidak menyerah begitu saja dihajar oleh Dewa. Mereka berdua saling bergumul dan bergelut dengan amarah menggila."Udah! Udah lo bedua! Udah gue bilang! Pada mau mati lo bedua? Fine, gue sih nggak masalah. Asal lo-lo bedua duelnya jangan di depan mata gue. Gue nggak mau repot jadi saksi kematian lo bedua!" Bima dengan napas terengah-engah, berusaha menahan laju tubuh Dewa yang ingin terus menerjang ke depan.Butuh dua orang satpam ditambah Bayu dan Rendra untuk menahan laju tubuh Dewa, yang hari ini seperti mendapat kekuatan ekstra. Dewa mengamuk seperti orang gila akibat kemarahannya.Sedangkan Bayu dan Rendra juga berusaha sekuat tenaga, menahan tubuh Raven ya
Delapan bulan kemudian.Hingar bingar alunan musik remix terdengar di salah satu club elit ibukota. Para pengunjungnya bergoyang seksi-seks panas bersama. Mereka menghilangkan kepenatan dan kejenuhan setelah seharian bekerja. Di salah satu ruang VVIP, tampak Dewa dan kawan-kawannya tengah duduk santai menikmati serunya suasana. Di saat teman-temannya mengobrol hebohnya, Dewa duduk acuh sembari memainkan ponselnya. Bima yang penasaran mencoba mengintip apa yang sedari tadi dipandangi Dewa di ponselnya sambil tersenyum-senyum sendiri. Bima meringis setelah mengetahui apa objek yang membuat sahabatnya ini tenggelam dalam dunianya sendiri. Ternyata sedari tadi Dewa terus memandangi galeri photo yang kesemuanya adalah wajah close up
Ory baru saja menyelesaikan makan siangnya dibantu oleh Bik Asih, saat pintu ruang rawat inapnya terbuka. Dua orang yang sangat dikenalnya muncul. Ya, sepertinya Dewa datang dengan membawa bukti hidup yang semalam dikatakannya. Dewa berdiri tegak di depannya dengan Celine yang menggelendotinya seperti seekor anak koala."Ory... Mas ma-""Cukup, Mas. Mas tidak perlu melanjutkan kata-kata Mas lagi. Ory sudah mengerti dan menyetujui apapun keinginan Mas sekarang. Ory juga akan menunjuk Pak Firman sebagai kuasa hukum Ory. Jadi kita berdua tidak perlu lagi saling bertemu di persidangan. Besok pagi, Bik Asih akan mengambil barang-barang pribadi Ory dari rumah Mas. Ory akan pastikan semua akan berjalan seperti yang Mas inginkan. Kalau tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, Ory ingin istirahat sekarang. Kalau mau keluar jangan lupa pintunya ditutup lagi ya, Mas. Selamat siang Mbak Celine Mas Dewa."Ory pun segera memaling
Pintu UGD yang terbuka tiba-tiba mengejutkan Dewa dan Rendra. Mereka berdua bergegas menyambut kedatangan dokter yang menunjukkan air muka resah."Bagaimana keadaan istri saya, Dokter? Apakah ada luka dalam serius yang dialaminya? Tadi kepalanya mengeluarkan banyak sekali darah!"Dengan suara terbata-bata Dewa yang cemas luar biasa langsung mendatangi dokter yang menangani istrinya."Pasien kehilangan banyak darah akibat benturan keras di kepala dan tulang bahu yang bergeser. Selebihnya hanya luka-luka luar akibat bergesekan dengan aspal. Saat ini pasien membutuhkan transfusi darah golongan AB yang agak langka. Sementara stok darah golongan AB di rumah sakit ini dan PMI kebetulan juga dalam keadaan kosong. Apakah ada keluarga pasien yang memiliki golongan darah sama yang bisa menjadi pendonor untuk pasien?""Kedua orang tuanya sudah meninggal dan kebetulan pasien ini anak tunggal. Golongan darah kami sekel
"Mas, apa Mas sungguh-sungguh mencintai Ory?" Dewa mengernyitkan keningnya mendengar istrinya menanyakan hal yang sebenarnya tidak perlu untuk dipertanyakan lagi. Bahkan cicak di dinding dan Tobi si ikan arwana yang seumur hidupnya di aquarium pun tahu, kalau ia cinta mati dengan istri ciliknya ini."Pertanyaan macam apa itu Ry? Mulut Mas bahkan sampai pegel terus menerus bilang kalau Mas cinta sama kamu.""Tapi mengapa Mas tidak pernah mengatakannya di depan orang lain? Kenapa Mas selalu menghindar kalau ditanya oleh teman-teman Mas, apakah Mas mencintai Ory? Mas gengsi dan tidak mau mengakui mencintai Ory di depan orang lain dan cuma mau mengatakannya saat berdua dengan Ory? begitu?" Suara Ory mulai bergelombang karena Dewa seolah-olah malu kalau diketah